You are on page 1of 119

Status Dokumen

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMILIHAN PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
001/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan proses kegiatan sejak dari meninjau masalah kesehatan yang
terjadi dirumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis,
menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial,
standarisasi sampai menjaga dan memperbaharui standar obat.
Mendapatkan daftar usulan kebutuhan perbekalan farmasi.

INDIKATOR

Kesesuaian item obat yang tersedia Formularium rumah sakit.

PROSEDUR

1.
Dokter mengajukan usulan obat dengan mengisi form usulan obat
ke Satuan Medis Fungsional (SMF)
2.
SMF menyetujui usulan tersebut dengan menandatangani form
usulan tersebut
3.
Usulan tersebut diteruskan ke Tim Farmasi danTerapi (TFT)
4.
TFT memilih obat berdasarkan seleksi ilmiah, medis, dan statistik
yang memberikan efek terapi jauh lebih baik dibandingkan dengan risiko
efek samping:
Jenis obat yang dipilih untuk menghindari duplikasi dan kesamaan
jenis
Apabila jenis obat dengan indikasi sama dalam jumlah banyak,
maka dipilih berdasarkan drugs of choice dari penyakit yang prevalensinya
paling tinggi.
Jika ada obat baru, harus ada bukti yang spesifik untuk terapi yang
lebih baik
Menghindari penggunaan obat kombinasi kecuali jika obat
kombinasi tersebut mempunyai efek yang lebih baik disbanding obat
tunggal
5.
Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a.
Mengutamakan penggunaan Obat generik;
b.
Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-riskratio) yang
paling
menguntungkan penderita;
c.
Mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d.
Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e.
Praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f.
Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g.
Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-costratio) yang tertinggi
berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung;

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMILIHAN PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

6.
7.

REFERENSI

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
h.

UNIT TERKAIT

001/IF/V/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)


Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman
(evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
dengan harga yang terjangkau.
Hasil seleksi dirapatkan / didiskusikan dengan dokter-dokter yang
mengusulkan sampai diperoleh kesepakatan formularium
Hasil seleksi berupa usulan spesifikasi perbekalan farmasi tersebut
diusulkan tim terpadu perencanaan dan usulan pengadaan.

Dokter, SMF, TFT, Tim TerpaduPerencanaan


1.
2.
3.
4.

Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009


Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
Peraturan Menteri Kesehatan No.63 TAHUN 2014
Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERENCANAAN DAN USULAN PENGADAAN
PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
002/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga
perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk
menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat
dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain Konsumsi, Epidemiologi, Kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Menyusun kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat dan sesuai dengan pola
penyakit, kebutuhan pelayanan untuk mencegah terjadinya kekosongan,
kekurangan atau kelebihan perbekalan farmasi dan meningkatkan
penggunaan obat secara rasional

KEBIJAKAN
PROSEDUR

1. Melakukan review terhadap: pola penyakit, kemampuan daya beli


masyarakat, formularium RS, standar terapi RS, dan kebijakan RS,
catatan medik, dan mempertimbangkan anggaran yang tersedia
2. Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan
yang akan diadakan.
3. Melakukan evaluasi distributor perbekalan farmasi untuk menjamin
keabsahan distributor, ketersediaan barang, persyaratan mutu.
4. Mempertimbangkan distributor yang mampu memenuhi kebutuhan
perbekalan farmasi sesuai kemampuan rumahsakit.
5. Kepala Instalasi Farmasi membuat rata rata penggunaan bulanan dan
tahunan pengeluaran sediaan farmasi dan alat
6. Tim perencanaan terpadu memasukan data pemakaian ke dalam form
perencanaan mengolah data perencanaan sediaan farmasi dan alat
kesehatan selama sebulan dan setahun.
7. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi dan
frekuensi pengadaan perbekalan farmasi.
8. Kepala Instalasi Farmasi menginformasikan kepada Kepala Instalasi
Radiologi dan Kepala Instalasi Laboratorium untuk membuat
perencanaan kebutuhan bulanan dan tahunan.
9. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan:
a. Anggaran yang tersedia;
b. Penetapan prioritas;

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERENCANAAN DAN USULAN PENGADAAN
PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

002/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

10.
11.
12.
13.
14.

c. Sisa persediaan;
d. Data pemakaian periode yang lalu;
e. Waktu tunggu pemesanan;
f. Rencana pengembangan
Pembahasan anggaran pengadaan perbekalan farmasi dengan bagian
keuangan dan pejabat pembuat komitmen, Kepala Instalasi Farmasi.
Tim perencanaan terpadu mengajukan usulan rencana pengadaan
perbekalan farmasi
Tim perencanaan terpadu menyerahkan dan mengusulkan perencanaan
bulanan (setiap tanggal 25) dan tahunan kepada Pengguna Anggaran/
Kuasa Pengguna Anggaran.
Pengguna Anggaran menetapkan rencana pengadaan perbekalan
farmasi dan menyerahkan perencanaaan bulanan dan tahunan kepada
Pejabat Pembuat Komitmen dan KepalaInstalasiFarmasi.
Jumlah pengadaan sesuai dengan kebutuhan dengan Safety Stock
30%.

UNIT TERKAIT Tim Farmasi dan Terapi, PPK, Kepala Instalasi Farmasi, Bagian Keuangan
/ Anggaran, Pengguna Anggaran / Kuasa pengguna anggaran.
REFERENSI
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.63 TAHUN 2014
4. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERENCANAAN OBAT ANTI TUBERCULOSIS
KATEGORI SUMBANGAN, HIBAH, DROPING
No Dokumen
No Revisi
Halaman
003/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Perencanaan kebutuhan obat anti tuberculosis kategori droping / hibah
merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan
untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu
dan efisien. sehingga Obat Anti Tuberculosis kategori sumbangan, hibah,
droping dapat sesuai dengan kebutuhan.
1. Menyusun kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau
kelebihan perperbekalan farmasi dan meningkatkan penggunaan obat
secara rasional.
2. Mensukseskan program DOTS nasional
Penyimpangan perencanaan (jumlah item obat dalam perencanaan
dibandingkan jumlah item obat kenyataan yang dipakai) maksimal 2030%.
1. Melakukan review terhadap jumlah pasien yang dilayani dengan bulan
lalu / sebelumnya dan sisa stok obat.
2. Melakukan analisa untuk menetapkan jumlah dan jenis paket FDC /
obat anti tuberculosis lain yang akan diadakan.
3. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan perbekalan farmasi dan
frekuensi pengadaan perbekalan farmasi berdasarkan jumlah sisa stock
obat (minimal stock 10%).
4. Rencana pengadaan dibuat untuk tiga bulan sekali atau apabila minimal
stock obat tinggal 10%.
5. Menetapkan usulan rencana pengadaan perbekalan farmasi oleh Kepala
Instalasi Farmasi.
Logistik Farmasi, Kepala Instalasi Farmasi, Direktur atau bagian umum, Dinas
Kesehatan Kabupaten
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.13 TAHUN 2013
4. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERENCANAAN OBAT ANTI RETROVIRAL (ARV) KATEGORI
DROPING/ HIBAH
No Dokumen
No Revisi
Halaman
004/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No.Distribusi

Tanggal Terbit

1/1
Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Perencanaan kebutuhan obat anti retroviral (ARV) kategori droping/ hibah
merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan untuk
menjamin terpenuhinya criteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien
sehingga obat anti retroviral kategori sumbangan, hibah, droping dapat sesuai
dengan kebutuhan.
1. Menyusun kebutuhan perbekalan farmasi yang tepat dan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan untuk mencegah terjadinya kekurangan atau kelebihan
obat anti retroviral dan meningkatkan penggunaan obat secara rasional
2. Mensukseskan program pengendalian HIV-AIDS Nasional
Penyimpangan perencanaan (jumlah item obat dalam perencanaan dibandingkan
jumlah item obat kenyataan yang dipakai) maksimal 20-30%
1. Melakukan review terhadap jumlah pelayanan /perawatan obat ARV bulan
sebelumnya.
2. Melakukan analisa untuk menetapkan prioritas dan jumlah sediaan yang akan
diadakan.
3. Menyusun prakiraan perencanaan kebutuhan obat ARV dan frekuensi
pengadaan perbekalan farmasi minimal sebulan sekali.
4. Menetapkan usulan rencana pengadaan obat ARV dengan diketahui oleh
Kepala Instalasi Farmasi dan ditujukan kepada ketua Tim Care Suport and
Treatment ( CST)
5. Perencanaan selanjutnya digunakan untuk data laporan pemakaian dan
pengadaan obat ARV.

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


KLAIM PERBEKALAN FARMASI BPJS DAN INHEALTH
No Dokumen
No Revisi
Halaman
005/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kalim PERBEKALAN FARMASI BPJS dan Inhealth merupakan kegiatan
pengajuan pembiayaan pelayanan perbekalan farmasi dengan resep BPJS
di Instalasi Farmasi ke PT.BPJS dan PT.Inhealth.
1. Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi di Instalasi Farmasi.
2. Mendapatkan penggantian pembiayaan pelayanan
3. Tertib administrasi pengelolaan perbekalan farmasi
Pengajuan klaim setiap bulan sebelum tanggal 10.
A. Kalim BPJS untuk kategori penyakit kronis
1. Menyiapkan resep dan copy resep BPJS kategori penyakit kronis
untuk pasien rawat jalan.
2. Resep di kelompokkan berdasarkan tanggal pelayanan resep.
3. Resep di entry di Program sistem komputer BPJS.
4. Perbekalan farmasi yang dklaim berupa obat sejumlah pemakaian
untuk 23 hari.
5. Setelah selesai entry, resep didokumentasikan secara rapi setiap
bulan dan melaporkan ke petugas BPJS untuk diverifikasi.
6. Petugas BPJS akan memverifikasi dan memberi Feed Back ke
Instalasi Farmasi berupa print out serta ditanda tangani kedua belah
pihak
7. Copi resep beserta Surat elegibilitas Peserta di serahkan ke Petugas
BPJS
8. Pengajuan klaim kepada BPJS paling lambat dilakukan setiap
tanggal 10 pada bulan berikutnya.
B. Kalim BPJS untuk kategori penyakit kronis
1. Mengumpulkan resep inhealth dari semua jenis pelayananan baik
pasien rawat jalan maupun rawat inap
2. Kelengkapan resep yang akan diklaim melampirkan SEP setiap
kasus dan resep rangkap dua, untuk klaim dan arsip Instalasi
Farmasi serta dilampiri bukti print out pelayanan dari IFRS.
3. Selanjutnya di entry secara on-line ke alamat http:/simo/
4. Entry dilakukan pada saat jam kerja yang bersamaan dengan online nya program dari Inhealth.
5. Setiap entry langsung di verifikasi oleh petugas inhealth.
PT.BPJS, PT. Inhealth
Peraturan Menteri Kesehatan No 58 Tahun 2014

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBERIAN OBAT LARUTAN ELEKTROLIT PEKAT
No Dokumen
No Revisi
Halaman
006/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pemberian obat Larutan elektrolit pekat (obat High Alert) dari Instalasi
Farmasi ke Pasien.
1. Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi di satelit farmasi.
2. Penyerahan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan
permintaan user dan standar formularium yang berlaku
3. Patien safety
0 % kesalahan pemberian obat
1. Petugas farmasi menyiapkan obat larutan elektrolit pekat untuk pasien
sesuai resep dokter.
2. Petugas farmasi mengambil larutan elektrolit pekat di almari
penyimpanan high alert.
3. Petugas farmasi memberi etiket lengkap pada obat yag diberikan
4. Obat larutan elektrolit pekat yang sudah diberi label merah high alert
di cek kembali oleh petugas farmasi yang berbeda.
5. Petugas farmasi menyerahkan obat larutan elektrolit pekat tersebut
kepada pasien / petugas unit perawatan.
Unit Perawatan
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT KERJA
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


EVALUASI STANDAR PELAYANAN MINIMAL
No Dokumen
No Revisi
Halaman
007/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Evaluasi merupakan suatu pengamatan dan penilaian secara terencana,
sistematis, periodik dan terorganisir sebagai umpan balik perbaikan sistem
dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan.
Evaluasi harus dilaksanakan terhadap seluruh proses tata kelola
perbekalan farmasi sesuai ketentuan yang berlaku
1. Peningkatan mutu pelayanan farmasi dalam program pengendalian
mutu pelayanan rumah sakit.
2. Sebagai dasar evaluasi terhadap konsep, kebutuhan, proses, dan hasil
yang diharapkan demi menunjang peningkatan mutu pelayanan.
Pedoman Pelayanan Farmasi
1. Pemantauan : pengumpulan semua informasi yang penting yang
berhubungan dengan pelayanan farmasi.
2. Penilaian : penilaian secara berkala untuk menentukan masalah-masalah
pelayanan dan berupaya untuk memperbaiki.
3. Tindakan : bila masalah-masalah sudah dapat ditentukan maka harus
diambil tindakan untuk memperbaikinya dan didokumentasi.
4. Evaluasi : efektivitas tindakan harus dievaluasi agar dapat diterapkan
dalam program jangka panjang.
5. Umpan balik : hasil tindakan harus secara teratur diinformasikan
kepada staf
6. Semua tahapan terdokumentasi dengan baik menggunakan form
evaluasi SPM.
Manajemen, Tim mutu Rumah sakit.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMUSNAHAN RESEP
No Dokumen
No Revisi
Halaman
008/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan serta penyimpanan resep dan informasi secara
sistematis dengan maksud menangani arsip resep
Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib
100 % resep yang berusia 3 tahun atau lebih dimusnahkan
1. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun
dapat dimusnahkan.
2. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker / Kepala Instalasi Farmasi
dan disaksikan oleh sekurang-kurangnya petugas lain di Instalasi
Farmasi.
3. Pembuatan berita acara Pemusnahan Resep menggunakan formulir
yang berlaku:
a. Hari dan tanggal pemusnahan resep
b. Tanggal terawal dan terakhir resep
c. Berat resep yang dimusnahkan dalam kilogram
4. Dibuat rangkap 4 dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Farmasi dan
seorang petugas Instalasi Farmasi.
5. Cara Pemusnahan adalah dibakar atau dengan cara lain yang memadai.
6. Kepala Instalasi membuat laporan secara tertulis kepada Direktur dan
Kepala Dinas kesehatan Kabupaten.
Direktur, Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997
tentangPsikotropika.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014.
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.35Tahun 2014
4. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMUSNAHAN PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
009/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan penyelesaian terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar, dengan cara membuat usulan
penghapusan perbekalan farmasi kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur
yang berlaku
1. Menjamin perbekalan farmasi yang sudah kadaluwarsa dikelola sesuai dengan
standar yang berlaku
2. Menjamin perbekalan farmasi sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan
Perbekalan farmasi telah dimusnahkan sesuai ketentuan.
1. Pemusnahan perbekalan farmasi dilakukan bila:
a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu;
b. Telah kadaluwarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
atau kepentingan ilmu pengetahuan;
d. Dicabut izin edarnya
2. Menyiapkan data perbekalan farmasi yang akan dimusnahkan.
3.
4. Menyiapkan Surat Perintah Pemusnahan perbekalan farmasi yang
ditandatangani Direktur melalui mekanisme yang berlaku di RSUD Cilacap.
5. Surat perintah pemusnahan perbekalan farmasi telah menetapkan nama, jenis /
bentuk sediaan, jumlah dan nilai persediaan, jadwal pemusnahan, metode dan
tempat pemusnahan.
6. Sesuai surat perintah, petugas melaksanakan pemusnahan pada waktu, tempat
dan metode yang telah ditetapkan.
7. Membuat laporan / berita acara pemusnahan perbekalan farmasi yang
sekurang-kurangnya memuat nama, jenis / bentuk sediaan dan jumlah, nilai
persediaan, waktu, tempat, metode pemusnahan, pelaksana pemusnahan, saksi
dalam pelaksanaan pemusnahan yang ditandatangani oleh apoteker pelaksana
pemusnahan dan saksi.
8. Melakukan pencatatan pemusnahan sebagai pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stock dan menginput dalam billing system..
9. Mengoordinasikan jadwal, metode dan tempat pemusnahan kepada pihak
terkait;
10. Menyiapkan tempat pemusnahan; dan
11 Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta
peraturan yang berlaku.
Direktur, Bagian logistic farmasi, Bagian IPSRS, Dinas Kesehatan Kabupaten.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGELOLAAN RESEP
No Dokumen
No Revisi
Halaman
010/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan serta penyimpanan resep dan informasi secara
sistematis dengan maksud menangani arsip resep.
Semua aktivitas berkaitan dengan resep pasien diadministrasikan dan
terdokumentasi dengan tertib dan rapi.
Resep terdokumentasi dengan tertib dan rapi
1. Penyimpanan resep dilakukan dengan urutan tanggal dan nomor urut
penerimaan resep
2. Dipisahkan resep narkotika, psikotropika dan non narkotika-psikotrop
3. Dipisahkan dari resep BPJS kategori kronis dan tagihan asuransi lain.
4. Resep dikemas dalam bungkus dan diberi keterangan tanggal pelayanan
r/.
5. Dikumpulkan jadi satu dalam kardus dan kardus diberi nama r/
pelayanan tgl berapa sampai dengan tanggal berapa.
6. Kardus disimpan dengan rapi di Gudang arsip Farmasi.
7. Penyimpanan resep selama 5 tahun.
Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap.
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.35Tahun 2014
Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYUSUNAN LAPORAN
OBAT PSIKOTROPIKA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
011/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunandan pencatatan serta pelaporan data dan informasi secara
sistematis dengan maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan
dengan stock obat psikotropika dan penggunaannya
1. untuk mencegah penyalahgunaan obat psikotropika, sehingga obat-obat
psikotropika harus ditangani secara khusus.
2. Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib

INDIKATOR

Laporan obat psikotropika disajikan secara benar dan tepat waktu.

