You are on page 1of 17

AKALAH TOKSIKOLOGI

ARSEN (As)
BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) merupakan bahan yang karena sifat atau
konsentrasi, jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemari atau merusak lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta mahluk hidup lain.
Menurut data dari Environmental Protection Agency (EPA) tahun 1997, yang
menyusun top-20 B3 antara lain: Arsenic, Lead, Mercury, Vinyl chloride,
Benzene,

Polychlorinated

Biphenyls

(PCBs),

Kadmium,

Benzo(a)pyrene,

Benzo(b)fluoranthene, Polycyclic Aromatic Hydrocarbons, Chloroform, Aroclor


1254, DDT, Aroclor 1260, Trichloroethylene, Chromium (hexa valent),
Dibenz[a,h]anthracene, Dieldrin, Hexachlorobutadiene, Chlordane. Beberapa
diantaranya merupakan logam berat, antara lain Arsenic (As), Lead (Pb), Mercury
(Hg), Kadmium (Cd) dan Chromium (Cr) (Sudarmaji, 2006). Logam-logam berat
tersebut dalam konsentrasi tinggi akan berbahaya bagi kesehatan manusia bila
ditemukan di dalam lingkungan, baik di dalam air, tanah maupun udara.
Arsen (As) adalah salah satu logam toksik yang sering diklasifikasikan sebagai
logam, Tetapi lebih bersifat nonlogam. Tidak seperti logam lain yang membentuk
kation, Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004).
Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah
yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa

larut di perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada
awalnya digunakan sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic
ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen (As) dialam ditemukan berupa mineral, antara lain arsenopirit, nikolit,
orpiment, enargit, dan lain-lain. Demi keperluan industry mineral, Arsen (As)
dipanaskan terlebih dahulu sehingga As berkondensasi menjadi bentuk padat.
Arsen (As) berasal dari kerak bumi yang bila dilepaskan ke udara sebagai hasil
sampingan dari aktivitas peleburuan bijih baruan, Arsen (As) dalam tanah berupa
bijih, yaitu arsenopirit dan orpiment, yang pada akhirnya bisa mencemari air tanah.
Arsen (As) merupakan unsur kerak bumi yang berjumah besar, yaitu menempati
urutan keduapuluh dari unsure kerak bumi, sehingga sangat besar kemungkinannya
mencemari air tanah dan air minum. Jutaan manusia bisa terpapar Arsen (As),
seperti yang pernah terjadi di Bangladesh, India, Cina. Semua batuan mengandung
Arsen (As) 1-5 ppm. Kosentrasi yang lebih tinggi ditemukan pada batuan beku dan
sedimen. Tanah hasil pelapukan batuan biasanya mengandung Arsen (As) sebesar
0,140 ppm dengan rata-rata 5-6 ppm.

B. Tujuan :

Mengetahui pengertian arsen.

Mengetahui toksisitas arsen terhadap manusia dan lingkungan.

Mengetahui cara pencegahan paparan arsen.

C. Ruang Lingkup :
Makalah arsen ini merupakan ruang lingkup toksikologi.

D. Manfaat :
Makalah ini dapat menambah pengetahuan tentang toksisitas arsen terhadap
manusia dan lingkungan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal (steelgrey). Senyawa arsen didalam alam berada dalam 3 bentuk: Arsen trichlorida
(AsCl3) berupa cairan berminyak, Arsen trioksida (As2O3, arsen putih) berupa
kristal putih dan berupa gas arsine (AsH3). Lewisite, yang sering disebut sebagai
gas perang, merupakan salah satu turunan gas arsine. Pada umumnya arsen tidak

berbau, tetapi beberapa senyawanya dapat mengeluarkan bau bawang putih. Racun
arsen pada umumnya mudah larut dalam air, khususnya dalam air panas .
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen
trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2
mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan
timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai
obat untuk berbagai infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, spirocheta
dan tripanosoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan karena ditemukannya obat
lain yang lebih aman. Arsen dalam dosis kecil sampai saat ini

juga masih

digunakan sebagai obat pada resep homeopathi .


