You are on page 1of 36

Laboratorium Kimia Fisika

Kecepatan Reaksi

ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mencari konstanta kecepatan reaksi
penyabunan Etil Asetat (CH3COOC2H5) dengan Natrium Hidroksida (NaOH).
Percobaan dilakukan dengan menambahkan larutan Etil Asetat (CH3C00C2H5) ke
dalam larutan Natrium Hidroksida (NaOH) kemudian diaduk dengan stirer. Pada saat
Etil Asetat (CH3COOC2H5) dimasukkan stopwatch dihidupkan. Setiap 4 menit
sampel diambil sebanyak 6 ml dan ditambahkan phenophtalein (C20H14O4) hingga
larutan menjadi merah rosa. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan Asam Klorida
(HCl) hingga larutan menjadi bening. Kemudian volume Asam Klorida (HCl) yang
terpakai dicatat. Percobaan dilakukan sampai diperoleh volume HCl yang konstan.
Diperoleh harga konstanta kecepatan reaksi rata-rata dengan pengadukan adalah
0,390 M-1menit-1. Sedangkan harga konstanta kecepatan reaksi rata-rata tanpa
pengadukan adalah -0,574 M-1menit1.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan sekalian alam.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman ilmiah sehingga praktikan dapat
melaksanakan praktikum dan pembuatan laporan pada Praktikum Kimia Fisika di
Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara dengan baik.
Judul praktikum ini adalah Kecepatan Reaksi. Adapun tujuan dari laporan ini
dibuat adalah untuk melengkapi persyaratan yang telah ada pada pelaksanaan
perkuliahan. Keikutsertaan praktikan dalam pembuatan laporan dan tes yang
dilakukan menunjukkan bahwa praktikan telah mengikuti praktikum Kimia Fisika.
Dalam kesempatan ini praktikan ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Laboratorium Kimia Fisika : Ibu Dr. Zuhrina Masyithah, ST, MSc
2. Orang tua yang telah memberikan bantuan baik materil maupun moril
3. Abang-abang dan Kakak-kakak asisten Laboratorium Kimia Fisika, terutama kak
Mada selaku asisten yang menangani modul ini.
4. Teman-teman stambuk 2008, terutama rekan satu kelompok, Ayu Broe atas
kerja sama nya dalam pelaksanaan praktikum dan penulisa laporan ini.
Namun demikian praktikan menyadari apa yang ada dalam laporan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat
membantu dalam penyempurnaan laporan. Akhirnya praktikan berharap semoga
laporan ini ada manfaatnya bagi praktikan dan yang membacanya.

Medan, Maret 2010


Praktikan,

( Rakhmat Akbar Sinaga )

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk persatuan
waktu. Di mana terjadi penurunan konsentrasi reaktan dan kenaikan konsentrasi
produk. Di saat kita berbicara tentang kinetika kimia dan teknik-teknik yang
mendukungnya, hal ini telah terbukti bahwa studi atau pengkajian ini erat
hubungannya dengan perkembangan pengertian mekanisme reaksi.
Reaksi kimia berlangsung dengan cepat yang berbeda-beda, dari reaksi yang
berlangsung sangat cepat, seperti meledaknya bom, sampai reaksi sangat lambat
seperti perkaratan besi atau fosfolisasi sisa-sisa organisme.
Dalam bidang Teknik Kimia, pengetahuan akan kecepatan reaksi sangat
penting. Industri kimia yang menghasilkan suatu produk sudah tentu memanfaatkan
reaksi kimia. Produk yang diinginkan adalah produk dengan tingkat kemurnian yang
tinggi dan dapat diperoleh dengan bahan baku yang tidak banyak. Untuk itu perlu
diketahui mekanisme reaksi tersebut. Untuk memahami bagaimana perubahan kimia
berlangsung, perlu dipelajari perubahan bertahap yang dialami atom, molekul radikal
dan ion ketika diubah dari pereaksi ke produk.
Selain itu kecepatan reaksi juga perlu diketahui agar dapat ditentukan kondisi
reaksi (temperatur, tekanan, konsentrasi, dan sebagainya) yang paling baik untuk
reaksi yang bersangkutan. Hal inilah yang melatarbelakangi kita untuk mempelajari
dan mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang kecepatan reaksi.
Percobaan ini dilakukan seperti halnya dijelaskan pada tujuan percobaan,
adalah untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dari reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH. Pada praktikum kali ini, akan ditentukan pengaruh pengadukan
terhadap kecepatan reaksi. Dimana secara umum, pengadukan akan menyebabkan
tebal lapisan difusi semakin tipis dimana semakin tipis lapisan difusi maka akan
mempercepat reaksi dan kelarutan suatu zat.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
1.2 Perumusan Masalah
Hal yang menjadi permasalahan dalam percobaan kecepatan reaksi ini adalah
menentukan dalam selang waktu tertentu dapat diperoleh kekonstanan volume
pentiter (HCl) dalam menentukan konstanta kecepatan reaksi.
1.3 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Kecepatan Reaksi ini adalah untuk menentukan
konstanta kecepatan reaksi dari reaksi penyabunan Etil Asetat (CH 3COOC2H5) dan
Natrium Hidroksida (NaOH).

1.4 Manfaat Percobaan


Manfaat dari percobaan kecepatan reaksi ini adalah:
1. Praktikan dapat mengetahui cara menentukan konstanta kecepatan reaksi dari
reaksi saponifikasi antara etil asetat dan NaOH.
2. Praktikan dapat menambah pengetahuan tentang kecepatan reaksi dan faktorfaktor yang mempengaruhinya dan memungkinkan kita untuk mengendalikan
suatu reaksi sesuai dengan yang kita kehendaki.
1.5 Ruang Lingkup Percobaan
Percobaan Kecepatan Reaksi ini dilakukan dalam ruang Laboratorium
Kimia Fisika, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara dengan keadaan ruang:

