Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Gonore merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri diplokokus
gram negatif Neisseria honorhoeae yang menginfeksi lapisan uretra bagian dalam, leher
rahim, rektum, tenggorokan, dan konjungtiva. Penyebaran gonore dalam tubuh bisa melalui
aliran darah terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran
kelamin kemudian menginfeksi selaput yang ada di dalam pinggul sehingga menimbulkan
nyeri pinggul dan gangguan reproduksi. Penularan gonore selain ditularkan dengan cara
berhubungan seksual yaitu genito-genital, oro-genital, dan ano-genital, Akan tetapi dapat juga
ditularkan secara manual melalui barang perantara yang sudah dipakai oleh penderita seperti
pakaian terutama pakaian dalam, haduk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara
garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstragenital. Pada pengobatannya terjadi pula
perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten
terhadap penisilin disebut Penicillinase Producing Neisseria gonorrhoeae (P.P.N.G). Kuman
ini meningkat di banyak negeri termasuk di Indonesia.1,2
Penyakit ini tersebar hampir secara eksklusif oleh aktivitas seksual, meskipun bayi baru
lahir dapat terinfeksi oleh eksposur selama proses kelahiran. Meskipun semua kelompok
umur rentan, infeksi lebih menonjol dalam 15 sampai 35 tahun kelompok usia. Di antara
perempuan pada tahun 2000, 15 sampai 19 tahun memiliki insiden tertinggi (715,6 /
100.000), sementara di kalangan pria, 20 sampai 24 tahun memiliki tingkat tertinggi (589,7 /
100.000).3
II.3. Etiologi
Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh Albert Ludwig Sigismund
Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk
dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N.gonorrhoeae dan N.Meningitidis
yang bersifat patogen. Kemudian 2 spesies lainnya yang bersifat komensel diantaranya adalah
N. catarrhalis dan N. pharyngis sicca. Keempat spesies dari grup neisseria ini sukar untuk
dibedakan kecuali dengan menggunakan tes fermentasi.1,4
Gonokok termasuk golongon diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan
panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat
Gram negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat
mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39oC, dan tidak tahan cat desinfektan.
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas 4 tipe, yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili
yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat nonvirulen.
Pili akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau
lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina wanita sebelum
pubertas.1
II.4. Patofisiologi
Bakteri Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri diplokokus aerobic gram negatif.
Patogenesis melibatkan penempelan ke sel epitel kolumnar melalui pili atau fimbriae. Tempat
penempelan paling umum termasuk sel mukosa dari traktus urogenital pria dan wanita.
Protein membran luar, Pili dan Opa (protein opacity-associated), dengan bantuan bakteria
saat penempelan dan invasi lokal. Invasi dimediasi oleh adhesion dan sfingomyelinase, yang
berkontribusi
pada
proses
endositosis.
Strain
gonokokal
tertentu
memproduksi
Komplikasi
Lokal:
Tysonitis
Parauretritis
Littritis
Cowperitis
Ascendens:
Prostatitis
Vesikulitis
Vas deferentitis / funkulitis
Epididimitis
Trigonitis
Infeksi pertama
Uretritis
Lokal :
Servisitis
Asendens:
Pada Wanita
Komplikasi
Parauretritis
Bartholinitis
Salpingitis
P.I.D (Pelvic Inflammatory Disease) / Penyakit
Radang Pinggul (PRP)
Artritis
Miokarditis
Endocarditis
Pericarditis
Meningitis
Dermatitis
Kelainan yang timbul akibat hubungan kelamin selain cara genito-genital, pada pria dan
wanita dapat beripa orofaringitis, proktitis, dan konjungtivitis.1
1. Pada Pria
-
Uretritis
Yang paling sering dijumpai adalah urethritis anterior akuta dan dapat menjalar ke
proksimal, selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens, dan diseminata. Keluhan
subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra di sekitar orifisium uretra eksternum,
kemudian disusul dysuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadangkadang disertai darah, dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.
Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan
ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen, dan pada beberapa kasus dapat terjadi
pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral.
-
Tysonitis
Kelenjar Tyson ialah kelenjar yang menghasilkan smegma. Infeksi biasanya terjadi pada
penderita dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan yang kurang baik. Diagnosis
dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau pembengkakan pada daerah frenulum yang
nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan timbul abses dan merupakan sumber infeksi laten.
-
Parauretritis
Sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia. Infeksi
pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
-
Littritis
Tidak ada gejala khusus, hanya pada urin ditemukan benang-benang atau butir-butir. Bila
salah satu saluran tersumbat, dapat terjadi abses folikular. Didiagnosis dengan uretroskopi.
