You are on page 1of 44

BAB I

PENDAHULUAN
Melihat perkembangan penyakit seksual kelamin yang semakin meningkat,dari
tahun ketahun dan kurang disadari oleh masyarakat akan bahayanya membuat negara ini
semakin memperihatinkan dan butuh segera mendapatkan penanganan. Penyakit menular
seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan secara langsung dari seseorang ke orang
lain melalui kontak seks. [1,4]
Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal dan merupakan penyakit
yang paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan
penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal
terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke seluruh dunia karena banyaknya perjalanan
yang dilakukan orang-orang melalui transportasi udara. [1,4]
Pengendalian penyakit menular seksual ini adalah dengan meningkatkan
keamanan kontak seks dengan menggunakan upaya pencegahan. Salah satu penyakit
menular seksual ini adalah penyakit gonore yang disebabkan oleh bakteri Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi selaput lendir saluran kencing, leher rahim, dubur dan
tenggorokan atau selaput lendir. Gonore adalah penyakit menular seksual yang paling
sering ditemukan dan paling mudah ditegakkan diagnosisnya. Nama awam penyakit
kelamin ini adalah kencing nanah. [1,4]
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada
janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi
penyakit ini, tetapi insidens tertinggi terjadi pada usia 15-35 tahun. Angka kejadian pada
populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6
per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24
tahun (589,7 per 100.000). [1,4]
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidensi yang tinggi di antara
penyakit menular seksual lainnya. Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena
sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin
1

dan disebut Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae (P.P.N.G). kuman ini


meningkat di banyak negara termasuk Indonesia. [1,4]
Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genitogenital, oro-genital dan ano-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara
manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu
secara garis besar di kenal gonore genital dan gonore ekstra genital. Mayoritas infeksi
uretra (uretritis) pada laki-laki disebabkan oleh infeksi Neisseria gonorrhoeae, yang
membutuhkan terapi pengobatan untuk mencegah terjadinya gejala sisa atau kecacatan,
namun kenyataannya terapi juga belum cukup untuk mencegah penularan penyakit ke
orang lain. [1,4]
Pada wanita infeksi Neisseria gonorrohoeae tidak menimbulkan gejala sampai
timbul adanya komplikasi seperti Penyakit Radang Panggul yang dapat mengakibatkan
terjadinya jaringan parut dan dapat terjadi infertilitas atau kehamilan ektopik. [1,4]

BAB II
GONORE
Manusia merupakan satu-satunya tuan rumah bagi gonokokus yang hanya bisa
bertahan hidup sebentar saja diluar tubuh manusia. Gonore (GO) adalah penyakit menular
seksual (PMS), yang disebabkan oleh kuman yang bernama Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum (usus bagian bawah), tenggorokan
maupun bagian putih mata (gonore konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran
darah kebagian tubuh lainnya ,terutama kulit dan persendian, pada wanita, gonore bisa
naik ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput didalam panggul sehingga menimbulkan
nyeri panggul dan gangguan reproduksi. [1,4]
2.1. Definisi
Gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang bersifat akut dan disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae suatu kuman gram negatif berbentuk seperti biji kopi dan
letaknya dapat intra maupun ekstraseluler. [1,3,4]
Gonore merupakan penyakit kelamin yang pada permulaan keluar nanah dari
OUE ( Orifisium Uretra Eksternum ) sesudah melakukan hubungan kelamin. [6]
2.2.Etiologi
Penyebab gonore adalah kuman gonokokus yang ditemukan oleh Neisser pada
tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup
Neisseria dan dikenal ada 4 spesies yaitu : [1]
1. Neisseria gonorrhoeae
2. Neisseria meningitides
3. Neisseria pharyngitis
4. Neisseria catarrhalis
Neiserria gonorrhoeaea dan Neisseria meningitidis bersifat patogen sedangkan
yang dua lainnya bersifat komensalisme. Neisseria merupakan cocus gram negatif yang
biasanya berpasangan. Ciri Neisseria adalah bakteri gram negatif, diplokokus non motil,
berdiameter mendekati 0,8 m. Ketika organisme berpasangan sisi yang cekung akan
berdekatan. Bakteri ini adalah patogen pada manusia dan biasanya ditemukan bergabung
atau di dalam sel polimorfonuklear. Pada gonococci memiliki 70% DNA homolog, tidak
3

memiliki kapsul polisakarida, memiliki plasmid. Gonococci paling baik tumbuh pada
media yang mengandung substansi organik yang kompleks seperti darah yang
dipanaskan, hemin, protein hewan dan dalam ruang udara yang mengandung 5% CO2.
Gonococci hanya memfermentasi glukosa dan berbeda dari neisseriae lain. Gonococcus
biasanya menghasilkan koloni yang lebih kecil dibandingkan neisseria lain. [1]
Neisseria gonorrhoeae adalah kokus gram negatif, diameter 0,6 sampai 1,5 m,
biasanya terlihat berpasangan dengan sisi datar yang berdekatan. Organisme ini sering
kali ditemukan intraseluler dalam leukosit polimorfonuklear ( neutrofil ) dari bahan
eksudat pustular. Fimbriae, yang memainkan peranan yang penting pada proses
perlekatan, memanjang beberapa mikrometer dari permukaan sel. [1]
Neisseria gonorrhoeae merupakan organisme yang relatif fragil, rentan terhadap
perubahan suhu, kering, sinar ultra violet dan kondisi lingkungan lainnya. Media yang
berisi hemoglobin, NAD, ekstrak jamur dan suplemen lainnya diperlukan untuk isolasi
dan pertumbuhan organisme ini. [1]
Morfologi
Penyebabnya adalah kuman Neisseria gonorrhoeae . Neiserria gonorrhoeae
merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,6 sampai 1,5 m, berbentuk
diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan. Kuman ini tidak
motil dan tidak membentuk spora. Neisseria gonorrhoeae dapat dibiakkan dalam media
Thayer Martin dengan suhu optimal 35- 37C, pH 6,5-7,5, dengan kadar CO 2 5%. Kellog
membedakan Neisseria gonorrhoeae berdasarkan pertumbuhan koloninya pada media
agar, yaitu : [1,4]

T1 bentuk koloninya kecil, cembung dan lebih terang


T2 bentuk koloninya kecil, lebih gelap, tapi lebih terang
T3 bentuk koloninya besar, datar dan lebih gelap
T4 sama dengan T3 tetapi lebih terang

