You are on page 1of 6

Pengadaan Produk

Pengertian Procurement (Pengadaan Barang) Menurut Para Ahli


1. Procurement adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan oleh
perusahaan dilihat dari kebutuhan dan penggunaannnya, serta dilihat dari kualitas, kuantitas,
waktu pengiriman dan harga yang terjangkau.
2. Procurement dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu secara procurement yang sederhana dan
procurement yang lebih kompleks. Procurement yang sederhana adalah tidak memiliki hal
lain kecuali pembelian atau permintaan yang berulang-ulang, sedangkan procurement lebih
kompleks yaitu dapat meliputi pencarian supplier dalam jangka waktu yang panjang atau
tetap secara fundamental yang telah berkomitmen dengan satu organisasi.
Prinsip Dalam Procurement (Pengadaan Barang)
1. Efisiensi
Prinsip efisiensi dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan menggunakan sumber daya
yang tersedia diperoleh barang dan jasa dalam jumlah, kualitas yang diharapkan, dan
diperoleh dalam waktu yang optimal.
2. Efektif
Prinsip efektif dalam pengadaan barang dan jasa adalah dengan sumber daya yang tersedia
diperoleh barang dan jasa yang mempunyai nilai manfaat setinggi-tingginya.
3. Persaingan Sehat
Prinsip persaingan yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa adalah adanya persaingan
antar calon penyedia barang dan jasa berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku,
tidak terjadi kecurangan dan praktek KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4. Terbuka
Prinsip terbuka dalam pengadaan barang dan jasa adalah memberikan kesempatan kepada
semua penyedia barang dan jasa yang kompeten untuk mengikuti pengadaan.
5. Transparansi
Prinsip transparansi dalam pengadaan barang dan jasa adalah pemberian informasi yang
lengkap tentang aturan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada semua calon penyedia
barang dan jasa yang berminat dan masyarakat.
6. Tidak Diskriminatif

Prinsip tidak diskriminatif dalam pengadaan barang dan jasa adalah pemberian perlakuan
yang sama kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti
pengadaan barang dan jasa.
7. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa adalah pertanggungjawaban
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa kepada para pihak yang terkait dan masyarakat
berdasarkan etika, norma, dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Metode Procurement (Pengadaan Barang)
1.

Membeli dari manufaktur, penjual grosir atau pengecer dari katalog-katalog mereka dan
adanya negosiasi

2.

Membeli melalui katalog yang terhubung dengan memeriksa katalog penjual atau
membeli melalui mal-mal industri.

3.

Membeli melalui katalog pembeli internal dimana perusahaan menyetujui katalog-katalog


vendor termasuk kesepakatan harga.

4.

Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana pemasok bersaing dengan yang
lainnya. Metode ini digunakan untuk pmbelian dalam jumlah besar.

5.

Membeli dari situs pelelangan dimana organisasi berpartisipasi sebagai salah satu
pembeli.

6.

Bergabung dengan suatu kelompok sistem pembeli dimana memeriksa permintaan


partisipasi, menciptakan jumlah besar, kemudian kelompok ini dapat menegosiasikan harga.

7.

Berkolaborasi dengan pemasok untuk berbagi informasi tentang penjualan dan


persediaan, sehingga dapat mengurangi persediaan, stock out dan mempertinggi ketepatan
pengiriman

Harga (Price)
Secara singkat prinsip-prinsip penetapan harga menurut Zeithaml dan Bitner (1996) adalah
sebagai berikut:
1. Perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah faktor dalam menetapkan harganya, yang
mencakup: pemilihan tujuan penetapan harga, menentukan tingkat permintaan, prakiraan
biaya, menganalisis harga yang ditetapkan dan produk yang ditawarkan pesaing, pemilihan
metode penetapan harga, dan menentukan harga akhir.
2