Bermacam-macam bentuk senyawa kimia dari arsen ini yaitu sebagai berikut ;
1.

Arsen triokasida (As2O3), ialah bentuk garam inorganic dan bentuk trivial

dari asam arsenat (H4AsO4) berwarna putih dan padat seperti gula.
2.

Arsen pentaoksida (As2O5)

3.

Arsenat (misalnya : PbHAsO4), ialah bentuk garam dari asam arsenat,

merupakan senyawa arsen yang banyak dijumpai di alam dan bersifat kurang
toksik.
4.

Arsen organic, arsen berikatan kovalen dengan rantai karbon alifatik atau

struktur

cincin,dimana

arsen

terikat

dalam

bentuk

trivalent

ataupun

pentavalen.Bentuk senyawa arsen ini kurang toksin dibandingkan denagn bentuk


senyawa arsen inorganic trivalent.
Bentuk senyawa arsen yang paling beracun ialah gas arsin (AsH3),yang terbentuk
bila asam bereaksi dengan arsenat yang mengandung logam lain.

Selain dapat ditemukan di udara, air maupun makanan, arsen juga dapat ditemukan
di industri seperti industri pestisida, proses pengecoran logam maupun pusat tenaga
geotermal. Elemen yang mengandung arsen dalam jumlah sedikit atau komponen
arsen organik (biasanya ditemukan pada produk laut seperti ikan laut) biasanya
tidak beracun(tidak toksik). Arsen dapat dalam bentuk in organik bervalensi tiga
dan bervalensi lima. Bentuk in organik arsen bervalensi tiga adalah arsenik
trioksid, sodium arsenik, dan arsenik triklorida., sedangkan bentuk in organik
arsen bervalensi lima adalah arsenik pentosida, asam arsenik, dan arsenat (Pb
arsenat, Ca arsenat). Arsen bervalensi tiga (trioksid) merupakan bahan kimia yang
cukup potensial untuk menimbulkan terjadinya keracunan akut.
B.

Karakteristik Arsen

Arsen berwarna abu-abu, namun bentuk ini jarang ada di lingkungan. Arsen di air
di temukan dalam bentuk senyawa dengan satu atau lebih elemen lain (Wijanto,
2005).
Arsen secara kimiawi memiliki karakteristik yang serupa dengan fosfor, dan sering
dapat digunakan sebagai pengganti dalam berbagai reaksi biokimia dan juga
beracun. Ketika dipanaskan, arsen akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsen,
yang berbau seperti bau bawang putih. Arsen dan beberapa senyawa arsen juga
dapat langsung tersublimasi, berubah dari padat menjadi gas tanpa menjadi cairan
terlebih dahulu. Zat dasar arsen ditemukan dalam dua bentuk padat yang berwarna
kuning dan metalik, dengan berat jenis 1,97 dan 5,73.

C.

Sifat Kimia Arsen

Arsen, Sb, dan Bi, terutama terdapat sebagai mineral sulfide seperti
mispickel,FeAsS, atau stibnite,Sb2S3.
Arsen, Sb, dan Bi, diperoleh sebagai logamnya.semuanya membentuk Kristal yang
strukturnya mirip dengan fosfor hitam. Namun ketiga unsure tersebut tampak
mengkilat dan seperti logam, serta mempunyai tahanan masing-masing 30, 40, dan
105 cm, yang bias dibandingkan dengan logam-logam seperti Ti dan Mn
(berturut-turut 42 dan 185 cm). melalui reduksi oksidasinya dengan karbon dan
hydrogen. Logamnya terbakar pada pemanasan dalam oksigen menghasilkan
oksida.
Arsen trihalida mirip dengan trihalida fosfor. SbCl3 berbeda karena ia larut dalam
sejumlah air yang terbatas menghasilkan larutan jernih, yang dalam pengenceran
menghasilkan okso klorida yang tidak terlarut seperti SbOCl dan Sb4O5Cl2. Tidak
ada ion Sb3+ sederhana dalam larutan BiCl3, suatu padatan Kristal putih,
terhidrolisis oleh air menjadi BiOCl namun reaksi ini di bolak=balik :
BiCl3 + H2O BiOCl + 2 HCl
Arsen membentuk As4S3, As4S4, As2S3, dan As2S5 dengan interaksi langsung.
Dua yang terakhir juga dapat mengendap dari larutan asam hidroklorida dan
dengan S. As2S3 tidak larut dalam air dan asam, namun larut sebagai asam dalam
larutan alkalin sulfide menghasilkan anionlhio. As 2S5 berperilaku sama. As4S4
yang terdapat sebagai mineral realgar, mempunyai struktur dengan tetrahedron
As4.