5
Cowperitis
Bila hanya duktus yang terkena biasanya tanpa gejala. Kalau infeksi terjadi pada kelenjar
Cowper dapat terjadi abses. Keluhan berupa nyeri dan adanya benjolan pada daerah perineum
disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada waktu defekasi, dan dysuria. Jika tidak diobati
abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra, atau rectum dan mengakibatkan proktitis.
-
Prostatitis
Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak pada daerah perineum dan
suprapubis, malese, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga
terjadi retensi urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi.
Pada pemeriksaan teraba pembesaran prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan
didapatkan fluktuasi bila telah terjadi abses. Jika tidak diobati, abses akan pecah, masuk ke
uretra posterior atau ke arah rectum mengakibatkan proktitis.
Bila prostatitis menjadi kronik, gejalanya ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang
menetap. Terasa tidak enak pada perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk
terlalu lama. Pada pemeriksaan prostat terasa kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada
penekanan. Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman
diplokok atau gonokok.
-
Vesikulitis
Vesikulitis ialah radang akut yang mengenal vesikula seminalis dan duktus ejakulatoris,
dapat timbul menyertai prostatitis akut atau epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai
gejala prostatitis akut, berupa demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu
ereksi atau ejakulasi, dan spasme mengandung darah.
Pada pemeriksaan melalui rektum dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan
keras seperti sosis, memanjang di atas prostat. Ada kalanya sulit menentukan batas kelenjar
prostat yang membesar.
-
Gejalaberupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagian bawah pada sisi yang sama.
-
Epididimitis
Trigonitis
Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Trigonitis
menimbulkan gejala polyuria, disuria terminal, dan hematuria.
2. Pada Wanita
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita,
baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak
pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang kalau sudah ada komplikasi.
Sebagian besar penderita ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan
keluarga berencana.
Di samping itu wanita mengalami tiga masa perkembangan:
a. Masa prapubertas: epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis),
sehingga dapat terjadi vaginitis gonore.
b. Masa reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang, dan tebal dengan
banyak glikogen dan basil Dderlein. Basil Dderlein akan memecahkan glikogen
sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk
tumbuhnya kuman gonokok.
c. Masa menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun, dan
basil Dderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, jadi dapat terjadi vaginitis
gonore.
7
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang mukopurulen dan
mengandung banyak gonokok mengalir ke luar dan menyerang uretra, duktus parauretra,
kelenjar bartholin, rektum, dan dapat juga naik sampai pada daerah kandung telur.
-
Urethritis
Gejala utama ialah disuria, kadang-kadang polyuria. Pada pemeriksaan, orifisium uretra
eksternum tampak merah, edematosa dan ada sekret mukopurulen.
-
Parauretritis / Skenitis
Servisitis
Dapat asimtomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada punggung bawah. Pada
pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan
terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau disertai vaginitis yang disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis.
-
Bartholinitis
Labium mayor pada sisi yang terkena membengkak, merah dan nyeri tekan. Kelenjar
Bartholin membengkak, terasa nyeri sekali bila penderita berjalan dan penderita sukar duduk.
Bila saluran kelenjar tersumbat dapat timbul abses dan dapat pecah melalui mukosa atau
kulit. Kalau tidak diobati dapat menjadi rekuren atau menjadi kista.
Salpingitis
Peradangan dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor predisposisi,
yaitu:
o Masa puerperium (nifas)
o Dilatasi setelah kuretase
o Pemakaian IUD, tindakan AKDR (alat kontrasepsi dalam Rahim).
Cara infeksi langsung dari serviks melalui tuba falopii sampai pada daerah salping dan
ovarium sehingga dapat menimbulkan penyakit radang panggul (PRP). Infeksi PRP ini dapat
menimbulkan kehamilan ektopik dan sterilitas. Kira-kira 10% wanita dengan gonore akan
berakhir dengan PRP. Gejalanya terasa nyeri pada daerah abdomen bawah, duh tubuh vagina,
disuria, dan menstruasi yang tidak teratur atau abnormal.
Harus dibuat diagnosis banding dengan beberapa penyakit lain yang menimbulkan gejala
hampir sama, misalnya: kehamilan di luar kandungan, apendisitis akut, abortus septik,
endrometriosis, ileitis regional, dan diverkulitis. Untuk menegakkan diagnosis dapat
dilakukan pungsi kavum douglas dan dilanjutkan kultur atau dengan laparoskopi
mikroorganisme.
