Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
penghantar dan kuadrat arus beban. Selain itu rugi-rugi daya (losses) dapat juga
disebabkan non teknis
Di Area Makassar terdapat 13 Gardu Induk, diantaranya adalah Gardu
Induk sektor Tello 30 kV. Gardu induk Tello mengasuh 13 penyulang, salah satunya
adalah Penyulang yang melayani Unhas. Penyulang ini
pendistribusian tenaga listrik untuk pelanggan yang berada di daerah Unhas dan
sekitarnya. Berdasarkan data dari perusahaan PT. PLN (Persero) Rayo Makassar
Timur, dalam beberapa bulan terakhir penyulang Unhas mengalami losses yang
meningkat. Selain itu penyulang Unhas juga dikategorikan sebagai penyulang yang
sering kali mengalami gangguan.
Berdasarkan permasalahan yang ada, untuk mengetahui besar rugi daya sisi
primer pada Penyulang Unhas, penulis mencoba mengangkat judul tugas akhir yaitu
Analisis Rugi Daya di Penyulang Unhas PT. PLN (Persero) Rayon Makassar
Timur .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka rumusan masalah yang
timbul pada penelitian ini sebagai berikut :
1. Berapa besar rugi daya yang timbul pada penyulang Unhas ?
2. Apa penyebab rugi daya yang timbul pada penyulang Unhas?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam tugas akhir ini yaitu:
1. Untuk Mendapatkan besar rugi daya yang timbul pada penyulang Unhas.
2. Untuk menemukan penyebab rugi daya yang timbul pada penyulang
Unhas.
2
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dalam bentuk :
1. Sebagai bahan pembelajaran dalam upaya menambah pengetahuan dan
wawasan yang lebih luas.Selain itu, juga sebagai bahan informasi atau
bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam skala yang lebih luas dan
kompleks yang berkaitan dengan judul ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistem Distribusi Tenaga Listrik
1. Umum
Jaringan yang keluar dari pembangkit tenaga listrik sampai pada
gardu induk disebut jaringan transmisi sedangkan jaringan yang keluar dari
gardu induk sampai kepada konsumen disebut dengan jaringan distribusi.
Oleh karena itu, sistem distribusi merupakan salah satu sistem tenaga listrik
yang paling dekat pelanggan. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator
sinkron pada pembangkit biasanya dengan besar tegangan 11kV sampai
24kV, kemudian dinaikkan tegangannya di gardu induk menggunakan
transformator step-up menjadi tegangan 150kV sampai 500kV yang
kemudian disalurkan melalui saluran transmisi. Peningkatan tegangan
bertujuan untuk memperkecil rugi daya yang terjadi pada saluran.
Saluran Tegangan Tinggi (STT) menyalurkan tenaga listrik menuju
pusat penerima, dimana tegangan diturunkan menjadi tegangan subtransmisi
70kV. Pada gardu induk (GI) tenaga listrik yang diterima kemudian
dilepaskan menuju transformator distribusi dalam bentuk tegangan menengah
20kV. Setelah tenaga listrik disalurkan melalui jaringan distribusi primer
maka tenaga listrik diturunkan tegangannya dalam gardu distribusi menjadi
tegangan rendah dengan tegangan 380V/220V yang kemudian disalurkan
melalui jaringan tegangan rendah untuk selanjutnya disalurkan ke pelanggan.
Sistem distribusi terdiri dari jaringan tegangan menengah (JTM) & jaringan
tegangan rendah (JTR), dimana pada umumnya beroperasi secara radial.
Tujuan menaikkan tegangan ialah untuk memperkecil kerugian daya
listrik pada saluran transmisi, dimana dalam hal ini kerugian daya adalah
sebanding dengan kuadrat arus yang mengalir (I2.R). Dengan daya yang
sama bila nilai tegangannya diperbesar, maka arus yang mengalir semakin
kecil sehingga kerugian daya juga akan kecil pula (Suhadi dkk.,2008).
Dari saluran transmisi, tegangan diturunkan lagi menjadi 20 kV
dengan transformator penurun tegangan pada gardu induk distribusi,
kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik
dilakukan oleh saluran distribusi primer. Dari saluran distribusi primer inilah
gardu-gardu distribusi mengambil tegangan untuk diturunkan tegangannya
dengan trafo distribusi menjadi sistem tegangan rendah, yaitu 220/380Volt.
Selanjutnya disalurkan oleh saluran distribusi sekunder ke konsumenkonsumen. Dengan ini jelas bahwa sistem distribusi merupakan bagian yang
penting dalam sistem tenaga listrik secara keseluruhan.
Skema penyaluran tenaga listrik dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Gambar 2.2 Skema Pusat Listrik yang dihubungkan Melalui Saluran Transmisi
ke Gardu Induk (Suhadi, dkk.2008)
Gambar 2.3 Jaringan Tegangan Menengah (JTM), Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
dan Sambungan Rumah ke Pelanggan (Suhadi, dkk.2008)
Kuasa
Usaha
Utama
sebagaimana
diatur
dalam
UU
titik beban-beban yang dilayani dan tidak memiliki saluran alternatif lain.