D.

Sumber Pencemaran Oleh Arsen

Keberadaan arsen di alam (meliputi keberadaan di batuan (tanah) dan sedimen,


udara, air dan biota), produksi arsen di dalam industri, penggunaan dan sumber
pencemaran arsen di lingkungan.
1.Keberadaan Arsen di Alam
a.Batuan (Tanah) dan Sedimen
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai mineral. Kadar As tertinggi
dalam bentuk arsenida dari amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk
sulfida dari emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah arsenopyrite
(FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3). Secara kasar kandungan arsen di
bumi antara 1,5-2 mglkg (NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan
pada deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.
Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan mengandung kadar As antara
0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih
dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).
Secara alami kandungan arsen dalam sedimen biasanya di bawah 10 mg/kg berat
kering. Sedimen bagian bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari
sumber buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah yang dekat dengan
buangan pelelehan tembaga.
b.Udara
Zat padat di udara (total suspended particulate = TSP) mengandung senyawa arsen
dalam bentuk anorganik dan organik (Johnson & Braman, 1975). Crecelius (1974)
menunjukkan bahwa hanya 35% arsen anorganik terlarut dalam air hujan. Di lokasi
tercemar, kadar As di udara ambien kurang dari satu gram per meter kubik
(Peirson, et al 1974; Johnson & Braman, 1975).

c.Air
Beberapa tempat di bumi mengandung arsen yang cukup tinggi sehingga dapat
merembes ke air tanah. Kebanyakan wilayah dengan kandungan arsen tertinggi
adalah daerah aluvial yang merupakan endapan lumpur sungai dan tanah dengan
kaya bahan organik. Arsenik dalam air tanah bersifat alami dan dilepaskan dari
sedimen ke dalam air tanah karena tidak adanya oksigen pada lapisan di bawah
permukaan tanah (www.wikipedia.org, 2009).
Arsen terlarut dalam air dalam bentuk organik dan anorganik (Braman, 1973;
Crecelius, 1974). Jenis arsen bentuk organik adalah methylarsenic acid dan
methylarsenic acid, sedang anorganik dalam bentuk arsenit dan arsenat. Arsen
dapat ditemukan pada air permukaan, air sungai, air danau, air sumur dalam, air
mengalir, serta pada air di lokasi di mana terdapat aktivitas panas bumi
(geothermal).
d.Biota
Penyerapan ion arsenat dalam tanah oleh komponen besi dan aluminium, sebagian
besar merupakan kebalikan dari penyerapan arsen pada tanaman (WaIlsh, 1977).
Kandungan arsen dalam tanaman yang tumbuh pada tanah yang tidak tercemari
pestisida bervariasi antara 0,01-5 mg/kg berat kering (NAS, 1977). Tanaman yang
tumbuh pada tanah yang terkontaminasi arsen selayaknya mengandung kadar arsen
tinggi, khususnya di bagian akar (Walsh & Keene, 1975; Grant & Dobbs, 1977).
Beberapa rerumputan yang mengandung kadar arsen tinggi merupakan
petunjuk/indikator kandungan arsen dalam tanah (Porter & Peterson, 1975). Selain
itu, ganggang laut dan rumput laut juga umumnya mengandung sejumlah kecil
arsen.
2.Produksi dalam Industri