Koloni yang kecil karena mempunyai pili diberi tanda p+, sedangkan koloni besar
diberi tanda p. Makin kecil Neisseria gonorrhoeae makin tinggi virulensinya, karena sel
bakteri ini memiliki pili yang memudahkan perlekatannya dengan dinding sel selaput
lendir.[1,4]

Gambar 2.1. Neiserria gonorrhoeae

Gambar 2.2. Neiserria gonorrhoeae

Mikrobiologi
Dengan mikroskop elektron, dinding Neisseria gonorrhoeae terlihat mempunyai
komponen - komponen permukaan yang diduga berperan pada patogenesis virulensinya.
Komponen permukaan tersebut mulai dari lapisan dalam ke luar dengan susunan sebagai
berikut : [1,4]

Gambar 2.3. Neisseria gonorrhoeae dibawah mikroskop elektron

1. Membran sitoplasma
Membran ini menghasilkan beberapa enzim seperti suksinat dehidrogenase,
laktat dehidrogenase, NADH dehidrogenase dan ATP ase. [1,4]
2. Lapisan peptidoglikan
Lapisan ini mengandung beberapa jenis asam amino seperti pada kuman gram
negatif lainnya. Lapisan ini mengandung penicilline binding component
yang merupakan sasaran antibiotik penisilin dalam proses kematian kuman.
Terjadi hambatan sintesis dinding sel, sehingga kuman akan mati. [1,4]
3. Membran luar ( dinding sel )
Membran ini terdiri atas beberapa komponen, yang terpenting adalah: [1,4]
Lapisan polisakarida
Lapisan ini memegang peranan dalam virulensi dan patogenesis kuman
Neisseria gonorrhoeae. [1,4]
Pili
Pili merupakan bagian dinding sel gonokokus yang menyerupai rambut,
berbentuk batang dan terdiri dari subunit protein sekitar 1.800 dalton. Pili
ini dihubungkan dengan patogenisitas kuman yang sangat berperan dalam
perlekatan ( adhesi ) pada sel mukosa dan penyebaran kuman dalam inang.
[1,4]

Protein
#Porin protein ( por )

Dengan teknik elektroforesis dapat ditemukan protein pada lapisan


dinding sel gonokokus dengan berat sekitar 34-36 kilo Dalton yang
dikenal dengan porin protein ( Por ). Fungsi dari Por ini adalah sebagai
penghubung anion spesifik ke dalam lapisan yang banyak mengandung
lemak pada membran luar. [1,4]
# Opacity protein ( Opa )
Protein ini banyak ditemukan pada daerah perlekatan sel yang
mempunyai kemampuan menyesuaikan perubahan panas sel, membantu
perlekatan antar sel dalam koloni atau dengan sel epitel. Protein ini
berukuran antara 24-28 K Dalton. [1,4]
# Reduction Modifiable Protein ( RMP )
Semua Neisseria patogen mempunyai protein RMP dengan berat
molekul 30-31 K Dalton. Protein ini memegang peranan penting karena
dapat memblokade antibodi yang ada dalam serum. [1,4]
# H.8 protein
Peranan protein ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.
[1,4]

Lipo Oligosakarida (LOS)


Semua glukosa mengekspresikan LOS pada permukaan selnya.
Komponen ini berperan dalam menginvasi sel epitel, dengan cara
memproduksi endotoksin yang menyebabkan kematian sel mukosa. [1,4]
Ig A1 protease
Komponen ini berperan dalam inaktifasi pertahanan imun mukosa.
Hilangnya Ig A1 protease akan menyebabkan hilangnya kemampuan
gonokokus untuk tumbuh dalam sel epitel. [1,4]

Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit


diantaranya : [6]
Bangsa / Ras
Semua bangsa.
7

Daerah
Urbanisasi membuat penyakit ini lebih berkembang.
Pengawasan
Pengawasan orang tua / masyarakat terhadap anak muda yang
kurang, mempermudah untuk mendapatkan penyakit ini.
Keturunan
Dapat ditularkan pada bayi saat melewati jalan lahir.
Pengobatan
Pengobatan yang tidak memadai terhadap bahaya-bahaya penyakit
ini mempermudah/membuat penyakit lebih banyak timbul.
Ekonomi
Ekonomi yang kurang, mendukung kegiatan prostitusi dan
mempermudah mendapatkan penyakit ini.
2.3. Epidemiologi
Gonore dapat terjadi pada semua ras, usia dan tidak memandang strata sosial
tetapi sering didapatkan pada usia dewasa dan bayi yang baru lahir. Kejadian penyakit ini
meningkat dengan adanya kontak seksual dengan banyak mitra. Di dunia diperkirakan
terdapat 200 juta kasus baru gonore setiap tahunnya. Dimana pria 1,5 kali lebih banyak
daripada wanita. Di Amerika Serikat diperkirakan terdapat 600.000 kasus baru gonore
setiap tahunnya, kira-kira 240 kasus per 100.000 populasi. Insiden gonore tertinggi terjadi
di negara-negara berkembang. Lebih banyak mengenai penduduk dengan sosial ekonomi
rendah. [1,4]
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada
janin pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi
penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun pada populasi
wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6 per
100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24
tahun (589,7 per 100.000). [1,4]
Epidemiologi Neiserria gonorrhoeae berbeda pada tiap tiap negara
berkembang. Di swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang
menderita pada tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang
yang menderita, pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu
hanya sekitar 31/ 100.000 orang yang menderita. Amerika Serikat, insiden dari kasus
8