Tekanan udara

: 760 mmHg

Temperatur

: 300C

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH, etil asetat,
HCl, phenolptalen dan aquadest. Sedangkan peralatan yang digunakan pada
percobaan antara lain stirer, buret, beaker glass, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet
tetes, corong gelas, statif, klem dan stopwatch.
Analisa dilakukan setiap 4 menit terhadap campuran NaOH 0,4 M 400 ml dan
CH3COOC2H5 0,38 M 300 ml, lalu dititrasi dengan HCl 0,45 M 350 ml sampai
diperoleh volume pentiter (HCl) konstan.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa reaksi kimia berlangsung demikian cepatnya, sehingga zat yang
melakukan reaksi, seolah-olah berubah seluruhnya dalam waktu singkat kedalam zat
yang lain. Suatu contoh tentang hal ini, adalah penyalaan dari suatu campuran gas
letus tetapi sebaliknya reaksi yang lain berlangsung demikian lambatnya, sehingga
setelah bertahun-tahun belum dapat terlihat perubahan yang nyata dalam zat asal
misalnya pengoksidaan bahan bakar pada suhu normal. Antara kedua keadaan ini,
terdapat semua bentuk peralihan. Untuk dapat membandingkan kecepatan dari
berbagai reaksi satu sama lain, kita membutuhkan suatu ukuran tertentu.
Laju kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi dalam suatu
satuan waktu. Hal ini dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter tetapi untuk reaksi fasa
gas maka satuannya adalah tekanan seperti atm, mmHg, Pa, dapat dipakai sebagai
pengganti konsentrasinya.
(Sukardjo, 2002).
2.1

Kecepatan Reaksi
Dalam suatu reaksi kimia konsentrasi semua spesies yang ada berubah

terhadap waktu, sehingga sifat-sifat suatu sistem juga berubah, kecepatan reaksi
diukur dengan mengukur nilai dari sifat-sifat yang tepat yang dapat dihubungkan
dengan komposisi sistem sebagai waktu.
Sifat yang dipilih harus mudah diukur dan berubah seperlunya untuk
menunjukkan perbedaan komposisi sistem seiring dengan perubahan waktu.
Ada banyak metode mempelajari reaksi terhadap waktu, perubahan tekanan,
perubahan pH, perubahan indeks bias, perubahan penyerapan satu atau lebih
gelombang, perubahan resistensi listrik. Metode-metode fisika ini lebih mudah
digunakan dari pada metode kimia.
Konsentrasi reaktan dan produk berubah terhadap waktu. Konsentrasi reaktan
berkurang dari keadaan semula (biasanya nol) ke arah kesetimbangan. Hal ini
ditunjukkan oleh gambar 2.1

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

(Produk)

C (molar)

(Reaktan)
t (menit)
Gambar 2.1 Variasi Konsentrasi Terhadap Waktu
(Sukardjo, 2002)
2.2

Laju Reaksi
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu satuan

yang umum adalah mol/liter. Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu
reaksi. Sebagai contoh, jika gas dilepaskan dalam suatu reaksi, kita dapat
mengukurnya dengan menghitung volume gas yang dilepaskan per menit pada waktu
tertentu selama reaksi berlangsung. Definisi Laju ini dapat diukur dengan satuan
cm3s-1. Bagaimanapun, untuk lebih formal dan matematis dalam menentukan laju
suatu reaksi, laju biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu
reaktan berkurang pada waktu tertentu.
Sebagai contoh, andaikan kita memiliki suatu reaksi antara dua senyawa A
dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa diukur
konsentrasinya, misalnya, larutan atau dalam bentuk gas.
A+B

Produk

Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat
konsentrasi, katakan A, berkurang per detik. Kita mendapatkan, sebagai contoh, pada
awal reaksi, konsentrasi berkurang dengan laju 0.0040 mol dm -3 s-1. Hal ini berarti
tiap detik konsentrasi A berkurang 0.0040 mol per desimeter kubik. Laju ini akan
meningkat seiring reaksi dari A berlangsung.
(Clark, 2004).
2.3

Persamaan Laju Reaksi

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
Kecepatan reaksi adalah banyaknya mol/liter suatu zat yang dapat berubah
menjadi zat lain dalam setiap satuan waktu.
Pada umumnya kecepatan reaksi akan besar bila konsentrasi pereaksi cukup
besar. Dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi sebagai akibat reaksi, maka akan
berkurang pula kecepatannya.
Secara umum kecepatan reaksi dapat dirumuskan sebagai berikut:
V = k(A) x (B) y
dimana:
V = kecepatan reaksi
k = tetapan laju reaksi
x = orde reaksi terhadap zat A
y = orde reaksi terhadap zat B
(x + y) adalah orde reaksi keseluruhan
(A) dan (B) adalah konsentrasi zat pereaksi.
(Anonim, 2000).
Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu reaksi. Sebagai contoh,
jika gas dilepaskan dalam suatu reaksi, kita dapat mengukurnya dengan menghitung
volume gas yang dilepaskan per menit pada waktu tertentu selama reaksi
berlangsung. Definisi Laju ini dapat diukur dengan satuan cm 3s-1 Bagaimanapun,
untuk lebih formal dan matematis dalam menentukan laju suatu reaksi, laju biasanya
diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu reaktan berkurang pada waktu
tertentu.
Sebagai

contoh,

andaikan

kita

memiliki

suatu reaksi

antara

dua

senyawa A dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa
diukur konsentrasinya-misalnya, larutanatau dalam bentuk gas.
Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat
konsentrasi, katakan A, berkurang per detik.
Kita mendapatkan, sebagai contoh, pada awal reaksi, konsentrasi berkurang dengan
laju 0.0040 mol dm-3 s-1.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
Hal ini berarti tiap detik konsentrasi A berkurang 0.0040 mol per desimeter kubik.
Laju ini akan meningkat seiring reaksi dari A berlangsung.
(Clark, 2004).
Kecepatan reaksi ialah kecepatan perubahan konsentrasi pereaksi dan produk
terhadap waktu (-dC/dt). Jumlah molekul pereaksi yang ikut dalam reaksi disebut
molekularitas dan yang menentukan kecepatan reaksi disebut tingkat reaksi
(Sukardjo, 2002).
2.3.1

Reaksi Tingkat Satu


Reaksi tingkat satu ini molekuler dapat dituliskan:
A

Rate -

Produk

dC A
k1 C A ..(1)
dt

Dimana =

k1

: Tetapan kecepatan reaksi

Ca

: Konsentrasi A pada saat t

A
t=0
t=t

Produk

a
(a x )

= konstanta awal

(a x) = konstanta saat t

dC A
d (a x)

k1 ( a x )
dt
dt
d (a x)
dx

k1 ( a x )
dt
dt
dx

k1 ( a x )
dt
xx
t 1
1
x 0 (a x) dx t 0 k1 dt

a
k1 t...............................................................( 2)
(a x)

ln

2.3.2

Reaksi Tingkat Dua


Reaksi tingkat dua biomolekuler dapat dituliskan:

a.