Berdasarkan data yang digunakan dari Biro Pertambangan Amerika Serikat


(Nelson, 1977), dapat diperkirakan bahwa total produksi senyawa arsen di dunia
mulai tahun 1975 sekitar 600.000 ton. Negara-negara produser utama adalah:
China, Peru, Swedia, USA dan USSR. Negara-negara tersebut mampu mencukupi
sampai 90% produk dunia. Arsen trivalen adalah basis utama industri kimia arsen
dan merupakan produk samping dalam pelelehan bijih tembaga dan timah hitam.
3.Penggunaan Senyawa Arsen
Arsen banyak digunakan dalam berbagai bidang, yaitu salah satunya dalam bidang
pertanian. Di dalam pertanian, senyawa timah arsenat, tembaga acetoarsenit,
natrium arsenit, kalsium arsenat dan senyawa arsen organik digunakan sebagai
pestisida.
Sebagian tembakau yang tumbuh di Amerika Serikat, perlu diberi pestisida yang
mengandung arsen untuk mengendalikan serangga yang menjadi hama tanaman
tersebut selama masa pertumbuhannya. Tembakau ini akan digunakan sebagai
bahan baku pembuatan rokok.

E.

Toksisitas

Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya


memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik..
Penelitian telah menunjukkan bahwa arsenites (trivalen bentuk) memiliki toksisitas
akut yang lebih tinggi daripada arsenates (pentavalent bentuk). Minimal dosis akut
arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan 70-200 mg atau 1
mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak disebabkan oleh
unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik trioksida, yang

sekitar 500 kali lebih beracun daripada arsenikum murni. Gejalanya antara lain:
sakit di daerah perut, produksi air liur berlebihan, muntah, rasa haus dan kekakuan
di tenggorokan, suara serak dan kesulitan berbicara, masalah muntah (kehijauan
atau kekuningan, kadang-kadang bernoda darah), diare, tenesmus, sakit pada organ
kemih, kejang-kejang dan kram, keringat basah, lividity dari ekstremitas, wajah
pucat, mata merah dan berair (www.wikipedia.org, 2009).
Gejala keracunan arsenik ringan mulai dengan sakit kepala dan dapat berkembang
menjadi ringan dan biasanya, jika tidak diobati, akan mengakibatkan kematian
(www.wikipedia.org, 2009).
F.

Mekanisme Terjadinya Toksisitas

Mekanisme Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, dari
makanan/minuman. Arsen yang tertelan secara cepat akan diserap lambung dan
usus halus kemudian masuk ke peredaran darah (Wijanto, 2005).
Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum.Hal tersebut terjadi
apabila arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam
enzim.Salah satu system enzim tersebut ialah kompleks.piruvat dehidrogenase
yang berfungsi untuk oksidasi dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2
sebelummasuk dalam siklus TOA (tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut
terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi tersebut melibatkan transasetilasi
yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk asetil CoA dan
dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok sulfhidril
sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofilarsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat
dengan system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.

Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis
dengan

jalan

berkompetisi

dengan

fosfat

dalama

reaksi

gliseraldehid

dehidrogenase.Dengan adanya pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat,


akibatnya tidak terjadi proses enzimatik hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak
memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung dengan gugus SH,maupun gugus
SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan As dalam hati yang
terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga mengandung
gugus SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga
ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan
gugus SH, maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang bebrapa
tahun kemudian.

G.