Gambar jaringan tegangan menengah dengan konfigurasi radial dibawah
ini menggambarkan jaringan tegangan menengah berupa feeder-feeder
radial yang keluar dari GI. Sepanjang feeder terdapat transformator
distribusi (TD) yang dilengkapi dengan sekering (S) trafo distribusi yang
diletakkan sedekat mungkin dengan beban. Keunggulan dari konfigurasi
radial ini adalah bentuknya yang sederhana dan biaya investasinya yang
cukup murah. Adapun kelemahan dari konfigurasi ini adalah kualitas
pelayan dayanya yang relatif jelek karena rugi tegangan dan rugi daya
yang terjadi pada saluran relatif besar serta keberlanjutan pelayanan
dayanya tidak terjamin, sebab antara titik sumber dan titik beban hanya
ada satu alternatif sehingga bila terjadi gangguan maka seluruh rangkaian
akan mengalami black out total.
Gambar 2.4 Jaringan Tegangan Menengah dengan Konfigurasi Radial (Fariz Alfahariski, 2012)
2) Konfigurasi ring, merupakan perkembangan dari konfigurasi radial
yaitu konfigurasi yang pada titik bebannya terdapat dua alternatif saluran
yang berasal lebih dari satu sumber. Susunan rangkaian feeder
membentuk cincin yang memungkinkan titik beban dilayani dari dua
arah feeder, sehingga keberlanjutan pelayan lebih terjamin serta kualitas
dayanya menjadi lebih baik karena rugi tegangan dan rugi daya pada
saluran menjadi lebih kecil.
Gambar 2.5 Jaringan Tegangan Menengah dengan Konfigurasi Ring (Fariz Alfahariski, 2012)
3) Konfigurasi spindel, merupakan konfigurasi yang biasanya terdiri dari
maksimum 6 feeder dalam keadaan dibebani dan 1 feeder dlam keadaan
kerja tanpa beban. Saluran dengan 6 feeder yang beroperasi dalam
keadaan berbeban dinamakan working feeder sedangkan saluran yang
dioperasikan tanpa beban dinamakan express feeder. Fungsi dari express
feeder adalah sebagai cadangan pada saat terjadi gangguan pada salah
satu working feeder dan juga berfungsi untuk memperkecil terjadinya
10
Gambar 2.6 Jaringan Tegangan Menengah dengan Konfigurasi Spindel (Fariz Alfahariski, 2012)
Konstruksi jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat
dikelompokkan menjadi 3 macam konstruksi sebagai berikut. (PT. PLN
(Persero) Buku 5, 2010) :
1) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM)
Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai
konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang
sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan
Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia.
Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang
yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan
penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang
terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman
minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kV tersebut
11
antar Fhase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan
jangkauan manusia.
Gambar 2.7 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) (PT. PLN (Persero)
Buku 5, 2010)
12
1) Gardu Tiang
a) Gardu Portal
14
Gambar 2.8 Gardu Portal dan Bagan satu garis (PT. PLN (Persero) Buku 4, 2010)
Untuk Gardu Tiang pada sistem jaringan lingkaran terbuka (openloop), seperti pada sistem distribusi dengan saluran kabel bawah tanah,
konfigurasi peralatan adalah section dimana transformator distribusi
dapat di catu dari arah berbeda yaitu posisi Incoming Outgoing atau
dapat sebaliknya.
Guna mengatasi faktor keterbatasan ruang pada Gardu Portal,
maka digunakan konfigurasi switching/proteksi yang sudah terakit ringkas
sebagai RMU (Ring Main Unit). Peralatan switching incoming-outgoing
berupa Pemutus Beban atau LBS (Load Break Switch) atau Pemutus
Beban Otomatis (PBO) atau CB (Circuit Breaker) yang bekerja secara
manual (atau digerakkan dengan remote control).
15
Gambar 2.9 Bagan satu garis Gardu Portal (PT. PLN (Persero) Buku 4, 2010)
b) Gardu Cantol
Pada Gardu Distribusi tipe cantol, transformator yang terpasang
adalah transformator dengan daya 100 kVA Fhase 3 atau Fhase 1.
Transformator yang dipasang adalah jenis CSP (Completely Self
Protected Transformer) yaitu peralatan switching dan proteksinya sudah
terpasang lengkap dalam tangki transformator.