PROSEDUR

1.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Mendata obat psikotropika berdasarkan resep yang masuk setiap hari untuk
setiap pelayanan pasien rawat jalan, inap, IGD.
2. Mengecek kesesuaian stok secara administrasi dengan fisik persediaan.
3. Pendataan obat dilakukan kepada semua pasien dengan beberapa cara bayar
yang ada.
4. Data di masukkan ke dalam form pelaporan obat psikotropika.
5. Form
laporan
psikotropika
dapat
di
unduh
di
http://www.sipnap.binfar.depkes.go.id/login.php/
6. Apabila instalasi farmasi belum terdaftar di kementrian kesehatan RI maka
lakukan pendaftaran dulu dan mengisi "surat pernyataan keaslian data" yang
bermaterai dan di tandatangani oleh kepala instalasi farmasi.
7. Setelah mendaftar, selanjutnya menunggu konfirmasi email berupa User-ID
dan Password.
8. Pelaporan dilakukan setiap bulan
9. Laporan di tandatangani oleh kepala instalasi farmasi dan direktur.
10. Laporan di kirim via email kehttp://www.sipnap.binfar.depkes.go.id

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap


1.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang


Psikotropika.
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYUSUNAN LAPORAN
OBAT NARKOTIKA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
012/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan serta pelaporan data dan informasi secara
sistematis dengan maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan
dengan stock obat narkotika dan penggunaannya.
Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib
Laporan obat narkotika disajikan secara benar dan tepat waktu
1. Mendata obat narkotika berdasarkan resep yang masuk setiap hari untuk setiap
pelayanan pasien rawat jalan, inap, IGD.
2. Mengecek kesesuaian stok secara administrasi dengan fisik persediaan.
3. Pendataan obat dilakukan kepada semua pasien dengan beberapa cara bayar
yang ada.
4. Data di masukkan ke dalam form pelaporan obat narkotika.
5. Form
laporan
narkotika
dapat
di
unduh
di
http://www.sipnap.binfar.depkes.go.id/login.php/
6. Apabila instalasi farmasi belum terdaftar di kementrian kesehatan RI maka
lakukan pendaftaran dulu dan mengisi "surat pernyataan keaslian data" yang
bermaterai dan di tanda tangani oleh kepala instalasi farmasi.
7. Setelah mendaftar, selanjutnya menunggu konfirmasi email berupa User-ID
dan Password.
8. Pelaporan dilakukan setiap bulan
9. Laporan di tanda tangani oleh kepala instalasi farmasi dan direktur.
10.Laporan di kirim via email kehttp://www.sipnap.binfar.depkes.go.id

Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap


1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENYUSUNAN LAPORANOBAT GENERIK


No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR

PROSEDUR

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan
maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan dengan stock
perbekalan farmasi.
Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib
Laporan obat generik disajikan secara wajar dan tepat waktu
1.
2.
3.
4.
5.
6.

UNIT
TERKAIT
REFERENSI

013/IF/V/2015

Mendata obat generic berdasarkan resep yang masuk setiap hari untuk setiap
pelayanan pasien rawat jalan, inap, IGD
Pendataan obat dilakukan kepada semua pasien dengan beberapa cara bayar
yang ada.
Data dimasukkan ke dalam form pelaporan obat generik.
Pelaporan dilakukan setiap 3 bulan
Laporan di tandatangani oleh kepala instalasi farmasi dan direktur
Laporan di serahkan ke bagian rekam medis dan dikirim ke dinas kesehatan
propinsi.

Bagian Rekam Medis, Dinas Kesehatan Propinsi


1.
2.
3.

Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


Peraturan Menteri Kesehatan Tentang Kewajiban Rumah Sakit Pemerintah
Untuk Menggunakan obat Generik.
Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGARSIPAN (ADMINISTRASI)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
014/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

No.Distribusi

Tanggal Terbit

1/1

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengarsipan (administrasi) merupakan kegiatan pencatatan dan pelaporan
serta administrasi penghapusan yang harus dilakukan secara tertib dan
berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah
berlalu
1. Memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah dilakukan
2. Sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan yang sudah dilakukan.
3. Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM; dasar akreditasi Rumah Sakit;
dasar audit Rumah Sakit; dan dokumentasi farmasi.
4. Komunikasi antara level manajemen;
5. Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif
mengenai kegiatan di
Instalasi Farmasi; dan laporan tahunan.

KEBIJAKAN

PROSEDUR

A. Pencatatan dan Pelaporan


1. Pencatatan dilakukan terhadap semua kegiatan pelayanan
kefarmasian yang terdiri dari dari:
a. Pemilihan perbekalan farmasi
b. Perencanaan perbekalan farmasi
c. Pengadaan perbekalan farmasi
d. Penerimaan perbekalan farmasi
e. Penyimpanan perbekalan farmasi
f. Pendistribusian perbekalan farmasi ke satelit farmasi, unit
perawatan dan unit terkait lainnya
g. Pendistribusian perbekalan farmasi dari satelit pelayanan ke
pasien
h. Pendistribusian perbekalan farmasi antar satelit farmasi
i. Pendokumentasian resep
j. Kegiatan produksi sediaan farmasi
k. Pelayanan farmasi klinik
l. Pengendalian perbekalan farmasi yang slow moving atau
mendekati kadalurasa.
m. Pemusnahan perbekalan farmasi yang kadaluarsa atau rusak.
n. Penarikan perbekalan farmasi.
2. Pencatatan menggunakan form yang sesuai dengan kegiatan yang
dilakukan dan peraturan yang berlaku.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGARSIPAN (ADMINISTRASI)
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

014/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
a. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi

dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester


atau pertahun).
b. Jenis pelaporan yang dibuat mengikuti peraturan yang berlaku.
B.

Administrasi penghapusan

1. Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian


terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena
kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar
2. Mendokumnetasikan usulan penghapusan perbekalan farmasi dan
resep yang sudah disimpan selama 5 tahun kepada pihak terkait
sesuai dengan prosedur yang berlaku.
UNIT TERKAIT

Manajemen rumah sakit, auditor external, Dinas Kesehatan Kabupaten.

REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
PERBEKALAN FARMASI DI BANGSAL RAWAT INAP ATAU
UNIT PELAYANAN LAINNYA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
015/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan
maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan dengan fix floor
stock perbekalan farmasi di bangsal rawat inap dan unit layanan lainnya.
Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib

INDIKATOR

Laporan stock/persediaan perbekalan farmasi disajikan secara wajar dan


tepat waktu dan sesuai dengan fix floor stock yang ada.

PROSEDUR

1. Petugas bangsal rawat inap atau unit layanan lainnya melakukan stock
barang fix floor stock atau stock perbekalan farmasi yang ada secara
periodik.
2. Petugas memasukan jumlah stock yang ada ke dalam buku bantu
persediaan.
3. Untuk bangsal rawat inap yang menganut sistem fix floor stock maka
jumlah stock harus selalu sama dengan data awal stock barang.
4. Petugas supervise farmasi dengan didampingi petugas bangsal rawat
inap atau unit layanan lainnya melakukan cross ceck jumlah
persediaan.
5. Petugas supervise farmasi mengisi form berita acara supervise
persediaan bangsal rawat inap.
6. Input saldo awal dalam billing system berdasar hasil stock opname
awal.
7. Input mutasi penerimaan berdasar dokumen penerimaan pengadaan.
8. Input mutasi pengeluaran berdasar dokumen resep pengeluaran
perbekalan farmasi
9. Cetak laporan stock meliputi saldo awal, penerimaan, pengeluaran,
dan saldo akhir
10. Bandingkan output laporan tersebut dengan dokumen hasil stock
opname akhir
11. Jika ada perbedaan, lakukan penelusuran dan penyesuaian dalam
billing system
12. Kepala Instalasi Farmasi melakukan review atas laporan stock

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
PERBEKALAN FARMASI DI BANGSAL RAWAT INAP ATAU
UNIT PELAYANAN LAINNYA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
015/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
13. Lakukan koreksi hasil review jika ada
14. Netting laporan stock/persediaan
Bagian Gudang, Bagian bangsal rawat inap, unit layanan lainnya.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ADMINISTRASI DAN PELAPORAN PENGADAAN PERBEKALAN
FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Salinan

No.Distribusi

016/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan
maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan dengan pengadaan
perbekalan farmasi setiap bulan.
Semua aktivitas berkaitan dengan
diadministrasikan dengan tertib

pengadaan

perbekalan

farmasi

INDIKATOR

Laporan pengadaan perbekalan farmasi disajikan secara wajar dan tepat


waktu setiap bulan

PROSEDUR

1. Mengambil data pembelian / pengadaan perbekalan farmasi dari sistem


billing.
2. Membuka sistem billing di menu pemasukan obat alkes (perbekalan
farmasi)
3. Memilih tanggal pelayanan yang diinginkan dalam kurun waktu yang
sesuai
4. Mengexport data yang sudah dipilih untuk laporan pengadaan berupa
data nama penyedia barang dan jasa, tanggal transaksi, jenis
transaksi,nama barang, depo farmasi, debet (jumlah barang masuk),
kredit (barang retur ke distributor / penyedia barang dan jasa), harga
faktur belum PPN, diskon, HNA plus PPN, harga pembelian, biaya atau
nilai faktur, tanggal faktur, nomor faktur, nomor batch barang, tanggal
expired.
5. Mengolah data export sesuai yang dibutuhkan, seperti nomor untuk
menghitung jumlah faktur, nama penyedia barang dan jasa, tanggal
faktur, nomor faktur, nama barang diskon HNA plus PPN, debet
(jumlah barang masuk), biaya atau nilai faktur
6. Laporan di tandatangani oleh pejabat pengadaan dan disetujui oleh
pejabat pembuat komitmen
7. Laporan diserahkan kepada pengguna anggaran Cq.kepada bagian
keuangan dan arsip pejabat pengadaan.
Bagian Gudang, Pejabat Pembuat Komitmen.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
PERBEKALAN FARMASI DI SATELIT FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
017/IF/V/2015

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan
maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan dengan stock
perbekalan farmasi.
Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib
Laporan stock/persediaan perbekalan farmasi disajikan secara wajar dan
tepat waktu
1. Input saldo awal dalam billing system berdasar hasil stock opname awal
2. Input mutasi penerimaan berdasar dokumen penerimaan pengadaan
3. Input mutasi pengeluaran berdasar dokumen resep pengeluaran
perbekalan farmasi
4. Cetak laporan stock meliputi saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan
saldo akhir
5. Bandingkan output laporan tersebut dengan dokumen hasil stock opname
akhir
6. Jika ada perbedaan, lakukan penelusuran dan penyesuaian dalam billing
system
7. Kepala Instalasi Farmasi melakukan review atas laporan stock
8. Lakukan koreksi hasil review jika ada
9. Netting laporan stock/persediaan

UNIT TERKAIT Bagian Gudang, Bagian Farmasi


REFERENSI

1/1

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ADMINISTRASI DAN PELAPORAN
PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
018/IF/V/2015

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyusunan dan pencatatan data dan informasi secara sistematis dengan
maksud menyediakan informasi, dalam hal ini berkaitan dengan stock
perbekalan farmasi.
Semua aktivitas berkaitan dengan mutasi stock perbekalan farmasi
diadministrasikan dengan tertib
Laporan stock/persediaan perbekalan farmasi disajikan secara wajar dan
tepat waktu
1. Input saldo awal dalam billing system berdasar hasil stock opname awal
2. Input mutasi penerimaan berdasar dokumen penerimaan pengadaan
3. Input mutasi pengeluaran berdasar dokumen resep pengeluaran
perbekalan farmasi
4. Cetak laporan stock meliputi saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan
saldo akhir
5. Bandingkan output laporan tersebut dengan dokumen hasil stock opname
akhir
6. Jika ada perbedaan, lakukan penelusuran dan penyesuaian dalam billing
system
7. Kepala Instalasi Farmasi melakukan review atas laporan stock
8. Lakukan koreksi hasil review jika ada
9. Netting laporan stock/persediaan

UNIT TERKAIT
REFERENSI

1/1

Bagian Gudang, Bagian Farmasi


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI YANG TELAH
KADALUWARSA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
019/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan pengelolaan Perbekalan farmasi
yang sudah
kadaluwarsa yang terdiri dari pencatatan, pemilahan, pengumpulan,
penampungan.
Perbekalan farmasi yang ada di IFRS dijamin mutu dan kualitasnya.

INDIKATOR

1. Persentase perbekalan farmasi yang kadaluwarsa


2. Terjadi kesalahan 0% pemberian obat kadaluwarsa kepada pasien.

PROSEDUR

1.
2.
3.
4.

5.
6.
7.
8.
9.

