Professional Documents
Culture Documents
OKSIGENASI
A. Konsep Oksigenasi
1. Pengertian
Oksigenisasi adalah suatu komponen gas dan unsure vital dalam
proses dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh. Secara normal elemen ini di peroleh dengan
menghirup O2 setiap kali bernafas. Masuknya oksigen kejaringan tubuh
ditentukan oleh system respirasi kardiovaskuler dan keadaan hematologi
(Wartonah & Tartowo 2006).
Oksigen adalah salah satu kebutuhan yang paling vital bagi tubuh.
Otak masih mampu mentoleransi kekurangan oksigen antara 3-5 menit.
Apabila kekurangan oksigen berlangsung lebih dari 5 menit, maka terjadi
kerusakan sel otak secara permanen.. Selain itu oksigen digunakan oleh sel
tubuh untuk mempertahankan kelangsungan metabolisme sel. Oksigen
akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP (Adenosin
Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar berfungsi
secara optimal.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan oksigen di atmosfer. Konsentrasi
oksigen dalam udara ruangan adalah 21%. Tujuan terapi oksigen adalah
memberikan transport oksigen yang adekuat dalam darah sambil
menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stres pada miokardium
(Mutaqqin, 2005)
2. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami
gangguan oksigenasi menurut NANDA (2011), yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi, deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif/persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
mengalami
peningkatan
resiko
penyakit
mempengaruhi
kemampuan
tubuh
dalam
memenuhi
tinggi.
Adanya
kemampuan
toraks
dan
paru
pada
alveoli
dalam
c.
Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang
terdiri atas berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh
sistem
saraf
otonom.
Terjadinya
rangsangan
simpatis
dapat
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli
dan interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila
terjadi proses penebalan.
mengkompensasi
dengan
menambahkan
rata-rata
langsung
berpengaruh
terhadap
transpot
oksigen.
yang
berlebih,
yang
dibutuhkan
untuk
mengeliminasi
Pathway
Alergen atau Antigen yang telah terikat oleh IgE yang menancap
pada permukaan sel mast atau basofil
Lepasnya macam-macam mediator dari sel mast atau basofil
Kontraksi otot polos
Sesak napas
5. Manifestasi Klinis
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi menjadi tanda
gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot
nafas tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping
hidung), dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi
tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan
diameter
anterior-posterior,
frekuensi
nafas
kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu
takikardi,
hiperkapnea, kelelahan,
a. EKG
Menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrik jantung, mendeteksi
transmisi implus dan posisi listrik jantung.
b. Pemeriksaan stress latihan
Di gunakan mengevaluasi respon jantung terhadap stress fisik.
Pemeriksaan fisik ini memberikan kebutuhan oksigen dan menentukan
keadekuatan darah koroner.
c. Pemeriksaan Elektrofisiologis (PEF)
Pengukuran invasive aktivitas listrik.
d. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi ;
pemeriksaan fungsi paru, analisis gas darah (AGD) dan menentukan
kontraksi miokard dan aliran darah. Ekokardigraf dan angiograf
digunakan untuk menentukan kontraksi miokard dan aliran darah.
7. Penatalaksanaan Terapi Oksigenasi
Muttaqin (2005) menyatakan bahwa indikasi utama pemberian
terapi O2 sebagai berikut :
a. Klien dengan kadar O2 arteri rendah dari hasil analisa gas darah
b. Klien dengan peningkatan kerja nafas, dimana tubuh berespon
terhadap keadaan hipoksemia melalui peningkatan laju dan dalamnya
pernafasan serta adanya kerja otot-otot tambahan pernafasan.
c. Klien dengan peningkatan kerja miokard, dimana jantung berusaha
untuk mengatasi gangguan O2 melalui peningkatan laju pompa
jantung yang adekuat.
Metode pemberian O2 dapat dibagi atas 2 teknik:
1) Sistem aliran rendah
Teknik sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi
udara ruangan. Teknik ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi
tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal pasien.
Pemberian O2 sistem aliran rendah ini ditujukan untuk klien yang
memerlukan O2 tetapi masih mampu bernafas dengan pola
pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml
dengan kecepatan pernafasan 16 20 kali permenit (Harahap, 2005).
