Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
Raissa Tryantakarina Neysa
021411131031
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji sukur kehadirat Allah SWT akhirnya saya bisa
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pembimbing, dengan ketekunan serta
ketelitian dalam mengumpulan, mencari data dari catatan perkuliahan serta bukubuku tentang mikrobiologi.
Berkat bimbingan dari dosen ibu Tuti Kusumaningsih, drg., M.Kes. saya tidak
menemui faktor kesulitan yang berarti bahkan bimbingan tersebut bisa memberikan
semangat serta motivasi untuk segera menyelesaikan dengan baik an cepat.
Dalam kaitan ini saya bisa simpulkan bahwa jika saya selalu memperhatikan
ketika proses perkuliahan dan juga pengulangan membaca buku-buku literature yang
saya miliki tentang mikrobiologi, maka saya tidak menemui kesulitan jika sedang
mengerjakan tugas penulisan. Dan karya tulis tentang mikrobiologi ini dengan judul:
Herpes Simpleks Virus Tipe 1. Semoga bermanfaat pada saya sendiri selaku penulis
khususnya, dan bermanfaat pula bagi pembaca pada umumnya.
Akhirnya saya sangat berterima kasih pada ibu Tuti Kusumaningsih, drg.,
M.Kes. selaku dosen pembimbing saya, karena bimbingannya sangat membantu saya
hingga selesainya tulisan ini.
Dan kepada pembaca karya tulis ini diharapkan saran dan kritiknya atas
kekurangan penulisa ini, agar bisa saya gunakan sebagai dasar tugas-tugas penulisan
berikutnya.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................iii
ABSTRAK...................................................................................................................iv
ABSTRACT...................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II TUNJAUAN PUSTAKA................................................................................2
2.1 Definisi Herpes Simpleks Virus............................................................................2
2.2 Morfologi dan Sitologi..........................................................................................2
2.3 Epidemiologi..........................................................................................................4
2.4 Etiologi...................................................................................................................5
2.5 Patogenesis.............................................................................................................5
BAB III PEMBAHASAN............................................................................................8
BAB IV PENUTUP....................................................................................................13
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................13
4.2 Saran.....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................14
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
ABSTRAK
Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan infeksi akut pada
kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di atas kulit yang
sembab. HSV-Tipe 1 biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes).
Secara in vivo, infeksi HSV dapat dibagi dalam 3 tahap, yaitu infeksi akut, latensi
dan reaktivasi virus. Manifestasi yang ditimbulkan dalam rongga mulut diantaranya
herpes ginggivostomatitis, herpes simpleks kronis dan herpes labialis.
Kata kunci: Herpes Simpleks Virus, HSV-1, Manifestasi Oral
iv
ABSTRACT
Herpes simplex virus is a DNA virus that can cause acute infections in the skin
characterized by the presence of vesicles clusters above the wet skin. HSV-type 1
usually infect areas of the mouth and face (Oral Herpes). In in vivo, infection of HSV
can be divided in 3 stages, namely, acute infection, latency and reactivation of the
virus. Manifestations posed in the oral cavity include herpes ginggivostomatitis,
chronic herpes simplex and herpes labialis.
Keyword: Herpes Simplex Virus, HSV-1, Oral Manifestations
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Makalah ini diharapkan dapat menjadi sumber pembelajaran mengenai
manifestasi herpes simplex tipe I pada rongga mulut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hampir semua jenis sel hospes dapat di infeksi oleh HSV pada beberapa
sel antara lain sel endotelial dan sel fubroblas inveksi HSV bersifat litik
sedangkan pada sel saraf
3. Sintesis protein
4. Merupakan satu proses yang sangat kompleks, setelah transkripsi
beberapa gen pemula, dan translasi enzim yang berperan pada produksi
protein struktural, terjadi reprikasi DNA viral oleh DNA polinerase viral
setelah itu terjadi proses perakitan kapsid viral di daklam nukkleus.