Produk

t=0

t=t

(a = x)

(b x)

dimana: a

dx
k 2 ( a x ) (b x)..............................................................(3)
dt

= Konsentrasi awal zat A

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
b

= Konsentrasi awal zat B

= a dan b yang bereaksi pada waktu t

k2

= Tetapan kecepatan reaksi

Hasil integrasi:

k1

1
b (a x)
ln
............................................................( 4)
t ( a b)
a (b x )

b.

2A
t=0

t=t

(a x)

2.3.3

Produk

dx
k 2 ( a x ) 2 ..................................................................(5)
dt

Reaksi Tingkat Tiga


Reaksi tingkat tiga termolekular dapat ditulikan:

a.

Produk

t=0

t=t

(a x)

(b x)

(c x)

dx
k 3 ( a x ) (b x ) (c x )..........................................(6)
dt

b.

Produk

t=0

t=t

(a x)

(a x)

(c x)

dx
k3 ( a x) 2 (c x )..........................................(7)
dt

(Sukardjo, 2002).

2.4

Orde rekasi
Order reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat

menentukan apapun tentang order reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari
suatu reaksi. Jadi andaikan kita telah melakukan beberapa percobaan untuk

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
menyelidiki apa yang terjadi dengan laju reaksi dimana konsentrasi dari satu
reaktan, A, berubah, Beberapa hal-hal sederhana yang akan kita temui adalah ;
Kemungkinan pertama: laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi A, laju reaksi akan
berlipat ganda pula. JIka kita meningkatkan konsentrasi A dengan faktor 4, laju
reaksi pun akan menjadi 4 kali lipat.
Kita dapat mengekspresikan persamaan ini dengan simbol :

Adalah cara yang umum menulis rumus dengan tanda kurung persegi untuk
menunjukkan konsentrasi yang diukur dalam mol per desimeter kubik (liter). Kita
juga dapat menulis tanda berbanding lurus dengan menuliskan konstanta (tetapan), k.

Kemungkinan lainnya : Laju reaksi berbanding terbalik dengan kuadrat


konsentrasi A
Hal ini berarti jika kita melipatgandakan konsentrasi dari A, laju reaksi akan
bertambah 4 kali lipat (22). Jika konsentras dari Ai ditingkatkan tiga kali lipat, laju
reaksi akan bertambah menjadi 9 kali lipat (32). Dengan simbol dapat dilambangkan
dengan:

Secara umum, dengan melakukan percobaan yang melibatkan reaksi


antara A dan B, kita akan mendapatkan bahwa laju reaksi berhubugngan dengan
konsentrasi A dan B dengan cara :

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

Hubungan ini disebut dengan persamaan laju reaksi :


Kita dapat melihat dari persamaan laju reaksi bahwa laju reaksi dipengaruhi
oleh pangkat dari konsentrasi dari A dan B. Pangkat-pangkat ini disebut dengan
order reaksi terhadap A dan B. Jika order reaksi terhadap A adalah 0 (no), berarti
konsentrasi dari A tidak mempengaruhi laju reaksi.
Order reaksi total (keseluruhan), didapat dengan menjumlahkan tiap-tiap
order. Sebagai contoh, di dalam reaksi order satu terhadap kedua A dan B (a = 1 dan
b = 1), order reaksi total adalah 2. Kita menyebutkan order reaksi total dua.
(Clark, 2004).
2.5

Kinetika Reaksi Homogen


Kinetika kimia adalah ilmu bagian dari kimia fisika yang mempelajari

tentang kecepatan reaksi-reaksi kimia dan mekanisme reaksi-reaksi tersebut.


Termodinamika kimia mempelajari hubungan tenaga antara pereaksi dan hasil-hasil
reaksi, tidak mempelajari bagaimana reaksi-reaksi tersebut berlangsung dan dengan
kecepatan berapa kesetimbangan untuk reaksi tersebut dicapai. Tidak semua reaksi
kimia dapat dipelajari secara kinetik. Reaksi-reaksi yang berjalan sangat cepat seperti
reaksi ion-ion atau pembakaran da reaksi yang sangat lambat seperti perkaratan
(korosi), tidak dapat dipelajari secara kinetik. Diantara kedua jenis reaksi ini, banyak
reaksi-reaksi yang dapat diukur kecepatannya. Kecepatan reaksi tergantung dari :
-

Jenis zat pereaksi

Temperatur reaksi

Konsentrasi zat pereaksi

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
Kenaikan temperatur 10 0C rata-rata mempercepat reaksi 2 atau 3 kali lebih
besar, hingga reaksi yang berjalan sangat lambat pada temperatur kamar dapat
berjalan cepat pada temperatur tinggi.
Sebaliknya reaksi yang pada suhu kamar berjalan cepat, dapat dibekukan
pada temperatur rendah. Konsentrasi pereaksi besar pengaruhnya pada kecepatan
reaksi. Reaksi berjalan cepat pada awal reaksi, akan semakin lambat setelah waktu
tertentu dan akan berhenti pada waktu yang tidak terhingga. Kecepatan reaksi
biasanya dipelajari pada temperatur tetap, dengan menggunakan termostat. Untuk
mengetahui koefisien temperatur terhadap kecepatan reaksi, dapat diadakan
percobaan pada berbagai temperatur.
Reaksi yang berjalan dalam satu fase disebut reaksi yang homogen, misalnya
reaksi antara gas-gas atau reaksi dalam bentuk larutan. Reaksi yang berjalan dalam
dua fase seperti reaksi pada permukaan zat padat disebut reaksi heterogen.
(Sukardjo, 2002)
2.6

Teori Tumbukan
Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan

kita tidak memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan
tumbukan antara dua atau partikel akan membuat mekanisme reaksi menjadi lebih
rumit. Sudah merupakan suatu yang tak pelak lagi jika keadaan yang mlibatkan dua
partikel dapat bereaksi jiki mereka melakukan kontak satu dengan yang lain.
Partikel-partikel ini pertama harus bertumbukan, lalu memungkinkan terjadinya
reaksi. Pada reaksi ini kedua partikel harus bertumbukan dengan mekanisme yang
tepat, dan energi yang lebih besar untuk memutuskan energi ikatan mereka
sebelumnya.
Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua
molekul etena dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk
menghasilkan kloroetan.

Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua
karbon berubah menjadi tunggal. Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
dan atom klor berikatan dengan satu karbon lainnya. Reaksi hanya dapat terjadi bila
hidrogen yang merupakan ujung ikatan H-Cl mendekati ikatan rangkap karbonkarbon. Tumbukan selain daripada itu tidak bekerja dikarenakan kedua molekul
tersebut akan saling bertolak (Anonim, 2009h).

Gambar 2.2 Tumbukan Antar Molekul


(Anonim, 2009)
Tumbukan-tumbukan yang ditunjukkan pada gambar, hanya tumbukan 1 saja
yang memungkinkan terjadinya rekasi. Mengapa tumbukan 2 tidak terjadi. Ikatan
rangka dikelilingi oleh konsentras negatifitas yang tinggi sebagai akibat elektronelektron yang berada di iktan tersebut. Pendekatan atom klor yang memiki negatifitas
lebih tinggi di ikatan rangkap menyebabkan tolakan karena kedua-duanya memiliki
negatifitas yang tinggi. Di dalam tumbukan yang melibatkan partikel-partikel yang
tidak simetris, kita dapat menduga mekanisme melalui bagaimana cara mereka
bertumbukan untuk menentukan dapat atau tidaknya suatu reaksi terjadi.
(Anonim, 2009)
2.7

Aplikasi Kecepatan Reaksi Dalam Industri


Kinetika Reaksi Transesterifikasi CPO terhadap Produk Metil Palmitat
dalam Reaktor Tumpak
Laju reaksi transesterifikasi juga sangat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Reaksi

transesterifikasi dapat berlangsung sempurna pada suhu kamar dengan waktu reaksi
yang cukup lama. Umumnya suhu reaksi yang terjadi mengikuti suhu didih metanol
(60-70 0C) pada tekanan atmosferik. Hasil reaksi yang maksimum didapatkan pada
kisaran suhu reaksi antara 60-80 0C dengan perbandingan mol alkohol dengan

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
minyak (6:1). Apabila terjadi kenaikan suhu maka hal ini dapat mengurangi hasil
reaksi. Kondisi reaksi diatas berlaku apabila menggunakan CPO sebagai bahan baku.
Apabila menggunakan bahan minyak yang berbeda maka suhu reaksinya juga akan
berbeda.
Minyak nabati yang sedang dikembangkan sekarang adalah CPO, tidak dapat
digunakan langsung pada mesin karena viskositasnya yang tinggi. Reaksi
transesterifikasi pada CPO dapat memecah rantai trigliserida menjadi lebih pendek
dengan menggunakan katalis asam atau basa. Ada 3 tahapan reaksi transesterifikasi,
yaitu pembentukan produk antara digliserida (DG) dan monogliserida (MG) yang
akhirnya membentuk 3 mol metil ester (POME) dan 1 mol gliserol (GL).
Katalis yang umum digunakan untuk reaksi transesterifikasi adalah katalis
asam dan basa. Untuk katalis asam biasanya digunakan asam sulfonat dan asam
sulfat sedangkan katalis basa digunakan NaOH, KOH danNaOCH3. Reaksi
transesterifikasi dengan katalis basa lebih cepat 4000 kali dibandingkan katalis asam,
dan juga katalis alkali tidak sekorosif katalis asam. Logam alkali alkoksida (seperti
CH3ONa untuk metanolisis) adalah katalis yang paling aktif dengan memberikan
hasil yang sangat tinggi (>98%) pada waktu reaksi yang singkat yaitu selama 30
menit dan konsentrasi katalis yang rendah (0,5 %mol).
Preparasi Sampel
CPO yang digunakan perlu ditentukan terlebih dahulu kadar air dan bilangan
asam. Kadar air diuji dengan metoda gravimetri pada suhu 105 0C. Pengujian
bilangan asam mengikuti prosedur dari JECFA-FAO. Jika bilangan asam tinggi perlu
penetralan, dan jika kadar air tinggi dilakukan pengeringan untuk meningkatkan
kualitas CPO. Peningkatan kualitas CPO dilakukan untuk mengurangi asam lemak
bebas di dalamnya, yaitu dengan penambahan Na2CO3 pada 90 0C.
Reaksi Transesterifikasi dalam Reaktor Tumpak
Reaksi transesterifikasi dilakukan dalam reaktor tumpak yang dilengkapi
dengan pemanas, agitator, kondenser, dan termometer. Pada reaktor tumpak
dilakukan variasi suhu 55 0C, 60 0C, 65 0C, dan 70 0C. Kondisi standar yang
digunakan adalah perbandingan reaktan (6 :1), jumlah katalis 1% dan kecepatan
agitator 195 rpm. CPO high quality sebanyak 200 g dimasukkan ke dalam reaktor
tumpak dan suhu dijaga tetap selama reaksi berlangsung.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
Katalis NaOH dicampurkan dengan metanol untuk membentuk NaOCH3.
sodium metoksida ini kemudian dimasukkan ke dalam reaktor tumpak dengan
perlahan. Reaksi dilakukan selama 1,5 jam. Sampel produk diambil pada tiap selang
waktu 5, 10, 15, 25, 35, 50, 70 dan 90 menit, untuk diuji konsentrasinya.
Analisis Produk
Produk POME yang diasumsikan sebagai metal palmitat, dianalisis dengan
menggunakan Gas Chromatography (GC) jenis FID. Kolom yang digunakan jenis
packed kolom dengan jenis packing GP 3% SP- 2310/2%SP-2300 on Chromosorb W
AW produksi Supelco. Panjang kolom 1 m x stainless steel dengan suhu oven
190-220 0C dan suhu injektor 240 0C.
Hasil reaksi terbesar didapatkan pada kondisi suhu reaksi 70oC; 12,53 %,
Besarnya kandungan FFA dan kandungan air dalam CPO sangat berpengaruh besar
pada laju reaksi dan pada konsentrasi akhir metil ester. Adanya air di dalam metil
ester akan membuat konsentrasi turun pada saat awal-awal reaksi yang semestinya
laju reaksinya cepat, akibat terjadinya reaksi hidrolisis ester yang membentuk asam
lemaknya kembali. Kenaikan suhu berpengaruh terhadap kenaikan konstanta laju
reaksi. Konstanta laju reaksi untuk suhu 55-70 0C adalah 0,0002785-0,000304/menit.
Energi aktivasi yang diperoleh adalah 6,195x103 J/mol

Gambar 2.3 Diagram Alir Penelitian


(Utami, 2007)

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan, Peralatan & Rangkaian Peralatan
3.1.1 Bahan
1. Asam Klorida (HCl)
A. Sifat Fisika
1. Densitas

