Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sarcoptes scabei var. Hominis. Skabies yang juga dikenal dengan nama the itch,
gudik, budukan, gatal agogo ini sangat mudah menular. Penularan skabies bisa
terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung misalnya
ibu yang menggendong anaknya yang menderita skabies atau penderita yang
bergandengan tangan dengan teman-temannya. Secara tidak langsung misalnya
melalui tempat tidur, handuk, pakaian dan lain-lain. Masa inkubasinya sangat
bervariasi.
Penyakit skabies ini sangat mudah sekali menular dan sangat gatal terutama
pada malam hari.
mammae, sekitar umbilikus, genital, bokong, pergelangan tangan bagian volar, sela2,3
sela jari tangan, siku flexor, telapak tangan dan telapak kaki.
Skabies yang terjadi pada anak balita biasanya terdapat pada leher, kepala,
telapak tangan dan telapak kaki sehingga sering dikelirukan dengan gambaran
eksema atopik. Karena sifatnya yang sangat menular, maka skabies ini populer
dikalangan masyarakat padat. Distribusi epidemiologisnya kosmopolitan terutama
pada penduduk dengan keadaan sosial ekonomi rendah.
3,4,7
Pada populasi yang memiliki imunitas yang rendah atau pada usia tua
akan lebih mudah terjadi bentuk yang lebih berat dari skabies yang disebut
Norwegian skabies atau skabies berkrusta yang lebih menular dan susah untuk
diobati.
3
Dari uraian singkat di atas, adalah menarik untuk membahas tentang
3.
4.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Skabies
2.1.1. Definisi
Pertama kali, dasar pengetahuan dasar penyakit ini diletakkan oleh Bapak
Dermatologi, Von Herbra. Sementara penemu tungau penyebabnya pertama kali
adalah Benomo. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi
tubuh1,5, kerap dikenal juga dengan istilah budukan, gudik, dan gatal agogo5.
2.2. Etiologi
2.2.1 Klasifikasi Sarcoptes scabiei
Penyebab skabies adalah tungau Sarcoptes scabiei varietas hominis yang
termasuk
filum
Arthropoda,
kelas
Arachnida,
ordoacarina,
super-famili
pasangan kaki ketiga saja yang berakhir dengan cambuk/rambut, pasangan kaki
penelitian
Marufi
pada
tahun
2005
mengenai
Kebersihan Kulit
lebih mudah terkena infeksi. Penyebabnya karena kuman dari belakang (dubur)
akan masuk ke dalam alat genital. Jadi hal tersebut, harus diberikan ilmunya sejak
dini. Kebersihan genital lain, selain cebok, yang harus diperhatikan yaitu
pemakaian celana dalam. Apabila ia mengenakan celana pun, pastikan celananya
dalam keadaan kering. Selain kebersihan genital, peningkatan gizi juga
merupakan hal yang penting untuk tumbuh kembang anak. Bila alat reproduksi
lembab dan basah, maka keasaman akan meningkat dan itu memudahkan
pertumbuhan jamur. Oleh karena itu seringlah menganti celana dalam.
2.6.5. Perilaku
Perilaku hidup bersih dan sehat merupakan kebiasaan untuk menerapkan
kebiasaan yang baik, bersih dan sehat secara berhasil guna dan berdaya guna baik
dirumah tangga, institusi-institusi maupun tempat-tempat umum. Kebiasaan
menyangkut pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit
menular seperti baju, sabun mandi, handuk, sisir haruslah dihindari.
Salah satu penyebab dari kejadian skabies adalah pakaian yang kurang bersih dan
saling bertukar-tukar pakaian dengan teman satu kamar. Hal itulah yang tidak
diperhatikan serius oleh pimpinan pondok pesantren dan santri itu sendiri. Para
santri dapat menghindari penyakit skabies dengan menjaga kebersihan
pakaiannya. Dengan rajin mencuci dan menjemur
2.6.6 Lingkungan
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan
berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara
membersihkan jendela dan perabot santri, menyapu dan mengepel lantai, mencuci
peralatan makan, membersihkan kamar, serta membuang sampah. Kebersihan
lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan
membersihkan jalan di depan asrama dari sampah.Penularan penyakit skabies
terjadi bila kebersihan pribadi dan kebersihan lingkungan tidak terjaga dengan
baik. Faktanya, sebagian pesantren tumbuh dalam lingkungan yang kumuh,
tempat mandi dan WC yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi buruk.
10
ditubuh
manusia.
Seharusnya
jika sebagian
budaya
tidak
membolehkan mandi bagi orang yang sakit maka dapat dibersihkan dengan cara
mengelap bagian tubuh dengan handuk yang basah. Terutama pada tempat-tempat
yang mudah dihinggapi skabies.
