Professional Documents
Culture Documents
Kecepatan Reaksi
ABSTRAK
Percobaan ini bertujuan untuk mencari konstanta kecepatan reaksi
penyabunan Etil Asetat (CH3COOC2H5) dengan Natrium Hidroksida (NaOH).
Percobaan dilakukan dengan menambahkan larutan Etil Asetat (CH3C00C2H5) ke
dalam larutan Natrium Hidroksida (NaOH) kemudian diaduk dengan stirer. Pada saat
Etil Asetat (CH3COOC2H5) dimasukkan stopwatch dihidupkan. Setiap 4 menit
sampel diambil sebanyak 6 ml dan ditambahkan phenophtalein (C20H14O4) hingga
larutan menjadi merah rosa. Kemudian larutan dititrasi dengan larutan Asam Klorida
(HCl) hingga larutan menjadi bening. Kemudian volume Asam Klorida (HCl) yang
terpakai dicatat. Percobaan dilakukan sampai diperoleh volume HCl yang konstan.
Diperoleh harga konstanta kecepatan reaksi rata-rata dengan pengadukan adalah
0,390 M-1menit-1. Sedangkan harga konstanta kecepatan reaksi rata-rata tanpa
pengadukan adalah -0,574 M-1menit1.
KATA PENGANTAR
Puji syukur praktikan ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan sekalian alam.
Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah ke zaman ilmiah sehingga praktikan dapat
melaksanakan praktikum dan pembuatan laporan pada Praktikum Kimia Fisika di
Laboratorium Kimia Fisika, Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas
Sumatera Utara dengan baik.
Judul praktikum ini adalah Kecepatan Reaksi. Adapun tujuan dari laporan ini
dibuat adalah untuk melengkapi persyaratan yang telah ada pada pelaksanaan
perkuliahan. Keikutsertaan praktikan dalam pembuatan laporan dan tes yang
dilakukan menunjukkan bahwa praktikan telah mengikuti praktikum Kimia Fisika.
Dalam kesempatan ini praktikan ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kepala Laboratorium Kimia Fisika : Ibu Dr. Zuhrina Masyithah, ST, MSc
2. Orang tua yang telah memberikan bantuan baik materil maupun moril
3. Abang-abang dan Kakak-kakak asisten Laboratorium Kimia Fisika, terutama kak
Mada selaku asisten yang menangani modul ini.
4. Teman-teman stambuk 2008, terutama rekan satu kelompok, Ayu Broe atas
kerja sama nya dalam pelaksanaan praktikum dan penulisa laporan ini.
Namun demikian praktikan menyadari apa yang ada dalam laporan ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu adanya kritik dan saran yang membangun sangat
membantu dalam penyempurnaan laporan. Akhirnya praktikan berharap semoga
laporan ini ada manfaatnya bagi praktikan dan yang membacanya.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi reaktan atau produk persatuan
waktu. Di mana terjadi penurunan konsentrasi reaktan dan kenaikan konsentrasi
produk. Di saat kita berbicara tentang kinetika kimia dan teknik-teknik yang
mendukungnya, hal ini telah terbukti bahwa studi atau pengkajian ini erat
hubungannya dengan perkembangan pengertian mekanisme reaksi.
Reaksi kimia berlangsung dengan cepat yang berbeda-beda, dari reaksi yang
berlangsung sangat cepat, seperti meledaknya bom, sampai reaksi sangat lambat
seperti perkaratan besi atau fosfolisasi sisa-sisa organisme.
Dalam bidang Teknik Kimia, pengetahuan akan kecepatan reaksi sangat
penting. Industri kimia yang menghasilkan suatu produk sudah tentu memanfaatkan
reaksi kimia. Produk yang diinginkan adalah produk dengan tingkat kemurnian yang
tinggi dan dapat diperoleh dengan bahan baku yang tidak banyak. Untuk itu perlu
diketahui mekanisme reaksi tersebut. Untuk memahami bagaimana perubahan kimia
berlangsung, perlu dipelajari perubahan bertahap yang dialami atom, molekul radikal
dan ion ketika diubah dari pereaksi ke produk.