: 1,18 gcm-3

2. Massa molar

: 34,46 gmol-1

3. Titik lebur

: -27,32 0C

4. Titik didih

: 110 0C

5. Berwarna bening
6. Larut dalam air
7. Bersifat korosif
8. Zat cair encer
9. Berbau tajam dan menyengat
B. Sifat Kimia
1. Apabila direaksikan dengan NaOH akan membentuk garam dan air
HCl + NaOH

NaCl + H2O

2. Reaksi dengan Fe2O3 akan menghasilkan ikatan anorganik


Fe2O3 + 6HCl

2FeCl3 + 3H2O

2. Aquadest (H2O)
A. Sifat Fisika
1. Densitas

: 0,998 gcm-3 pada suhu 20 0C

2. Massa molar

: 18,0153 gmol-1

3. Titik lebur

: 0 0C

4. Titik didih

: 100 0C

5. Zat cair tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau


6. Pelarut yang sangat baik
7. Berada dalam keadaan dinamis antara fase padat dan cair
8. Memiliki tegangan permukaan yang kuat

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
B. Sifat Kimia
1. Terbentuk dari reaksi antara molekul hidrogen dan OH
H + -OH

H2O

2. Membentuk gas hidrogen dan oksigen pada reaksi elektrolisis


2H2O(l) + 2H2(g)

O2(g)

3. Etil Asetat (C2H5COOCH3)


A. Sifat Fisika
1. Densitas

: 0,897 gcm-3

2. Massa molar

: 88,12 gmol-1

3. Titik lebur

: -83,6 0C

4. Titik didih

: 77,1 0C

5. Tidak beracun
6. Zat cair tidak berwarna
7. Memiliki bau yang khas
8. Digunakan sebagai pelarut
9. Larut dalam etanol, aseton, dietileter dan benzen, tidak larut dalam air
B. Sifat Kimia
1. Dihasilkan dari reaksi antara etanol dan asam asetat
CH3CH2OH + CH3COOH

CH3COOCH2CH3 + H2O

2. Reaksi dengan NaOH akan menghasilkan etanol dan sodium asetat


CH3COOC2H5 + NaOH

C2H5OH + CH3COONa

4. Natrium Hidroksida (NaOH)


A. Sifat Fisika
1. Densitas

: 2,1 gcm-3

2. Massa molar

: 39,9971 gmol-1

3. Titik lebur

: 318 0C

4. Titik didih

: 1390 0C

5. Larut dalam pelarut polar seperti etanol tetapi tidak larut dalam
dietileter dan pelarut non polar lainnya.
6. Bersifat basa dan paling umum digunakan di laboratorium

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
7. Larut dalam air
8. Berbentuk padatan berwarna putih
9. Bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap CO2 dari udara
B. Sifat Kimia
1. Terbentuk dari reaksi antara NaCl dan H2O
NaCl + H2O

HCl + NaOH

2. Reaksi dengan asam asetat akan menghasilkan sodium asetat dan H2O
CH3COOH + NaOH

CH3COONa + H2O

5. Phenolftalein (C20H14O4)
A. Sifat Fisika
1. Densitas

: 1,227 gcm-3 pada suhu 320C

2. Massa molar

: 318,323 gmol-1

3. Titik lebur

: 262,5 0C

4. Larut dalam etanol


5. Berbentuk serbuk
6. Berfungsi sebagai indikator asam basa
7. Zat cair tidak berwarna
8. Tidak larut dalam air
B. Sifat Kimia
1. Akan menimbulkan warna pink dalam keadaan larutan basa
2. Sering digunakan dalam titrasi
3.1.2 Peralatan
1. Statif dan Klem
Fungsi : Sebagai alat tempat menggantung buret pada saat titrasi.
2. Corong gelas
Fungsi : Untuk mempermudah memasukkan zat ke dalam buret.
5
6

3. Buret
Fungsi : Sebagai alat titrasi.
4. Timbangan
Fungsi : Sebagai alat mengukur massa zat yang akan digunakan.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
5. Labu erlenmeyer
Fungsi : Sebagai tempat zat yang akan dititrasi
7
8

6. Gelas ukur
Fungsi : Untuk mengukur volume larutan.
7. Pipet tetes
Fungsi : Untuk menambahkan larutan yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil.
8. Stirrer
Fungsi : Untuk Mengaduk Larutan
9. Beaker gelas
Fungsi : Sebagai wadah tempat larutan.
10. Stopwatch
Fungsi : Untuk menghitung waktu

3.1.3 Gambar Rangkaian Alat

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Percobaan

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1

Prosedur Percobaan dengan Pengadukan

1. Dibuat 300 ml larutan etil asetat 0,38 M, 400 ml larutan NaOH 0,4 M dan
350 ml larutan HCl 0,45 M.
2. Larutan NaOH dimasukkan dalam beaker glass.
3. Kemudian larutan etil asetat dimasukkan ke dalam beaker gelas secara
perlahan-lahan sambil diaduk dengan stirer dan stopwatch dihidupkan.
4. Setelah 4 menit diambil sampel sebanyak 6 ml, tambahkan dengan indikator
Phenolpthalein, dan dititer dengan HCl 0,45 M sampai diperoleh volume HCl
yang konstan.
5. Volume HCl yang digunakan pada setiap titrasi dicatat.
6. Diulangi hingga volume HCl yang digunakan konstan.
3.2.2 Prosedur Percobaan Tanpa Pengadukan
1. Dibuat larutan 300 ml etil asetat 0,38 M, larutan 400 ml NaOH 0,4 M dan
larutan 350 ml HCl 0,45 M.
2. Larutan NaOH dimasukkan dalam beaker glass dan didiamkan tanpa
pengadukan.
3. Kemudian larutan etil asetat dituangkan ke dalam beaker gelas secara
perlahan-lahan dan stopwatch dihidupkan.
4. Setelah 4 menit diambil sampel sebanyak 6 ml, tambahkan dengan indikator
Phenolpthalein, dan dititer dengan HCl 0,45 M sampai diperoleh volume
HCl yang konstan.
5. Volume HCl yang digunakan pada setiap titrasi dicatat.
6. Diulangi hingga volume HCl yang digunakan konstan.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
3.3 Flowchart Percobaan
3.3.1 Flowchart Percobaan dengan Pengadukan
Mulai

Dibuat larutan NaOH 0,4 M 400 ml, etil asetat


0,38 M 300 ml, dan HCl 0,45 M 350 ml

Larutan NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass

Dituang larutan etil asetat ke dalam


beaker glass secara perlahan-lahan dan
diaduk dengan stirer
Stopwatch dihidupkan
Diambil sampel sebanyak 6 ml setiap 4 menit
Tambahkan phenolphthalein 3 tetes
hingga larutan menjadi merah rosa

Titrasi dengan larutan HCl 0,45 M


Tidak
Apakah
larutan
menjadi
bening?
Ya
Catat volume HCl 0,45 M yang terpakai

Apakah volume
HCl sudah
konstan?