Perbekalan farmasi yang telah kadaluwarsa di catat dalam buku


pencatatan obat kadaluwarsa di masing-masing satelit atau unit
perawatan dan pelayanan lainnya.
Perbekalan farmasi yang kadaluwarsa tersebut diserahkan kepada
satelit logistic farmasi secara periodic dan mengisi form berita acara
serah terima perbekalan farmasi yang rusak.
Petugas logistik farmasi mengecek kesesuaian fisik perbekalan
farmasi yang ada dengan berita acara serah terima perbekalan farmasi
yang kadaluwarsa.
Petugas logistic farmasi mencatat perbekalan farmasi yang
kadaluwarsa dari setiap satelit atau unit perawatan di buku pencatatan
perbekalan farmasi yang kadaluwarsa dan memutasikannya di billing
system dari satelit/unit perawatan / unit pelayanan lainnya ke gudang
logistic farmasi.
Petugas logistic farmasi memutasikan perbekalan farmasi yang ada
dari logistic farmasi ke satelit gudang ed/kadaluwarsa dan rusak.
Petugas logistic farmasi melakukan pemilahan fisik perbekalan
farmasi berdasarkan bentuk sediaannya.
Tempat pemilahan fisik perbekalan berada di tempat yang
memenuhi syarat yaitu: tempat terbuka atau berventilasi baik, jika perlu
di ruangan yang terlindung dari udara panas.
Apoteker mengawasi kegiatan pemilahan.
Perbekalan farmasi yang telah dipilah di masukan ke dalam
kantong plastic pembungkus limbah dengan warna kuning untuk
kategori infeksius, warna ungu untuk limbah sitostatik dan masingmasing plastic dimasukan ke dalam kotak.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI YANG TELAH
KADALUWARSA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
019/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
10.
Memberikan label KOMODITI KADALUWARSA pada kotak/
tempat penyimpanan perbekalan farmasi yang kadaluwarsa.
11.
Perbekalan farmasi yang telah dipilah disimpan ditempat di ruang
khusus penyimpanan yang aman sebelum dimusnahkan untuk
golongan narkotika, psikotropika, sitostatika dan untuk golongan
lainnya disimpan di tempat tersendiri.
12.
Mengeluarkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan apabila
akan dilakukan pemusnahan sesuai surat perintah pemusnahan
perbekalan farmasi dari Direktur RSUD Cilacap.
13.
Melakukan pencatatan pengeluaran perbekalan farmasi di billing
system sesuai Berita Acara Pemusnahan sediaan farmasi / Laporan
Pemusnahan.
Bagian logistic farmasi, satelit, unit perawatan / pelayanan.
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN PENGEMBALIAN
PERBEKALAN FARMASI
KEPADA SUPPLIER
No Dokumen
No Revisi
Halaman
020/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengembalian perbekalan farmasi yang mendekati kadaluwarsa, stagnan,
atau karena hal tententu kepada distributor
Per perbekalan farmasi dijamin kualitasnya

KEBIJAKAN

Pelayanan perbekalan farmasi tepat jenis, jumlah dan jumlah sesuai resep
yang diajukan kepada Instalasi Farmasi

PROSEDUR

1. Sesuai dengan daftar sediaan yang akan segera kadaluwarsa atau


pertimbangan lainnya, petugas farmasi melakukan komunikasi informal
kepada supplier akan rencana pengembalian / penggantian sediaan
farmasi.
2. Menyiapkan perbekalan farmasi yang akan dikembalikan beserta
dokumen pengeluarannya dan meminta persetujuan apoteker
penanggung jawab instalasi
3. Mengeluarkan perbekalan farmasi yang diganti setelah mendapat
persetujuan apoteker penanggung jawab instalasi.
4. Untuk penerimaan penggantian perbekalan farmasi yang diretur,
petugas menerima perbekalan farmasi pengganti yang dikirim dengan
melakukan pemeriksaan sebagaimana dalam SOP penerimaan
perbekalan farmasi
5. Mencatat pengeluaran retur dan penerimaaan penggantian perbekalan
farmasi pada kartu stock dan menginput dalam billing system

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Bagian Gudang, supplier


1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN PENGEMBALIAN PERBEKALAN FARMASI
DARI SATELIT FARMASI ATAU UNIT LAYANAN LAINNYA KE
GUDANG FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
021/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengembalian perbekalan farmasi yang mendekati kadaluwarsa, stagnan,
atau karena hal tententu kepada distributor
Perbekalan farmasi dijamin kualitasnya
Pelayanan perbekalan farmasi tepat jenis, jumlah dan jumlah sesuai resep
yang diajukan kepada Instalasi Farmasi
1. Sesuai dengan daftar sediaan yang akan segera kadaluwarsa atau
pertimbangan lainnya, petugas satelit farmasi mengisi form retur yang
ditandatangani oleh coordinator satelit / kepala ruang
2. Menyiapkan perbekalan farmasi yang akan dikembalikan ke gudang
3. Mengembalikan perbekalan farmasi ke gudang disertai form retur
4. Petugas gudang menerima perbekalan farmasi yang diretur dan
menyimpannya sesuai dengan tempat masing-masing perbekalan
farmasi tersebut
5. Petugas gudang mencatat penerimaan retur tersebut dalam kartu stock
6. Petugas menginput mutasi retur dalam billing system
Bagian Gudang, Bagian Satelit Farmasi/Unit Pelayanan
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN PERBEKALAN FARMASI YANG HAMPIR
KADALUWARSA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
022/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi yang hampir
kadaluarsa yang terdiri dari pencatatan, pemilahan, pengumpulan,
sosialisasi ke unit terkait.
Perbekalan farmasi yang rusak akibat kecelakaan kerja terdokumentasi
dengan baik di dokumen pengeluaran perbekalan farmasi.
Pengawasan terhadap persediaan perbekalan farmasi
1. Petugas yang merusakkan atau memecahkan obat menginformasikan ke
coordinator satelit farmasi.
2. Petugas farmasi mengisi form berita acara obat rusak dan mencatat di
buku daftar obat rusak
3. Petugas menyimpan obat rusak tersebut di dalam kantong plastic dan
diberi etiket tanggal rusak / pecah dan nama petugas yang merusakkan /
memecahkan.
4. Petugas memasukan data obat rusak ke dalam biling system satelit
5. Koordinator satelit mengecek obat rusak dan berita acara yang telah
dibuat petugas.
6. Koordinator satelit membuat laporan obat rusak setiap bulan
7. Koordinator satelit menyerahkan laporan dan berita acara serta obat yang
rusak kepada gudang farmasi setiap bulan paling lambat tanggal 10.
8. Koordinator gudang farmasi menerima laporan dan berita acara dan obat
yang rusak dari satelit
9. Koordinator gudang farmasi membuat rekapitulasi obat rusak setiap
tahun untuk didokumentasikan lebih lanjut
10. Koordinator gudang farmasi melakukan pemusnahan obat rusak dengan
seijin dari kepala Instalasi Farmasi dan Direktur.

UNIT TERKAIT Satelit Pelayanan Farmasi, gudang farmasi, Kepala Instalasi Farmasi
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN OBAT RUSAK KARENA KECELAKAAN KERJA
DAN YANG TIDAK MEMENUHI STANDAR MUTU
No Dokumen
No Revisi
Halaman
023/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan penanganan obat rusak atau pecah pada saat penyiapan obat
pasien karena kecelakaan kerja dan yang tidak memenuhi standar mutu
1. Perbekalan farmasi yang ada di IFRS dijamin mutu dan kualitasnya.
2. Persentase perbekalan farmasi yang rusak
3. Terjadi kesalahan 0% pemberian perbekalan farmasi rusak kepada
pasien.
4. Perbekalan farmasi yang rusak akibat kecelakaan kerja terdokumentasi
dengan baik di dokumen pengeluaran perbekalan farmasi
Pengawasan terhadap persediaan perbekalan farmasi
1. Petugas yang merusakkan atau memecahkan obat menginformasikan ke
coordinator satelit / unit perawatan / pelayanan lainnya.
2. Petugas mengisi form berita acara obat rusak dan mencatat di buku daftar
obat rusak
3. Petugas menyimpan obat rusak tersebut di dalam kantong plastic dan
diberi etiket tanggal rusak / pecah dan nama petugas yang merusakkan /
memecahkan.
4. Koordinator satelit mengecek obat rusak dan berita acara yang telah
dibuat petugas.
5. Mencatat perbekalan farmasi yang rusak di buku pencatatan perbekalan
farmasi yang rusak.
6. Koordinator satelit / unit perawatan / unit pelayanan lainnya membuat
laporan perbekalan rusak setiap bulan dan menyerahkannya kepada
logistic farmasi serta menyerahkan fisik perbekalan farmasi yang rusak.
7. Koordinator logistic farmasi menerima laporan dan fisik perbekalan
farmasi yang rusak dari satelit / unit perawatan / unit pelayanan lainnya
serta membuat berita acara serah terima.
8. Koordinator logistic selanjutnya melakukan pengelolaan perbekalan
farmasi yang rusak tersebut seperti kaidah pengelolaan perbekalan
Satelit, unit perwatan,unit pelayanan lainnya, logistic farmasi.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MONITORING MEDICATION ERROR
No Dokumen
No Revisi
Halaman
024/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap kejadian medication error yang
dilakukan secara berkelanjutan, karena kesalahan danpemberian obat harus
diidentifikasi, didokumentasikan dan dipelajari penyebabnya
1. Menurunya Insiden KTD dan KNC yang terkait medication error di
rumah sakit
2. Meningkatnya mutu pelayanan farmasi dan keselamatan pasien
3. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
4. Meningkatnya akuntabilitas farmasi rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
5. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan insiden tidak diharapkan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Apoteker melakukan pemantauan secara langsung terhadap kejadian
medication error.
2. Apoteker mengklasifikasikan tingkat kesalahan pengobatan sebagai
berikut:
a. Level 0 : dalam level ini tidak terjadi kesalahan dalam pengobatan.
b. Level 1: Dalam level ini terjadi kesalahan pengobatan, tetapi tidak
menimbulkan bahaya pada pasien
c. Level 2: dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan tetapi
tidak ada perubahan tanda-tanda vital yang membahayakan pasien
d. Level 3: dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan yang
menyebabkan peningkatan pemantauan pasien dengan adanya
perubahan tanda vital dan perubahan laboratorium
e. Level 4: dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan
sehingga mengakibatkan kebutuhan akan obat lain dan
menyebabkan bertambahnya lama rawat inap.
f. Level 5: dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan yang
menyebabkan kerugian pada pasien
g. Level 6: dalam level ini terjadi kesalahan dalam pengobatan yang
menyebabkan kematian pada pasien.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MONITORING MEDICATION ERROR
No Dokumen
No Revisi
Halaman
024/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
3. Apoteker bekerja sama dengan dokter penanggung jawab pelayanan
dalam penanganan medication error yang terjadi pada pasien.
4. Apoteker dan atau bersama dengan TKPRS melakukan analisis masalah
medication error sesuai dengan grading risiko yang telah dilakukan
pada sistem pelaporan medication error.
5. Membuat laporan monitoring medication error yang terjadi dengan
mengisi form monitoring secara lengkap dan mendokumentasikannya
serta melakukan sosialiasi kepada unit terkait.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan, Perawat, unit pelayanan lain / unit
perawatan, TKPRS.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap.

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


IDENTIFIKASI EFEK OBAT YANG TIDAK DIHARAPKAN,
PENCATATAN DAN PELAPORAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
025/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
1. Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah
dikenal, yang baru saja ditemukan.
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan /
mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya efek samping obat.
1. Menganalisis laporan efek samping obat.
2. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai risiko tinggi
mengalami efek samping obat.
3. Mengisi formulir Efek Samping Obat
4. Melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat Nasional
Satelit Pelayanan Farmasi, dokter yang merawat, unit pelayanan / bangsal
rawat inap, Kepala Instalasi Farmasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


SISTEM PELAPORAN MEDICATION ERROR
No Dokumen
No Revisi
Halaman
026/IF/V/2015

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan pelaporan dan pemantauan setiap kejadian medication
error
1. Menurunya Insiden KTD dan KNC yang terkait medication error di
rumah sakit
2. Meningkatnya mutu pelayanan farmasi dan keselamatan pasien
3. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
4. Meningkatnya akuntabilitas farmasi rumah sakit terhadap pasien dan
masyarakat
5. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan insiden tidak diharapkan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
1. Petugas pelapor / petugas penerima laporan :
a. Mengidentifikasi tipe insiden yang terjadi
1) KNC/ kejadian nyaris cidera : diselesaikan terlebih dahulu
sesegera mungkin dengan Instalasi Farmasi sebelum melaporkan
kepada atasan langsung untuk mencegah dan mengurangi dampak
/ cidera yang tidak diharapkan.
2) KTD / kejadian tidak diharapkan dan KTC / kejadian tidak
cidera segera dilaporkan kepada atasan langsung maksimal 30
menit setelah ditemukannya insiden.
b. Setelah ditindaklanjuti segera membuat laporan insiden dengan
mengisi formulir Laporan Insiden kepada tim Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (TKP-RS) dan menandatanganinya
c. Menyerahkan laporan insiden kepada atasan langsung petugas
pelapor maksimal pada akhir shiftnya
2. Atasan langsung petugas pelapor / Kepala Instalasi/Kepala Bangsal/
Kepala Ruang memeriksa laporan dan melaporkan kepada Dokter
Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP), apabila insiden tersebut
menyangkut pasien secara langsung.
3. Atasan langsung/ Kepala unit/bangsal/Instalasi melakukan asesmen /
grading risiko insiden.
4. Atasan langsung petugas pelapor / Kepala Instalasi/Kepala Bangsal/
Kepala Ruang melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab
Pelayanan (DPJP), apabila insiden tsb menyangkut pasien secara lgsng.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


SISTEM PELAPORAN MEDICATION ERROR
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

026/IF/V/2015

2/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
5. Grading risiko menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan
dilakukan sebagai berikut:
a.

Grade Biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung


maksimal
Grade hijau: investigasi sederhana oleh atasan langsung maksimal
waktu adalah 2 minggu setelah insiden ditemukan
b. Grade kuning: investigasi komprehensif /akar masalah (RCA)
oleh TKP-RS (Waktu maksimal 45 Hari).
c. Grade orange: investigasi komprehensif /akar masalah (RCA)
oleh TKP-RS (Waktu maksimal 45 Hari).
d. Grade merah : investigasi komprehensif /akar masalah (RCA)
oleh TKP-RS (Waktu maksimal 45 Hari).
6. Apabila grading risiko kuning, orange dan merah maka atasan langsung
petugas segera melaporkan insiden kepada TKP-RS maksimal 1
minggu dan melaporkan laporan insiden yang telah ditandatangani.
7.

Apabila grading biru dan grading hijau maksimal 2 minggu Setelah


selesai melakukan investigasi sederhana segera melaporkan laporan
insiden dan hasil investigasi sederhana kepada TKP-RS
8. Petugas Instalasi Farmasi melakukan analisa dan identifikasi kejadian
medication error; analisa eror /kesalahan pada fase:
a. Tahapan purcesing dan ordering (perencanaan dan pengadaan)
b. Tahapan prescribing (peresepan)
c. Tahapan transcribing (pembacaan resep)
d. Tahapan dispensing (penyiapan obat)
e. Tahapan delivering (pengiriman obat)
f. Tahapan administering (pemberian obat)
g. Tahapan storing (penyimpanan)
h. Tahapan monitoring (pemantauan terapi)
9. Petugas Instalasi Farmasi melakukan analisa dan identifikasi tipe
medication error yang terjadi:
a. E1= Resep tidak terbaca
b. E2=Salah Pasien
c. E3=Salah Obat
d. E4=Salah dosis / Kekuatan /Frekuensi
e. E5=Salah Peracikan /Bentuk Sediaan
f. E6=Salah Rute / Cara Pemberian
g. E7=Salah Waktu Pemberian
h. E8= Salah Kuantitas

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


SISTEM PELAPORAN MEDICATION ERROR
No Dokumen
No Revisi
Halaman
026/IF/V/2015

3/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
i. E9=Salah Label /Instruksi
j. E10=Kontraindikasi
k. E11= Salah Penyimpanan
l. E12= Tidak mendapat obat /Kepatuhan
m. E13= Obat kadaluarsa / Rusak /Stabilitas
n. E14=Reaksi Efek Samping Obat
o. E15= Interaksi Obat / Inkompatibilitas
p. E16=Duplikasi
q. E17=Tidak ada Indikasi
r. E18= Tidak sesuai kebijakan
s. E19= Lainnya
10. Petugas Instalasi Farmasi mendokumnetasikan kejadian medication
error dan segera melaporkan (1x 8 jam atau dalam shift kerjanya)
kepada apoteker / kepala Instalasi Farmasi.
11. TKP-RS segera mengevaluasi dan menganalisis kembali laporan
insiden dan laporan hasil investigasi untuk menentukan apakah perlu
dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading.
12. Untuk grade kuning dan merah, TKP-RS akan melakukan investigasi
komprehensif / akar masalah (RCA).
13. Setelah melakukan RCA, TKP-RS akan membuat laporan dan
rekomendasi untuk perbaikan serta Pembelajaran berupa: Petunjuk /
Safety Alert untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali.
14. Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak
di masa depan.
15. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan secara berkala
(maksimal tiga bulan) kepada Direktur
16. Rekomendasi untuk perbaikan dan pembelajaran diberikan umpan
balik kepada unit kerja terkait.
17. Unit kerja membuat analisis dan trend kejadian di satuan kerjanya
masing-masing.
18. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh TKP-RS.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Dokter Penanggung Jawab Pelayanan, Perawat, unit pelayanan lain / unit


perawatan, TKPRS
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MONITORING EFEK SAMPING OBAT (MESO)