Selain itu kecepatan reaksi juga perlu diketahui agar dapat ditentukan kondisi
reaksi (temperatur, tekanan, konsentrasi, dan sebagainya) yang paling baik untuk
reaksi yang bersangkutan. Hal inilah yang melatarbelakangi kita untuk mempelajari
dan mengetahui dasar-dasar pengetahuan tentang kecepatan reaksi.
Percobaan ini dilakukan seperti halnya dijelaskan pada tujuan percobaan,
adalah untuk menentukan konstanta kecepatan reaksi dari reaksi penyabunan etil
asetat dengan NaOH. Pada praktikum kali ini, akan ditentukan pengaruh pengadukan
terhadap kecepatan reaksi. Dimana secara umum, pengadukan akan menyebabkan
tebal lapisan difusi semakin tipis dimana semakin tipis lapisan difusi maka akan
mempercepat reaksi dan kelarutan suatu zat.
Tekanan udara
: 760 mmHg
Temperatur
: 300C
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah NaOH, etil asetat,
HCl, phenolptalen dan aquadest. Sedangkan peralatan yang digunakan pada
percobaan antara lain stirer, buret, beaker glass, labu erlenmeyer, gelas ukur, pipet
tetes, corong gelas, statif, klem dan stopwatch.
Analisa dilakukan setiap 4 menit terhadap campuran NaOH 0,4 M 400 ml dan
CH3COOC2H5 0,38 M 300 ml, lalu dititrasi dengan HCl 0,45 M 350 ml sampai
diperoleh volume pentiter (HCl) konstan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa reaksi kimia berlangsung demikian cepatnya, sehingga zat yang
melakukan reaksi, seolah-olah berubah seluruhnya dalam waktu singkat kedalam zat
yang lain. Suatu contoh tentang hal ini, adalah penyalaan dari suatu campuran gas
letus tetapi sebaliknya reaksi yang lain berlangsung demikian lambatnya, sehingga
setelah bertahun-tahun belum dapat terlihat perubahan yang nyata dalam zat asal
misalnya pengoksidaan bahan bakar pada suhu normal. Antara kedua keadaan ini,
terdapat semua bentuk peralihan. Untuk dapat membandingkan kecepatan dari
berbagai reaksi satu sama lain, kita membutuhkan suatu ukuran tertentu.
Laju kecepatan reaksi adalah perubahan konsentrasi pereaksi dalam suatu
satuan waktu. Hal ini dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya konsentrasi suatu
produk. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol perliter tetapi untuk reaksi fasa
gas maka satuannya adalah tekanan seperti atm, mmHg, Pa, dapat dipakai sebagai
pengganti konsentrasinya.
(Sukardjo, 2002).
2.1
Kecepatan Reaksi
Dalam suatu reaksi kimia konsentrasi semua spesies yang ada berubah
terhadap waktu, sehingga sifat-sifat suatu sistem juga berubah, kecepatan reaksi
diukur dengan mengukur nilai dari sifat-sifat yang tepat yang dapat dihubungkan
dengan komposisi sistem sebagai waktu.
Sifat yang dipilih harus mudah diukur dan berubah seperlunya untuk
menunjukkan perbedaan komposisi sistem seiring dengan perubahan waktu.
Ada banyak metode mempelajari reaksi terhadap waktu, perubahan tekanan,
perubahan pH, perubahan indeks bias, perubahan penyerapan satu atau lebih
gelombang, perubahan resistensi listrik. Metode-metode fisika ini lebih mudah
digunakan dari pada metode kimia.