16
Gambar 2.10 Gardu Tipe Cantol (PT. PLN (Persero) Buku 4, 2010)
17
18
Gambar 2.13 Penghantar Berisolasi Penuh (Three Single Core) (PT. PLN (Persero)
Buku 5, 2010)
2) Isolator
Pada jaringan SUTM, Isolator pengaman penghantar bertegangan
dengan tiang penopang/travers dibedakan untuk jenis konstruksinya adalah :
a) Isolator Tumpu
Gambar 2.14 Jenis - jenis Isolator Tumpu (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
21
b) Isolator Tarik
Gambar 2.15 Jenis-Jenis Isolator Tarik (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
3)
22
Gambar 2.16 Live Line Connector (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
4) Tiang
Untuk konstruksi Jaringan Tagangan Menengah (JTM), tiang yang
dipakai adalah dari jenis tiang kayu, tiang besi , dan tiang beton dengan
ukuran 11 m, 12 m, 13 m, 15 m dan dengan kekuatan 350 daN, 500 daN,
800 daN (Hamma, Agussalim. 2012).
a) Tiang Kayu
Sesuai SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk
jaringan distribusi, kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga
pada beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu
memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar
penghantar SUTM. (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
b) Tiang Besi
Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan
hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan.
Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah
tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan
dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya
material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton
akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton.
23
c) Tiang Beton
Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan
di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi
tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi
rangkaian besi profil.
Pemilihan kekuatan tiang dipilih berdasarkan luas penampang,
sistem jaringan (satu fasa, tiga fasa), sudut belokan hantaran, dan fungsi
tiang. Beriukt tabel pemilihan kekuatan tiang distribusi tegangan
menengah.
Tabel 2.1 Pemilihan kekuatan tiang ujung jaringan distribusi tegangan menengah
Jarak
gawang
50 m
Sudut
Jalur
Penghantar
A3C
Penghantar
Twisted
JTR
35 mm2
35 mm2
35 mm2
35 mm2
70 mm2
70 mm2
70 mm2
350
500
800
2x800
1200
0 150
150 300
300 600
> 600
00 150
150 300
300 600
X
X
X
X
X
X
24
> 600
00 150
150 300
300 600
> 600
00 150
150 300
300 600
> 600
00 150
150 300
300 600
> 600
70 mm2
150 mm2
150 mm2
150 mm2
150 mm2
240 mm2
240 mm2
240 mm2
240 mm2
Double
Circuit
150 mm2
X
X
X
X
X
X
X
b. Gardu Distribusi
Gardu Distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem
distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau
untuk mendistribusikan tenaga listrik pada beban baik tegangan menengah
atau tegangan rendah.
Transformator step up digunakan pada pembangkit tenaga listrik agar
tegangan yang didistribusikan pada suatu jaringan panjang tidak terjadi jatuh
tegangan (Voltage drop). Transformator step down untuk menurunkan
tegangan listrik dari jaringan distribusi tegangan menengah menjadi tegangan
rendah yaitu 20 kV menjadi tegangan 220/380 kV.
25
1) Transformator
a) Transformator Distribusi Fhase 3
dalam dilengkapi
bushing TM
isolator
keramik
atau
Gambar 2.17 Transformator Distribusi Fhase 3 yang dibelah (PT. PLN (Persero) Buku
5, 2010)
Keterangan
Untuk Sistem 3 Kawat
26
50
100
160
200
250
315
400
500
630
Ynyn0
(CSP)
adalah
27
Gambar 2.19 Fused Cut Out (FCO) (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
b) Lightning Arester (LA)
Lightning
Arester
(LA)
berfungsi
untuk
melindungi
28
Gambar 2.20 Lighting Arrester (LA) (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
Pada percabangan atau pengalokasian seksi pada jaringan SUTM
untuk maksud kemudahan operasional harus dipasang Pemutus Beban (Load
Break Switch : LBS), selain LBS dapat juga dipasangkan Fused Cut-Out
(FCO).
a)
b)
29
Gambar 2.21 a) Contoh Letak Pemasangan Fused Cut Out (FCO) , b) Contoh
Letak Pemasangan Load Break Switch (LBS) (PT. PLN (Persero) Buku 5, 2010)
adalah
suatu
kombinasi
dari
satu
atau
lebih
30
Tiang Beton
Penghantar Kabel Pilin Udara (NFA2Y)
Penghantar Kabel Bawah Tanah (NYFGBY)
Perlangkapan Hubung Bagi dengan Kendali
Tension bracket
Strain clamp
Suspension bracket
Suspension Clamp
Stainless steel strip
Stopping buckle
Link
Plastic strap
Joint sleeve Press Type ( Al Al ; Al Cu )
Connector press type
Piercing Connector Type
Elektroda Pembumian
Penghantar Pembumian
Pipa galvanis
Turn buckle
Guy-wire insulator
Ground anchor set
Steel wire
31
w) Guy-Anchor
x) Collar bracket
y) Terminating thimble
z) U clamp dan Connector Block
2) Operasi Jaringan Sistem Distribusi Tegangan Rendah
Jaringan sistem distribusi tegangan rendah atau yang biasa disebut
dengan jaringan tegangan sekunder digunakan untuk menyalurkan tenaga
listrik dari gardu distribusi ke beban-beban yang ada di konsumen
menggunakan saluran udara tegangan rendah (SUTR) dengan besar
tegangan 380/220V. SUTR dapat berupa saluran udara dengan konduktor
yang telanjang atau kabel udara. Saluran tegangan rendah dapat berupa
kabel tanah namun kabel ini sangat jarang sekali dipakai di Indonesia
karena harganya yang relatif mahal. SUTR yang menggunakan kabel
udara banyak dikembangkan pemakaiannya oleh PLN karena
gangguannya lebih sedikit dibandingkan dengan SUTR yang
menggunakan konduktor telanjang. jika dibandingkan dengan kabel tanah
tegangan rendah, SUTR yang memakai kabel udara masih lebih murah.