gonore mengalami penurunan. Pada tahun 1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang
menderita, dimana dengan angka tersebut menunjukkan bahwa kasus gonore di Amerika
Serikat mengalami penurunan sampai tahun 1984. [1,4]
Angka gonorea di Amerika Serikat lebih tinggi dari pada di negara-negara industri
lainnya, dengan perkiraan 50 kali lebih banyak daripada Swedia dan 8 kali dari Kanada
(CDC, 2000). Setelah infeksi oleh Neisseria gonorrhoeae tidak timbul imunitas alami,
sehingga infeksi dapat berjangkit lebih dari satu kali. Angka gonore di Amerika Serikat
terus mengalami penurunan sejak pertengahan tahun 1970 sampai 1997, kemudian terjadi
peningkatan 9% antara tahun 1997 dan1999. [1,4]
Tidak semua orang yang terpajan oleh gonore akan terjangkit penyakit ini, dan
resiko penularan dari laki-laki kepada perempuan lebih tinggi daripada penularan
perempuan kepada laki-laki terutama karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan
dan eksudat yang berdiam lama di vagina. [1,4]
2.4. Patofisiologi
Neisseria gonorrhoeae terbaik hidup pada udara yang mengandung 2-10% CO2
dengan suhu 35C dan pH optimum 7,2-7,6. Neisseria gonorrhoeae dapat beradaptasi
dengan keadaan mukosa yang basah, membelah diri dengan cepat menghasilkan
keradangan yang eksudatif dan juga dapat masuk ke aliran darah. [3]
Manusia adalah satu-satunya reservoar untuk Neiserria gonorrhoeae. Organisme
ini cepat berkembang biak, dan infeksi menyebar melalui kontak langsung dengan
mukosa yang terinfeksi, biasanya sewaktu berhubungan kelamin. Bakteri ini mula-mula
melekat ke epitel mukosa, terutama tipe kolumnar atau transisional, menggunakan
beragam molekul perekat di membran dan struktur yang di namai pili .Perlekatan ini
mencegah organisme terbilas oleh cairan tubuh, misalnya urine atau mukus endoserviks.
Karena adanya perlekatan dari bakteri ini mengakibatkan timbulnya respon dari host
dengan adanya invasi dari neutrofil, pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses
submukosal dan discharge purulent. [3]
2.5. Patogenesis
Gonokokus (Neiserria gonorrhoeae) dapat bertahan didalam uretra meskipun
proses hidrodinamik akan membilas organisme dari permukaan mukosa. Oleh karena itu
gonokokus harus dapat melekat dengan efektif pada permukaan mukosa. Perlekatan
9

gonokokus dengan perantaraan pili, dan mungkin permukaan epitel lainnya. Hanya
mukosa yang berlapis epitel silindris dan kubis yang peka terhadap infeksi gonokokus.
[1,4]

Gonokokus akan melakukan penetrasi permukaan mukosa dan berkembang biak


dalam jaringan subepitelial. Gonokokus akan menghasilkan berbagai produk ekstraseluler
seperti fosfolipase, peptidase yang dapat mengakibatkan kerusakan sel. Adanya infeksi
gonokokus akan menyebabkan mobilisasi leukosit PMN (Polymorpho nuclear),
menyebabkan terbentuknya mikro abses subepitelial yang pada akhirnya akan pecah dan
melepaskan PMN dan gonokokus. [1,4]
Kuman ini mempunyai pili dan beberapa protein permukaan, sehingga dapat
melekat pada sel epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial. Dengan adanya
lipooligosakarida akan menimbulkan invasi dan destruksi sel epitel mukosa dan lapisan
submukosa secara progresif, disertai dengan respons dari leukosit polimorfonuklear yang
hebat. Peradangan dan destruksi sel epitel tersebut menimbulkan duh tubuh mukopurulen.
Neisseria gonorrhoeae merupakan gram negatif, intraselular, diplokokus aerobik yang
mempengaruhi epitel kuboid atau kolumner host. Berbagai macam faktor yang
mempengaruhi cara gonokokus memediasi virulensi dan patogenisitasnya. [1,4]
Pili dapat membantu pergerakan gonokokus ke permukaan mukosa. Membran
protein luar seperti protein opacity-associated (Opa) meningkatkan perlekatan antara
gonokokus (bentuk koloni padat pada kultur media) dan juga meningkatkan perlekatan
dengan fagosit. Produksi yang dimediasi plasmid tipe TEM-1 beta laktamase
(penisilinase) juga berperan pada virulensinya. Gonokokus melekat pada sel mukosa host
(dengan bantuan pili dan protein Opa) dan kemudian penetrasi seluruhnya dan di antara
sel dalam ruang subepitel. [1,4]
Karakteristik respon host oleh invasi dengan neutrofil, diikuti dengan
pengelupasan epitel, pembentukan mikroabses submukosal, dan discharge purulen.
Apabila tidak diobati, infiltrasi makrofag dan limfosit digantikan oleh neutrofil. Beberapa
strain menyebabkan infeksi asimptomatik. [1,4]
Patogenesisnya melibatkan perlekatan bakteri pada sel epitel kolumner melalui
pili. Pili membantu perlekatan gonokokus ke permukaan mukosa dan membantu bakteri
terhindar dari fagositosis PMN ( Polimorpho nuclear ). Membran protein terluar berupa
10

protein. Membran protein terluar berupa protein Opacity-associated (Opa) meningkatkan


kesatuan antar gonokokus (membentuk koloni opaque pada media kultur) dan juga
meningkatkan kesatuan untuk melekat. Bakteri mensekresikan IgA protease untuk
melindungi diri dari antibodi sel mukosa yang memisahkan dan menonaktifkan IgA yang
terdapat pada sebagian besar selaput lendir manusia. [1,4]
Protease, dapat membelah rantai dari imunoglobulin manusia dan memblok
sistem imun terhadap bakteri. RMP (Reduction Modifiable Protein) yang terdapat pada
permukaan sel bakteri berfungsi untuk melindungi antigen permukaan bakteri seperti
POR ( Porin Protein ) atau LOS ( Lipo Oligosakarida ) dari antibodi host. Setelah
gonokokus melekat pada mukosa sel inang (dengan bantuan pili dan protein Opa), bakteri
masuk ke dalam sel host melalui endositosis yang diperantarai oleh adhesin dan
sphingomyelinase serta melakukan replikasi intraseluler. Kemudian bakteri melakukan
penetrasi terus-menerus di antara sel-sel ke dalam ruang subepithelial. LOS dan
komponen dinding sel bakteri seperti peptidoglikan menyebabkan produksi TNF
sehingga mengakibatkan respon inflamasi yang memberikan simptom local invasi
neutrofil, diikuti oleh kerusakan epitel, pembentukan mikroabses submukosa dan
discharge purulen. [1,4]
2.6. Gejala Klinik
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonore. Masa tunas
penyakit berkisar antara 2-5 hari . Sesudah lewat masa tunas penderita mengeluh nyeri
dan panas pada waktu kencing. Kemudian keluar nanah yang berwarna putih susu dari
uretra dan muara uretra membengkak. Pada wanita dapat timbul fluor albus. [1,2,3,4,5,6]