Selain mengenai alat-alat genital, gonore juga menyebabkan infeksi nongenital yang aka
diuraikan berikut ini:
o Proktitis
Proktitis pada pria dan wanita pada umumnya asimtomatik. Pada wanita dapat terjadi
karena kontaminasi dari vagina dan kadang-kadang karena hubungan genitoanal seperti
pada pria. Keluhan pada wanita biasanya leih ringan daripada pria, terasa seperti terbakar
pada daerah anus dan pada pemeriksaan tampak mukosa eritematosa, edematosa, dan
tertutup pus mukopurulen.
o Orofaringitis
Cara infeksi melalui kontak secara orogenital. Faringitis dan tonsillitis gonore lebih sering
daripada gingivitis, stomatitis, atau laryngitis. Keluhan sering bersifat asimptomatik. Bila
ada keluhan sukar dibedakan dengan infeksi tenggorokan yang disebabkan kuman lain.
Pada pemeriksaan daerah orofaring tampak eksudat mukopurulen yang ringan atau
sedang.
o Konjungtivitis
Penyakit ini dapat terjadi pada bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis
gonore. Pada orang dewasa infeksi terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui
tangan atau alat-alat. Keluhannya berupa fotofobi, konjungtiva bengkak dan merah dan
keluar eksudat mukopurulen. Bila tidak diobati dapat berakibat terjadinya ulkus kornea,
panoftalmitis sampai timbul kebutaan.
9
o Gonore diseminata
Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore diseminata. Penyakit ini
banyak didapat pada penderita dengan gonore asimptomatik sebelumnya, terutama pada
wanita. Gejala yang timbul dapat berupa: artritis (terutama monoartritis), miokarditis,
endocarditis, pericarditis, meningitis, dan dermatitis.
II.6. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahapan.1
A. Sediaan langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan gonokok negatifgram, intraselular dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah
fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari uretra, muara kelenjar bartholin,
serviks, dan rektum.
B. Kultur
Untuk identifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur). Dua macam media yang dapat
digunakan:
1. Media transport
2. Media pertumbuhan
Contoh media transport:
o Media stuart
Hanya untuk transport saja, sehingga perlu ditanam kembali pada media
pertumbuhan.
o Media transgrow
Media ini selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis; dalam
perjalanan dapat bertahan hingga 96 jam dan merupakan gabungan media
transport dan media pertumbuhan, sehingga tidak perlu ditanam pada media
10
E. Tes Thomson
Tes Thomson ini berguna untuk mengetahui sampai di mana infeksi sudah
berlangsung. Dahulu pemeriksaan ini perlu dilakukan karena pengobatan pada waktu
itu ialah pengobatan setempat.
Pada tes ini ada syarat yang perlu diperhatikan:
o Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi
o Urin dibagi dalam dua gelas
o Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II
Syarat mutlak ialah kandung kencing harus mengandung air seni paling sedikit 80100ml, jika air seni kurang dari 80ml, maka gelas II sukar dinilai karena baru
menguras uretra anterior.
Gelas I
Gelas II
Arti
Jernih
Jernih
Keruh
Jernih
Keruh
Keruh
Panuretritis
Jernih
Keruh
Tidak mungkin
Sensitivitas
Spesifisitas
Uretra
90-95
95-99
Endoserviks
45-65
90-99
Uretra
94-98
>99
+/-
Endoserviks
85-95
>99
+/-
pemeriksaan
Gram:
Kultur:
Penisilin
Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenisid.
Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,2%. Di RSCM 3 juta unit + 1 gram
probenisid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi
penisilin. Mengingat tingginya kasus gonore dengan strain NGPP dan juga dengan
tingginya tingkat resistensi terhadap strain non NGPP, maka pada saat ini pemakaian
penisilin tidak dianjurkan lagi
Sefalosporin
13
Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250mg i.m. sefoperazon
dengan dosis 0.50 sampai 1.00g secara intramuscular. Sefiksim 400mg per oral dosis
tunggal memberi angka kesembuhan >95%.
-
Spektinomisin
Dosisnya ialah 2 gram i.m. Baik, untuk penderita yang alergi penisilin, yang
mengalami kegagalan pengobatan dengan penisilin, dan terhadap penderita yang juga
tersangka menderita sifilis karena obat ini tidak menutupi gejala sifilis.
Kanamisin
Dosisnya 2 gram i.m. Angka kesembuhan pada tahun 1985 ialah 85%. Baik untuk
penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka
sifilis.
Tiamfenikol
Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah 97,7%.
Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.
Kuinolon
Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400mg,
siprofloksasin 250-500mg, dan norfloksasin 800mg secara oral. Angka kesembuhan
pada tahun 1992 untuk ofloksasin masih tinggi, yakni 100%. Mengingat pada
beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin
tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levoloksasin 250mg per oral
dosis tunggal.