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

No Dokumen

No Revisi

Halaman

027/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang
merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi
1. Menemukan ESO (Efek Samping Obat) sedini mungkin terutama yang
berat, tidak dikenal, dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah
dikenal, yang baru saja ditemukan.
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan /
mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka
kejadian dan hebatnya efek samping obat.
1. Tenaga kesehatan atau pasien atau keluarga pasien menemukan
kejadian efek samping obat
2. Tenaga kesehatan atau pasien atau keluarga pasien melaporkan kepada
perawat jaga, dokter penanggung jawab pelayanan dan atau apoteker
dan tim MESO rumah sakit
3. Tim meso melakukan visite ke pasien
4. Tim meso melakukan analisa dan identifikasi kejadian efek samping
obat dengan skala naranjau
5. Tim meso menyusun dan membuat laporan kronologis kejadian
6. Tim meso memberikan rekomendasi pengatasan efek samping obat:
a. Mengehentikan pengobatan
b. Atau mengganti dengan obat yang lebih aman
c. Atau mengatur jadwal penggunaan
d. Atau menurunkan dosis obat
e. Atau memberikan antidote / pramedikasi sebelum penggunaan
obat
7. Tim meso membuat laporan kejadian insiden dengan mengisi formulir
laporan insiden (internal)
8. DPJP dan tim meso rumah sakit menganalisis temuan dan kejadian eso
9. DPJP dan tim meso rumah sakit menganalisis rekomendasi tim
10. DPJP mencatat ESO dalam rekam medis pasien
11. Tim meso melaporkan kejadian ESO kepada Tim Farmasi dan Terapi
(TFT)

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
027/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
12. Tim Farmasi dan Terapi menyampaikan laporan ESO ke BPOM bila
grading merah
13. Tim farmasi dan terapi melaporkan ke Panitia Efek Samping Obat
Nasional secara online
14. Tim farmasi dan terapi merelease data kejadian ESO tiap 6 bulan
15. Kejadian ESO digunakan untuk evaluasi formularium RSUD Cilacap

UNIT TERKAIT Satelit Pelayanan Farmasi, dokter, unit pelayanan / bangsal rawat inap, tim
MESO RSUD cilacap,Tim Farmasi dan terapi
REFERENSI
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN PENGEMBALIAN PERBEKALAN FARMASI
DARI PASIEN RAWAT INAP
SEBELUM PASIEN PULANG
No Dokumen
No Revisi
Halaman
028/IF/V/2015

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengembalian perbekalan farmasi yang tidak dimanfaatkan oleh pasien
karena alasan tertentu
Perbekalan farmasi yang yang diterima kembali dari pasien sesuai jumlah,
jenis dan kondisinya dengan dokumen pengeluaran perbekalan farmasi
Pasien mendapatkan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan
1. Pasien menginformasikan ke petugas bangsal tentang retur obatnya
2. Petugas bangsal mengisi form daftar obat yang diretur pasien dan
menyerahkan lembar resep rawat inap
3. Bagian farmasi menerima perbekalan farmasi, form retur, lembar resep
4. Bagian farmasi memberi no pengganti identitas
5. Bagian farmasi menginput retur tersebut dalam billing system
6. Bagian farmasi memeriksa apakah perbekalan farmasi yang
dikembalikan sesuai dengan resep dan bukti pengambilan serta
kondisinya masih baik dan bebas dari kerusakan
7. Bagian Farmasi memvalidasi retur perbekalan farmasi meliputi nama
obat, asal obat, kondisi obat, jumlah, jenis, pembiayaan pasien.
8. Bagian farmasi dan pasien / keluarganya yang menyerahkan retur
perbekalan farmasi tanda tangan di form retur perbekalan farmasi
9. Hasil print out retur billing system diserahkan ke pasien / keluarganya
sebagai bukti retur dan otomatis sebagai pengurangan tagihan

UNIT TERKAIT Satelit Farmasi, dokter, perawat, keluarga pasien / pasien


REFERENSI

1/1

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN PERBEKALAN FARMASI YANG TIDAK
DIAMBIL PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
029/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Perbekalan farmasi yang tidak diambil oleh pasien rawat jalan selama dua
hari

TUJUAN

Perbekalan farmasi dimanfaatkan maksimal oleh rumah sakit dan di


administrasikan dengan tertib

KEBIJAKAN

Perbekalan farmasi diproses retur selama dua hari dari tanggal resep

PROSEDUR

1. Dari hasil inventarisir perbekalan farmasi yang tidak diambil pasien


dalam 2 hari dan resepnya diinput di billing system dengan proses retur.
2. Petugas farmasi memberikan stempel retur billing ke resep yang tidak
diambil dengan cara di edit di nolkan.
3. Perbekalan farmasi yang tidak diambil tersebut dikembalikan ke satelit
farmasi yang melayani.
4. Resep yang diretur billing ditempatkan di tempat tersendiri.
5. Apabila pasien mengambil perbekalan farmasi setelah proses retur
billing:
a. Untuk pasien umum, petugas farmasi melayani kembali pasien
dengan mengikuti pelayanan farmasi dengan resep pasien rawat jalan,
dan input kembali pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing
system atau dengan memanggil ulang transaksi sebelumnya dengan
di edit kembali sesuai resep.
b. Untuk pasien BPJS, pasien konsul ke BPJS untuk mendapatkan SEP
baru. Dengan SEP baru tersebut, petugas farmasi melayani kembali
pasien dengan mengikuti pelayanan farmasi dengan resep pasien rawat
jalan, dan input kembali pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing
system.
UNIT TERKAIT Bagian Farmasi, Satelit Pelayanan Farmasi
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


KONSELING OBAT
No Dokumen
No Revisi
Halaman
030/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap.
1. Mengoptimalkan hasil terapi
2. Meminimalkna risiko obat yang tidak dikehendaki (ROTD)
3. Meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan
keamanan penggunaan obat bagi pasaien (patient safety)
4. Meningkatkan hubungan kepercayaan anatara apoteker dan pasien
5. Menunjukan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
6. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat
dengan penyakitnya
7. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
8. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal
terapi.
9. Mengerti permasalahan dan pengambilan keputusan
10.Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan
pasien.
Pemberian Konseling
1. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
2. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat
melalui Three Prime Questions
3. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada
pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat
4. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah
penggunaan obat
5. Melakukan verivikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman
6. Dokumentasikan konseling yang dilakukan dengan mengisi form
konseling dan memasukan kedalam biling sistem.
7. Faktor yang perlu diperhatikan dalam konseling obat:
1) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal,
ibu hamil dan menyusui);
2) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM,
epilepsi, dan lain-lain);

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


KONSELING OBAT
No Dokumen
No Revisi
Halaman
030/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
3) pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus
(penggunaan kortiksteroid dengan tappering down/off);
4) pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit
(digoksin, phenytoin);
5) pasien yang menggunakan banyak Obat (polifarmasi); dan
6) pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
A. Sarana dan Peralatan:
1) Ruangan atau tempat konseling; dan
2) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling).
PKMRS
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN KONSELING, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
031/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan
penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap berupa
pemberian pemahaman, pengetahuan, dan informasi serta pendidikan
tentang masalah obat dalam hubungannya dengan peningkatan kualitas
kesehatan pasien maupun kepada tenaga kesehatan lainnya
1. Membantu memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada pasien
untuk meningkatkan hasil terapi.
2. Meningkatan kepatuhan pasien dalam mengikutiterapi yang telah
ditentukan
3. Memberikan informasi dan petunjuk penggunaan obat yang tepat secara
personal
4. Memberikan pendidikan kepada pasien dan tenaga kesehatan lain.
5. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan pelayanan farmasi di
rumahsakit
Pencapaian pemberian KIE untuk pasien sesuai dengan Standar Pelayanan
Minimal (SPM)
KIE kepada pasien:
1. Apoteker memperkenalkan diri (memberi batasan ttg konseling yg akan
diberikan)
2. Identifikasi : apakah yang datang pasien sendiri atau bukan
3. Menanyakan ke pasien apakah dia mempunyai waktu untuk diberi
penjelasan dan menjelaskan kegunaan konseling.
4. Menanyakan kepada pasien apakah dokter telah menjelaskan tentang
obat yang diberikan.
5. Dengarkan semua keterangan pasien dengan baik dan empati.
6. Menanyakan ada atau tidaknya riwayat alergi
7. Jelaskan kepada pasien nama obat, indikasi, cara pemakaian.
8. Jelaskan kepada pasien tentang dosis, frekuensi dan lama penggunaan
obat.
9. Buat jadwal minum obat yang disesuaikan dengan kegiatan harian
pasien, dan tanyakan apakah pasien kesulitan mengikuti jadwal
tersebut.
10.Menjelaskan
tindakan yang perlu jika lupa minum obat.
11.Menjelaskan hal-hal yang perlu dihindari selama minum obat.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN KONSELING, INFORMASI, DAN EDUKASI (KIE
No Dokumen
No Revisi
Halaman
031/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)


12. Menjelaskan kemungkinan interaksi obat-obat, atau obat-makanan
dan cara mengatasinya.
13. Menjelaskan efek samping dan cara menanggulangi efek samping.
14. Menjelaskan cara penyimpanan yang benar
KIE kepada pasien:
1. Memastikan pasien memahami semua informasi yang diberikan
dengan meminta pasien mengulang kembali.
2. Mendokumentasikan hasil KIE yang diberikan
KIE kepada tenaga kesehatan lain:
1. Tenaga kesehatan lain mengisi form permintaan konsultasi / KIE
kepada farmasi
2. Apoteker menjawab permintaan konsultasi / KIE secara tertulis atau
lisan
3. Mendokumentasikan hasil KIE yang diberikan
UNIT TERKAIT Bagian Farmasi, Pasien, TenagaKesehatan Lain
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYAMPAIAN INFO STOK KOSONG
No Dokumen
No Revisi
Halaman
032/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyampaian info stok kosong merupakan pemberitahuan persedian
perbekalan farmasi yang kosong kepada dokter penulis resep
1. Mencegah terjadinya resep tidak terlayani
2. Dokter dapat memberikan alternative obat yang dapat dipakai pasien
sehingg a pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai
dengan kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit.

INDIKATOR

Terjadi kesalahan 0%

PROSEDUR

1. Penyampaian informasi insidental dari petugas farmasi kedokter


penulis resep apabila terdapat kekosongan obat / perbekalan farmasi
lainnya.
2. Petugas farmasi memberikan informasi alternative penggantian produk
yang tersedia di Instalasi Farmasi melalui telepon atau langsung face to
face
3. Apabila kekosongan produk dalam jangka waktu yang lama karena
kekosongan pabrik / distributor atau karena masalah pengadaan maka
informasi stok kosong disampaikan kepada semua Satuan medis
fungsional / dokter penulis resep melalui Tim Farmasi dan Terapi (TFT)
dan memberikan alternative penggantian bila ada.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Satelit Pelayanan Farmasi, Dokter, Perawat, Tim Farmasi dan Terapi,


PPK, pejabat pengadaan.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN KESALAHAN PEMBERIAN PERBEKALAN
FARMASI PADA PASIEN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
033/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kesalahan dalam pemberian perbekalan farmasi berupa:
1. Kesalahan pada etiket (nama dan aturan pakai)
2. Kesalahan pada obat (salah membaca resep atau salah mengambil
obat)
3. Kesalahan pada dosis obat (penghitungan atau pembacaan dosis yang
salah)
4. Kesalahan penerima obat (obat diberikan pada pasien lainnya

TUJUAN
INDIKATOR

PROSEDUR

Memberikan acuan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang muncul


akibat adanya kesalahan kesalahan pada pelayanan
Tidak adanya kesalahan pemberian / penyerahan perbekalan farmasi
(Kesalahan pemberian 0%)
1. Melakukan evaluasi pada resep yang dilayani Instalasi Farmasi
Rumah Sakit setiap hari
2. Mengidentifikasi kesalahan terjadi pada pemberian perbekalan
farmasi
3. Mencari arsip resep aslinya
4. Mencari nomor telepon dan alamat pasien dan menghubungi pasien
5. Merevisi kesalahan yang terjadi
a. Kesalahan pada etiket: memberikan obat sesuai nama pasien /
aturan pakai yang benar, dan obat dengan etiket yg salah ditarik dari
pasien
b. Kesalahan pada obat: pasien diberi obat yang sesuai dengan resep
aslinya, dan obat yg salah ditarik dari pasien
c. Kesalahan pada dosis obat: pasien diberi obat yang sesuai dengan
dosis di resep aslinya, dan obat yg salah ditarik dari pasien
d. Kesalahan penerima obat: pasien diberi obat yang sesuai dengan
resep aslinya, dan obat yg salah ditarik dari pasien
6. Memberitahukan kepada pasien bahwa obat yang diberikan telah
sesuai.
7. Meminta maaf karena terjadinya kesalahan
8. Mendokumentasikan permasalahan kesalahan pemberian perbekalan
farmasi

UNIT TERKAIT Bagian Farmasi, dokter, perawat.


REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBERIAN OBAT OBATAN DENGAN PENGAWASAN HIGH
ALERT MEDICATION KEPADA PASIEN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
034/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Obat high Alert merupakan obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi,
terdaftar dalam kategori obat risiko tinggi, dapat menyebabkan cidera
serius pada pasien jika terjadi kesalahan dalam penggunaannya
1. Menjaga keamanan
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan

KEBIJAKAN

Terjadi kesalahan 0%

PROSEDUR

1. Sebelum perawat memberikan obat high alert kepada pasien maka


perawat lain harus melakukan pemeriksaan kembali secara independen:
(prinsip 7 benar) yaitu kesesuian antara obat dengan rekam medis /
intruksi dokter dan dengan kardeks. Ketepatan perhitungan dosis obat,
identitas pasien.
2. Setiap penyerahan obat kepada pasien dilakukan verifikasi 7 (tujuh)
benar untuk mencapai medication safety : benar obat, benar waktu dan
frekwensi pemberian, benar dosis, benar rute pemberian, benar
identitas pasien yaitu: kebenaran nama pasien, kebenaran no rekam
medic pasien, kebenaran umur / tanggal lahir pasien, kebenaran alamat
rumah pasien, atau nama dokter penanggung jawab pasien,benar
informasi, benar dokumentasi
3. Obat high alert infuse harus dipastikan: ketepatan kecepatan infus, jika
obat lebih dari satu, tempelkan label nama obat pada syringe pump dan
di setiap ujung jalur selang.
4. Setiap kali pasien pindah ruang rawat, perawat pengantar menjelaskan
kepada perawat penerima pasien bahwa pasien mendapatkan obat high
alert
5. Pemberian Obat kemoterapi hanya disiapkan (rekonstitusi
/pencampuran) dilakukan di Instalasi Farmasi (ruang produksi) dengan
metode aseptic handling sitotocxic
6. Pemberian obat KCl:
a. KCl 7,46 % injeksi (konsentrasi sediaan yang ada adalah 1 mEq = 1
ml) harus diencerkan sebelum digunakan dengan perbandingan 1 ml
KCl: 10 ml pelarut (WFI/NaCl 0,9%).
b. Konsentrasi dalam larutan maksimum adalah 10 mEq /100 ml.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBERIAN OBAT OBATAN DENGAN PENGAWASAN HIGH
ALERT MEDICATION KEPADA PASIEN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
034/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
c. Pemberian KCl injeksi melalui perifer diberikan secara perlahanlahan dengan kecepatan infus 10 mEq / Jam (atau 10 mEq KCl
dalam 100 ml pelarut per jam).
d. Pemberian obat KCl melalui central line (Vena sentral), konsentrasi
maksimum adalah 20 mEq/100 ml, dengan kecepatan infuse
maksimum 20 mEq/jam (atau 20 mEqKCl dalam 100 ml pelarut per
jam).
7. Pemberian NaCl 3 % injeksi intravena diberikan melalui vena sentral
dengan kecepatan infuse tidak lebih dari 100 ml/jam.
8. Pemberian Natrium bicarbonat:
a. Pemberian Natrium bicarbonat (meylon 8,4%) injeksi (konsentrasi
sediaan yang ada adalah 1mEq = 1ml) harus diencerkan sebelum
digunakan.
b. Pemberian secara bolus diencerkan dengan perbandingan 1 ml natrium
bicarbonat : 1 ml pelarut WFI, dengan kecepatan maksimum 10 mEq /
menit.
c. Pemberian secara infus drip, diencerkan dengan perbandingan 0,5 ml
natrium bicarbonat: 1 ml dextrose 5%, dengan kecepatan maksimum 1
mEq /Kg BB / Jam.
Bagian Logistik Farmasi, Perawat, Petugas farmasi
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGELOLAAN REKONSILIASI OBAT (OBAT BAWAAN
PASIEN) PASIEN RAWAT INAP
No Dokumen
No Revisi
Halaman
035/IF/V/2015
Tanggal Terbit