Tidak

Ya
Dicatat volume HCl yang dipakai

Selesai

Gambar 3.2 Flowchart Percobaan dengan Pengadukan

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
3.3.2 Flowchart Percobaan Tanpa Pengadukan
Mulai

Dibuat larutan NaOH 0,4 M 400 ml, etil asetat


0,38 M 300 ml, dan HCl 0,45 M 350 ml

Larutan NaOH dimasukkan ke dalam beaker glass

Dituang larutan etil asetat ke dalam


beaker glass secara perlahan-lahan

Stopwatch dihidupkan
Diambil sampel sebanyak 6 ml setiap 4 menit
Tambahkan phenolphthalein 3 tetes
hingga larutan menjadi merah rosa

Titrasi dengan larutan HCl 0,45 M


Tidak
Apakah
larutan
menjadi
bening?
Ya
Catat volume HCl 0,45 M yang terpakai

Apakah volume
HCl sudah
konstan?

Tidak

Ya
Dicatat volume HCl yang dipakai

Selesai

Gambar 3.3 Flowchart Percobaan Tanpa Pengadukan

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Dengan Pengadukan
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan Kecepatan Reaksi dengan Pengadukan
Konsentrasi

Konversi

No

t
(menit)

XB

K
(M-1 menit-1)

-rA
(M/menit)

CA

CB

XA

0,372

0,394

0,022

0,016

0,014

0,002

0,357

0,383

0,061

0,044

0,020

0,003

12

0,259

0,309

0,318

0,227

0,096

0,008

16

0,117

0,203

0,693

0,494

0,334

0,008

20

0,034

0,141

0,910

0,648

1,024

0,005

24

0,034

0,141

0,910

0,648

0,853

0,004

4.1.2 Tanpa Pengadukan


Tabel 4.2 Tabel Hasil Percobaan Kecepatan Reaksi Tanpa Pengadukan
Konsentrasi

Konversi

No

t
(menit)

XB

K
(M menit-1)

-rA
(M/menit)

CA

CB

XA

0,342

0,371

0,101

0,072

0,070

0,009

0,349

0,377

0,081

0,058

0,028

0,004

12

0,102

0,191

0,732

0,522

0,535

0,010

16

0,072

0,169

0,811

0,578

0,609

0,007

20

-0,041

0,084

1,107

0,789

-1,811

0,006

24

-0,026

0,096

1,068

0,761

-3,207

0,008

28

-0,093

0,045

1,246

0,888

-0,522

0,002

32

-0,093

0,045

1,246

0,888

-0,457

0,002

36

-0,093

0,045

1,246

0,888

-0,406

0,002

4.2 Pembahasan

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

-1

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
4.2.1 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi Vs. Waktu (dengan Pengadukan)

Gambar 4.1 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi Vs. Waktu (dengan Pengadukan)
Menurut teori, harga konstanta reaksi akan semakin kecil nilainya seiring
dengan bertambahnya waktu. Semakin lama waktu yang dibutuhkan reaksi itu untuk
memperoleh nilai konstan

maka akan semakin kecil nilai konstanta kecepatan

reaksinya (Sukardjo, 2002).


Pada grafik hasil percobaan terlihat bahwa k yang diperoleh tidaklah
konstan, tetapi selalu berubah naik turun dari harga k-nya. Pada saat t = 4 menit
konstanta kecepatan reaksi sekitar 0,014 M-1menit-1, pada saat t = 8 menit terlihat
memiliki nilai yang besar, yaitu sekitar 0,020 M-1menit-1, dan pada saat t= 20 grafik
terus memperlihatkan kenaikan, yakni sebesar 1,024 M-1menit-1. Namun seterusnya
akan mengalami penurunan hingga akhirnya pada saat t = 24 menit diperoleh harga
konstanta reaksi sebesar 0,853 M-1menit-1.
Maka grafik diatas tidak sesuai dengan teori yang ada dimana semakin
tingginya waktu berlangsungnya suatu reaksi maka konstanta kecepatan reaksinya
menurun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kesalahan saat melakukan percobaan,
misalnya:
1. ketidaktelitian dalam mengukur volume larutan
2. ketidaktelitian dalam menghitung waktu
3. kurang teliti dalam menitrasi.
4.2.2 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi Vs. Waktu (Tanpa Pengadukan)

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

Gambar 4.2 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi Vs. Waktu (Tanpa Pengadukan)
Menurut teori, harga konstanta reaksi akan semakin kecil nilainya seiring
dengan bertambahnya waktu. Semakin lama waktu yang dibutuhkan reaksi itu untuk
memperoleh nilai konstan

maka akan semakin kecil nilai konstanta kecepatan

reaksinya (Sukardjo, 2002).


Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa semakin meningkatnya waktu untuk
bereaksi maka konstanta kecepatan reaksinya mengalami kenaikan dan penurunan
yang cukup signifikan. Dari grafik terlihat, pada saat t = 4 menit harga konstanta
kecepatan reaksi sebesar 0,070 M-1menit-1 dan pada akhirnya mengalami kenaikan
hingga t = 16, yakni 0,609 M-1 menit-1. Lalu terus mengalami penurunan hingga
menuju harga -3,207 dan naik lagi pada -0,406 ketika t=36 menit.
Maka grafik diatas tidak sesuai dengan teori yang ada dimana semakin
tingginya waktu berlangsungnya suatu reaksi maka konstanta kecepatan reaksinya
menurun. Hal ini mungkin disebabkan adanya kesalahan saat melakukan percobaan,
misalnya:
1. ketidaktelitian dalam mengukur volume larutan
2. ketidaktelitian dalam menghitung waktu
3. kurang teliti dalam menitrasi.
Namun grafik tersebut sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa konstanta
kecepatan reaksi dengan pengadukan lebih besar dari pada tanpa pengadukan.
4.2.3 Grafik Laju Reaksi Vs. Waktu (dengan Pengadukan)