Pada laki-laki
Infeksi Neiserria gonorrhoeae pada laki-laki bersifat akut yang didahului rasa
panas dibagian uretra anterior, diikuti rasa nyeri pada penis, keluhan berkemih seperti
disuria dan polakisuria. Terdapat duh tubuh yang bersifat mukopurulen ( pus kental
kuning kehijauan ). Kadang-kadang juga terdapat ektropion. Pada beberapa keadaan duh
tubuh baru keluar bila dilakukan pemijatan atau pengurutan korpus penis kearah distal,
tetapi pada keadaan penyakit yang lebih berat nanah tersebut menetes sendiri keluar. Jika
11

gejala tidak diobati dengan tepat lebih dari 2 minggu maka infeksi dapat menjalar ke
uretra posterior. [1,2,3,4,5,6]
Sekali kontak dengan wanita yang terinfeksi, 25% akan terkena uretritis gonore
dan 85% berupa uretritis yang akut. Sebanyak 10% pada laki-laki dapat memberikan
gejala yang sangat ringan atau tanpa gejala klinis sama sekali pada saat diagnosis, tetapi
hal ini sebenarnya merupakan stadium presimptomatik dari gonore, oleh karena waktu
inkubasi pada laki-laki bisa lebih panjang . Bila keadaan ini tidak segera diobati, maka
dalam beberapa hari sampai beberapa minggu maka sering menimbulkan komplikasi
lokal berupa epididimitis, seminal vesiculitis dan prostatitis, yang didahului oleh gejala
klinis yang lebih berat yaitu sakit waktu kencing, frekuensi kencing meningkat, dan
keluarnya tetes darah pada akhir kencing. [1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.4. Gonore pada laki-laki

12

Gambar 2.5. Tanda-tanda gonore pada laki-laki

13

Gambar 2.6. Epididimitis Gonore

Pada wanita
Pada wanita gejala uretritis ringan atau bahkan tidak ada, karena uretra pada
wanita selain pendek, juga kontak pertama pada cervix sehingga gejala yang menonjol
berupa servisitis dengan keluhan berupa keputihan. Karena gejala keputihan biasanya
ringan, seringkali disamarkan dengan penyebab keputihan fisiologis lain, sehingga tidak
merangsang penderita untuk berobat. Dengan demikian wanita seringkali menjadi carrier
dan akan menjadi sumber penularan yang tersembunyi. [1,2,3,4,5,6]
Masa tunas pada wanita sulit ditentukan karena biasanya asimptomatis. Gejala
utama meliputi duh tubuh vagina yang berasal dari endoservisitis dimana bersifat
purulen, tipis dan agak berbau. Beberapa pasien dengan servisitis gonore kadang
mempunyai gejala yang minimal. Disuria atau keluar sedikit duh tubuh dari uretra yang
mungkin disebabkan oleh uretritis yang menyertai servisitis. Dispareunia dan nyeri perut
14

bagian bawah. Jika servisitis gonore tidak diketahui atau asimptomatis maka dapat
berkembang menjadi PID. Nyeri ini bisa merupakan akibat dari menjalarnya infeksi
keendometrium, tuba fallopi, ovarium dan peritoneum. Nyeri bisa bilateral, unilateral dan
tepat pada garis tengah. Dapat disertai panas badan, mual dan muntah. Nyeri perut bagian
kanan atas dari perihepatitis ( Fitz-Hugh-Curtis syndrome) bisa terjadi melalui
penyebaran bakteri keatas lewat peritoneum. [1,2,3,4,5,6]
Pada kasus-kasus yang simtomatis dengan keluhan keputihan harus dibedakan
dengan penyebab keputihan yang lain seperti trichomoniasis, vaginosis, candidiasis
maupun uretritis non gonore yang lain. Pada wanita, infeksi primer tejadi di endocerviks
dan menyebar kearah uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan yang mukopurulen.
Ini dapat berkembang ke tuba uterine, menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi
tuba. Ketidak suburan ( infertilitas ) terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena
gonococci. [1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.7. Gonore pada wanita

15

Gambar 2.8. Gonore pada pria dan wanita

Pada bayi
Ophtalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi mata
pada bayi yang baru lahir yang didapat selama bayi berada dalam saluran lahir yang
terinfeksi. Conjungtivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati dapat
menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah ophtalmia neonatorum ini, pemberian
tetracycline atau erythromycin ke dalam kantung konjungtiva dari bayi yang baru lahir
banyak dilakukan. [1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.9. Gonoblenore

16

Ekstra Genital
Gonore tidak hanya mengenai genitalia saja tetapi dapat pula terjadi diluar genitalia
diantaranya adalah : [1,2,3,4,5,6]
Orofaringitis
Terdapat pada fellatio dan cunillingus gejalanya seperti faringitis biasa.
[1,2,3,4,5,6]

Prokitis Gonore
Pada laki-laki dapat terjadi karena homoseksual, pecahnya prostatitis dan
cowperitis yang pecah ke rektum, sedangkan pada wanita dikarenakan komplikasi
gonore perkontinuitatum gejalanya adalah nyeri pada perineum, nyeri pada waktu
defekasi dan kadang-kadang keluar darah. [1,2,3,4,5,6]
Gonoblenore
Timbul pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita gonore karena
penularan langsung sewaktu proses persalinan. Juga pada orang-orang dengan
perilaku yang jelek sehingga ia menularkan kematanya sendiri dari gonore
genitalnya. [1,2,3,4,5,6]
Komplikasi sistemik
Komplikasi sistemik

dapat

berupa

meningitis

endokarditis,

arthritis,

tenosynovitis dan dermatitis. [1,2,3,4,5,6]

17

Gambar 2.10. Gonore Ekstra genital


2.7. Diagnosis
Anamnesa [3]
Adanya coitus suspectus
Fellatio
Cunilingus
Pemeriksaan Fisik
Pria[3,4,6]
Sakit waktu kencing
Orifisium uretra yang edema dan eritematosus
Sekret uretra yang purulen
Ektropion keluar ecoulement

Wanita [3,4,6]
Saluran Urogenital Bawah
Sekret mukopurulen atau purulen dari serviks
Sekret atau perdarahan dari vagina [3,4,6]
Saluran Urogenital Atas
18

PID (Pelvic Inflammatory Disease)


Nyeri abdomen bagian bawah

dengan

atau

tanpa

penyebaran rasa nyeri


Nyeri pada waktu serviks digerakkan
Nyeri tekan adneksa
Panas badan
Nyeri tekan abdomen bagian kanan atas [3,4,6]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Cara pengambilan spesimen

Spesimen pada penderita servisitis gonore diambil dari endoserviks,

digunakan pada pemeriksaan Gram dan kultur.


Pengambilan duh tubuh endoserviks dilakukan dengan memakai alat

spekulum yang telah dibasahi air, kemudian dimasukkan kedalam vagina.