5. Sintesis glikoprotein
6. Seluruh glikoprotein dibuat pada retikulum endoplasmit dimana
nukleokapsid memperoleh molekul gula dengan kadar manosa yang
tinggi. Glikoprotein yang telah terbentuk melalui proses difusi bergerak
kearah membrannukleus. Proses budding nukleokapsid terjadi pada
membran nukleus, kemudian keluart dari sel hospes. Selama proses
buding, virus memperoleh molekul rantai gula yang kaya akan senyawa
galaktosa dan asam sialat.
7. Pelepasan virus.
8. Virion keluar dari dalam sel melalui proses eksositosis atau melalui
prioses lisis sel selain itu, virion dapat masuk ke sel yang ada di
sekelilingnya secara intra seluler (Sardjito, 2003).
2.3 Epidemiologi
9. Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan menyerang baik
pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda. Infeksi primer oleh
herpes simpleks virus (HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi
HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan berhubungan dengan
peningkatan aktivitas seksual (Handoko, 2010). Infeksi genital yang berulang 6
kali lebih sering daripada infeksi berulang pada oral-labial; infeksi HSV tipe II
pada daerah genital lebih sering kambuh daripada infeksi HSV tipe I di daerah
genital; dan
10.
infeksi HSV tipe II di daerah oral. Walaupun begitu infeksi dapat terjadi di mana
saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak menutup kemungkinan bahwa
infeksi dapat menyebar ke bagian lain (Habif, 2004).
11.Insiden infeksi primer dengan HSV-1 yang bertanggung jawab
terhadap kebanyakan kasus rekurens herpes labialis, sebagian besar terjadi pada
anak-anak, dimana 30-60 % anak-anak terekspos oleh virus ini. Kecepatan
infeksi oleh virus in meningkat sesuai pertambahan usia, mayoritas populasi
diatas usia 30 tahun atau lebih tua seropositif untuk HSV-1 (Marques, 2008).
2.4 Etiologi
12.
dimana pada umumnya kasus ini bersifat minimal atau kadang-kadang subklinis.
Pada kebanyakan kasus dari herpes labialis dan fasialis yang disebabkan oleh
HSV-1 didapatkan pada masa anak-anak sebelum berumur 4 tahun. Infeksi awal
mungkin berasal dari kontak droplet dan dalam bentuk gingivostomatitis virus
(Trozak dan Tennenhouse, 2006).
2.5 Patogenesis
14.
infeksi akut, latensi dan reaktivasi virus. Selama fase infeksi akut, virus
bereplikasi di tempat inokulasinya yaitu pada permukaan mukokutaneus, yang
menyebabkan adanya lesi primer dimana virus ini dengan cepat menyebar dan
menginfeksi
15.
ganglion saraf sensoris regional. Pada bagian neuron yang terinfeksi ini, infeksi
laten terjadi sebagai episom dan ekspresi gen HSV tidak tampak. Pada tahap
akhir, replikasi tereaktivasi seiring dengan transpor aksonal anterograde dari
replikasi virus yang baru ke perifer, pada port of entry lesi awal atau di dekatnya
(Marques, 2008).
16. Gambar 2. Patogenesis Herpes Simpleks Virus. (Marques, 2008)
17.
Kecepatan reaktivasi HSV ini dipengaruhi oleh kuantitas dari virus DNA yang
laten pada ganglion saraf. Selain itu, faktor host sangat mempengaruhi reaktivasi
HSV ini. Eksperimen pada hewan percobaan hewan yang sakit, reaktivasi ini
terinduksi oleh adanya paparan iradiasi ultraviolet, hipertermia, trauma lokal dan
oleh stressor fisologis lainnya. Hal ini juga umumnya berdampak sama pada
manusia (Marques, 2008).
18.
virus yang dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulkan infeksi, virus harus
menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka
bersifat resisten). HSV-1 ditransmisikan melalui sekresi oral, virus menyebar
melalui droplet pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang
terinfeksi. Ini sering terjadi selama berciuman, atau dengan memakan atau
meminum dari perkakas yang terkontaminasi. HSV-1 dapat menyebabkan herpes
genitalis melalui transmisi selama seks oral-genital (Cawson dan Odell, 2002).