0
1/1
Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan
dengan Obat yang telah di dapat pasien.
1. Memastikan bahwa pasien rawat inap hanya menggunakan obat yang
terdaftar dalam instruksi pengobatan untuk mencegah terjadinya
kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan,
duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi obat.
2. Mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) yang rentan terjadi
pada pemindahan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, antar ruang
perawatan, serta pada pasien yang keluar dari rumah sakit kelayanan
kesehatan primer dan sebaliknya

INDIKATOR

Terjadi kesalahan 0 %

PROSEDUR

1. Perawat ruangan melakukan wawancara/ pengecekan kepada pasien


atau keluarga pasien tentang obat apa saja yang dibawa pasien, obat apa
saja yang telah digunakan serta ada tidaknya alergi terhadap obat.
2. Perawat ruangan mencatat nama dan jumlah obat yang dibawa atau
riwayat pemakaian obat sebelumnya di form daftar obat bawaan pasien
3. Form dibuat rangkap 3, untuk pasien, petugas farmasi dan perawat
untuk dimasukkan ke dalam rekam medis pasien.
4. Obat dititipkan ke ruang perawat
5. Perawat konfirmasi ke DPJP, apakah digunakan ke dalam terapi atau
tidak.
6. DPJP memberikan konfirmasi / instruksi penggunaan obat
7. Pasien rawat inap dapat menggunakan obat bawaan apabila obat
tersebut terdapat dalam daftar instruksi pengobatan dan atau menerima
obat dari Instalasi Farmasi
8. Petugas farmasi menyiapkan obat secara Individual prescribing
9. Petugas farmasi mencatat dalam catatan pemberian obat dan
pemantauan obat pasien dalam rekam medik
10. Obat sisa bawaan pasien yang tidak digunakan selama rawat inap dapat
dikembalikan ke pasien kembali.
11. Obat sisa pasien yang masih utuh, tidak digunakan pasien lagi dan
berasal dari Instalasi Farmasi dapat dikembalikan ke Instalasi farmasi.
UNIT TERKAIT Satelit Farmasi,petugas farmasi, Dokter, Perawat.
REFERENSI

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBERIAN OBAT PASIEN RAWAT INAP
No Dokumen
No Revisi
Halaman
036/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pemberian obat untuk pasien rawat inap merupakan kegiatan penyiapan
dan pemberian obat untuk pasien rawat inap.
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya
Terjadi kesalahan 0%
1. Pemberian obat pada pasien rawat inap dilakukan oleh dokter dengan
kriteria:
a. Dokter penanggungjawab pelayanan (DPJP) pasien
b. Mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR) dokter
c. Mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) di RSUD Cilacap
2. Pemberian obat khusus kemoterapi dan anestesi general hanya
dilakukan oleh dokter spesialis dibidangnya masing-masing.
3. Dokter dapat mendelegasikan pemberian obat pada pasien rawat inap
ke perawat.
4. Syarat perawat yang dapat memberikan obat pada pasien adalah:
a. Perawat yang mempunyai Surat Tanda Resgistrasi (STR)
b. Selesai mengikuti masa orientasi
Untuk pemberian obat khusus seperti kemoterapi, anestesi dan high
alert, dilakukan oleh perawat yang telah melakukan pelatihan spesialis
dibidangnya masing-masing
Dokter, perawat
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

KEBIJAKAN

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGKAJIAN RESEP DAN PENGOBATAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
037/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah
terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis Resep.
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan perawatan rumah sakit serta
meminimalisir terjadinya kesalahan pemberian obat (medication erorr)
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit

PROSEDUR

1.
2.
3.
4.

Apoteker melakukan review pengkajian dan pemberian obat pasien


Apoteker melakukan review obat pasien
Apoteker melakukan identifikasi drug related problems (DRPs)
Pengkajian resep dilakukan terhadap:
a. Persyaratan administrasi meliputi:
- nama, umur, jeniskelamin, berat badan dan tinggi badan pasien;
- nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
- tanggal Resep; dan
- ruangan/unit asal Resep.
b. Persyaratan farmasetik meliputi:
- Nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
- Dosis dan Jumlah Obat;
- stabilitas; dan
- aturan dan cara penggunaan.
c. Persyaratan klinis meliputi:
- Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat;
- Duplikasi pengobatan;
- Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD);
- kontraindikasi; dan
- interaksi Obat.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGKAJIAN RESEP DAN PENGOBATAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
037/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
5. Jika terdapat DRPs maka berikan rekomendasi pengatasannya:
a. Menghentikan pengobatan
b. Atau mengganti dengan obat yang lebih aman
c. Atau mengatur jadwal penggunaan
d. Atau menurunkan dosis obat
e. Atau monitoring obat secara intensif
f. Selanjutnya konfirmasi ke dokter penanggung jawab perawatan
(DPJP) tentang DRPs yang ada.
g. Berikan rekomendasi ke dokter penanggung jawab perawatan
(DPJP).
h. Apoteker menerima umpan balik dan hasil klarifikasi dari DPJP
i. Hasil umpan balik atau klarifikasi digunakan untuk perubahan
intruksi pengobatan pasien
j. Jika rekomendasi tidak diterima lanjutkan jadwal terapi sesuai
resep untuk pasien rawat jalan, dan lanjutkan jadwal terapi sesuai
harian atau perawatan resep UDD
6. Jika tidak terdapat DRPs maka lanjutkan jadwal terapi sesuai resep
untuk pasien rawat jalan, dan lanjutkan jadwal terapi sesuai harian
atau perawatan resep UDD
7. Selanjutnya resep diberi stempel Resep/ obat telah di review
Pharmacist
8. Lembar review disimpan terpisah di satelit farmasi.
Apoteker, Dokter
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


UNTUK PASIEN RAWAT INAP (INDIVIDUAL PRESCRIBING)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
038/IF/V/2015
Tanggal Terbit

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

No.Distribusi

1/2
Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Semua pelayanan perbekalan farmasi kepada pasien rawat inap yang menggunakan
jasa pelayanan rumah sakit yang dilakukan di Instalasi Farmasi RSUD Cilacap.
1.

Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan kebutuhan
terapinya meningkatkan pelayanan rumah sakit
2. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian penggunaan perbekalan farmasi
3. standarisasi perbekalan farmasi
4. Penjaminan mutu perbekalan farmasi
5. Pengendalian harga perbekalan farmasi
6. Pemantauan terapi Obat;
7. Penurunan risiko kesalahan terkait penggunaan perbekalan farmasi (keselamatan
pasien);
8. Kemudahan akses data perbekalan farmasi yang akurat;
9. Peningkatan mutu pelayanan Rumah Sakit dan citra Rumah Sakit;
10. Peningkatan pendapatan Rumah Sakit dan peningkatan kesejahteraan pegawai
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit
Skrining Resep:
1. Menerima resep dari pasien dan member nomor pengganti identitas resep
2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama dokter,
tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, serta nama, alamat, umur, jenis
kelamin, berat badan pasien, riwayat alergi obat, no CM, status pembiayaan
3. Memastikan bahwa obat narkotika diresep secara terpisah dengan tulisan dokter
asli
4. Memastikan bahwa pasien alkes in health dilengkapi dengan lembar resep double
standar askes
5. Memastikan bahwa resep talasemia harus dilengkapi dengan protocol terapi dan
resep albumin harus dilengkapi protocol terapi dan hasil pemeriksaan
laboratorium
6. Melakukan analisis rasionalitas resep berupa tepat indikasi, tepat regimen (dosis,
cara, saat dan lama pemberian), tepat pasien, tepat obat, dan waspada efek
samping obat

7. Apabila terdapat drug related problem (DRP) atau medication error,


selanjutnya dicatat dalam laporan DRP dan disampaikan kepada apoteker
untuk dikonsultasikan dengan dokter.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


UNTUK PASIEN RAWAT INAP (INDIVIDUAL PRESCRIBING)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
038/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT

Tanggal Terbit

2/2
Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
8. Mengecek ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan jenis
pembiayaan pasien
9. Jika obat tidak tersedia, konsultasi dengan dokter penulis resep atau
pasien atau menghubungi mitra kerja penyedia perbekalan farmasi
Validasi Pembayaran Obat Pasien
1. Jika obat tersedia, petugas memberi harga perbekalan farmasi dalam resep
tersebut
2. Petugas melakukan validasi dan penambahan tagihan pasien rawat inap
Penyiapan Perbekalan Farmasi
1. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan pada resep yang
disesuaikan dengan standar pembiayaan pasien
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3. Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system
4. Menulis etiket pada masing-masing obat secara jelas dan benar
5. Menyiapkan jumlah obat yang disiapkan dan yang akan diracik
6. Menyiapkan perbekalan farmasi lainnya sesuai resep
7. Membubuhkan nama petugas yang menyiapkan dan mengecek obat di
bukti validasi farmasi
Penyerahan Perbekalan Farmasi:
1. Meneliti ulang hasil racikan dan etiket obat sebelum diserahkan kepada
pasien oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda registrasi apoteker
(STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang mempunyai Surat tanda
registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memberikan obat ke pasien sesuai nomor urut (nama penderita/poli
rawat jalan/alamat)
4. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda
registrasi apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang
mempunyai Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK),
terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUD Cilacap, selesai
mengikuti masa orientasi
5. Memberikan KIE yang jelas kepada pasien/keluarga pasien tentang cara
pemakaian, cara penyimpanan obat, dan informasi lainnya oleh apoteker.
Administrasi dan Pencatatan:
1. Mengarsip resep-resep yang ada sebagai bahan dokumen pasien selama
jangka waktu tertentu (3 tahun)
2. Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system
Satelit Farmasi, Dokter, Kasir

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

No Dokumen

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No.Distribusi

PENGEMASAN OBAT
No Revisi

Halaman

039/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan cara pengemasan obat yang akan diserahkan ke pasien.
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
A.
Pengemasan obat oral.
1. Menulis etiket identitas pasien, tanggal pelayanan dan cara
pemakaian serta waktu pemberian(atau etiket secara komputerisasi)
2. Menulis nama obat di etiket
3. Memasukkan obat tersebut ke dalam plastic etiket.
4. Memasukkan obat yang sudah dikemas di plastic etiket ke dalam
kantong plastic obat dan di isolasi.
5. Memasukan Obat oral ke dalam plastic etiket
6. Pemasangan etiket tidak boleh menutupi nama obat dalam kemasan.
7. Apabila obat tersebut terdapat dus kemasan seperti sirup maka
diberikan dengan dus kemasannya.
B.
Pengemasan obat injeksi
1. Dimasukan ke dalam kantong plastic bening dan diberi etiket biru
lengkap (etiket komputerisasi)
2. Etiket berisi nama instalasi farmasi, alamat, tgl pelayanan, nama
pasien, no cm pasien, nama obat dan jumlah.
3. Plastik ditutup dan di isolasi.
Satelit Pelayanan Farmasi.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
KEBIJAKAN

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI TANPA RESEP
No Dokumen
No Revisi
Halaman
040/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Prosedur ini dibuat untuk pelayanan farmasi terhadap permintaan yang
ingin swamedikasi, tanpa resep dokter
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
1. Mendengarkan keluhan dan atau permintaan obat dari pasien
2. Buat keputusan professional apakah cukup dengan terapi obat atau
merujuk ke dokter
3. Memilihkan obat sesuai dg kerasionalan dan kemampuan ekonomi
pasien dengan menggunakan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat
wajib apotik
4. Memberikan harga pada obat
5. Menyerahkan tagihan obat pada kasir
6. Kasir memanggil pasien dan menginformasikan tagihan yang harus
dibayar
7. Pasien membayar obat
8. Bagian farmasi melakukan validasi pembayaran
9. Bagian farmasi menyiapkan obat
10.Bagian Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada
pasien meliputi nama obat, cara pakai, lama pengobatan, efek samping,
cara penyimpanan dan hal-hal penting lain berkaitan dengan obat. Bila
sakit berlanjut hubungi dokter atau hubungi apoteker bila ada keluhan
selama penggunaan obat
11.Memberikan obat ke pasien setelah pasien memahami hal-hal yang
diinformasikan
12.Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system
Satelit Pelayanan Farmasi, kasir.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI OBAT ANTI TUBERCULOSIS
KATEGORI HIBAH / DROPING UNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
041/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pelayanan farmasi untuk memenuhi permintaan resep tertulis obat anti
tuberculosis kategori hibah / droping dari dokter.

TUJUAN

1. Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit

INDIKATOR

1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit
Skrining Resep:
1. Menerima resep dari pasien dan member nomor pengganti identitas
resep
2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, serta nama,
alamat, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, riwayat alergi obat, no
CM, status pembiayaan dan resep hanya berasal dari poli paru.
3. Melakukan analisis rasionalitas resep berupa tepat indikasi, tepat
regimen (dosis, cara, saatdan lama pemberian), tepat pasien, tepat obat,
dan waspada efek samping obat.
4. Apabila terdapat drug related problem (DRP) atau medication error,
selanjutnya dicatat dalam laporan DRP dan disampaikan kepada
apoteker untuk dikonsultasikan dengan dokter.
5. Mengecek ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan jenis
pembiayaan pasien.
6. Jika obat tidak tersedia, konsultasi dengan dokter penulis resep atau
pasien atau menghubungi mitra kerja penyedia perbekalan farmasi.
Validasi Pembayaran Obat Pasien
7. Obat paket FDC tidak dipungut biaya, yang dipungut biaya adalah
untuk obat selain obat paket FDC.
8. Jika obat tersedia, petugas memberi harga perbekalan farmasi dalam
resep tersebut dan menyampaikan tagihan perbekalan farmasi ke kasir
untuk pasien umum.
9. Jika pembiayaan pasien sendiri, tagihan resep dan print out diserahkan
kepada pasien dan pasien menyerahkannya ke kasir untuk membayar
tagihan perbekalan farmasi.