Swab (lidi kapas) steril dimasukkan kedalam kanalis servikalis sedalam 23 cm, kemudian swab diputar selama 10 detik dan diangkat. [1,3,4]

1. Sediaan Langsung ( Pengecatan Gram )

Pengecatan gram adalah test yang cepat dan tidak mahal.


Sediaan diwarnai dengan pewarnaan gram untuk melihat adanya kuman
Diplokokus gram negatif, berbentuk biji kopi yang terletak intra dan

ekstraseluler.
Bahan pemeriksaan diambil dari pus diuretra yang keluar spontan ataupun
melalui pemijatan, sedimen urin, secret dari massase prostat ( pada pria ),
muara uretra , muara kelenjar bartolin, serviks, rectum ( pada wanita ) dan

sekret mata ( pada bayi )


Pada wanita dengan hasil kultur serviks yang positif, hasil pengecatan
gram dari endoserviks mempunyai sensitivitas 50-60% dan spesifisitas 8297%. Adanya lebih dari 30 sel PMN ( Polymorphonuclear) per high-

power field dari hapusan endoserviks mencerminkan adanya servisitis.


Sensitifitas dan spesifisitas pengecatan gram lebih rendah pada spesimen
endoservikal dan rektal. [1,3,4]

19

Gambar 2.11. Pengecatan gram

2. Kultur

Pemeriksaan kultur pada gonore mempunyai sensitivitas sekitar 80- 90%.


Terdapat beberapa macam media untuk isolasi Neiserria gonorrhoeae
yaitu media transport dan media pertumbuhan. Media transport digunakan
jika letak pengambilan spesimen jauh dari laboratorium. Spesimen dalam
media transport yang disimpan dalam lemari es dapat tahan selama 24

jam. [1,3,4]
Contoh media transport :
Media Stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada
media pertumbuhan. [1,3,4]

20

Gambar 2.12. Media Stuart

Media Transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk Neiserria gonorrhoeae dan
Neiserria meningitidis, dalam perjalanan dapat bertahan hingga 96
jam dan merupakan gabungan media transport dan media
pertumbuhan,

sehingga

tidak

perlu

ditanam

pada

media

pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi media Thayer


Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan
Proteus spp. [1,3,4]

Gambar 2.13. Media Transgow

21

Contoh media pertumbuhan :


Mc Leods chocolate agar
Berisi agar coklat, agar serum dan agar hidrokel. Selain kuman
gonokokus,kuman- kuman yang lain dapat tumbuh. [1,3,4]

Gambar 2.14. Media Mc Leods chocolate agar

Media Thayer Martin


Media ini selektif untuk mengisolasi gonokokus. Mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman positif-Gram,
kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri negatif-Gram,
dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. [1,3,4]

Gambar 2.15. Media Thayer Martin

Akan tampak koloni berwarna putih keabuan , mengkilap dan


cembung. Pembiakan dengan media kultur ini sangat perlu
terutama pada kasus-kasus yang bersifat asimptomatis. [1,3,4]
22

Gambar 2.16. Hasil kultur pada Media Thayer Martin

Thayer Martin Agar adalah media selektif dan diperkaya untuk


isolasi dan budidaya Neisseria sp. dari flora campuran.
Hemoglobin, Bio-X dan dextrose adalah agen nutrisi untuk
memungkinkan pertumbuhan lebat mikroorganisme pemilih.
Antibiotik menghambat pertumbuhan flora normal seperti
jamur, bakteri gram positif dan gram negatif. Campuran
vankomisin
Neisseria

dan

lincomycin

gonorrhoeae

oleh

mencegah
konsentrasi

penghambatan
tinggi

dari

vankomisin. Laktat trimetoprim menahan kumpulan Proteus.


[1,3,4]

Modified Thayer Martin Agar


Isinya ditambah dengan trimetoprim untuk mencegah pertumbuhan
kuman Proteus spp. [1,3,4]

Keberhasilan kultur gonokokus tergantung 3 faktor:

Cara yang digunakan untuk mengambil spesimen dan cara inokulasinya.


Pemilihan media yang mampu menumbuhkan gonokokus dari inokulasi yang

kecil.
Pemberian antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan kuman komensal
tanpa menghambat pertumbuhan gonokokus. [1,3,4]
3.. Tes definitif

Tes Oksidasi
Tes oksidasi untuk membuktikan bahwa koloni yang tumbuh
adalah koloni Neisseria.Pada koloni diteteskan larutan tetrametil p23

fenilendiamin dihidroklorida 1%.Apabila tes oksidasi positif warna


koloni berubah menjadi merah muda sampai ungu.
Ada juga yang menggunakan potongan kertas yang mengandung
reagen / indikator naftol dan dimetilparafenilen-diamin (NaDi),
dioleskan pada potongan kertas tersebut, dalam waktu 20-60 detik
kertas terlihat berwarna biru sampai biru tua. Dengan adanya
oksigen dan sitokrom oksidase, NaDi sebagai bahan organik akan
direduksi menjadi molekul kondensasi berwarna biru indofenol.
Tes ini juga positif pada beberapa mikroorganisme lain, misalnya
Vibrio spp.,Brucella spp., dan Pseudomonas spp. koloni kuman

tersangka. [1,3,4]
Tes fermentasi
Digunakan untuk membedakan Neisseria gonorhoeae dengan
spesies Neisseria yang lain. Media yang digunakan adalah cystine
trypticase yang mengandung glukosa, maltosa, sukrosa dan
laktosa, serta fenol merah sebagai indikator. Hasilnya positif bila
wama berubah menjadi kuning. Hasil reaksi fermentasi spesies
Neisseria tampak pada tabel dibawah. [1,3,4]

``Tabel 2.1.Reaksi fermentasi Neisseria


Spesies

Glukosa

Maltosa

Sukrosa

Laktosa

N. gonorrhoeae

N. meningitides

N. catarrhalis

24

N.pharyngitidis

Tes beta-laktamase
Pemeriksaan beta laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc.
BBL 961192 yang mengandung chromogenic cephalosporin akan
menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila

kuman mengandung enzim beta- laktamase. [1,3,4]


Tes Thomson ( Percobaan dua Gelas )
Gunanya adalah untuk mengetahui apakah infeksi sudah sampai pada uretra
bagian posterior atau masih dibagian anterior saja. Caranya adalah :