Pada sistem distribusi sekunder bentuk saluran yang paling banyak
digunakan ialah sistem radial dan pengamannya hanya berupa sekring
saja. Sistem ini biasanya disebut tegangan rendah yang langsung akan
dihubungkan kepada konsumen/pemakai tenaga listrik dengan peralatanperalatan sebagai berikut:
1) Papan pembagi pada transformator distribusi
2) Hantaran tegangan rendah (saluran distribusi sekunder)
3) Saluran layanan pelanggan (SLP) (ke konsumen/pemakai)
32
4) Alat pembatas dan pengukur daya (kWH meter) serta fuse atau
pengaman pada pelanggan
34
Power Factor
Daya aktif
P
Daya semu S
...............................(1)
dimana,
Pf
........................................................(2)
dimana :
S = daya semu (VA)
P = daya aktif tersalur (Watt)
Q = daya reaktif tersalur (VAR)
3) Daya Beban
38
39
R=
L
A
.. (4)
dimana:
R = tahanan saluran ()
= hambatan jenis ( mm2/m)
L = panjang saluran (m)
A = luas penampang (mm2)
5) Perhitungan Rugi-Rugi Daya (Losses) pada Saluran Distribusi
Persamaan umum rugi-rugi daya aktif :
P = I2 .R
.(5)
XL
Persamaan
rugi-rugi
daya
tiga
fasa
pada
feeder
(penyulang):
P = 3 .I2 .R .t ..(7)
P
= waktu (jam)
Persamaan total daya yang mengalir pada segmen per-
feeder:
3
.vl-l.I.t.cos .(8)
dimana:
P
XL
= waktu (jam)
v l-l
x 100% ..(9)
b. Metode 2
Perhitungan rugi daya pada feeder / penyulang dalam per-tahun
yang digunakan secara umum dikenal sebagai km-kVA metode yang
bersumber dari jurnal IEEE yaitu Estimasi rugi-rugi daya pada
distribusi feeder, Rao, P.S, 2006. Perhitungan rugi daya ini
memperhitungkan faktor beban (load factor) dan faktor diversitas
(divercity factor). Rugi daya feeder / penyulang per-tahun dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini:
p 2 .RT LLF
2.LDF DF 2
P2 . R T
2 x LDF
LLF
DF 2 KWH (10)
Dimana :
42
Ri
Li
Pi
= i= 1Li
RT
= i=1RiLi
DF
LF
LLF
LDF
BAB III
43
METODE PENELITIAN
A. Tempat & Waktu
Secara alamiah rugi daya pada sistem distribusi tenaga listrik pasti
terjadi, hanya saja besar rugi daya yang terjadi di setiap daerah pasti berbeda.
Oleh karena itu, pengambilan data dalam penelitian kali ini hanya dikhususkan
pada penyulang Unhas di PT. PLN (Persero) Rayon Makassar Timur dan
pengerjaan analisanya dilaksanakan di Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Adapun waktu pengambilan data dalam penelitian ini, dimulai pada bulan April
sampai Juni 2014.
B. Prosedur Penelitian
Dalam menyelesaikan laporan penelitian proyek akhir ini, tentu harus
mengikuti langkah langkah yang terstruktur dan sistematis agar dalam
menganalisis rugi daya pada sistem distribusi dapat di kerjakan dengan baik dan
benar , adapun prosedur yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mengenali permasalahan yang terjadi
2. Pengambilan data Konstruksi Sistem Jaringan Distribusi : data tersebut
diambil sebagai pendukung data penyebab terjadinya rugi daya.Adapun data
yang ingin diketahui dalam hal ini adalah :
a. Besar Arus
b. Luas Penampang / Penghantar
c. Panjang Penghantar
d. Besar Energi yang dikeluarkan oleh gardu induk
e. Besar Energi yang Terjual
44
Mulai
Mengenali Sistem Penyulang
yang
Melayani Unhas
Mengumpulkan data
Solusi
selesai
45
BAB IV
46
A. Hasil
Besar penyusutan daya pada jaringan merupakan selisih antara besar
daya yang tersalurkan dengan besar daya yang terpakai atau terjual pada
pelanggan yang terukur atau dihitung mulai dari keluaran gardu induk sampai
pada keluaran trafo distribusi atau input pada gardu distribusi yang dikenal
dengan jaringan distribusi sisi primer. Untuk studi susut daya pada tegangan
menengah ini, data yang digunakan adalah data pada tahun 2014.