2. Mensukseskan program DOTS nasional

PROSEDUR

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI OBAT ANTI TUBERCULOSIS
KATEGORI HIBAH / DROPING UNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
041/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
10. Pasien membayar tagihan dan diterima oleh kasir
11. Pasien menyerahkan bukti pembayaran kepada bagian farmasi
12. Bagian farmasi melakukan validasi kuitansi pembayaran pasien atau
validasi tagihan resep untuk pembiayaan pasien pihak ketiga
Penyiapan Perbekalan Farmasi
1. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan pada resep
yang disesuaikan dengan standar pembiayaan pasien
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3. Meneliti jenis, jumlah obat yang disiapkan dan yang akan diracik.
4. Menulis etiket pada masing-masing obat secara jelas dan benar
5. Membubuhkan nama petugas yang menyiapkan dan mengecek obat di
bukti validasi farmasi.
Penyerahan Perbekalan Farmasi:
1. Meneliti ulang hasil racikan dan etiket obat sebelum diserahkan
kepada pasien oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda registrasi
apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang mempunyai
Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memberikan obat ke pasien sesuai nomor urut (nama penderita/poli
rawat jalan/alamat)
4. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda
registrasi apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang
mempunyai Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK),
terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUD Cilacap, selesai
mengikuti masa orientasi
5. Memberikan KIE yang jelas kepada pasien/keluarga pasien tentang
cara pemakaian, cara penyimpanan obat, dan informasi lainnya oleh
apoteker.
AdministrasidanPencatatan:
1. Membuat copy resep untuk pasien BPJS yang diagnose penyakit
kronis untuk diklaim ke BPJS
2. Mengarsip resep-resep yang ada sebagai bahan dokumen pasien
selama jangka waktu tertentu (3 tahun)
3. Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system
Satelit Pelayanan Farmasi, Dokter, Kasir
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI OBAT ANTI RETROVIRAL (ARV)
KATEGORI HIBAH / DROPING UNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
042/IF/V/2015
0
1/2
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pelayanan farmasi untuk memenuhi permintaan resep tertulis obat ARV
kategori hibah / droping dari dokter.
1. Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
Mensukseskan program nasional
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
Ren time racikan>30: 45 menit
Skrining Resep:
1. Menerima resep dari pasien dan member nomor pengganti
identitas resep
2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, serta nama,
alamat, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, riwayat alergi obat, no
CM, status pembiayaan dan resep hanya berasal dari poli paru.
3. Melakukan analisis rasionalitas resep berupa tepat indikasi, tepat
regimen (dosis, cara, saatdan lama pemberian), tepat pasien, tepat obat,
dan waspada efek samping obat.
4. Apabila terdapat drug related problem (DRP) atau medication error,
selanjutnya dicatat dalam laporan DRP dan disampaikan kepada
apoteker untuk dikonsultasikan dengan dokter.
5. Mengecek ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan jenis
pembiayaan pasien.
6. Jika obat tidak tersedia, konsultasi dengan dokter penulis resep atau
pasien atau menghubungi mitra kerja penyedia perbekalan farmasi.
Validasi Pembayaran Obat Pasien
7. Obat paket ARV tidak dipungut biaya, yang dipungut biaya adalah
untuk obat selain obat paket ARV.
8. Jika obat tersedia, petugas memberi harga perbekalan farmasi dalam
resep tersebut dan menyampaikan tagihan perbekalan farmasi ke kasir
untuk pasien umum.
9. Jika pembiayaan pasien sendiri, tagihan resep dan print out diserahkan
kepada pasien dan pasien menyerahkannya ke kasir untuk membayar
tagihan perbekalan farmasi.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI OBAT ANTI RETROVIRAL (ARV)
KATEGORI HIBAH / DROPING UNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
042/IF/V/2015
0
2/2
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
10. Pasien membayar tagihan dan diterima oleh kasir
11. Pasien menyerahkan bukti pembayaran kepada bagian farmasi
12. Bagian farmasi melakukan validasi kuitansi pembayaran pasien atau
validasi tagihan resep untuk pembiayaan pasien pihak ketiga.
Penyiapan Perbekalan Farmasi
1. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan pada resep
yang disesuaikan dengan standar pembiayaan pasien
2. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
3. Meneliti jenis, jumlah obat yang disiapkan dan yang akan diracik
4. Menulis etiket pada masing-masing obat secara jelas dan benar
Membubuhkan nama petugas yang menyiapkan dan mengecek obat di
bukti validasi farmasi
Penyerahan Perbekalan Farmasi:
1. Meneliti ulang hasil racikan dan etiket obat sebelum diserahkan kepada
pasien oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda registrasi apoteker
(STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang mempunyai Surat tanda
registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memberikan obat ke pasien sesuai nomor urut (nama penderita/poli
rawat jalan/alamat)
4. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda
registrasi apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang
mempunyai Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK),
terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUD Cilacap, selesai
mengikuti masa orientasi
5. Memberikan KIE yang jelas kepada pasien/keluarga pasien tentang cara
pemakaian, cara penyimpanan obat, dan informasi lainnya oleh
apoteker
Administrasi dan Pencatatan:
1. Membuat copy resep untuk pasien BPJS yang diagnose penyakit
kronis untuk diklaim ke BPJS
2. Mengarsip resep-resep yang ada sebagai bahan dokumen pasien
selama jangka waktu tertentu (3 tahun).
Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system dan
buku pencatatan pengeluaran obat ARV dan kartu stok.
Satelit Pelayanan Farmasi, Dokter, Kasir
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR
PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENULISAN ETIKET OBAT PASIEN RAWAT INAP & RAWAT
JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
044/IF/V/2015
0
1/1
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penulisan etiket obat pasien rawat inap & rawat jalan merupakan suatu
sistem yang digunakan untuk mengeluarkan obat-obatan dengan dosis yang
tepat bagi pasien yang benar pada saat yang tepat sehingga mencegah
terjadinya medication erorr.
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
Terjadi kesalahan 0%
1. Etiket obat dibuat secara computeri sedari billing sistem
2. Etiket obat memuat informasi secara lengkap tentang:
a. Identitas Pasien: Nama pasien, Nomor rekam medis pasien, Usia
pasien.
b. Tanggal penyiapan
c. Nama dan jumlah obat
d. Aturan pemakaian obat
e. Keterangan obat luar, infus, suntik.
f. Mencantumkan tanggal kadaluwarsa obat apabila tanggal
kadaluwarsa tidak terlihat di kemasan obat.
3. Label etiket ditempelkan di plastik obat bening yang berklip untuk obat
oral, salep.
4. Label etiket ditempelkan di plastic bening yang tidak berklip untuk
obat injeksi.
Label etiket ditempelkan di kemasan obat langsung dan tidak menutupi nama
obat di kemasannya. Apabila botol obat tidak kecil baru dimasukan ke dalam
plastic bening terlebih dahulu.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Satelit Pelayanan Farmasi


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
INDIKATOR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI DENGAN RESEPUNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
045/IF/V/2015
1/3
0
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pelayanan farmasi untuk memenuhi permintaan resep tertulis dari dokter
untuk pasien rawat jalan
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit

PROSEDUR

Skrining Resep:
1. Menerima resep dari pasien dan member nomor pengganti identitas
resep
2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, serta nama,
alamat, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, riwayat alergi obat, no
CM, status pembiayaan
3. Melakukan analisis rasionalitas resep berupa tepat indikasi, tepat
regimen (dosis, cara, saatdan lama pemberian), tepat pasien, tepatobat,
dan waspada efek samping obat.
4. Apabila terdapat drug related problem (DRP) atau medication error,
selanjutnya dicatat dalam laporan DRP dan disampaikan kepada
apoteker untuk dikonsultasikan dengan dokter.
5. Mengecek ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan jenis
pembiayaan pasien.
6. Jika obat tidak tersedia, konsultasi dengan dokter penulis resep atau
pasien atau menghubungi mitra kerja penyedia perbekalan farmasi.
Validasi Pembayaran Obat Pasien
1. Jika obat tersedia, petugas memberi harga perbekalan farmasi dalam
resep tersebut dan menyampaikan tagihan perbekalan farmasi ke kasir
2. Jika pembiayaan pasien sendiri, tagihan resep dan print out diserahkan
kepada pasien dan pasien menyerahkannya ke kasir untuk membayar
tagihan perbekalan farmasi
3. Pasien membayar tagihan dan diterima oleh kasir
4. Pasien menyerahkan bukti pembayaran kepada bagian farmasi
5. Bagian farmasi melakukan validasi kuitansi pembayaran pasien atau
validasi tagihan resep untuk pembiayaan pasien pihak ketiga

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI DENGAN RESEPUNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
045/IF/V/2015
0
2/3
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penyiapan Perbekalan Farmasi
1. Penyiapan perbekalan farmasi dilakukan di ruang yang bersih dan
aman.
2. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan pada resep
yang disesuaikan dengan standar pembiayaan pasien
3. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
4. Meneliti jenis, jumlah obat yang disiapkan dan yang akan diracik.
5. Obat-obatan racikan dipersiapkan dalam ruang peracikan dengan
petugas TTK / apoteker yang menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti masker, sarung tangan, jas lab dan penutup kepala.
6. Setiap akan meracik di mortir, atau cup blender maka mortar dan
blender dibilas dengan alkohol 70%
7. Setelah selesai meracik, mortar dan blender dicuci dengan air sabun di
westafel khusus cucimortir/ cup blender dan dibilas dengan alkohol
70 %.
8. Menulis etiket pada masing-masing obat secara jelas dan benar /
secara komputerisasi.
9. Membubuhkan nama petugas yang menyiapkan dan mengecek obat di
bukti validasi farmasi.
Penyerahan Perbekalan Farmasi:
1. Meneliti ulang hasil racikan dan etiket obat sebelum diserahkan
kepada pasien oleh apoteker yang mempunyai Surat Tanda Registrasi
Apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang mempunyai
Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTK)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memberikan obat ke pasien sesuai nomor urut (nama penderita/poli
rawat jalan/alamat)
4. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker yang mempunyai Surat
Tanda Registrasi Apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian
yang mempunyai Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian
(STRTK), terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUD Cilacap,
selesai mengikuti masa orientasi
5. Memberikan KIE yang jelas kepada pasien/keluarga pasien tentang
cara pemakaian, cara penyimpanan obat, dan informasi lainnya oleh
apoteker.

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI DENGAN RESEPUNTUK PASIEN RAWAT JALAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
045/IF/V/2015
0
3/3
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Administrasi dan Pencatatan:
4. Membuat copy resep untuk pasien BPJS yang diagnose penyakit
kronis untuk diklaim ke BPJS
5. Mengarsip resep-resep yang ada sebagai bahan dokumen pasien
selama jangka waktu tertentu (3 tahun)
Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Satelit Pelayanan Farmasi, Dokter, Kasir


1.
2.

Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI DENGAN RESEPUNTUK PASIEN GAWAT DARURAT
No Dokumen
No Revisi
Halaman
046/IF/V/2015
0
1/3
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

PENGERTIAN

Pelayanan farmasi untuk memenuhi permintaan resep tertulis dari dokter


pada Unit Gawat Darurat

TUJUAN

Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
1. Terjadikesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit
SkriningResep:
1. Menerima resep dari pasien dan member nomor pengganti identitas
resep
2. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan resep yaitu nama
dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan dokter, serta nama,
alamat, umur, jenis kelamin, berat badan pasien, riwayat alergi obat, no
CM, status pembiayaan
3. Melakukan analisis rasionalitas resep berupa tepat indikasi, tepat
regimen (dosis, cara, saatdan lama pemberian), tepat pasien, tepat obat,
dan waspada efek samping obat.
4. Apabila terdapat drug related problem (DRP) atau medication error,
selanjutnya dicatat dalam laporan DRP dan disampaikan kepada
apoteker untuk dikonsultasikan dengan dokter.
5. Mengecek ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan jenis
pembiayaan pasien.
Jika obat tidak tersedia, konsultasi dengan dokter penulis resep atau
pasien atau menghubungi mitra kerja penyedia perbekalan farmasi
Validasi Pembayaran Obat Pasien
1. Jika semua perbekalan farmasi yang digunakan pasien telah dimasukan
ke dalam resep dan perbekalan farmasi tersedia, petugas memberi harga
perbekalan farmasi dalam resep tersebut dan menyampaikan tagihan
perbekalan farmasi ke kasir
2. Jika pembiayaan pasien dengan bayar sendiri, petugas IGD memberikan
lembar pengantar administrasi rawat inap yang dilampirkan di lembar
resep untuk divalidasi oleh petugas farmasi.
3. Petugas
farmasi
memvalidasi
penghargaan
resep,kemudian
menyetempel billing farmasi dan tanggal pelayanan serta membubuhi
paraf dan nama petugas farmasi di lembar pengantar administrasi ranap

INDIKATOR

PROSEDUR

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI DENGAN RESEPUNTUK PASIEN GAWAT DARURAT
No Dokumen
No Revisi
Halaman
046/IF/V/2015
2/3
0
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
4. Petugas farmasi menyerahkan lembar pengantar administrasi rawat inap
yang telah divalidasi kepada pasien dan pasien menyerahkannya ke
kasir untuk membayar tagihan
5. Pasien membayar tagihan dan diterima oleh kasir
6. Pasien menyerahkan bukti pembayarankepada bagian farmasi
7. Bagian farmasi melakukan validasi kuitansi pembayaran pasien atau
validasi tagihan resep untuk pembiayaan pasien pihak ketiga.
Penyiapan Perbekalan Farmasi
1. Penyiapan perbekalan farmasi dilakukan di ruang yang bersih dan
aman.
2. Menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan pada resep
yang disesuaikan dengan standar pembiayaan pasien
3. Menghitung kesesuaian dosis dan tidak melebihi dosis maksimum
4. Meneliti jenis, jumlah obat yang disiapkan dan yang akan diracik.
5. Obat-obatan racikan dipersiapkan dalam ruang peracikan dengan
petugas TTK / apoteker yang menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti masker, sarung tangan, jas lab dan penutup kepala.
6. Setiap akan meracik di mortir, atau cup blender maka mortar dan
blender di bilas dengan alkohol 70%
7. Setelah selesai meracik, mortirdan blender dicuci dengan air sabun di
westafel khusus cuci mortar / cup blender dan dibilas dengan alkohol
70 %.
8. Menulis etiket pada masing-masing obat secara jelas dan benar
9. Membubuhkan nama petugas yang menyiapkan dan mengecek obat di
bukti validasi farmasi.
Penyerahan Perbekalan Farmasi:
1. Meneliti ulang hasil racikan dan etiket obat sebelum diserahkan
kepada pasien oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda registrasi
apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang mempunyai
Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK)
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memberikan obat ke pasien sesuai nomor urut (nama penderita/poli
rawat jalan/alamat)
4. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker yang mempunyai Surat tanda
registrasi apoteker (STRA) atau tenaga teknis kefarmasian yang
mempunyai Surat tanda registrasi tenaga teknis kefarmasian (STRTK),
terdaftar sebagai tenaga kefarmasian di RSUD Cilacap, selesai
mengikuti masa orientasi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELAYANAN FARMASI DENGAN RESEPUNTUK PASIEN GAWAT DARURAT
No Dokumen
No Revisi
Halaman
046/IF/V/2015

3/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
5. Memberikan KIE yang jelas kepada pasien/keluarga pasien tentang
cara pemakaian, cara penyimpanan obat, dan informasi lainnya oleh
apoteker.
AdministrasidanPencatatan:
1. Membuat copy resep untuk pasien BPJS yang diagnose penyakit
kronis untuk diklaim ke BPJS
2. Mengarsip resep-resep yang ada sebagai bahan dokumen pasien
selama jangka waktu tertentu (3 tahun)
3. Menginput pengeluaran perbekalan farmasi dalam billing system
Satelit Pelayanan Farmasi, Dokter, Petugas IGD,Kasir
1.Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2.Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN
INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERMINTAAN OBAT VERBAL
No Dokumen
No Revisi
Halaman
047/IF/V/2015
0
1/1
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Permintaan obat dari dokter kepada apoteker secara verbal
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit
1. Permintaan obat tidak boleh dilakukan secara verbal melalui telepon
atau langsung untuk obat-obatan sebagai berikut:
a. Obat narkotika
b. Obat psikotropika
c. Obat kemoterapi
d. Obat high alert
2. Instruksi lisan (verbal) tidak boleh dilakukan dalam keadaan normal
(dalam jam kerja)
3. Permintaan cito melalui telepon dapat dilakukan dengan cara:
a. Mempersiapkan resep permintaan obat
b. Menelepon satelit farmasi dengan spelling kebutuhan cito yang telah
tercatat dalam resep
c. Klarifikasi jumlah kebutuhan cito
d. Klarifikasi stok yang tersedia (yang dimiliki pasien) saat ini.
e. Verifikasi pemberian dengan 7 (tujuh) benar
f. Segera dimintakan tanda tangan ke DPJP di resep yang ditulis atas
permintaan melalui verbal.
4. Permintaan obat melalui verbal order hanya pada keadaan cito /
emergency medik
Satelit Pelayanan Farmasi, Dokter, Perawat
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANGANAN RESEP YANG TIDAK TERBACA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
048/IF/V/2015
1/1
0
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

PENGERTIAN

Merupakan penanganan resep dokter yang tulisannya tidak jelas atau


tidak terbaca sehingga dapat mencegah medication erorr.