2.6.8 Sosial Ekonomi
Kebersihan diri memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
Yang
menjadi
penghambat
saat
pencegahan
penyakit
skabies
adalah
keterlambatan atau kurangnya uang kebutuhan yang dikirim orangtua untuk para
santri selama diasrama tiap bulannya. Dan banyak para santri yang saling tukar
alat mandi sampai kiriman tiba. Sebagian dari santri apabila belum mendapatkan
kiriman dari orangtuanya mereka mandi tanpa menggunakan sabun atau sampo.
Apabila saat mandi kurang bersih maka penyakit scabies akan semakin mudah
menyerang tubuh para santri.
2.7. Diagnosis
Terdapat empat tanda kardinal skabies. Diagnosis dapat ditegakkan bila memnuhi
dua dari empat tanda kardinal.
1) Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena
tungau penyebabnya lebih aktif di malam hari, suhu yang lebih lembab, dan
panas.
2) Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah
11
keluarga atau kelompok bermain terdapat satu anak yang terkena skabies,
maka biasanya akan ada anggota kelompok lain yang menderita penyakit
tersebut pula. Terdapat istilah pembawa (carrier) yakni penderita yang
terkena infestasi tungau skabies tetapi tidak memberikan gejala klinis.
3) Terdapat terowongan atau yang dikenal juga sebagai kanlikulus. Biasanya
pada tempat predileksi tertentu yang stratum korneumnya tipis, misal sela jari
tangan, pergelangan tangan bagian volar, lipat ketiak bagian depan, bokong,
genitelia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat ditemukan di
telapak tangan dan telapak kaki. Kanalikuli berbentuk terowongan berwarna
keabu-abuan atau putih, rata-rata panjang 1 cm, dan biasanya ujungnya dapat
ditemukan papul atau vesikel.
4) Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik tetapi paling
sulit pula. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
2.8 Diagnosis Banding
Gejala yang ditimbulkan pada infeksi scabies umunya tidak spesifik
karena lesi awal pada pasien biasanya berupa papul dan vesikel dengan gejala
subjektif berupa rasa gatal. Terlebih lagi umunya pasien datang ke rumah sakit
setelah terjadi infeksi sekunder sehingga sulit menilai penyakit yang mendasari
pada keluhan pasien. Sehingga pada kasus scabies dapat timbul beberapa
diagnosis banding diantaranya :1
1)
2)
3)
4)
5)
Dermatitis
Prurigo
Pedikulosis korporis
Impetigo
Psoriasis
6) Folikulitis
2.9 Pengobatan Skabies
Pengobatan
skabies
dilakukan
melalui
dua
cara
yaitu
melaliu
terapi
12
digunakan
sebagai
skabisida.
Dalam
penelitian
yang
dilakukan
13
dengan
menjaga
kebersihan
diri
sendiri,
lingkungan,
serta
14
terhadap orang-orang yang sering berada di sekitar penderita maupun yang pernah
melakukan kontak langsusng dengan penderita.
Pencegahan reinfeksi skabies pada orang yang sama dilakukan dengan mencuci
bersih semua barang pribadi penderita seperti pakaian, handuk, sprei, dan sarung
dengan menggunakan detergen dan dijemur di bawah terik matahari agar seluruh
tungau mati.
2.10 Prognosis
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN DEFINISI OPERASIONAL
15
3.1.
Masyarakat
Penanganan nonfarmakologis.
BAB IV
HASIL
16
17
X 100%
Prevalensi =
18
X 100%
209
= 8.6%
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
18
6.1.
6.1.1.
Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa terdapat cukup banyak masyarakat
yang menderita scabies, dan
6.1.2.
6.2.
6.2.1.
Saran
Bagi puskesmas dapat melakukan penyuluhan tentang scabies, mengenai
6.2.2.
BAB 6
DAFTAR PUSTAKA
Harahap, 2000, Ilmu Penyakit Kulit, Hipocrates, Jakarta
19
Juanda, A, 2001, Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, edisi kelima, cetakan kedua,
balai penerbit FKUI, Jakarta.
Taufiq, 2006, Promosi Kesehatan Untuk Meningkatkan Pengetahuan Sikap dan
Prilaku Pengungsi Tentang Pencegahan Penyakit Skabies, tesis Universitas
Gajah Mada, Yogyakarta. University Of The Witwatersrand, 1988, Primary
Clinical Care Book 8 Skin Diseases, Johannersburg.
Wahjoedi, 2008, Faktor Risiko Kejadian Penyakit Skabies Pada Pondok Pesantren
Di Kabupaten Kulon Progo (Studi Ekologi), tesis, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Widiastuti, 2008, Hubungan Antara Higiene Perorangan dan Kepadatan Hunian
Dengan Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Al-mukhtar Kecamatan
Adipala Kabupaten Cilacap, skripsi,Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta
20