Data-data yang diperlukan untuk dilakukan perhitungan rugi-rugi
(losses) JTM antara lain:
a. Gambar single line diagram dari penyulang Unhas.
b. Data laporan pengukuran pada penyulang yang terdiri dari :
- Kapasitas KVA trafo distibusi pada penyulang.
- Pengukuran panjang, penampang, dan jenis kabel pada penyulang.
- Pengukuran KWH bulanan.
- Pengukuran jumlah arus beban.
Dari hasil observasi yang dilakukan dilapangan dan pengumpulan data
pada penyulang, maka dirampungkan data dan hasil perhitungan susut daya
sebagai berikut:
1. Data Data Penyulang
Pada sisi distribusi GI Tello melayani 13 penyulang dengan kapasitas
trafo 60 MVA. Berikut gambar single line GI Tello :
47
Gambar 4.1 Single Line Diagram Gardu Iduk Tello 30 kV (Arsip dan
Dokumentasi PT. PLN, 2014)
a. Data Trafo Penyulang yang melayani Unhas
Pada penyulang yang melayani Unhas terdapat 11 buah trafo
distribusi, dimana panjang penyulang (3,377 kms) berikut gambar 4.2
dan data trafo pada tabel 4.1 yang diperoleh :
48
Gambar 4.2 Line Diagram Penyulang yang melayani Unhas (Arsip dan Dokumentasi
PT. PLN, 2014)
Tabel 4.1 Kapasitas trafo distribusi yang diasuh oleh penyulang
No
No Gardu
Alamat
Merk
Kapasitas
kVA
1 GT I PT 01 / GD1
2 GT I PT 02 / GD2
3 GT I PT 03 / GD3
4 GT I PT 04 / GD4
PR. ANTARA
Jl P. KEM PR. ASAL MULA
Blok C
TRAFINDO
400
B&D
100
SINTRA
315
UNINDO
200
5 GT I PT 05 / GD5
6 GT I PT 06 / GD6
7 GT I PT 07 / GD7
8 GB I PT 08 / GD8
9 GT I PT 09 / GD9
10 GT I PT 10 / GD10
160
BTN ASAL MULA DKT
MASJID DKT TALIP Blok E
Jl P. KEM DKT ASAL MULA
( PR. BARU )
GARDU BATU UNHAS
JL POLITEKNIK UNHAS
TOWER BTS
JL POLITEKNIK UNHAS
DKT WOSHOP
SINTRA
160
KALTRA
50
2000
SINTRA
50
TRAFINDO
160
11 GB I PT 11 / GD11
POLITEKNIK
Sumber : Arsip dan Dokumentasi PT. PLN, 2014
630
b. Data Penghantar
49
50
Gambar 4.3 Line Diagram dan Penentuan Jarak Penyulang yang melayani Unhas
(Arsip dan Dokumentasi PT. PLN, 2014)
51
DARI
KE
B
GI
GD 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
DATA PENGHANTAR
JENIS
DIAMETE
JARA
PENGHANTA
R (MM)
K (M)
R
D
E
F
XLPE + AAAC
TELLO
GD1
GD2
GD3
GD4
GD5
GD6
GD6
GD8
GD9
GD6
GD 2
AAAC
GD 3
AAAC
GD 4
AAAC
GD 5
AAAC
GD 6
AAAC
GD 7
AAAC
GD 8
AAAC
GD 9
AAAC
GD 10
AAAC
GD 11
AAAC
TOTAL PANJANG
Sumber : Arsip dan Dokumentasi PT. PLN, 2014
150
1456
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
65
190
395
145
179.8
20
286
270
150
400
3377
Bulan
Stand Awal
(Bulan Lalu)
Stand Akhir
(Bulan Ini)
Selisih
Fakt
or
Pemakaian
kWH
52
kali
A
1
2
3
4
5
6
B
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
C
34.912.844,00
36.128.844,00
37.866.838,00
39.067.454,00
40.652.706,00
42.323.241,00
D
36.128.844,00
37.866.838,00
39.067.454,00
40.652.706,00
42.323.241,00
43.893.767,00
Total
E
1.216.000,00
1.737.994,00
1.200.616,00
1.585.252,00
1.670.535,00
1.570.526,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1.216.000,00
1.737.994,00
1.200.616,00
1.585.252,00
1.670.535,00
1.570.526,00
8.980.923,00
Bulan
A
1
B
Januari
Februar
i
Maret
April
Mei
Juni
Siang
Tanggal Jam
C
D
06
11.00
27
11.00
Amp
E
97.0
117.0
3
27
14.00
130.0
4
23
12.00
139.0
5
01
12.00
159.0
6
04
11.00
120.0
Sumber : Arsip dan Dokumentasi PT. PLN, 2014
Malam
Tanggal Jam
F
G
02
19.30
Amp
H
169.0
13
18.00
63.0
25
21
08
04
18.30
18.30
18.30
18.30
68.0
69.0
71.0
69.0
B. Pengolahan Data
1. Secara Umum
53
perhitungan
tahanan
54
R = 0,032
3377
150
= 0,7204
55
7.705,152
880.945,152
30.526,60421
1.246.526,60421
x 100%
= 2,449 % = 2,45 %