19.
cara yang paling penting dalam penyebaran penyakit ini. Infeksi dapat terjadi
melalui perantaraan petugas pelayanan kesehatan (seperti dokter gigi) yaitu dari
pasien HSV mengakibatkan lesi herpes bernanah (herpetic whitlow) (Sardjito,
2003).
20.
a. BAB 3
b. PEMBAHASAN
c. Herpes Simpleks Virus Primer (HSV-1) merupakan
virus
yang
10
r. Infeksi Rekuren
s. Herpes Simpleks Labialis (Cold Sore/Fever Blisters) adalah bentuk
herpes orofasial rekuren yang paling sering terjadi, berupa vesikel-vesikel pada
batas luas vermilion dan kulit sekitarnya. Cold sore atau fever blister merupakan
suatu lesi vesikuler mukosa biasanya terletak di sekitar lubang seperti bibir dan
hidung.
Pelepasan virus terus berlangsung 3-5 hari setelah lesi sembuh. Herpes Labialis
Rekuren terjadi 50-75% individu-individu yang terkena infeksi HSV di dalam
mulut, terjadi 3 kali lebih sering pada pasien dengan demam dibandingkan pasien
tanpa demam.
t. Cold sore atau fever blisters, diperparah oleh faktor presipitasi demam,
menstruasi, sinar UV, dan mungkin stres emosional. Lesi didahului oleh periode
prodormal yaitu tingling atau burning. Diiringi dengan edema di tempat lesi,
diikuti dengan formasi cluster vesikel kecil. Masing- masing vesikel berdiameter
1-3 mm, dengan ukuran cluster 1-2 cm. Ukuran lesi secara umum tergantung
imun individu.
u. Obat-obatan dapat menekan formasi dan mempercepat waktu
penyembuhan dari lesi recurrent yang baru. Acyclovir, obat antiherpes, aman dan
efektif. Obat antivirus yang baru seperti valacyclovir, prodrug dari acyclovir, dan
famciclovir, prodrug dari penciclovir, memiliki bioavailabilitas yang lebih besar
dari pada acyclovir, tapi tidak mengurangi masa laten HSV.
v. Keefektifan obat antiherpes untuk mencegah kambuhan genital HSV.
Acyclovir 400 mg dua kali sehari, valaciclovir 250 mg dua kali sehari dan
famciclovir 250 mg yang lebih efektif pada kambuhan genital. Penggunaan
antiherpes nucleoside analog untuk mencegah dan mengobati RHL namun sangat
kontroversial.
11
12
x. BAB 4
y. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
z. Virus Herpes Simpleks adalah virus DNA yang dapat menyebabkan
infeksi akut pada kulit yang ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab. Ada 2 tipe virus herpes simpleks yang sering menginfeksi
yaitu HSV-1 (Herpes Simplex Virus Type 1) dan HSV-2 (Herpes Simplex Virus
Type 2). HSV-1 biasanya menginfeksi daerah mulut dan wajah (Oral Herpes).
Gejala klinis yang ditimbulkan beragam, dari yang tidak menimbulkan gejala
sama sekali hingga yang berakibat fatal. Manifestasi yang ditimbulkan dalam
rongga mulut diantaranya herpes ginggivostomatitis, herpes simplex kronis dan
herpes labialis.
4.2 Saran
aa. Penggunaan antivirus efektif untuk pengobatan HSV. Pencegahan
yang perlu dilakukan antara lain meminimalisir penularan virus HSV dengan cara
menjaga kebersihan dan menggunakan alat pengaman diri bagi mereka yang
beresiko tinggi untuk tertular.
13
A.H.
(2010)
'Infeksi
Herpes
pada
Pasien
14
an. Sarsito, A.S. (2002) Infeksi Virus Herpes, Jakarta: Balai Penerbit
FK UI.
ao. Siregar, R.S. (2005) Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, 2nd
edition, Jakarta: Penerbit EGC.
14
15