Gelas 1 diisi urine sebanyak 80 cc dan gelas ke 2 sisa urinenya


Bila gelas 1 keruh dan gelas 2 jernih artinya infeksi pada uretra anterior
Bila gelas 1 keruh dan gelas 2 keruh artinya infeksi sudah sampai uretra

posterior.
Percobaan ini dilakukan pada pagi hari pada saat kandung kencing masih

penuh. [1,3,4]
Enzyme Immunoassay
Merupakan cara untuk mendeteksi antigen gonokokus dari sekret genital, namun
sensitivitasnya masih lebih rendah dari metode kultur. [1,3,4]
Polimerase Chain Reaction ( PCR )
Identifikasi gonokokus dengan PCR saat ini telah banyak digunakan dibeberapa
negara maju, dengan sensitifitas dan spesifisitas yang tinggi, bahkan dapat
digunakan dari sampel urine. [1,3,4]

2.8. Diagnosis Banding


a. Uretritis non-gonore akut
Dapat disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum,
atau yang lain.; Mycoplasma genitaslium, Trichomonas vaginalis, jamur,
Herpes simplex virus. Diagnosis pasti uretritis gonore harus dengan
ditemukannya kuman Neiserria gonorrhoeaea sebagai penyebabnya. Secara
klinis antara uretritis gonore dan uretritis non-gonore sangat sulit dibedakan

25

karena sama-sama memberikan gejala duh tubuh uretra, disuria, atau gatal
pada uretra, kadang-kadang terdapat hematuria. [4]
Beberapa penulis menyebutkan bahwa pada uretritis gonore duh tubuh
uretra lebih profuse dan biasanya purulen sedangkan pada uretritis non-gonore
duh tubuh uretra lebih mukoid dan mungkin hanya keluar pada pagi hari atau
didapatkan pada celana dalam berupa noda atau krusta pada meatus. Inkubasi
pada uretritis gonore juga lebih pendek antara 2-5 hari setelah terpapar
sedangkan pada uretritis non gonore berkembang antara 1-5 minggu setelah
terpapar dengan puncak antara 2-3 minggu. [4]
Pada uretritis yang disebabkan oleh Herpes simplex virus disuria biasanya
lebih hebat dan duh tubuh uretra keluar seiring dengan memberatnya disuria,
nyeri pada uretra, luka pada uretra dan pembesaran kelenjar getah bening serta
gejala konstitusional terutama pada uretritis herpes primer. [4]
b. Artritis bakteri non gonore
Untuk menentukan artritis gonore maka harus disingkirkan juga kemungkinan
artritis bakteri non-gonore. Perbedaan keduanya dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut : [4]
Tabel 2.2 beberapa parameter berbeda artritis gonore dan artritis non gonore
Karateristik
Usia

Artritis Gonore
Dewasa muda, sehat

Artritis non Gonore


Anak-anak, orangtua,

Tenosynovitis
Polyarthritis
Lesi Kulit
Lokasi

+
Polyarthritis
+ pada 2/3 kasus
Sering pada pergelangan

imunocompromised
Monoarthritis
+
Umumnya pada sendi besar

Kultur Cairan Sinovial


Kultur Darah
Respon Antibiotika
Drainase Cairan Synovial

tangan dan sendi kecil


Jarang +
Cepat
Tidak perlu

+
+ pada 50% pasien
Lambat
Penting

2.9. Penatalaksanaan
Pengobatan yang benar meliputi : pemilihan obat yang tepat serta dosis yang
adekuat untuk menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut secara teratur
sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakitnya benar-benar sembuh
26

dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual. Pasangan seksual harus diperiksa
dan diobati agar tidak terjadi fenomena pingpong . [1,3,4,5,6]
Obat-obat yang digunakan sebagai terapi gonore tergantung beberapa
faktor :

Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi


Obat-obatan yang tersedia
Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat
Bila kemungkinan ada concomitant [1,3,4,5,6]

Terapi gonore tanpa komplikasi :

Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal


Ceftriaxone 250 mg im dosis tunggal
Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal
Ofloxacin 400 mg per oral dosis tunggal
Spectinomycin, 2 g im injeksi, dosis tunggal
Bila diduga ada infeksi campuran dengan Chlamydia dapat ditambahkan :
o Erytromycine 500 mg sehari 4 kali peroral selama 7 hari
o Doxycycline 100 mg/ sehari 2 kali peroral selama 7 hari [1,3,4,5,6]

Untuk Ciprofloxacin CDC menganjurkan untuk tidak diberikan pada area


geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan Asia,
Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka dan sensitif. Ciprofloxacin
kontraindikasi untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan untuk anak-anak. [1,3,4,5,6]
Terapi gonore dengan komplikasi:

Meningitis dan Endocarditis


o Ceftriaxone 1-2 g IV setiap 12 jam untuk meningitis dilanjutkan 10-14
hari dan untuk endocarditis diteruskan paling sedikit 4 minggu. [1,3,4,5,6]
Arthritis , tenosynovitis dan dermatitis
o Ciprofloxacin : 500 mg IV setiap 12 jam
o Ofloxacin : 400 mg IV setiap 12 jam
o Ceftriaxone : 1 g im/iv tiap 24 jam
o Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam [1,3,4,5,6]
Komplikasi ( lokal)
o Ciprofloxacin : 500 mg oral selama 5 hari
o Ceftriaxone 125 mg im selama 5 hari
o Cefixime 400 mg oral selama 5 hari
o Spectinomycin 2 g im selama 5 hari [1,3,4,5,6]
Regimen terapi untuk disseminated gonococcal :
o Ceftriaxone : 1 g im/iv satu kali sehari selama 7 hari
27

o Spectinomycin 2 g im dua kali sehari selama 7 hari[1,3,4,5,6]


Terapi Gonore pada bayi dan anak

Sepsis, arthritis , meningitis atau abses kulit kepala pada bayi


o Ceftriaxone 25-50 mg/kg/hari im/iv 1 kali sehari selama 7 hari
o Cefotaxime 25 mg/kg iv/im setiap 12 jam selama 7 hari
o Bila terbukti meningitis lama pengobatan menjadi 10-14 hari [1,3,4,5,6]
Vulvovagiitis, cervicitis, uretritis , faringitis atau prokitis pada anak
o Ceftriaxone 125 mg im single dose untuk anak dengan BB > 45 kg obat
dan dosis obat sama seperti pada orang dewasa. [1,3,4,5,6]
Bakteriemi atau arthritis pada anak
o Ceftriaxone 50 mg/kg ( max 1 g untuk BB < 45 kg dan 2 g untuk BB > 45
kg ) im/iv 1 kali sehari selama 7 hari atau 10-14 hari untuk BB > 45 kg
[1,3,4,5,6]

Terapi gonore pada wanita hamil

Ceftriaxone 250 mg dosis tunggal


Amoxicilline 3g + probenesid 1 g
Cefixime 400 mg dosis tunggal [1,3,4,5,6]

2.10. Edukasi

Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada
keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali

dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas.


Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan

pasangan yang beresiko.


Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik.
Pendidikan moral, agama dan seks perlu diperhatikan [1,4]

2.11. Komplikasi
Pada Laki-Laki

Tysonitis
o Kelenjar Tyson terletak dikiri-kanan frenulum penis yang fungsinya
memproduksi smegma. Pada organ ini jarang timbul keradangan kecuali
bila preputium kebersihannya kurang.
o Bila terjadi keradangan dan menimbulkan sumbatan pada saluran
kelenjarnya, maka akan terjadi abses kecil pada salah satu sisi disebelah
frenulum dengan gejala bengkak, merah dan agak nyeri. [1,2,3,4,5,6]
28

Gambar 2.17. Tysonitis

Parauretritis
o Untuk menegakkan diagnosa parauretritis perlu pengamatan cermat
dengan cara menekan kelenjar yang terletak pada tepi lubang kencing
(orificium uretra eksternum) akan terlihat keluarnya nanah dari saluran
kelenjar. [1,2,3,4,5,6]

29

Gambar 2.18. Parauretritis

Litritis
o Merupakan radang pada kelenjar Littre disinus Morgani.
o Manifestasi klinis berupa abses kecil pada dinding uretra. Biasanya tidak
memberi keluhan. Pada tes 2 gelas pertama terlihat lendir seperti benang

melayang-layang pada urine. [1,2,3,4,5,6]


Postitis
o Merupakan radang yang ditemukan di preputium. [1,2,3,4,5,6]

30

Gambar 2.19. Postitis

Prostatitis
o Merupakan radang pada kelenjar prostat.
o Prostatitis pada keadaan akut memberikan keluhan panas badan, sakit pada
daerah perineum dan rasa tak enak diatas kemaluan ( suprapubik ). Bila
terjadi abses, keluhan menjadi lebih hebat disertai rasa sakit waktu buang
air besar. Abses ini dapat pecah ke dalam uretra atau rektum dan
menimbulkan prostatitis. Nanah yang menyebar kesegala arah akan
menimbulkan abses yang dapat memecah pada permukaan kulit,
diperineum atau dilain tempat.
o Pada keadaan kronis gejala seperti pada akut namun lebih ringan. [1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.20. Prostatitis

Cowperitis
o Merupakan radang pada kelenjar Cowperi sehingga menimbulkan fistula
perianal dan rektal.
o Kelenjar Cowper ini terletak pada perineum. Abses pada kelenjar ini
menimbulkan rasa nyeri, panas dan rasa penuh pada perineum, serta rasa
nyeri waktu buang air besar diikuti frekuensi kencing yang meningkat.

Abses selalu unilateral dan memecah ke perineum. [1,2,3,4,5,6]


Balanitis
o Terjadi radang pada gland penis. [1,2,3,4,5,6]

31

Gambar 2.21. Balanitis

Seminal Vesikulitis
o Biasanya disertai dengan posterior uretritis dan prostatitis. Gejala
klinisnya merupakan campuran dari gejala uretritis posterior dan
prostatitis akut. Gejala lain yang sering menyertai berupa sering ereksi,
ejakulasi dan semen mengandung darah. [1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.22. Seminal Vesikulitis

Funikulitis dan Epididimitis


o Infeksi dari uretra posterior yang menjalar melalui funikulus spermatikus
ke epididimis dapat menyebabkan funikulitis dan epididimitis. Pada
perabaan epididimis menyebar, nyeri tekan dan kulit diatasnya tampak
32

kemerahan. Funikulus spermatikus juga membesar dan nyeri tekan,


keadaan ini bisa diikuti terjadinya hidrokel dari tunika vaginalis dan sering
disangka sebagai pembesaran testis. Epididimitis ini biasanya unilateral
tetapi bila terjadi secara bilateral maka dapat menyebabkan kemandulan.
[1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.23. Funikulitis

33

Gambar 2.24. Epididimitis Gonore

Cystitis
o Cystitis adalah keradangan pada kandung seni yang disebabkan oleh
infeksi pada daerah trigonum. Gejalanya berupa nyeri kencing, frekuensi
kencing meningkat dan keluarnya tetes darah pada akhir kencing
(Terminal hematuri ). [1,2,3,4,5,6]

34

Gambar 2.25. Cystitis

Proktitis
o Proktitis merupakan infeksi pada rektum yang sering ditemukan pada
penderita homoseksual. Infeksi pada rektum berhubungan dengan
inokulasi langsung/ direct pada saat berhubungan badan melalui anus
(anogenital sex ). Gejalanya berupa rasa gatal atau terbakar yang minimal
pada anus, tenesmus, dan nyeri saat buang air besar, kadang kotorannya
bercampur darah, nanah dan lendir.
o Pada pemeriksaan dengan proktoskopi terdapat dinding rektum merah,
bengkak dan permukaannya tertutup nanah atau lendir.
o Penyulit lain oleh karena penyebaran lewat aliran darah atau gonococcal
septisemi ( bakterimia ). Gejala dapat berupa artritis, miokarditis,
endokarditis, perikarditis, meningitis dan Disseminated Gonococcal
Infection ( acute arthritis dermatitis syndrome ). [1,2,3,4,5,6]

35

Gambar 2.26. Proktitis

DGI ( Disseminated Gonococcal Infection )


o Gejala yang sering muncul berupa sindrom artritis dermatitis akut yang
merupakan komplikasi sistemik paling sering pada gonore akut. DGI
merupakan akibat dari bakterimia gonococcal. Gejala yang sering timbul
antara lain adalah artritis, tenosynovitis, dermatitis atau kombinasinya.
o Penderita DGI dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan hasil kultur, yaitu :
proven, probable dan possible.
Proven : jika manifestasi klinis dan hasil kultur darah, cairan

sendi, lesi kulit positif terdapat kuman Neisseria gonorrhoeae.


Probable : jika kultur dari lesi atau darah negatif tetapi dengan

manifestasi klinis yang sesuai.