Gonore dengan galur Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilinase (N.G.P.P). Ini sukar
diobati dengan penisilin dan derivatnya, walaupun dengan peninggian dosis. Disamping itu
harus dibedakan dengan gonokok yang resisten ringan terhadap antibiotik yang disebabkan
karena mutasi pada lokus. Resistensi ringan ini masih dapat diobati dengan penisilin dengan
cara peninggian dosis penisilin dan disebut resisten relatif.
Gejala klinis dan komplikasi gonore dengan galur N.G.P.P. ini tidak berbeda dengan
gonore biasa. Cara diagnostiknya ialah dengan melakukan tes iodometrik atau asidometrik
pada koloni yang tumbuh pada pembiakan.
-
Pengobatan
Obat-obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore akibat galur N.G.P.P., ialah
kuinolon, spektinomisin, kanamisin, sefalosporin, dan tiamfenikol. Mengingat begitu
cepatnya peningkatan frekuensi galur N.G.P.P., kita harus waspada bahwa dalam jangka
waktu yang singkat akan ditemuka frekuensi galur N.G.P.P. yang lebih tinggi. Karena itu
pengobatan gonore denga penislin dan derivatnya perlu ditinjau lagi efektivitasnya
Penatalaksanaan urethritis gonore pada saat ini
Pada penatalaksanaan urethritis gonore, sebelumnya kita harus memperhatikan fasilitas
laboratorium yang ada untuk menemukan penyebabnya. Begitu juga dalam hal penatalaksaan
duh tubuh uretra, prinsipnya pertama kali ditujukan untuk urethritis gonore dan bila
kemudian ternyata ditemukan urethritis nongonore, maka pengobatannya baru dilaksanakan
setelah infeksi gonorenya teratasi. Oleh karena itu pada praktisnya perlu dibedakan antara ada
atau tidak adanya fasilitas pemeriksaan mikroskopis.
Gambar 1. Tidak ada fasilitas laboratorium
15
16
II.8.2.Regimen pengobatan
17
10 persen sampai 30 persen orang dengan infeksi gonokokal memiliki koinfeksi dengan
Chlamydia. Oleh karena itu, terapi rutin ganda dengan doxycycline dan azithromycin telah
direkomendasikan dan menunjukkan lebih murah. Terapi ganda juga mengurangi
perkembangan resisten antimikroba pada bakteri. Akibat terjadinya peningkatan prevalensi
resistensi antimikroba, kuinolon sebaiknya tidak digunakan untuk infeksi di daerah
California, pulau Pasifik, termasuk Hawai, atau Asia. Pasien dengan DGI (Disseminated
Gonococcal Infection) mungkin butuh rawat inap karena septik arthritis, meningitis, atau
endocarditis. Regimen rekomendasi untuk DGI adalah seftriakson, 1g IM atau IV setiap 24
jam, berlanjut untuk 24 sampai 48 jam setelah didapatkan perbaikan. Pengobatan lalu diganti
dengan oral dengan antibiotik yang ada di bawah ini. Partner seksual juga harus mendapatkan
pengobatan yang sesuai.4
Pengobatan untuk infeksi gonokokal lokal, uncomplicated
-
Pasien yang alergi terhadap sefalosporin atau kuinolon dapat ditangani dengan
spektinomisin, 2g pada dosis tunggal IM.
Regimen alternatif
Cefotaxime
1 g IV setiap 8 jam
Atau
Ceftizoxime
1 g IV setiap 8 jam
Atau
Ciprofloxacin
Atau
Ofloxacin
Atau
Levofloxacin
250 mg IV/hari
Atau
Spectinomycin
1 g IM setiap 12 jam
Semua regimen diatas harus dilanjutkan untuk 24-48 jam setelah adanya perbaikan,
dimana terapi pada saat itu dapat diganti dengan salah satu regimen dibawah untuk
menuntaskan sedikitnya 1 minggu terapi antimikroba:
Cefixime
Atau
Ciprofloxacin
Atau
Ofloxacin
Atau
Levofloxacin
-
II.8.2.1. Kontraindikasi
Wanita yang hamil tidak boleh dirawat dengan tetrasiklin atau kuinolon karena adanya
kemungkinan merusak janin. Sefalosporin atau dosis tunggal spektinomisin 2g dapat
digunakan untuk infeksi gonokokal, dan aritromisin atau amoksisilin untuk chlamydia.4
II.9. Prognosis
Prognosis sangat baik bila infeksi ditangani lebih awal dengan antibiotik yang sesuai.
Sebelumnya infeksi gonokokal yang ditangani tidak mengurangi risiko reinfeksi. DGI
(Disseminated Gonococcal Infection) memiliki prognosis yang baik bila ditangani secara
tepat dan sebelum terjadi kerusakan permanen pada sendi atau organ timbul.4
20