2. Perusahaan tidak selalu harus berupaya mencari profit makasimum melalui penetapan harga.
Sasaran lain yang bisa mereka capai adalah mencakup survival, memakasimumkan
penerimaan sekarang, memakasimumkan pertumbuhan penjualan, memakasimumkan
penguasaan (skimming) pasar dan kepemimpinan produk atau kualitas.
3. Berbagai jenis biaya harus sipertimbangkan dalam menetapkan harga, termasuk di dalamnya
adalah biaya langsung dan tidak langsung, biaya tetap dan biaya variabel, biaya tidak
langsung yang bisa dilacak, dan biaya-biaya yang teralokasi. Bila suatu produk atau jasa
harus mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, harga harus mampu menutup semua biaya
mencakup mark-upnya.
4. Harga-harga para pesaing akan mempengaruhi tingkat permintaan barang dan jasa yang
ditawarkan peruasahaan dan karenanya harus dipertimbangkan dalam proses penetapan
harga.
5. Berbagai cara penetapan yang ada mencakup mark-up, sasaran perolehan, nilai yang bisa
diterima, going rate, sealed-bid, dan harga psikologis.
6. Setelah menetapkan struktur harga, perusahaan menyesuikan harganya dengan menggunakan
harga geografis, diskon harga, harga promosi, dan harga diskrimiasi, serta harga bauran
produk.
Di samping itu beberapa biaya non-moneter yang mungkin diperhitungkan konsumen ketika
menggunakan suatu jasa mencakup:
1. Waktu.
Waktu merupakan komoditas utama bagi sejumlah orang, dan bagi seseorang yang
menawarkan jasa dengan pelayanan yang berbeda kepada setiap individu, tetapi mempunyai
keterbatasan waktu, mereka akan memperhitungkan biaya terhadap waktu yang digunakan
dalam mencari/memburu suatu jasa, karena barangkali waktu yang terbuang itu sebenarnya
dapat digunakan untuk keperluan lain.
2. Biaya-biaya sensor.
Biaya-biaya ini bisa saja dikenakan sehubungan dengan adanya kebisingan, bau tidak sedap,
aliran udara yang tidak lancar, terlalu panas atau terlalu dingin ruangannya, tempat duduk
yang tidak nyaman, lingkungan yang terkesan jorok, bahkan rasa yang tidak mengenakkan.
3. Biaya-biaya psikologis.

Biaya-biaya ini kadang-kadang dikenakan untuk penggunaan suatu jasa tertentu, seperti
upaya yang bersifat mental (berpikir), perasaan adanya ketimpangan atau ketidakadilan
bahkan rasa takut.
Promosi
Tujuan Promosi
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Menyebarkan informasi produk kepada target pasar potensial


Untuk mendapatkan kenaikan penjualan dan profit
Untuk mendapatkan pelanggan baru dan menjaga kesetiaan pelanggan
Untuk menjaga kestabilan penjualan ketika terjadi lesu pasar
Membedakan serta mengunggulkan produk dibanding produk pesaing
Membentuk citra produk di mata konsumen sesuai dengan yang diinginkan

1. Periklanan (Advertensi)
Periklanan merupakan salah satu bentuk kegiatan promosi yang sering dilakukan perusahaan
melalui komunikasi non individu dengan sejumlah biaya seperti iklan melalui media masa,
perusahaan iklan, lembaga non laba, individu-individu yang membuat poster dan sebagainya.
Periklanan dilakukan untuk memasarkan produk baru, memasuki segmen pasar yang baru
atau yang tidak terjangkau oleh salesman maupun personal selling. Periklanan sering
dilakukan baik melalui surat kabar, radio dan TV, pos langsung atau bahkan melalui biro
periklanan.
2. Personal selling
Personal selling adalah kegiatan promosi yang dilakukan antar individu yang sering bertemu
muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan
hubungan pertukaran yang saling menguntungkan kedua belah pihak.
3. Promosi penjualan
Promosi penjualan adalah salah satu bentuk kegiatan promosi dengan menggunakan alat
peraga seperti: Peragaan, pameran, demonstrasi, hadiah, contoh barang dan sebagainya.
4. Publisitas
Publisitas merupakan kegiatan promosi yang hampir sama dengan periklanan yaitu melalui
media masa tetapi informasi yang diberikan tidak dalam bentuk iklan tetapi berupa berita.
Distribusi

Saluran distribusi adalah saluran yang dipakai produsen untuk menyalurkan barang hasil
produksinya kepada konsumen, baik sampai berpindahnya hak (penguasaan) sampai dengan
pemindahan barang maupun hanya pemindahan hak kepemilikannya saja
Pemilihan saluran distribusi harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.