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

Gambar 4.3 Grafik Laju Reaksi Vs. Waktu (dengan Pengadukan)


Pada dasarnya, dari hukum laju reaksi dapat terlihat bahwa laju reaksi
berbanding terbalik dengan waktu. Hal ini berhubungan dengan jumlah zat pereaksi
(reaktan). Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi maka jumlah zat pereaksi akan
makin sedikit, sedangkan jumlah zat sebagai produk semakin banyak. Maka, dapat
dikatakan laju reaksi adalah laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya
produk (Sukardjo, 2002).
Dari grafik diatas dapat kita lihat bahwa semakin meningkatnya waktu untuk
bereaksi maka lajunya makin menurun. Disaat waktu berlangsungnya reaksi 4 hingga
12 menit laju reaksinya meningkat, sedangkan disaat waktu 16 hingga 24 menit laju
reaksi semakin lambat. Berdasarkan teori yang ada bahwa semakin lama waktu yang
dibutuhkan untuk bereaksi maka laju reaksinya pun berkurang.Namun grafik diatas
mengalami ketidakstabilan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh :
1. ketidaktelitian dalam mengaukur volume larutan
2. ketidaktelitian dalam menghitung waktu
3. kurang teliti dalam menitrasi.

4.2.4 Grafik Laju Reaksi Vs. Waktu (Tanpa Pengadukan)

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

Gambar 4.4 Grafik Laju Reaksi Vs. Waktu (Tanpa Pengadukan)


Pada dasarnya, dari hukum laju reaksi dapat terlihat bahwa laju reaksi
berbanding terbalik dengan waktu. Hal ini berhubungan dengan jumlah zat pereaksi
(reaktan). Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi maka jumlah zat pereaksi akan
makin sedikit, sedangkan jumlah zat sebagai produk semakin banyak. Maka, dapat
dikatakan laju reaksi adalah laju berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya
produk (Sukardjo, 2002).
Pada grafik percobaan tanpa pengadukan, telihat bahwa terjadi penurunan
laju reaksi seiring dengan bertambahnya waktu dari kondisi awalnya. Hal ini dapat
kita lihat pada saat waktu berlangsungnya reaksi 4 menit laju reaksinya 0,09 M/menit
dan disaat reaksi terus berjalan hingga mencapai waktu 32 menit laju reaksinya
berkurang menjadi 0,002 M/menit. Hal ini ditandai dengan semakin konstannya
penggunaan HCl selama proses titrasi berlangsung. Berdasarkan grafik yang
diperoleh laju akhir reaksi tanpa pengadukan lebih kecil dari pada dengan
pengadukan, maka hal ini telah sesuai dengan teori yang telah ada. Namun, terjadi
sedikit kesalahan pada saat 12 menit, dimana hal ini kemungkinan diakibatkan oleh
ketidaktelitian dalam melakukan titrasi.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan pada percobaan ini harga konstanta reaksi seharusnya
memiliki harga yang konstan, namun dapat dilihat dari grafik yang diperoleh
dari kedua percobaan memiliki nilai yang tidak konstan karena mengalami
kenaikan dan penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam
percobaan maupun metode perhitungan yang tidak sesuai.
2.

Dari hasil pengamatan pada percobaaan ini harga laju reaksi berbanding
terbalik dengan selang waktu. Laju reaksi akan semakin berkurang dengan
pertambahan waktu yang mengakibatkan penurunan pada grafik laju reaksi vs
waktu. Semakin besar waktu yang dibutuhkan akan semakin kecil harga laju
reaksinya. Semakin lama reaksi berlangsung maka kecepatan reaksi akan
semakin menurun karena jumlah pereaksi semkin berkurang.

3.

Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh konstanta laju reaksi rata-rata


dengan pengadukan adalah sebesar 0,390 M-1menit-1. Sedangkan harga
konstanta laju reaksi rata-rata tanpa pengadukan adalah -0,574 M-1menit

5.2 Saran
1. Diharapkan praktikan lebih teliti dalam pengambilan sampel dan penentuan
waktu yang diperlukan dalam pengambilan sampel.
2. Diharapkan praktikan hati-hati dalam menggunakan alat, seperti stirer.
3. Diharapkan praktikan menguasai teori dan prosedur percobaan.
4. Praktikan berikutnya harus sangat berhati-hati dalam melakukan titrasi,
karena volume HCl sangat meentukan walaupun sedikit.

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
A.1 Data Percobaan dengan Pengadukan
Tabel A.1 Tabel Data Percobaan dengan Pengadukan
Waktu (menit)

Volume HCl (ml)

7,0

6,8

12

5,5

16

3,6

20

2,5

24

2,5

28

2,5

A.2 Data Percobaan Tanpa Pengadukan


Tabel A.2 Tabel Data Percobaan Tanpa Pengadukan
Waktu (menit)

Volume HCl (ml)

6,6

6,7

12

3,4

16

20

1,5

24

1,7

28

0,8

32

0,8

36

0,8

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1 Pembuatan Larutan yang Dipakai
B.1.1 Etil Asetat 0,38 M 300 ml

etil asetat = 0,901 gr/ml


BM etil asetat = 88 gr/mol
% etil asetat = 99,5 %
M1

% 10
0,901 99,5 10

= 10,18 M
BM
88

M2 = 0,38 M
V2 = 300 ml
M1 x V1 = M2 x V2
10,18 x V1 = 0,38 x 300
V1 = 11,2 ml
Jadi, volume etil asetat yang diambil adalah 11,2 ml lalu ditambahkan
aquadest sebanyak 288,8 ml.
B.1.2 Natrium Hidroksida 0,4 M 400 ml
V NaOH = 400 ml
M NaOH = 0,4 M
BM NaOH = 40 gr/mol
n NaOH = M x V = 0,4 x 400 = 160 mmol = 0,16 mol
m NaOH = n x BM = 0,16 x 40 = 6,4 gr
Jadi, ditimbang NaOH sebanyak 6,4 gram kemudian dilarutkan dalam
aquadest hingga volume mencapai 400 ml.
B.1.3 Asam Klorida 0,3 M 350 ml

asam klorida = 1,19 gr/ml


BM asam klorida = 36,5 gr/mol
% asam klorida = 37 %

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
M1

1,19 37 10
% 10

= 12,063 M
36,5
BM

M2 = 0,3 M
V2 = 350 ml
M1 x V1 = M2 x V2
12,063 x V1 = 0,3 x 350
V1 = 8,7 ml
Jadi, volume asam klorida yang diambil adalah 8,7 ml lalu ditambahkan
aquadest sebanyak 341,29 ml.
B.2 Penentuan Konversi Reaktan yang Bereaksi
B.2.1 Dengan Pengadukan (t = 4 menit)
Vol. pentiter HCl