TUJUAN

Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan <30: 30 menit
4. Ren time racikan >30: 45 menit

INDIKATOR

PROSEDUR

1. Apabila ditemukan resep tidak lengkap, tidak terbaca dan atau tidak
jelas maka dilakukan klarifikasi dengan dokter penulis resep baik
langsung maupun tidak langsung melalui telepon, hingga diperoleh
kejelasan untuk dapat dilakukan pelayanan.
2. Menuliskan nama obat atau aturan pemakaian obat atau dosis obat yang
betul sesuai hasil klarifikasi di lembar resep pasien dan di bubuhi
dengan cara klarifikasi melalui dokter penulis resep baik langsung
maupun tidak langsung melalui telepon.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

3. Mencatat hasil klarifikasi resep yang tidak terbaca tersebut kedalam


buku catatan data trilik resep dan di isi secara lengkap
Satelit Farmasi, Dokter,Dokter Gigi, Perawat
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ATURAN PENULISAN RESEP NARKOTIKA DAN PENGGUNAAN
NARKOTIKA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
049/IF/V/2015
1/2
0

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR

PROSEDUR

Salinan

Tanggal Terbit

No.Distribusi

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Resep narkotika adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi,
kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk
menyediakan dan menyerahkan obat narkotika bagi pasien sesuai
peraturan yang berlaku
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit
1. Otoritas penulisan resep obat narkotika di RSUD Cilacap adalah staf
medis fungsional, dokter tamu dan dokter PPDS yang bertugas dan
mempunyai surat tanda regristrasi (STR) dokter, surat ijin praktek (SIP)
di RSUD Cilacap atau surat ijin praktik kolektif (SITK) di RSUD
Cilacap. Pada resep cantumkan nama jelas, no SIP dan indikasi
penggunaannya.
2. Obat narkotika hanya dapat diberikan untuk indikasi:
a. Persiapan pemeriksaan diagnostik
b. Sedasi atau relaksasi
c. analgetika
3. Penulisan resep harus lengkap dan satu lembar resep yang terpisah
untuk pasien rawat inap hanya dapat di isi oleh satu nama obat
narkotika saja dan dituliskan juga di lembar resep besar untuk pasien
rawat inap.
4. Penulisan resep harus mencatumkan nama lengkap pasien, no rekam
medis / Catatan Medis (CM), usia pasien, berat badan, alamat pasien
dan dibubuhi tanda tangan dokter penulis resep.
5. Seluruh item dalam lembar resep pasien terisi lengkap, dapat terbaca
dengan mudah dan jelas penulisannya.
6. Apabila ditemukan resep tidak lengkap, tidak terbaca dan atau tidak
jelas maka dilakukan klarifikasi sesuai Standar Prosedur Operasional
penanganan resep yang tidak terbaca.
7. Penulisan resep tidak boleh disingkat kecuali dengan standar penulisan
singkatan baku di RSUD Cilacap.
8. Apabila resep berasal dari luar kota, maka resep harus mendapat
persetujuan atau tanda tangan dokter yang berwenang dari dokter
setempat.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ATURAN PENULISAN RESEP NARKOTIKA DAN PENGGUNAAN
NARKOTIKA
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

049/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
9.

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)


Apabila resep tidak terlayani penuh maka dibuat copi resep dan resep
hanya bisa ditebus di Instalasi Farmasi RSUD Cilacap

10. Resep disimpan terpisah dan diarsip serta dilakukan pencatatan administrasi
dengan rapi

11. Laporan mutasi dan pemakaian obat narkotika dan psikotropika setiap
bulan dibuat oleh petugas farmasi kepada kepala Instalasi Farmasi.
UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

Satelit Farmasi, Dokter, Dokter Gigi.


1. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


ATURAN PENULISAN RESEP
No Dokumen
No Revisi
Halaman
050/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR

PROSEDUR

Tanggal Terbit

1/1

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi, kepada
apoteker, baik dalam bentuk paper maupun elektronik untuk
menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang
berlaku.
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit
1. Terjadi kesalahan 0%
2. Ren time obat 20 menit
3. Ren time racikan<30: 30 menit
4. Ren time racikan>30: 45 menit
1. Otoritas penulisan resep obat di RSUD Cilacap hanya pada dokter:
- Terdaftar sebagai dokter di RSUD Cilacap
- Mempunyai surat tanda regristrasi (STR)dokter
- Mempunyai surat ijin praktek (sip) di RSUD Cilacap
2. Resep harus ditandatangani / diparaf oleh dokter yang sudah
dikenal / diketahui oleh Instalasi Farmasi, untuk dokter baru harus
menyerahkan nama, contoh paraf dan tanda tangan ke Instalasi
Farmasi dengan menggunakan blangko sampel tanda tangan dan
paraf dokter.
3. Penulisan resep harus lengkap yaitu:
a. nama, umur,jenis kelamin, berat badan dan no catatan medik (CM)
pasien;
b. nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter;
c. tanggal Resep; dan ruangan/unit asal Resep.
d. nama Obat, bentuk dan kekuatan sediaan;
e. dosis dan Jumlah Obat; aturan dan cara penggunaan
f. alergi obat jika ada dan diisi nama obat yang menyebabkan alerginya,
jika tidak ada alergi maka diisi tidak.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

4. Seluruh item dalam lembar resep pasien terisi lengkap, dapat


terbaca dengan mudah dan jelas penulisannya.
5. Apabila ditemukan resep tidak lengkap, tidak terbaca dan atau tidak
jelas maka dilakukan klarifikasi sesuai Standar prosedur
operasional penanganan resep yang tidakterbaca.
6. Penulisan resep tidak boleh disingkat kecuali dengan standar
penulisan singkatan baku di RSUD Cilacap
Satelit Farmasi, Dokter, Doktergigi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap
Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PRODUKSI HANDRUB FARMANTIC
No Dokumen
No Revisi
Halaman
051/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Tanggal Terbit

1/1

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan yang meliputi menerima, meneliti, mencatat dan melaporkan
macam/jenis, jumlah, dan kualitas bahan makanan yang diserahkan
oleh bagian pembelian/rekanan kepada RSUD Cilacap sesuai standar
pemesanan bahan makanan.
Tersedianya bahan makanan yang bermutu baik sesuai kebutuhan

INDIKATOR

PROSEDUR

1. Penerimaan bahan makanan dilaksanakan oleh Tim Pemeriksa


Barang RSU
2. Instalasi Gizi menerima bahan makanan dari Tim Pemeriksa
Barang RSU
1.

Penerimaan bahan makanan dilaksanakan di Ruang Penerimaan


oleh Tim Pemeriksa Barang RSU

2.

Tim Pemeriksa mengecek jenis, jumlah, dan mutu bahan makanan


yang diserahkan rekanan sesuai daftar pemesanan bahan makanan

3.

Bahan makanan yang tidak sesuai dengan spesifikasi tidak


diterima dan rekanan harus mengganti pada hari itu juga

4.

Tim Pemeriksa mencatat dalam buku penerimaan bahan makanan

5.

Tim Pemeriksa menandatangani nota pengiriman barang

6.

Tim Pemeriksa menyerahkan bahan makanan yang telah diterima


ke bagian logistik instalasi Gizi

7.

Bagian Logistik mencatat bahan makanan yang telah diterima


dalam buku penerimaan bahan makanan.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

1. PERMENKES No 78 Tahun 2013 ttg PGRS


2. Buku PGRS Tahun 2014
3. PERBUP

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PRODUKSI SEDIAAN FARMASI NON STERIL


No Dokumen
No Revisi
Halaman
052/IF/V/2015
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

Tanggal Terbit

1/2

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan yang meliputi produksi atau membuat sediaan farmasi non
steril yang tidak tersedia di pabrikan / pasaran dan untuk memenuhi
kebutuhan perbekalan farmasi serta efisiensi biaya.
1. Memenuhi kebutuhan sedian farmasi non steril yang tidak terdapat
di pasaran / pabrikan.
2. Ketersediaan stock sediaan farmasi selalu terjaga sesuai dengan
kebutuhan.
Tidak terjadi kekurangan stock sediaan farmasi non steril

PROSEDUR

1. Berdasarkan rencana produksi yang telah dibuat, petugas satelit


produksi melakukan produksi sediaan non steril.
2. Petugas satelit produksi menggunakan alat pelindung diri (APD)
berupa baju APD, masker, handscoond, penutup kepala.
3. Produksi dilakukan secara terpisah untuk setiap sediaan.
4. Prosedur produksi mengikuti kaidah prosedur produksi jenis
sediaan.
5. Petugas satelit produksi menghitung tanggal kadaluarsa sediaan
non steril yang telah diproduksi.
6. Sediaan non steril hasil produksi di packing per lot 50 biji untuk
bentuk sediaan kapsul.
7. Sediaan non steril hasil produksi diberi etiket tanggal produksi, no
batch dan tanggal kadaluarsa.
8. Setelah selesai produksi, dihitung hasil sediaan non steril yang
telah diproduksi.
9. Petugas satelit produksi membuat berita acara produksi sediaan non
steril.
10. Petugas satelit produksi melaporkan ke koordiantor unit produksi
tentang produksi yang telah dilaksanakan.
11. Koordinator/petugas satelit produksi membuat laporan penggunaan
bahan baku produksi.
12. Petugas satelit produksi menyerahkan hasil produksi sediaan non
steril ke logistik farmasi disertai dengan berita acara serah terima
hasil produksi.
13. Petugas satelit logistik farmasi menerima hasil produksi sediaan
non steril dan menanda tangani berita acara serah terima kemudian
menyimpannya sesuai kaidah prosedur penyimpanan.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PRODUKSI SEDIAAN FARMASI NON STERIL

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No Dokumen

No Revisi

Halaman

052/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
14. Petugas satelit produksi melakukan mutasi produksi sediaan
farmasi di billing sistem.
Satelit logistik farmasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap.

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERENCANAAN PRODUKSI SEDIAAN FARMASI
NON STERIL
No Dokumen
No Revisi
Halaman
053/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No.Distribusi

Tanggal Terbit

1/1

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan yang meliputi perencanaan produksi sediaan non steril,
permintaan dan penerimaan serta penyimpanan bahan baku dan
perbekalan farmasi.
1. Memenuhi kebutuhan sedian farmasi non steril yang tidak terdapat
di pasaran / pabrikan.
2. Ketersediaan stock sediaan farmasi selalu terjaga sesuai dengan
kebutuhan.
Tidak terjadi kekurangan stock sediaan farmasi non steril
1. Petugas satelit produksi mengecek stock persediaan bahan baku
produksi sediaan non steril secara berkala
2. Koordinator dan petugas satelit produksi membuat rencana
produksi sediaan non steril secara berkala / setiap bulan.
3. Rencana produksi sediaan non steril meliputi nama sediaan, bentuk
sediaan, kekuatan sediaan, jumlah produksi setiap 1 batch, tanggal
produksi, jumlah bahan baku dan perbekalan farmasi yang
dibutuhkan.
4. Koordinator mengajukan rencana produksi kepada Kepala Instalasi
farmasi.
5. Koordinator/petugas satelit produksi mengajukan bahan baku
produksi sediaan non steril dan perbekalan farmasi lainnya ke
logistik farmasi dengan menggunakan form defecta.
6. Petugas logistik farmasi menyiapkan bahan baku produksi dan
perbekalan farmasi lainnya, kemudian memutasikannya di billing
sistem sebagai bahan habis pakai.
7. Petugas satelit produksi menerima bahan baku dan perbekalan
farmasi farmasinya kemudian menatanya ditempat penyimpanan
mengikuti kaidah prosedur penyimpanan barang yang berlaku.
Bagian Logistik, Bagian Satelit Farmasi, TFT
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap.

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENARIKAN PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
054/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No.Distribusi

Tanggal Terbit

1/1

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan penarikan terhadap perbekalan farmasi yang tidak terpakai karena
ditarik ijin edarnya oleh Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM)
atau inisiatif sendiri pabrikan asal melalui distributor.
1. Menjamin perbekalan farmasi yang dicabut ijin edarnya dikelola sesuai
dengan standar yang berlaku
2. Menjamin perbekalan farmasi sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan
Penarikan Perbekalan Farmasi
1. Penarikan perbekalan farmasi dilakukan terhadap produk yang izin
edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
2. Penarikan perbekalan farmasi dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal
melalui distributornya.
3. Surat resmi penarikan dari BPOM diserahkan kepada Kepala Instalasi
Farmasi.
4. Kepala Instalasi Farmasi melalui logistik farmasi membuat surat edaran
ke setiap satelit dan unit pelayanan lainnya tentang penarikan perbekalan
farmasi yang ditarik yang dilampiri dengan form penarikan perbekalan
farmasi.
5. Selama proses penarikan perbekalan farmasi yang dimaksud, maka
Logistik farmasi memberikan alternatif pengganti perbekalan farmasi
yang ditarik.
6. Petugas satelit / unit pelayanan mengisi form penarikan perbekalan
farmasi dengan benar.
7. Menyiapkan perbekalan farmasi yang ditarik.
8. Menyerahkan perbekalan farmasi yang ditarik ke satelit logistik farmasi
disertai form penarikan perbekalan farmasi dan ditanda tangani oleh
kedua belah pihak.
9. Petugas logistik farmasi melakukan mutasi perbekalan farmasi di billing
sistem.
10. Koordinator Logistik Farmasi membuat laporan penarikan perbekalan
farmasi secara tertulis kepada Kepala Instalasi Farmasi.
11. Kepala Instalasi Farmas melalui Koordinator logistik farmasi
mengembalikan / retur perbekalan farmasi yang ditarik kepada distributor
dengan mengisi form retur dari distributor.
12. Kepala Instalasi Farmasi menyimpan arisp penarikan perbekalan farmasi.
13. Kepala Instalasi Farmasi menyimpan arisp penarikan perbekalan

farmasi
Pabrikan asal perbekalan farmasi, distributor.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGENDALIAN STOCK PERBEKALAN FARMASI DI SATELIT
FARMASI ATAU UNIT LAIN PADA SAAT DILUAR JAM KERJA
ATAU STOCK KOSONG DILOGISTIK FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
055/IF/V/2015
0
1/1
Tanggal Terbit
Ditetapkan Direktur
01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan
perbekalan farmasi di satelit farmasi /unit lain pada saat diluar jam kerja
logistik farmasi sehingga pelayanan farmasi kepada pasien tidak terganggu.
1. Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian (Pharmaceutical
berorientasi kepada penderita
2. Peningkatan pelayanan perbekalan farmasi di ruang perawatan
3. Tertib administrasi pengelolaan perbekalan farmasi
Waktu tunggu pasien lebih pendek

Care)

yang

1.Petugas satelit farmasi/unit mengajukan permintaan stock dengan mengisi form bon
permintaan stock yang ditandatangani oleh coordinator satelit / kepala ruang /
petugas shift dengan warna blangko yang sesuai (biru persediaan, kuning BaHP).
2. Petugas mencatat dibuku mutasi perbekalan farmasi ruangan /satelit.
3. Petugas satelit farmasi yang diminta stock memeriksa form bon permintaan
stock.
4. Petugas satelit farmasi yang diminta stock meminta persetujuan coordinator satelit
/ kepala ruang.
5. Petugas satelit farmasi yang diminta stock menyiapkan stock yang diminta.
6. Petugas satelit farmasi yang meminta stock menerima stock dan menandatangani
tanda terima stock
7. Petugas satelit / unit pelayanan mencatat kembali pengeluaran barang yang dibon
di buku pencatatan mutasi perbekalan farmasi dengan mengisi tanggal
pengeluaran, nama barang, satuan, jumlah satelit asal, satelit tujuan dan nama
petugas yang melayani.
8. Koordinator satelit yang diambil persediaannya selanjutnya memutasikan
perbekalan tersebut di billing sistem ke satelit yang dituju.
9. Petugas satelit farmasi melakukan evaluasi persediaan:
a. Perbekalan farmasi yang jarangdigunakan (slow moving)
b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan
berturut-turut (death stock);
c. Stok opname yang dilakukan secara periodic dan berkala.
d. Melakukan pemantauan kadaluarsa perbekalan farmasi yang ada dan

mengkoordinaksikan serta melaporkan ke Kepala Instalasi Farmasi


untuk ditindaklanjuti
UNIT TERKAIT
REFERENSI

Bagian Satelit Farmasi/Unit Pelayanan, Logistik farmasi


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGENDALIAN KETERSEDIAAN STOCK PERBEKALAN
FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
056/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengendalian dimaksudkan untuk membantu pengelolaan perbekalan
farmasi baik jumlah maupun jenisnya, menghindari kekosongan maupun
menumpuknya persediaan
Ketersediaan stock selalu terjaga sesuai dengan kebutuhan

INDIKATOR

Tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan stock perbekalan farmasi

PROSEDUR

1. Petugas logistic mengecek stock persediaan perbekalan farmasi secara


berkala.
2. Pada saat yang sama petugas satelit farmasi mengecek stock per
perbekalan farmasi secara berkala
3. Petugas satelit farmasi melaporkan ketersediaan stock pada petugas
logistik
4. Petugas logistic mengkalkulasi jumlah ketersediaan stock di logistic
maupun di satelit farmasi
5. Petugas logistic melaporkan ketersediaan stock tersebut ke Kepala
Intalasi Farmasi
6. Kepala Instalasi Farmasi menganalisa tingkat kecukupan stock
7. Jika stock sudah menipis, Kepala Instalasi Farmasi melaporkan
kebagian pengadaan agar segera dilakukan pengadaan kembali stock
perbekalan farmasi
8. Jika stock tertentu masih banyak / stagnan, Kepala Instalasi farmasi
melaporkan kepada TFT agar segera menginformasikan kepada dokter
untuk menggunakan stock tersebut dalam peresepan pasien
a. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi,Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai adalah:
b. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving);
c. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga
bulan berturut-turut (death stock);
d. Melaksanakan stok opname yang dilakukan secara periodic dan berkala.
e. Melakukan pemantauan kadaluarsa perbekalan farmasi yang ada dan
mengkoordinaksikan serta melaporkan ke Kepala Instalasi Farmasi untuk
ditindak lanjuti.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

Bagian Logistik, Bagian Satelit Farmasi, TFT


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap.
Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI
DARI SATELIT FARMASI BEDAH SENTRAL KE RUANG
OPERASI (IBS)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
057/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan di
satelit farmasi bedah sentral dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis,jumlah, dan ketepatan waktu ke ruang opearsi / Instalasi Bedah
Sentral.
1.Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi di satelit farmasi.
2.Penyerahan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan
user dan standar formularium yang berlaku
3.Tertib administrasi pengelolaan perbekalan farmasi
Prosentase kesesuaian antara data pasien operasi, jenis paket operasi
dengan perbekalan farmasi yang diserahkan.