Untuk bulan Februari hingga Juni 2014 dengan cara yang sama, besar
rugi daya dan persentasinya dalam enam bulan ditunjukkan pada Tabel 4.5
dan 4.6 sebagai berikut :
Tabel 4.5 Hasil perhitungan rugi daya pada jaringan/ bulan januari juni 2014
Tahanan
No
1
2
3
4
5
6
Beban Puncak
Bulan
penyulang
Siang
P Siang
Malam
P Malam
(Amp)
kWH
(Amp)
kWH
Januari
Februai
Maret
April
Mei
Juni
(Ohm)
0,7204
0,7204
0,7204
0,7204
0,7204
0,7204
97
117
130
139
159
120
7564,519858
9940,448045
13587,03216
15032,35627
20325,07456
11203,6608
169
63
68
69
71
69
22962,08435
2882,141741
3717,540634
3704,210352
4052,794622
3704,210352
Total P
kWH
30526,60421
12822,58979
17304,57279
18736,56662
24377,86918
14907,87115
Total Daya
Persentase
Daya
Yang Di
Rugi Daya
Penyulang
Salurkan
(%)
Bulan
Terpakai ( KWH )
56
1
2
3
4
5
6
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
1.216.000,00
30526,60421
1.737.994,00
12822,58979
1.200.616,00
17304,57279
1.585.252,00
18736,56662
1.670.535,00
24377,86918
1.570.526,00
14907,87115
Rata-Rata
1246526,604
1.750.816,59
1.217.920,57
1.603.988,57
1.694.912,87
1.585.433,87
2,45
0,73
1,42
1,17
1,43
0,94
1,36 %
2) Metode 2
Dari data Tabel 4.1 sampai dengan Tabel 4.4, estimasi rugi
rugi daya pada distribusi penyulang (IEEE, 2006: 1092) tiap tahun
(data yang diolah dari bulan januari - juni) menggunakan persamaan
(10), dimana Cos = 0,62, maka:
Resistansi / panjang unit dari ith segmen feeder (Ri):
-
GI ke Trafo 1
Ri1 = 0,032 x
-
1521
150
= 0,32
GI ke Trafo 3
Ri3 = 0,032 x
-
= 0,3
GI ke Trafo 2
Ri2 = 0,032 x
-
1456
150
1711
150
= 0,36
GI ke Trafo 4
57
Ri4 = 0,032 x
-
2450,8
150
= 0,52
2716,8
150
= 0,57
2986,8
150
= 0,63
GI ke Trafo 10
Ri10 = 0,032 x
-
= 0,51
GI ke Trafo 9
Ri9 = 0,032 x
-
2430,8
150
GI ke Trafo 8
Ri8 = 0,032 x
-
= 0,48
GI ke Trafo 7
Ri7 = 0,032 x
-
2251
150
GI ke Trafo 6
Ri6 = 0,032 x
-
= 0,44
GI ke Trafo 5
Ri5 = 0,032 x
-
2106
150
3136,8
150
= 0,66
GI ke Trafo 11
58
Ri11 = 0,032 x
2830,8
150
= 0,6
= 13,25976 km
KVA dari transformator distribusi (Pi ):
Pi1 = 400 kVA
Pi2 = 100 kVA
Pi3 = 315 kVA
Pi4 = 200 kVA
Pi5 = 160 kVA
Pi6 = 160 kVA
Pi7 = 50 kVA
Pi8 = 1600 kVA
Pi9 = 50 kVA
Pi10 = 160 kVA
Pi11 = 630 kVA
P = 3.825 kVA
Beban puncak = 20.000 v x 60 A x 0,62
= 744.000 W
= 744 kW
Daya aktif ( kW )
Daya Semu kVA
Cos =
744
Daya Semu
0,62 =
Maka, Daya semu = 1200 kVA
60
Faktor diversitas:
p
puncak (dayaSemu)
beban
DF =
3.825
1.200
=
= 3,1875 = 3,19
Faktor beban:
energi
LF =
8.980.923 kWH
744 4.344
= 2,77881 = 2,78
LDF =
p L
km.kVA
km
=
= 0,01269 = 0,013
Rugi daya / Enam bulan (Januari-Juni) sesuai persamaan (11)
3.825kVA 2 13,25976 km
2 0,013 3,19 2
=0
6,78
,0105 x
61
x 100%
52.199.076,71 kWH
8.980.923 kWH
270.190,5657 kWH
14.699.160 kWH x 100% = 5,8 %
C. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Perhitungan Besar Rugi Daya
Besar energi (daya) yang dikirim dari gardu induk Tello 30 kV pada
bulan Januari yaitu 1.246.526,60421 kWH (Tabel 4.6). Panjang saluran
utama penyulang yang melayani unhas ialah 3,377 kms (Tabel 4.2) dan
melayani 11 buah trafo distribusi (Tabel 4.1) serta total energi yang terjual
pada bulan januari 1.216.000,00 kWH. Dari data-data yang ada maka
didapatkan dari hasil perhitungan yaitu rugi daya yang terjadi pada bulan
januari 2014 sebesar 30.526,60421 kWH (Tabel 4.5) dengan persentase tiap
bulannya (Januari - Juni) rata-rata 1,36 % (Tabel 4.6) dan total rugi yang
terjadi selama enem bulan (Januari - Juni) sebesar 52.199.076,71 kWH
dengan persentase 5,8 %.