Konsentrasi reaktan dan produk berubah terhadap waktu. Konsentrasi reaktan
berkurang dari keadaan semula (biasanya nol) ke arah kesetimbangan. Hal ini
ditunjukkan oleh gambar 2.1
(Produk)
C (molar)
(Reaktan)
t (menit)
Gambar 2.1 Variasi Konsentrasi Terhadap Waktu
(Sukardjo, 2002)
2.2
Laju Reaksi
Laju didefinisikan sebagai perubahan konsentrasi per satuan waktu satuan
yang umum adalah mol/liter. Ada beberapa cara untuk mengukur laju dari suatu
reaksi. Sebagai contoh, jika gas dilepaskan dalam suatu reaksi, kita dapat
mengukurnya dengan menghitung volume gas yang dilepaskan per menit pada waktu
tertentu selama reaksi berlangsung. Definisi Laju ini dapat diukur dengan satuan
cm3s-1. Bagaimanapun, untuk lebih formal dan matematis dalam menentukan laju
suatu reaksi, laju biasanya diukur dengan melihat berapa cepat konsentrasi suatu
reaktan berkurang pada waktu tertentu.
Sebagai contoh, andaikan kita memiliki suatu reaksi antara dua senyawa A
dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa diukur
konsentrasinya, misalnya, larutan atau dalam bentuk gas.
A+B
Produk
Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat
konsentrasi, katakan A, berkurang per detik. Kita mendapatkan, sebagai contoh, pada
awal reaksi, konsentrasi berkurang dengan laju 0.0040 mol dm -3 s-1. Hal ini berarti
tiap detik konsentrasi A berkurang 0.0040 mol per desimeter kubik. Laju ini akan
meningkat seiring reaksi dari A berlangsung.
(Clark, 2004).
2.3
contoh,
andaikan
kita
memiliki
suatu reaksi
antara
dua
senyawa A dan B. Misalkan setidaknya salah satu mereka merupakan zat yang bisa
diukur konsentrasinya-misalnya, larutanatau dalam bentuk gas.
Untuk reaksi ini kita dapat mengukur laju reaksi dengan menyelidiki berapa cepat
konsentrasi, katakan A, berkurang per detik.
Kita mendapatkan, sebagai contoh, pada awal reaksi, konsentrasi berkurang dengan
laju 0.0040 mol dm-3 s-1.
Rate -
Produk
dC A
k1 C A ..(1)
dt
Dimana =
k1
Ca
A
t=0
t=t
Produk
a
(a x )
= konstanta awal
(a x) = konstanta saat t
dC A
d (a x)
k1 ( a x )
dt
dt
d (a x)
dx
k1 ( a x )
dt
dt
dx
k1 ( a x )
dt
xx
t 1
1
x 0 (a x) dx t 0 k1 dt
a
k1 t...............................................................( 2)
(a x)
ln
2.3.2
a.
Produk
t=0
t=t
(a = x)
(b x)
dimana: a
dx
k 2 ( a x ) (b x)..............................................................(3)
dt
k2
Hasil integrasi:
k1
1
b (a x)
ln
............................................................( 4)
t ( a b)
a (b x )
b.
2A
t=0
t=t
(a x)
2.3.3
Produk
dx
k 2 ( a x ) 2 ..................................................................(5)
dt
a.
Produk
t=0
t=t
(a x)
(b x)
(c x)
dx
k 3 ( a x ) (b x ) (c x )..........................................(6)
dt
b.
Produk
t=0
t=t
(a x)
(a x)
(c x)
dx
k3 ( a x) 2 (c x )..........................................(7)
dt
(Sukardjo, 2002).
2.4
Orde rekasi
Order reaksi selalu ditemukan melalui percobaan. Kita tidak dapat
menentukan apapun tentang order reaksi dengan hanya mengamati persamaan dari
suatu reaksi. Jadi andaikan kita telah melakukan beberapa percobaan untuk
Adalah cara yang umum menulis rumus dengan tanda kurung persegi untuk
menunjukkan konsentrasi yang diukur dalam mol per desimeter kubik (liter). Kita
juga dapat menulis tanda berbanding lurus dengan menuliskan konstanta (tetapan), k.