Gejala Toksisitas Arsen

Toksisitas Akut
Toksisitas akut arsen biasanya memperlihatkan gejala sakit perut, gejala tersebut
disebabkan oleh adanya vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) yang akan
mengakibatkan terbentuknya vesikel (lepuh) pada lapisan submukose lambung dan
usus. Gangguan tersebut mengakibatkan rasa mual, muntah, diare (kadang
bercampur darah) dan sakit perut yang sangat. Bau napas seperti bawang putih,
diare profus menyebabkan banyak cairan tubuh keluar sehingga menyebabkan
gejala hipontesi. Terjadinya diare profus menyebabakan banyak larutan protein
terbuang keluar tubuh,sehingga mengakibatkan usus ridak berfungsi normal
(enteropati). Arsen juga dapat menyebabkan peningkatan aktivitas mitotik pada sel
hati. Gas arsenik dapat mengakibatkan hemolisis dalam waktu 3-4 jam dan
mengakibatkan nekrosis tubulus ginjal akut sehingga terjadi kegagalan ginjal.

Tanda-tanda toksisitas As yang akut juga terlihat jelas ialah dengan


ditemukannya gejala rambut rontok kebotakan (alopesia) , tidak berfungsinya saraf
tepi yang ditandai dengan kelumpukan anggota gerak bagian bawah,kaki
lemas,persendian tangan lumpuh, dan daya reflex menurun
Toksisitas kronis
Terjadinya toksisitas kronis biasanya melibatkan sejumlah populasi penduduk yang
tinggal dalam suatu kawasan

pencemarn lingkungan oleh arsen dari limbah

industri pestisida, pabrik kertas, bubur pulp dan sebagainya. Epidemiologi penyakit
toksisitas arsen kronis terjadi pada sebuah populasi penduduk di Bangladesh yang
mengonsumsi air tanah yang mengandung arsen.
Konsentrasi arsen dalam air tanah pada daerah tersebut dapat mencapai 10 sampai
1820 mg/l. Gejala akan timbul dalm waktu 2 sampai 8 minggu sejak penderita
mulai mengonsumsi air yang terkontaminasi tersebut. Gejala yang jelas terlihat
adalah adanya kelainan pada kulit dan kuku, terciri dengan adanya hyperkeratosis,
hiperpigmentasi, dermatitis dengan terkelupasnya kulit dan adanya warna putih
pada persambungan kulit dan kuku.
Toksisitas As kronik juga dapat meningkatkan penyebab risiko terjadinya kanker
pada kulit, paru-paru, hati (liver-angiosarkoma), kantung kencing, ginjal, dan
kolon. Beberapa kelompok peneliti menyatakan bahwa keracunan kronis A dapat
menyebabkan hepatotoksik hidroarsenicisme (karena mengonsumsi air minum
yang terkontaminasi As), hal tersebut terjadi setelah 1-15 tahun sejak mengonsumsi
air tersebut. Hepatomegali (pembesaran hati) terjadi pada 76,7% dari 248 pasien
yang dirawat karena kasus toksisitas kronis As ini.

Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gejala kerusakan hati ditandai dengan


kolestasis, hiperbilirubinemia dan peningkatan aktivitas enzim alkaline fosfatase
yang disertai dengan tingginya konsentrasi arsenik dalam urine.
Gangguan saraf perifer akan mulai terlihat pada fase lanjut.Saraf kaki akanlebih
parah dari pada saraf tangan , menyebabkan kulumpuhan pada saraf motorik dan
sensorik.Terlihat

kecenderungan

terjadinya

ulcer

(borok)

dalam

saluran

pencernaan, hepatitis kronis, dan sirosis.


Pada pemeriksaan darah tepi terlihat adanya pansitopeni (sel darah
berkurang),terutama neutropeni (sel darah putih menurun).produksi sel darah
merah berhenti dan adanya gambaran basophilic stippling.Anemia yang ada
hubungannya dengan defisiensi asam folat juga terlihat.
Pada penelitian epidemiologi, nyata hubungan antara toksisitas kronis dari arsen
trivial dan arsen pentavalen dengan ditemukannya kasus kanker paru,kanker limfa,
dan kanker kulit.

H.