62
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan rugi daya (losses) JTM pada penyulang /
feeder, yaitu rugi daya yang terjadi pada bulan januari 2014 sebesar
30.526,60421 kWH dengan persentase tiap bulannya (Januari - Juni) ratarata 1,36 % dan total rugi yang terjadi selama enem bulan (Januari - Juni)
sebesar 52.199.076,71 kWH dengan persentase 5,8 %.
2. Hasil persentase rugi daya per tahun dengan menggunakan 2 metode
memiliki hasil yang berbeda, hasil persentase rugi daya per tahun pada
metode 2 lebih besar dari metode 1.
64
3. Semakin besar tahanan saluran dan panjang saluran yang terjadi maka
besarnya rugi-rugi daya (losses) JTM akan bertambah besar juga.
4. Untuk memperkecil losses maka dapat dilakukan dengan cara antara lain
pemecahan beban, pemantauan beban pada gardu distribusi, dan
melakukan pemeliharaan terhadap kabel JTM tersebut.
5. Peyebab terjadinya rugi daya pada Penyulang sisi Primer disebabkan
beberapa faktor yaitu akibat sambungan pada jaringan yang tidak baik
sehingga menimbulkan panas, dan akibat dari penggunaan listrik secara
ilegal.
B. Saran
1. Untuk menjaga tingkat kontinuitas pelayanan yang maksimal pada
konsumen, jaringan distribusi primer khususnya pada penyulang yang
melayani Unhas perlu diadakan pengawasan dan pemeliharaan secara
rutin terhadap semua
65
DAFTAR PUSTAKA
Arsip dan Dokumentasi PT. PLN Persero Area Makassar, Gardu Induk Tello, dan
Rayon Makassasr Timur, Diakses 2014.
ESDM.go.id-Kementrian Energi & Sumber Daya Mineral. 2013, Susut Jaringan
(Losses) 8.5%. Diakses 23 Mei 2013.
Hadi, Abdul. 1994. Sistem Distribusi Daya Listrik. Jakarta: Erlangga
Hamma. dan Agussalim. 2012. Perancangan Proyek Distribusi dan Gardu
Distribusi. Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Ujung Pandang.
Liem, E. Bien. dkk. 2009. Analysis Of Power Losses Calculation In Medium Voltage
Network Of Feeder Serimpi, Pam 1 And Pam 2 At Network Area Gambir
Pt.Pln (Persero) Distribusion Jakarta Raya And Tangerang. Teknik Elektro-
66
FTI, Universitas Trisakti. Volume 8, Nomor 2 Halaman 53 - 72, ISSN 14120372, Februari 2009.
Jakarta 2010
----------. 2010d. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor : 606. K/DIR/2010.
Tentang Satndar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik.
Buku 5. Jakarta 2010
Suhadi, dkk. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik. Jilid 1. Jakarta. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 431/KMK.06/2002 (2002:4) tentang
Tata Cara Penghitungan dan Pembayaran Subsidi Listrik.
67
LAMPIRAN
Lampiran 1
Data Beban Penyulang
TG
L.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Januari
Siang
Malam
Jam
Amp
Jam
Amp
11.00
45
21.00
41
10.00
68
19.30
169
11.00
81
18.00
48
11.00
45
19.30
46
11.00
41
19.30
49
11.00
97
18.30
53
12.00
90
19.00
53
13.00
90
19.00
56
11.00
97
19.30
52
10.00
87
18.00
54
11.00
46
19.00
58
11.00
45
20.00
50
11.00
88
19.00
53
12.00
41
21.30
50
11.00
87
18.30
51
09.00
68
18.00
41
08.00
54
18.30
50
12.00
46
19.00
48
15.00
43
20.30
50
15.00
88
19.00
54
14.00
90
19.00
57
11.00
91
18.30
49
11.00
82
18.30
49
14.00
69
19.00
44
12.00
42
19.00
46
12.00
45
19.30
48
11.00
91
19.00
53
14.00
90
19.00
54
11.00
79
18.30
49
12.00
87
18.30
48
11.00
43
19.00
48
Februari
Siang
Malam
Jam
Amp
Jam
Amp
12.00
44
19.00
48
13.00
46
19.00
50
11.00
108
19.00
56
13.00
105
18.30
56
11.00
102
18.30
53
13.00
110
19.00
63
14.00
114
19.00
61
12.00
60
19.00
54
13.00
49
20.30
55
11.00
109
19.00
60
14.00
110
20.30
57
11.00
111
19.00
59
14.00
112
18.00
63
12.00
109
18.00
52
16.00
49
19.00
49
11.00
39
20.30
48
11.00
111
18.00
53
14.00
115
19.00
58
12.00
113
18.00
56
14.00
113
18.30
59
14.00
110
18.30
57
11.00
58
18.00
48
10.00
43
19.00
45
14.00
105
18.30
54
14.00
108
18.30
57
12.00
111
19.00
57
11.00
117
19.00
59
14.00
114
18.30
59
68
TG
L.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
TG
L.