Temperatur reaksi
Teori Tumbukan
Reaksi yang hanya melibatkan satu partikel mekanismenya sederhana dan
kita tidak memikirkan tentang orientasi dari tumbukan. Reaksi yang melibatkan
tumbukan antara dua atau partikel akan membuat mekanisme reaksi menjadi lebih
rumit. Sudah merupakan suatu yang tak pelak lagi jika keadaan yang mlibatkan dua
partikel dapat bereaksi jiki mereka melakukan kontak satu dengan yang lain.
Partikel-partikel ini pertama harus bertumbukan, lalu memungkinkan terjadinya
reaksi. Pada reaksi ini kedua partikel harus bertumbukan dengan mekanisme yang
tepat, dan energi yang lebih besar untuk memutuskan energi ikatan mereka
sebelumnya.
Pertimbangkan suatu reaksi sederhana yang melibatkan tumbukan antara dua
molekul etena dan hidrogen klor, HCl sebagai contoh. Keduanya bereaksi untuk
menghasilkan kloroetan.
Sebagai hasil dari tumbukan antara dua molekul, ikatan rangkap diantara dua
karbon berubah menjadi tunggal. Satu hidrogen atom berikatan dengan satu karbon
transesterifikasi dapat berlangsung sempurna pada suhu kamar dengan waktu reaksi
yang cukup lama. Umumnya suhu reaksi yang terjadi mengikuti suhu didih metanol
(60-70 0C) pada tekanan atmosferik. Hasil reaksi yang maksimum didapatkan pada
kisaran suhu reaksi antara 60-80 0C dengan perbandingan mol alkohol dengan
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Bahan, Peralatan & Rangkaian Peralatan
3.1.1 Bahan
1. Asam Klorida (HCl)
A. Sifat Fisika
1. Densitas
: 1,18 gcm-3
2. Massa molar
: 34,46 gmol-1
3. Titik lebur
: -27,32 0C
4. Titik didih
: 110 0C
5. Berwarna bening
6. Larut dalam air
7. Bersifat korosif
8. Zat cair encer
9. Berbau tajam dan menyengat
B. Sifat Kimia
1. Apabila direaksikan dengan NaOH akan membentuk garam dan air
HCl + NaOH
NaCl + H2O
2FeCl3 + 3H2O
2. Aquadest (H2O)
A. Sifat Fisika
1. Densitas
2. Massa molar
: 18,0153 gmol-1
3. Titik lebur
: 0 0C
4. Titik didih
: 100 0C
H2O
O2(g)
: 0,897 gcm-3
2. Massa molar
: 88,12 gmol-1
3. Titik lebur
: -83,6 0C
4. Titik didih
: 77,1 0C
5. Tidak beracun
6. Zat cair tidak berwarna
7. Memiliki bau yang khas
8. Digunakan sebagai pelarut
9. Larut dalam etanol, aseton, dietileter dan benzen, tidak larut dalam air
B. Sifat Kimia
1. Dihasilkan dari reaksi antara etanol dan asam asetat
CH3CH2OH + CH3COOH
CH3COOCH2CH3 + H2O
C2H5OH + CH3COONa
: 2,1 gcm-3
2. Massa molar
: 39,9971 gmol-1
3. Titik lebur
: 318 0C
4. Titik didih
: 1390 0C
5. Larut dalam pelarut polar seperti etanol tetapi tidak larut dalam
dietileter dan pelarut non polar lainnya.
6. Bersifat basa dan paling umum digunakan di laboratorium
HCl + NaOH
2. Reaksi dengan asam asetat akan menghasilkan sodium asetat dan H2O
CH3COOH + NaOH
CH3COONa + H2O
5. Phenolftalein (C20H14O4)
A. Sifat Fisika
1. Densitas
2. Massa molar
: 318,323 gmol-1
3. Titik lebur
: 262,5 0C
3. Buret
Fungsi : Sebagai alat titrasi.