Dampak Toksisitas Arsen

Sekitar 90% arsen yang diabsorbsi dalam tubuh manusia tersimpan dalam
hati,ginjal,dinding saluaran pencernaan,limfa, dan paru.Juga tersimpan dalam
jumlah sedikit dalam rambut dan kuku serta dapat terdeteksi dalam waktu lama,
yaitu beberapa tahun setelah keracunan kronis.Di dalam darah yang normal

ditemukan arsen 0,2g/100ml. sedangkan pada kondisi keracunan ditemukan


10g/100ml dan pada oarng yang mati keracunan arsen ditemukan 60-90g/100ml.
I.

Pencegahan Terjadinya Paparan Arsen

Usaha pencegahan terjadinya paparan arsen secara umum adalah pemakaian alat
proteksi diri bagi semua individu yang mempunyai potensi terpapar oleh arsen.
Alat proteksi diri tersebut misalnya :
- Masker yang memadai
- Sarung tangan yang memadai
- Tutup kepala
- Kacamata khusus
Usaha pencegahan lain adalah melakukan surveilance medis, yaitu pemeriksaan
kesehatan dan laboratorium yang dilakukan secara rutin setiap tahun. Jika keadaan
dianggap luar biasa, dapat dilakukan biomonitoring arsen di dalam urine.
Usaha pencegahan agar lingkungan kerja terbebas dari kadar arsen yang berlebihan
adalah perlu dilakukan pemeriksaan kualitas udara (indoor), terutama kadar arsen
dalam patikel debu. Pemeriksaan kualitas udara tersebut setidaknya dilakukan
setiap tiga bulan. Ventilasi tempat kerja harus baik, agar sirkulasi udara dapat
lancar.
J.

Cara Menanggulangi Toksisitas Arsen

Pada pengobatan kasus keracunan As


Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan simptomatik
untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan dengan pemberian khelasi

spesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap
4 jam selama 2 hari diikuti dengan pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2
hari. Kemudian diberikan 2,5 mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode
pemberian pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa setiap 24 jam dan
pengobatan segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine kurang dari 50 mg.
pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yang diberikan
setiap 6 jam selama 5 hari.
Pada kasus keracunan kronis, tindakan pertama yang dilakukan ialah
menghilangkan sumber kontaminasi dari penderita. Pengobatan sistem kelasi tidak
dianjurkan, karena As mempunyai waktu paruh biologik hanya sekitar 3-4 hari.

BAB III
PENUTUP

A.

Kesimpulan

1.

Arsen merupakan logam berat dengan valensi 3 atau 5, dan berwarna metal

(steel-grey).
2.

Toksisitas senyawa arsenik dan sangat bervariasi. Bentuk organik tampaknya

memiliki toksisitas yang lebih rendah daripada bentuk arsenik anorganik.

3.

Cara pencegahan paparan arsen dengan menggunakan alat proteksi diri dan

melakukkan surveilance medis.


B.

Saran

Untuk menghindari terjadinya keracunan akibat paparan arsen melalui udara, air,
tanah,biota

dan

kegiatan

industry

maka

yang

harus

dilakukan

adalah

menggunakkan alat proteksi diri , seperti memakai masker, sarung tangan,


kacamata dll saat berada di lingkungan kerja yang berhubungan dengan
pertambangan. Selain itu melakukkan surveilance medis setiap tahun secara rutin.
Ini ditujukan agar tidak terjadinya keracunan akibat paparan Arsen.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson . 2009 . Kimia Anorganik Dasar . Jakarta : UI-Press
Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan
Toksikologi Seyawa Logam . Jakarta . UI-Press
Adnan Agnesa. 2010. Makalah Toksikologi Industri ARSEN. http://kesmasunsoed.blogspot.com/2010/10/makalah-toksikologi-industri-arsen.html.30

Maret

2012
Fhazira.

2010.

Logam

Berat

Arsen.

http://chitralestari.blogspot.com/2010/09/logam-berat-arsen.html. 30 Maret 2012


Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . Jakarta : UI-Press
http://id.wikipedia.org/wiki/Arsen

You might also like