Sifat pembeli, seperti kebiasaan membeli, frekuensi pembelian, letak geografis dsb.
Sifat produk.
Sifat perantara.
Sifat pesaing
Sifat perusahaan, dan sebagainya
Sifat pembeli sangat mempengaruhi keputusan produsen dalam memilih saluran

distribusi yang dipakai. sebagai contohnya, kalau jumlah pembeli hanya, frekuensi pembelian
dalam jumlah yang kecil-kecil maka akan membuat produsen cenderung memilih saluran
distribusi yang panjang.
Demikian juga sifat produk juga merupakan pertimbangan produsen yang tidak kalah
pentingnya. Misalnya, apakah barang tersebut mudah rusak atau tidak, bagaimana ukurannya,
bagaimana kualitas barang kalau dilihat dari segi konsumen, harganya dan sebagainya.
Kesemuanya itu perlu dijadikan bahan pertimbangan yang penting juga.
Demikian juga masalah sifat perantara, perusahaan, pesaing, pasar yang dituju dan
sebagainya menjadi faktor yang penting dalam memilih saluran distribusi yang akan digunakan
perusahaan. Saluran distribusi yang digunakan itu dengan tujuan agar barang yang ditawarkan
sampai pada konsumen industry maupun konsumen akhir.
Alternatif pemilihan saluran distribusi
1. Tipe perantara.
Perantara dalam kenyataannya juga melakukan beberapa macam fungsi pemasaran seperti
penyimpanan, pengangkutan, penjualan, pembelian dan sebagainya. Kalau fungsi pemasaran
yang dilakukan perantara ternyata lebih efisien disbanding dengan kalau fungsi pemasaran
dilakukan oleh produsen maka produsen yang bersangkutan biasanya memasukan perantara
kedalam saluran distribusi yang dipilihnya. Pada dasarnya ada 3 jenis perantara yaitu :
a. Pedagang (Wholesaler) adalah perantara yang secara nyata mempunyai barang dagangan
dan melakukan fungsi pemasaran di mana barang yang di dagangkan dalam jumlah
volume penjualan yang besar sehingga pedagang besar ini biasanya hanya melayani

pembelian dalam jumlah yang banyak atau dengan kata lain tidak melayani kosumen
akhir yang membeli untuk memenuhi kebutuhan pribadinnya (atau besifat non-bisnis).
Perbedaan antara Wholeseller dengan Retailler:
1. Wholesaler kurang memperhatikan promosi, suasana dan lokasi usaha.
2. Transaksi wholesaler lebih besar daripada retailer
3. Wholesaler menjangkau wilayah perdagangan yg lebih luas.
4. Pemerintah memberlakukan aturan pajak yang berbeda ke wholesaller dgn ke retailer.
b. Pengecer (retailer) adalah perantara yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir
baik konsumen untuk keperluan pribadi maupun konsumen industri.
c. Agen, Agen merupakan perantara yang ketiga, agen mempunyai perbedaan baik dengan
pedagang besar mupun pengecer. Hal ini diperlihatkan pada masalah hak kepemilikan
barang yang dijualnya. Kalau pedagang besar dan pengecer memiliki hak milik pada
barang yang dijual maka kalau pada agen sebaliknya. Biarpun sebagai agen mereka bisa
menjual dalam partai besar tetapi tetap hak miliknya ada pada produsennya.
2. Jumlah Perantara.
Kalau ditinjau dari jumlah perantara, ini menyangkut untuk tingkat penyebaran pasar yang
diinginkan oleh produsen. Dengan mempertimbangkan jumlah perantara/penyalur maka
produsen mempunyai 3 jenis kebijaksanaan alternative pemakaian saluran distribusi, yaitu:
a. Distribusi Insentif.
Kebijaksanaan yang dipakai perusahaan dengan jalan memakai sebanyak mungkin
penyalur atau pengecer untuk mencapai dengan cepat kebutuhan konsumen dapat
terpenuhi dengan segera. Biasanya kebijaksanaan ini dilakukan kalau produsen menjual
barang-barang konsumsi sejenis, konvinen atau kebutuhan pokok sehari-hari.
b. Distribusi selektif.
Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memakai beberapa perantara saja, untuk
memudahkan pengawasan terhadap penyalur. Distribusi ini dipakai untuk memasarkan
barang-barang baru, barang spesial maupun barang industri jenis peralatan ekstra.
Sehingga dalam pemakaian saluran distribusi ini produsen berusaha memilih berapa
penyalur yang benar-benar baik dan mampu melaksanakan fungsi pemasaran.
c. Distribusi eksklusif.
Distribusi yang dipilih produsen dengan hanya memilih satu perantara saja dalam
wilayah geografis tertentu. Hal ini digunakan untuk pengawasan yang lebih intensif dan
mendorong semangat penyalur agar agresif dalam melaksanakan fungsi pemasarannya.
Distribusi ini dipakai produsen penghasil barang-barang yang relatif mahal/berat
6

You might also like