(Harahap, 2005).
2) Sistem aliran tinggi
Suatu teknik pemberian O2 dimana FiO2 lebih stabil dan tidak
dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan teknik ini dapat
menambahkan konsentrasi O2 yang lebih tepat dan teratur. Adapun
contoh teknik sistem aliran tinggi yaitu sungkup muka dengan
ventury. Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang
dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup kemudian dihimpit
untuk mengatur suplai O2 sehingga tercipta tekanan negatif, akibat
udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih
banyak. Aliran udara pada alat ini 414 L/mnt dan konsentrasi 30
55% (Harahap, 2005).
Selain pemberian oksigenasi, ada beberapa cara untuk memenuhi
kebutuhan oksigen, yaitu :
1. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan suatu rangkaian tindak keperawatan
yang terdiri atas perkusi, vibrasi dan postural drainage.
a. Perkusi
Disebut juga clapping adalah pukualn kuat, bukan berarti sekuatkuatnya, pada dinding dada dan punggung dengan tangan dibentuk
seperti mangkuk. Tujuannya, secara mekanik dapat melepaskan
sekret yang melekat pada dinding bronkhus.
Prosedur:
1. Tutup area yang akan dilakkan perkusi dengan handuk atau
pakaian untuk mengurangi ketidaknyamanan.
2. Anjurkan klien tarik napas dalam dan
meningkatkan relaksasi
lambat
untuk
diletakkan
datar
pada
dinding
dada
klien.
oksigenasi
seseorang
batuk.
5) Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: kesadaran menurun
b. TTV: peningkatan frekuensi pernafasan, suhu tinggi
c. Head to toe
NIC
NIC: Airway suctioning
a. Tentukan kebutuhan suction oral dan
atau trakheal
b. Auskultasi suara nafas sesudah dan
sebelum melakukansuction
c. Informasikan kepada klien dan
keluarga tentang suction
d. Gunakan universal precaution
(maskeR, sarungtangan)
e. Pasang
nasal
kanul
selama
dilakukan suction
f. Monitor status oksigen pasien
(tingkat SaO2 dan SvO2) dan status
hemodinamik (tingkat MAP [mean
arterial pressure] dan irama jantung)
segera
sebelum,
selama
dan
setelah suction
g. Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
yang dikumpulkan
Gangguan
pertukaran gas
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
3x24 jam, status
respiratori: pertukaran
gas dengan indikator:
1.
Status mental
dalam batas normal (5)
2.
Dapat melakukan
napas dalam (5)
3.
Tidak terlihat
sianosis (5)
4.
Tidak mengalami
somnolen (4)
5.
PaO2 dalam
rentang normal (4)
6.
pH arteri normal
(4)
7.
ventilasi-perfusi
dalam kondisi seimbang
(4)
Kriteria Hasil :
- Gas darah
arteri normal
- pH arteri
normal
- Pernafasan
abnormal
(kecepatan,
irama dan
kedalaman)
- Warna kulit
abnormal
(pucat,
kehitaman,
kebiruan)
- Diaphoresis
- Sakit kepala
saat bangun
- Hipoksia
- Hipoksemia
- Nafas cuping
hidung
- Gelisah
- Somnolen
- Takikardi
Hiperventilasi
Ansietas
Ortopnea
dispnea (5)
d. Monitor
peningkatan
e. Tidak mengalami
ketidakmampuan
istirahat,
ortopnea (5)
kecemasan,
dan
haus
udara,
f. Auskultasi bunyi
perhatikan perubahan pada SaO2,
nafas dalam rentang
SvO2, CO2 akhir-tidal, dan nilai gas
normal (5)
darah arteri (AGD), dengan tepat
e. Monitor kualitas dari nadi
f. Monitor
suhu,
warna,
dan
kelembaban kulit.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba
Medika
Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi).
Yogyakarta: Euko Jambusari No 7A.
Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Harahap. (2005). Oksigenasi Dalam Suatu Asuhan Keperawatan. Jurnal
Keperwatan. Sumatera Utara Volume 1.