Maret
Siang
Jam
Amp
12.00
56
14.00
50
14.00
122
14.00
103
14.00
117
14.00
110
15.00
110
12.00
51
07.00
38
14.00
121
14.00
119
13.00
110
14.00
116
10.00
113
12.00
59
14.00
56
13.00
121
11.00
123
12.00
124
11.00
124
11.00
110
13.00
57
13.00
52
13.00
122
13.00
126
14.00
124
14.00
130
14.00
123
13.00
61
12.00
60
14.00
49
April
Malam
Jam
Amp
19.00
55
19,3
56
18.00
62
19.00
58
19.00
59
18.00
54
18.30
60
19.00
50
19.30
55
18.30
61
19.00
61
18.30
60
19.00
61
18.30
58
19.00
52
18.30
54
18.30
61
18.00
60
18.30
60
18.30
57
18.30
58
19.00
56
19.00
58
18.30
66
18.30
68
19.00
66
18.30
64
18.30
61
19.00
57
19.00
55
20.30
55
Siang
Jam
Amp
11.00
127
12.00
130
11.00
125
14.00
121
11.00
61
14.00
52
10.00
115
12.00
119
11.00
42
11.00
119
14.00
112
13.00
55
13.00
47
10.00
102
13.00
93
14.00
111
13.00
110
14.00
50
15.00
53
15.00
54
11.00
129
13.00
135
12.00
139
11.00
126
12.00
119
13.00
65
13.00
54
13.00
120
12.00
120
13.00
123
Mei
Siang
Malam
Jam
Amp
19.00
67
18.30
67
18.00
65
18.30
65
18.30
56
19.00
57
18.00
56
18.00
57
21.30
48
18.30
63
19.00
59
18.30
58
18.30
52
18.30
58
19.00
56
18.00
58
18.30
59
19.30
56
18.30
54
19.00
58
18.30
69
18.30
67
18.30
68
18.00
66
18.30
65
19.00
60
18.30
61
18.00
64
18.30
67
18.30
66
Juni
Malam
Siang
Malam
69
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
Jam
12.00
14.00
13.00
15.00
11.00
13.00
14.00
14.00
13.00
14.00
13.00
11.00
13.00
14.00
14.00
14.00
14.00
12.00
12.00
13.00
13.00
13.00
14.00
13.00
12.00
13.00
15.00
12.00
14.00
14.00
14.00
Amp
159
117
60
50
125
128
137
138
126
67
56
112
118
126
56
126
69
64
127
120
125
129
128
62
61
120
60
125
58
115
60
Jam
18.30
18.30
18.30
19.00
18.00
18.30
18.30
18.30
18.30
18.30
19.00
18.00
18.30
18.30
19.30
18.30
18.30
21.00
18.00
18.00
18.30
18.00
18.00
18.00
22.00
18.30
19.30
18.30
21.00
18.30
18.30
Amp
62
61
58
59
69
69
69
71
62
63
55
62
63
65
57
66
65
60
64
66
67
68
67
59
57
67
60
64
57
66
59
Jam
12.00
13.00
11.00
11.00
12.00
14.00
11.00
12.00
12.00
13.00
12.00
14.00
14.00
12.00
14.00
13.00
13.00
13.00
14.00
14.00
11.00
13.00
12.00
12.00
12.00
11.00
14.00
12.00
15.00
13.00
Amp
53
119
120
120
119
119
62
55
113
114
113
119
117
70
53
112
107
107
115
110
62
49
111
107
110
99
99
49
46
95
Jam
19.00
18.30
19.00
18.30
19.00
18.30
19.00
19.00
19.00
18.30
19.00
18.30
18.30
19.00
18.30
18.00
18.00
18.30
18.00
18.30
18.30
18.30
18.30
18.00
18.00
18.30
18.30
18.30
19.00
19.00
Amp
57
66
67
69
68
65
65
58
65
60
64
65
68
59
57
67
69
66
64
64
54
53
61
67
65
62
55
50
50
54
70