4. Timbangan
Fungsi : Sebagai alat mengukur massa zat yang akan digunakan.
6. Gelas ukur
Fungsi : Untuk mengukur volume larutan.
7. Pipet tetes
Fungsi : Untuk menambahkan larutan yang dibutuhkan dalam jumlah
kecil.
8. Stirrer
Fungsi : Untuk Mengaduk Larutan
9. Beaker gelas
Fungsi : Sebagai wadah tempat larutan.
10. Stopwatch
Fungsi : Untuk menghitung waktu
1. Dibuat 300 ml larutan etil asetat 0,38 M, 400 ml larutan NaOH 0,4 M dan
350 ml larutan HCl 0,45 M.
2. Larutan NaOH dimasukkan dalam beaker glass.
3. Kemudian larutan etil asetat dimasukkan ke dalam beaker gelas secara
perlahan-lahan sambil diaduk dengan stirer dan stopwatch dihidupkan.
4. Setelah 4 menit diambil sampel sebanyak 6 ml, tambahkan dengan indikator
Phenolpthalein, dan dititer dengan HCl 0,45 M sampai diperoleh volume HCl
yang konstan.
5. Volume HCl yang digunakan pada setiap titrasi dicatat.
6. Diulangi hingga volume HCl yang digunakan konstan.
3.2.2 Prosedur Percobaan Tanpa Pengadukan
1. Dibuat larutan 300 ml etil asetat 0,38 M, larutan 400 ml NaOH 0,4 M dan
larutan 350 ml HCl 0,45 M.
2. Larutan NaOH dimasukkan dalam beaker glass dan didiamkan tanpa
pengadukan.
3. Kemudian larutan etil asetat dituangkan ke dalam beaker gelas secara
perlahan-lahan dan stopwatch dihidupkan.
4. Setelah 4 menit diambil sampel sebanyak 6 ml, tambahkan dengan indikator
Phenolpthalein, dan dititer dengan HCl 0,45 M sampai diperoleh volume
HCl yang konstan.
5. Volume HCl yang digunakan pada setiap titrasi dicatat.
6. Diulangi hingga volume HCl yang digunakan konstan.
Apakah volume
HCl sudah
konstan?
Tidak
Ya
Dicatat volume HCl yang dipakai
Selesai
Stopwatch dihidupkan
Diambil sampel sebanyak 6 ml setiap 4 menit
Tambahkan phenolphthalein 3 tetes
hingga larutan menjadi merah rosa
Apakah volume
HCl sudah
konstan?
Tidak
Ya
Dicatat volume HCl yang dipakai
Selesai
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
4.1.1 Dengan Pengadukan
Tabel 4.1 Tabel Hasil Percobaan Kecepatan Reaksi dengan Pengadukan
Konsentrasi
Konversi
No
t
(menit)
XB
K
(M-1 menit-1)
-rA
(M/menit)
CA
CB
XA
0,372
0,394
0,022
0,016
0,014
0,002
0,357
0,383
0,061
0,044
0,020
0,003
12
0,259
0,309
0,318
0,227
0,096
0,008
16
0,117
0,203
0,693
0,494
0,334
0,008
20
0,034
0,141
0,910
0,648
1,024
0,005
24
0,034
0,141
0,910
0,648
0,853
0,004
Konversi
No
t
(menit)
XB
K
(M menit-1)
-rA
(M/menit)
CA
CB
XA
0,342
0,371
0,101
0,072
0,070
0,009
0,349
0,377
0,081
0,058
0,028
0,004
12
0,102
0,191
0,732
0,522
0,535
0,010
16
0,072
0,169
0,811
0,578
0,609
0,007
20
-0,041
0,084
1,107
0,789
-1,811
0,006
24
-0,026
0,096
1,068
0,761
-3,207
0,008
28
-0,093
0,045
1,246
0,888
-0,522
0,002
32
-0,093
0,045
1,246
0,888
-0,457