Possible : jika penderita dengan manifestasi klinis yang

mencurigakan kearah DIG tetapi hasil kulturnya negatif.


o Lesi kulit dari dermatitis gonococcal berupa pustule, nekrosis, hangat,
nyeri diatas kulit yang eritematus. Pada beberapa pasien lesi kulit
termasuk tampak makula, papula, pustule, petekie, bula atau ekimosis dan
biasanya berlokasi pada bagian distal dari ekstremitas dan jumlahnya
kurang dari 30. [1,2,3,4,5,6]

36

Gambar 2.27. Disseminated Gonococcal Infection

Gambar 2.28. Disseminated Gonococcal Infection

Artritis Gonococcal
o Beberapa pasien dengan dermatitis gonococcal menderita atralgia atau
tenosynovitis pada permulaan penyakit dan efusi artritis pada beberapa
saat kemudian. Kurang lebih 30-40% pasien DGI juga menderita artritis .
Semua sendi dapat terkena tetapi kebanyakan menyerang sendi
pergelangan tangan, metacarpophalangeal, pergelangan kaki dan lutut.
Kultur cairan synovial positif pada pasien dengan jumlah leukosit pada
cairan synovial > 40.000/mm3. [1,2,3,4,5,6]

37

Gambar 2.29. Artritis Gonococcal

Gambar 2.30. Artritis Gonococcal

38

Gambar 2.31. Artritis Gonococcal

Pada wanita

PID ( Pelvic Inflammatory Disease )


o Salpingitis akut atau penyakit radang panggul ( PID ) adalah komplikasi
gonore yang tersering pada wanita. Kejadiaannya diperkirakan 10-20%
dari infeksi gonore akut. Wanita dengan PID gonore sering tampak akut
dibandingkan dengan wanita dengan PID non gonore. PID merupakan
komplikasi yang paling umum dari semua komplikasi yag disebabkan
gonore hal ini disebabkan manifestasinya yang akut dan kecacatannya
pada jangka waktu yang lama ( infertilitas, kehamilan ektopik, dan nyeri
panggul yang kronis ).
o Dapat simptomatik maupun asimptomatik. Dapat mengenai endometrium,
salping, ovarium dan peritoneum dengan gejala nyeri perut bagian bawah,
nyeri pada menstruasi dan nyeri pada waktu koitus. Gejala ini biasanya
ringan dan kurang diperhatikan. [1,2,3,4,5,6]

39

Gambar 2.32. Pelvic Inflammatory Disease

Bartholinitis
o Bartholinitis adalah suatu proses infeksi yang terjadi pada kelenjar
Bartolin. Peradangan pada kelenjar ini biasanya disebabkan oleh
Gonococcus atau bakteri lainnya. Gejala yang dapat ditemukan adalah
sangat nyeri, akibatnya sukar berjalan, pembengkakan labium mayus
dengan tanda radang aktif lainnya dan pada muara kelenjar tampak nanah
yang purulen, bila berlanjut dapat terjadi abses yang bila pecah dapat
terjadi ulkus., ostium berwarna merah seperti gigitan kutu yang disebut
dengan sanger point, nyeri unilateral dan lebih panas dari daerah
sekitarnya. [1,2,3,4,5,6]

40

Gambar 2.33. Bartholinitis

Gambar 2.34. Bartholinitis

Uretritis
o Gejala utama berupa disuria.
o Pada pemeriksaan ditemukan uretra yang merah dan edematous serta bila
ditekan dapat keluar pus. [1,2,3,4,5,6]

41

Gambar 2.35. Uretritis

Servisitis
o Sering didapatkan tanpa keluhan kadang ada fluor albus. Pada inspekulo
ditemukan serviks yang merah, erosif, pus mukopurulen. [1,2,3,4,5,6]

Gambar 2.36. Servisitis


2.12. Prognosis

Sebagian besar infeksi gonore memberikan respon yang cepat terhadap

pengobatan dengan antibiotik.


Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap. [4]

BAB III
42

KESIMPULAN
`

Gonore merupakan penyakit hubungan seksual yang disebabkan oleh kuman

Neiserria gonorrhoeae yang menyerang uretra pada laki-laki dan endoserviks pada
wanita, paling sering ditemukan dan mempunyai insiden yang cukup tinggi. WHO
memperkirakan bahwa tidak kurang dari 25 juta kasus baru ditemukan setiap tahun di
seluruh dunia. Di Amerika Serikat diperkirakan dijumpai 600.000 kasus baru setiap
tahunnya. Neiserria gonorrheae merupakan kuman kokus gram negatif, berukuran 0,61,5 m, berbentuk diplokokus seperti biji kopi dengan sisi yang datar berhadap-hadapan.
[1,4]

Kuman ini tidak motil dan tidak membentuk spora. Masa tunas gonore sangat
singkat, pada waktu masa tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumnya bersifat
asimtomatis. Umumnya penyulit akan timbul jika uretritis tidak cepat diobati atau
mendapat pengobatan yang kurang adekuat. Di samping adanya penyulit ,gonore pada
umumnya bersifat lokal sehingga penjalarannya sangat erat dengan susunan anatomi dan
faal alat kelamin. [1,4]
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Diagnosis pada laki-laki jauh lebih mudah daripada wanita, baik secara klinis
maupun laboratorium, karena pada wanita seringkali asimptomatis. Pada dasarnya
pengobatan baru diberikan setelah diagnosis ditegakkan. Antibiotik canggih dan mahal
tanpa didasari diagnosis, dosis dan cara pemakaian yang tepat tidak akan menjamin
kesembuhan dan bahkan dapat memberi dampak berbahaya dalam penggunaannya,
misalnya resistensi kuman penyebab. [1,4]
Pengobatan yang benar meliputi : pemilihan obat yang tepat serta dosis yang
adekuat untuk menghindari resistensi kuman. Melakukan tindak lanjut secara teratur
sampai penyakitnya dinyatakan sembuh. Sebelum penyakitnya benar-benar sembuh
dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual. Pasangan seksual harus diperiksa
dan diobati agar tidak terjadi fenomena ping pong. [1,4]

DAFTAR PUSTAKA
43

1. Ernawati. 2012. Gonorrhea. Surabaya. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.


2. Kuliah pakar dr. Moh. Ifnudin, Sp.KK
3. Listawan Yulianto, Indropo Agusni, Sunarko Martodiharjo. 2005. Pedoman
Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Kulit dan Penyakit Kelamin Edisi III.
Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.
4. Murtiastutik,Dwi.2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual.Surabaya. Airlangga
University Press.
5. Murtiastutik,Dwi, dkk. 2011. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi II.
Surabaya. Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair
6. Siregar, Prof.Dr.R.S.Sp.KK. 2005. Saripati Penyakit Kulit. Edisi II. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran.

44

You might also like