= 7,0 ml

Vol. awal etil asetat

= 300 ml

Vol. basa yang digunakan, NaOH

= 400 ml

Mol etil asetat

= 300 ml x 0,38 M

=114 mmol

Mol NaOH

= 400 ml x 0,4 M

= 160 mmol

Mol pentiter

= 7,0 ml x 0,45 M

= 3,15 mmol

Karena digunakan prinsip titrasi, maka dianggap :

mol HCl mol

NaOH yang sisa 3,24 mmol

Maka mol NaOH yang bereaksi (x) adalah :


Vsampel : VNaOH =

Mol

300 ml : 6 ml

(b x)

50

(160 x) : 3,15 mmol

160 157,5

2,5 mmol

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

NaOH Etil Asetat

: MolNaOH Sisa

: 3,15 mmol

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH

CH3COONa + C2H5OH

M:

114

160

R :

2,5

2,5

2,5

2,5

S :

111,5

157,5

2,5

2,5

A = larutan CH3COOC2H5
B = larutan NaOH
dimana:
NA = 111,5 mmol

NA0 = 114 mmol

NB = 157,5 mmol

NB0 = 160 mmol

Maka,

XA

NAo - NA
114 - (111,5)

NAo
114

XB

N Bo - N B

N Bo

0,022

160 - 157,5
160

0,016

B.2.2 Tanpa Pengadukan (t = 4 menit)


Vol. pentiter HCl

= 6,6 ml

Vol. awal etil asetat

= 300 ml

Vol. basa yang digunakan, NaOH

= 400 ml

Mol etil asetat

= 300 ml x 0,38 M

=114 mmol

Mol NaOH

= 400 ml x 0,4 M

= 160 mmol

Mol pentiter

= 6,6 ml x 0,45 M

= 2,97 mmol

Karena digunakan prinsip titrasi, maka dianggap :

mol HCl mol NaOH

yang sisa 2,97 mmol

Maka mol NaOH yang bereaksi (x) adalah :


Vsampel : VNaOH =

Mol

300 ml : 6 ml

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

NaOH Etil Asetat

(b x)

: MolNaOH Sisa

: 2,97 mmol

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
50

(160 x) : 2,97 mmol

160 148,5

11,5 mmol

Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH

CH3COONa + C2H5OH

M:

114

160

R :

11,5

11,5

11,5

11,5

S :

102,5

148,5

11,5

11,5

A = larutan CH3COOC2H5
B = larutan NaOH
dimana:
NA = 102,5 mmol

NA0 = 114 mmol

NB = 148,5 mmol

NB0 = 160 mmol

Maka,

XA

NAo - NA
114 - (102,5)

NAo
114

0,101

XB

NBo - NB

NBo

0,072

160 - 148,5
160

B.3 Penentuan Konsentrasi (CA dan CB)


B.3.1 Dengan Pengadukan (t = 4 menit)
X Etil Asetat 1

C Etil Asetat

C Etil Asetat awal

0,022 1

_ C Etil Asetat
0,38

C Etil Asetat 0,372 M


X NaOH 1

C NaOH
C NaOH awal

C NaOH 0,394 M

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

0,016 1

_ C NaOH
0,4

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

B.3.2 Tanpa Pengadukan (t = 4 menit)


X Etil Asetat 1

C Etil Asetat

C Etil Asetat awal

0,101 1

_ C Etil Asetat
0,38

C Etil Asetat 0,342 M


X NaOH 1

C NaOH

C NaOH awal

0,072 1

_ C NaOH
0,4

C NaOH 0,371 M

B.4 Penentuan Harga Kecepatan Reaksi


B.4.1 Dengan Pengadukan (t = 4 menit)

CBO
0,4

1,053
CAO
0,38
(M _ X A )
1
k
ln
(C _ C ) t M (1 _ X )
M

BO

AO

1
( 1,053 _ 0,022)
k
ln
0,014 M -1menit 1
_
(0,4 0,38)4 1,053(1 0,022)
B.4.2 Tanpa Pengadukan (t = 4 menit)

(M _ X A )
1
k
ln
_
(C BO C AO )t M (1 _ X A )
1
( 1,052 _ 0,1008)
-1
1
k
ln

0,07
M
menit
(0,4 _ 0,38)4 1,052(1 0,1008)

B.5 Penentuan Kecepatan Reaksi


B.5.1 Dengan Pengadukan (t = 4 menit)
-rA = K x CA x CB
-rA = 0,014 M-1 menit-1 x 0,372 M x 0,394 M
= 0,002 M menit-1

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi

B.5.2 Tanpa Pengadukan (t = 4 menit)


-rB = K x CA x CB
-rB = 0,07 M-1 menit-1 x 0,342 M x 0,371 M
= 0,009 M menit-1

LAMPIRAN E
GRAFIK PENENTUAN HARGA Krata-rata
E.1 DENGAN PENGADUKAN
Tabel E.1 ln

M XA
terhadap Waktu
M (1 X A )

T (menit)
M XA
ln
M (1 X A )

ln

4
-0,4384

8
-0,2177

12
-0,1444

16
-0,1075

M XA
M (1 X A )

Slope = (CB0 CA0) k

Grafik E.1 Grafik ln

(CB0 CA0) krata-rata =

M XA
terhadap waktu
M (1 X A )

0,086 ( 0,4384)
30 6

(0,5 0,2) krata-rata = 0,01468

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

24
-0,086

Laboratorium Kimia Fisika


Kecepatan Reaksi
krata-rata = 0,04895

E.2 TANPA PENGADUKAN


Tabel E.2 ln

M XA
terhadap Waktu
M (1 X A )

T (menit)
M XA
ln
M (1 X A )

ln

12

16

-0,4155

-0,214

-0,1392

-0,1044

M XA
M (1 X A )

Slope = (CB0 CA0) k

Grafik E.2 Grafik ln

(CB0 CA0) krata-rata =

0,1044 ( 0,4155)
24 6

(0,5 0,2) krata-rata = 0,01728


krata-rata = 0,0576

Rakhmat Akbar Sinaga/ 080405004

M XA
terhadap waktu
M (1 X A )

You might also like