0,002
36
-0,093
0,045
1,246
0,888
-0,406
0,002
4.2 Pembahasan
-1
Gambar 4.1 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi Vs. Waktu (dengan Pengadukan)
Menurut teori, harga konstanta reaksi akan semakin kecil nilainya seiring
dengan bertambahnya waktu. Semakin lama waktu yang dibutuhkan reaksi itu untuk
memperoleh nilai konstan
Gambar 4.2 Grafik Konstanta Kecepatan Reaksi Vs. Waktu (Tanpa Pengadukan)
Menurut teori, harga konstanta reaksi akan semakin kecil nilainya seiring
dengan bertambahnya waktu. Semakin lama waktu yang dibutuhkan reaksi itu untuk
memperoleh nilai konstan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari hasil pengamatan pada percobaan ini harga konstanta reaksi seharusnya
memiliki harga yang konstan, namun dapat dilihat dari grafik yang diperoleh
dari kedua percobaan memiliki nilai yang tidak konstan karena mengalami
kenaikan dan penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan dalam
percobaan maupun metode perhitungan yang tidak sesuai.
2.
Dari hasil pengamatan pada percobaaan ini harga laju reaksi berbanding
terbalik dengan selang waktu. Laju reaksi akan semakin berkurang dengan
pertambahan waktu yang mengakibatkan penurunan pada grafik laju reaksi vs
waktu. Semakin besar waktu yang dibutuhkan akan semakin kecil harga laju
reaksinya. Semakin lama reaksi berlangsung maka kecepatan reaksi akan
semakin menurun karena jumlah pereaksi semkin berkurang.
3.
5.2 Saran
1. Diharapkan praktikan lebih teliti dalam pengambilan sampel dan penentuan
waktu yang diperlukan dalam pengambilan sampel.
2. Diharapkan praktikan hati-hati dalam menggunakan alat, seperti stirer.
3. Diharapkan praktikan menguasai teori dan prosedur percobaan.
4. Praktikan berikutnya harus sangat berhati-hati dalam melakukan titrasi,
karena volume HCl sangat meentukan walaupun sedikit.
LAMPIRAN A
DATA PERCOBAAN
A.1 Data Percobaan dengan Pengadukan
Tabel A.1 Tabel Data Percobaan dengan Pengadukan
Waktu (menit)
7,0
6,8
12
5,5
16
3,6
20
2,5
24
2,5
28
2,5
6,6
6,7
12
3,4
16
20
1,5
24
1,7
28
0,8
32
0,8
36
0,8
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN
B.1 Pembuatan Larutan yang Dipakai
B.1.1 Etil Asetat 0,38 M 300 ml
% 10
0,901 99,5 10
= 10,18 M
BM
88
M2 = 0,38 M
V2 = 300 ml
M1 x V1 = M2 x V2
10,18 x V1 = 0,38 x 300
V1 = 11,2 ml
Jadi, volume etil asetat yang diambil adalah 11,2 ml lalu ditambahkan
aquadest sebanyak 288,8 ml.
B.1.2 Natrium Hidroksida 0,4 M 400 ml
V NaOH = 400 ml
M NaOH = 0,4 M
BM NaOH = 40 gr/mol
n NaOH = M x V = 0,4 x 400 = 160 mmol = 0,16 mol
m NaOH = n x BM = 0,16 x 40 = 6,4 gr
Jadi, ditimbang NaOH sebanyak 6,4 gram kemudian dilarutkan dalam
aquadest hingga volume mencapai 400 ml.
B.1.3 Asam Klorida 0,3 M 350 ml
1,19 37 10
% 10
= 12,063 M
36,5
BM
M2 = 0,3 M
V2 = 350 ml
M1 x V1 = M2 x V2
12,063 x V1 = 0,3 x 350
V1 = 8,7 ml
Jadi, volume asam klorida yang diambil adalah 8,7 ml lalu ditambahkan
aquadest sebanyak 341,29 ml.
B.2 Penentuan Konversi Reaktan yang Bereaksi
B.2.1 Dengan Pengadukan (t = 4 menit)
Vol. pentiter HCl
= 7,0 ml
= 300 ml
= 400 ml
= 300 ml x 0,38 M
=114 mmol
Mol NaOH
= 400 ml x 0,4 M
= 160 mmol
Mol pentiter
= 7,0 ml x 0,45 M
= 3,15 mmol
Mol
300 ml : 6 ml
(b x)
50
160 157,5
2,5 mmol
: MolNaOH Sisa
: 3,15 mmol
CH3COONa + C2H5OH
M:
114
160
R :
2,5
2,5
2,5
2,5
S :
111,5
157,5
2,5
2,5
A = larutan CH3COOC2H5
B = larutan NaOH
dimana:
NA = 111,5 mmol
NB = 157,5 mmol
Maka,
XA
NAo - NA
114 - (111,5)
NAo
114
XB
N Bo - N B
N Bo
0,022
160 - 157,5
160
0,016
= 6,6 ml
= 300 ml
= 400 ml
= 300 ml x 0,38 M
=114 mmol
Mol NaOH
= 400 ml x 0,4 M
= 160 mmol
Mol pentiter
= 6,6 ml x 0,45 M
= 2,97 mmol
Mol
300 ml : 6 ml
(b x)
: MolNaOH Sisa
: 2,97 mmol
160 148,5
11,5 mmol
CH3COONa + C2H5OH
M:
114
160
R :
11,5
11,5
11,5
11,5
S :
102,5
148,5
11,5
11,5
A = larutan CH3COOC2H5
B = larutan NaOH
dimana:
NA = 102,5 mmol
NB = 148,5 mmol
Maka,
XA
NAo - NA
114 - (102,5)
NAo
114
0,101
XB
NBo - NB
NBo
0,072
160 - 148,5
160
C Etil Asetat
0,022 1
_ C Etil Asetat
0,38
C NaOH
C NaOH awal
C NaOH 0,394 M
0,016 1
_ C NaOH
0,4
C Etil Asetat
0,101 1
_ C Etil Asetat
0,38
C NaOH
C NaOH awal
0,072 1
_ C NaOH
0,4
C NaOH 0,371 M
CBO
0,4
1,053
CAO
0,38
(M _ X A )
1
k
ln
(C _ C ) t M (1 _ X )
M
BO
AO
1
( 1,053 _ 0,022)
k
ln
0,014 M -1menit 1
_
(0,4 0,38)4 1,053(1 0,022)
B.4.2 Tanpa Pengadukan (t = 4 menit)
(M _ X A )
1
k
ln
_
(C BO C AO )t M (1 _ X A )
1
( 1,052 _ 0,1008)
-1
1
k
ln
0,07
M
menit
(0,4 _ 0,38)4 1,052(1 0,1008)
LAMPIRAN E
GRAFIK PENENTUAN HARGA Krata-rata
E.1 DENGAN PENGADUKAN
Tabel E.1 ln
M XA
terhadap Waktu
M (1 X A )
T (menit)
M XA
ln
M (1 X A )
ln
4
-0,4384
8
-0,2177
12
-0,1444
16
-0,1075
M XA
M (1 X A )
M XA
terhadap waktu
M (1 X A )
0,086 ( 0,4384)
30 6
24
-0,086
M XA
terhadap Waktu
M (1 X A )
T (menit)
M XA
ln
M (1 X A )
ln
12
16
-0,4155
-0,214
-0,1392
-0,1044
M XA
M (1 X A )
0,1044 ( 0,4155)
24 6
M XA
terhadap waktu
M (1 X A )