PROSEDUR

1. Petugas Instalasi Farmasi Satelit Bedah Sentral menerima form


permintaan paket perbekalan farmasi yang berupa form rekapitulasi
pasien yang dioperasi dari petugas Instalasi Bedah Sentral.
2. Petugas Instalasi Farmasi Satelit Bedah Sentral memeriksa kelengkapan
form rekapitulasi pasien yang dioperasi yaitu tanggal operasi, nama
pasien, no CM, ruang / bangsal, cara bayar, jenis tindakan anestesi dan
jenis operasi yang dilakukan.
3. Petugas Instalasi Farmasi Satelit Bedah Sentral menyiapkan paket
anestesi dan paket bedah sesuai dengan daftar paket yang telah
ditetapkan untuk masing masing jenis tindakan.
4. Petugas Instalasi Farmasi Satelit Bedah Sentral memberi etiket lengkap
yang terdiri dari tanggal pelayanan, nama pasien, no CM, nama ruang /
bangsal dan nama paket pada box paket anestesi dan paket bedah yang
disiapkan.
5. Petugas Instalasi Bedah Sentral mengambil box paket anestesi dan
paket bedah pasien.
6. Setelah operasi selesai, petugas Instalasi Farmasi menyerahkan kembali
box paket anestesi dan paket bedah yang dipakai pasien ke Instalasi
Farmasi satelit bedah sentral
7. Petugas Instalasi Farmasi Satelit Bedah Sentral mengecek kembali
perbekalan farmasi yang dipakai pasien dengan cara mengecek
perbekalan farmasi yang tersisa di dalam box dengan cek list paket
serta extra tambahan perbekalan farmasi diluar paket yang dipakai
pasien.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI


DARI SATELIT FARMASI BEDAH SENTRAL KE RUANG
OPERASI (IBS)
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

057/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
8.Petugas Instalasi Farmasi Satelit Bedah Sentral memasukan pengeluaran
barang dan menghargai perbekalan farmasi yang dipakai pasien di
billing sistem sesuai no cm pasien.
9. Apabila pasien membutuhkan perbekalan farmasi diluar ketentuan paket
standar operasi maka akan di masukan dalam rekening tagihan pasien.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Instalasi Bedah Sentral


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI


DARI LOGISTIK KE UNIT PERAWATAN DAN PELAYANAN LAIN

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

RSUD CILACAP

No Dokumen

No Revisi

Halaman

058/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan
sampai kepada unit perawatan dan pelayanan lain dengan tetap menjamin
mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
1. Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi di satelit farmasi
2. Penyerahan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan
permintaan user dan standar formularium yang berlaku
3. Tertib administrasi pengelolaan perbekalan farmasi
1. Prosentase kesesuaian antara data print out mutasi dengan fisik
persediaan yang dikirim ke satelit farmasi
2. Prosentase kesesuain stock di daftar fixed floor stock dengan fisik
persediaan.
A.
Fixed floor stock di unit perawatan
1. Penanggung jawab ruangan / kepala bangsal mengajukan daftar
perbekalan farmasi yang akan di pakai dalam fixed floor stock
(Jumlah persediaan perbekalan farmasi selalu tetap), dengan mengisi
form usulan fixed floor stock (warna putih dengan tembusan pink)
kepada kepala Instalasi Farmasi.
2. Kepala Instalasi Farmasi melalui coordinator farmasi rawat inap dan
logistic farmasi melakukan analisa daftar fixed floor stock.
3. Jenis dan jumlah perbekalan farmasi di unit perawatan selalu tetap
sesuai daftar fixed floor stock yang ada.
4. Apabila dalam perjalanan waktu, di rasa jenis dan jumlah fixed floor
stock kurang maka unit perawatan dapat mengajukan tambahan
perbekalan farmasi di fixed floor stock dengan mengajukan usulan
tersebut terlebih dahulu kepada kepala Instalasi Farmasi
5. Tambahan tersebut akan menambah jumlah dan nilai persediaan fixed
floor stock.
6. Petugas logistic farmasi menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta
Petugas logistic melakukan mutasi perbekalan farmasi dari logistic
farmasi ke depo unit perawatan yang di tuju
7. Petugas logistic melakukan mutasi perbekalan farmasi dari logistic
farmasi ke depo unit perawatan yang di tuju.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI
DARI LOGISTIK KE UNIT PERAWATAN DAN PELAYANAN LAIN

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

REFERENSI

No Revisi

Halaman

058/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

8.

Petugas unit perawatan menyimpan perbekalan farmasi di unit perawatan


sesuai kaidah penyimpanan

9.

Petugas unit perawatan segera menulis di lembar r/ pasien apabila


terdapat penggunaan perbekalan farmasi fixed floor tock untuk di
tebus pasien dan mengganti persediaan yang sudah dipakai tersebut.

B.

UNIT TRRKAIT

No Dokumen

Bahan dan alat habis pakai (BAHP)


1. Petugas ruangan / kepala Bangsal/ unit pelayanan lain mengajukan
daftar perbekalan farmasi kategori BAHP kepada Kepala Instalasi
Farmasi melalui koordinator logistic farmasi dengan mengisi
blangko permintaan BAHP (warna kuning tembusan warna pink) dan
diketahui oleh kepala unit perawatan atau kepala unit pelayanan
lainnya.
2. Pengajuan dilakukan secara berkala sesuai jadwal yang telah
ditentukan oleh Instalasi Farmasi.
3. Pengajuan diluar jadwal hanya dilakukan untuk BAHP yang jumlah
sudah habis atau mendekati habis dan tidak mencukupi sampai
dengan jadwal berikutnya.
4. Petugas logistic farmasi menyiapkan perbekalan farmasi yang
diminta
5. Petugas logistic melakukan mutasi perbekalan farmasi sebagai
BAHP di sistem billing dari logistic farmasi ke depo unit perawatan
yang dituju.
6. Petugas logistic farmasi menyerahkan perbekalan farmasi BAHP
disertai print out mutasi perbekalan farmasi.
7. Petugas unit perawatan menerima perbekalan farmasi fixed floor
stock dan mengecek kesesuaian antara fisik dengan print out mutasi
atau daftar fixed floor stock serta menandatangani berita acara.
8. Petugas unit perawatan menyimpan perbekalan farmasi di unit
perawatan sesuai kaidah penyimpanan dan terpisah dengan
penyimpanan fixed floor stock.
9. Petugas unit perawatan segera menulis di lembar r/ pasien apabila
terdapat penggunaan perbekalan farmasi fixed floor stock untuk di
tebus pasien dan mengganti persediaan yang sudah dipakai tersebut.
Kepala dan petugas Bangsal / Unit perawatan , kepala dan petugas unit
pelayanan lainnya
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENDISTRIBUSIAN PERBEKALAN FARMASI
DARI LOGISTIK KE SATELIT FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
059/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka
menyalurkan/menyerahkan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanan
sampai kepada satelit farmasi dengan tetap menjamin mutu, stabilitas,
jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
1.Pengawasan dan pengendalian perbekalan farmasi di satelit farmasi
2.Penyerahan perbekalan farmasi sesuai dengan kebutuhan dan permintaan
user dan standar formularium yang berlaku
3.Tertib administrasi pengelolaan perbekalan farmasi
1. Prosentase kesesuaian antara data print out mutasi dengan fisik
persediaan yang dikirim ke satelit farmasi
2. Prosentase kesesuain stock di sistem billing dengan fisik persediaan.
1. Berdasarkan data informasi stock dari satelit farmasi mengajukan
permintaan perbekalan farmasi dengan mengisi blangko permintaan /
buku defecta yang disetujui coordinator satelit farmasi.
2. Petugas logistic memeriksa kelengkapan blangko permintaan untuk
persediaan warna putih dengan tembusan pink, bahan alat habis pakai
kuning dan pink.
3. Petugas logistic memeriksa ketersediaan stock yang diminta
4. Petugas logistic menyiapkan perbekalan farmasi sesuai dengan
permintaan dengan metode pengeluaran First Expired First Out dan
mencatatnya di kartu stock
5. Petugas logistic memutasikan perbekalan farmasi ke dalam sistem
billing dan di print.
6. Petugas logistic menyerahkan perbekalan farmasi dan print outnya
kepada satelit farmasi.
7. Petugas satelit farmasi menerima dan meneliti perbekalan farmasi yang
diterima dengan daftar perbekalan farmasi yang dimutasikan dan
ditandatangani kedua belah pihak yaitu pihak penerima dan pihak yang
menyerahkan oleh petugas logistik
8. Petugas logistic dan satelit farmasi mengarsipkan bon permintaan dan print
out mutasi.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Bagian Logistik Farmasi, Satelit Farmasi


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN
INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PERUBAHAN HARGA PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
060/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Perubahan harga perbekalan farmasi merupakan kegiatan penyesuaian
harga perbekalan farmasi di sistem billing sehingga harga netto sesuai
dengan harga pembelian.
Harga Perbekalan farmasi yang ada sesuai dengan harga pembelian terbaru.
Persentase barang yang harganya sesuai dengan harga pembelian
A. Perbekalan farmasi yang terdapat di e-catalog
1. Memeriksa harga perbekalan farmasi yang di faktur atau nota
pembelian.
2. Mencocokan harga netto perbekalan farmasi yang difaktur/nota
pembelian /daftar harga terbaru dari distributor dengan harga yang di ecatalog.
3. Apabilater dapat ketidaksesuaian maka dilaporkan kepada pejabat
pengadaan dan pejabat pembuat komitmen untuk klarifikasi harga
kepada pihak penyedia barang / jasa
4. Apabila sudah mendapat jawaban terkait klarifikasi harga maka
dilakukan penyesuaian di sistem billing
5. Memberi paraf pada bagian kanan atas faktur apabila sudah ada
penyesuaian harga.
6. Merubah margin penjualan di sistem billing apabila terdapat perubahan
kebijakan seperti yang tertuang dalam pola tariff rumah sakit.
B. Perbekalan farmasi yang tidak terdapat di e-catalog
1. Memeriksa harga perbekalan farmasi yang di faktur atau nota
pembelian.
2. Mencocokan harga netto perbekalan farmasi yang difaktur / nota
pembelian / daftar harga terbaru dari distributor dengan harga yang di
sistem billing.
3. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka harga dilakukan penyesuaian
di sistem billing
4. Memberi paraf pada bagian kanan atas faktur apabila sudah ada
penyesuaian harga.
5. Merubah margin penjualan di sistem billing apabila terdapat
perubahan kebijakan seperti yang tertuang dalam pola tariff rumah
sakit
Bagian Gudang Farmasi, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat pengadaan.
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009, No 54 Tahun 2010, No 70
Tahun 2012
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen

Induk

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


STOCK OPNAME
No Dokumen
No Revisi
Halaman
061/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

Mengitung jumlah persediaan perbekalan farmasi yang ada di RSUD


Cilacap.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

Menjaga keamanan
Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
Memudahkan pencarian dan pengawasan
Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
Persentase stock mati perbekalan farmasi(slow moving)
Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
5. Laporan persediaan
6. Berita acara stock opname
1. Mencatat jumlah barang, tanggal stock opname dan kadaluwarsa
perbekalan farmasidan di dalam kartu stok (khusus logistic farmasi dan
unit perawatan) dan kartu tag
2. Mencatat stock barang yang ada di kartu tag, dengan lembar atas di
tempel di barang dan lembar bawah untuk dikumpulkan ke coordinator
stock opname
3. Membubuhi paraf dan nama petugas stock opname di kartu stock dan
kartu tag
4. Memasukan data stock perbekalan farmasi di sistem billing
5. Mengehentikan atau mengalihkan pelayanan ke satelit lain pada saat
stock opname dilakukan di satelit / unit yang sedang dilakukan stock
opname
6. Melakukan back up data setiap selesai memasukan data stock ke dalam
sistem billing
7. Membuat laporan persediaan per satelit dan total nilai persediaan
rumah sakit sesuai format yang berlaku.
Bagian Logistik Farmasi, satelit farmasi dan unit unit lain yang terkait.
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGISIAN KARTU STOK
No Dokumen
No Revisi
Halaman
062/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan mencatat setiap penambahan dan pengambilan /pengeluaran
perbekalan farmasi dilogistik farmasi atau unit perawatan yang dapat
menjamin keamanan dan ketersediaannya bila dibutuhkan sewaktu-waktu.
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidakbertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartustok
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stok mati perbekalan farmasi (slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur / bukti mutasi dan kadaluwarsa
perbekalan farmasi dan nama distributor atau asal barang di dalam
kartu stok
2. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
3. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah akhir penerimaan
dan pengeluaran
4. Membubuhi paraf petugas secara berkala setiap ada penambahan dan
pengambilan barang
Bagian logistik Farmasi, Unit perawatan.
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PELABELAN & PENYIMPANAN SISA OBAT INJEKSI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
063/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

Merupakan kegiatan pemberian label tanggal kadaluwarsa baru dan cara


penyimpanan sisa obat injeksi yang telah di buka di unit perawatan.
Pasien mendapat layanan obat secara tepat dan cepat sesuai dengan
kebutuhan terapinya dan meningkatkan pelayanan rumah sakit serta
mencegah terjadinya medication erorr.
Terjadi kesalahan 0%
1. Sisa obat injeksi yang telah dibuka disimpan dengan ditutup parafilm.
2. Diberi label tanggal dibuka pertama kali dan tanggal kadularsa yang
baru.
3. Tanggal kadaluwarsa yang baru adalah tanggal pertama dibuka
ditambah 19 hari.
4. Pemberian label tanggal kadalurasa baru ini hanya berlaku untuk obat
yang tidak di oplos / dilarutkan dengan pelarut lain dan apabila
produsen tidak menyebutkan batas waktu pemakaian setelah obat
suntik dibuka pertama kali.
5. Pelabelan untuk obat suntik yang dioplos atau dilarutkan dengan
pelarut lain mengacu pada data stabilitas obat yang ditetapkan
produsen, bukureferensi, atau dengan bertanya kepada farmasis.
Satelit Pelayanan Farmasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN OBAT ARV KATEGORI SUMBANGAN,
HIBAH /DROPING
No Dokumen
No Revisi
Halaman
064/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu
kegiatan
menyimpan
dan
memelihara
obat
ARV
dengancaramenempatkan obat ARV yang diterima pada tempat yang
memenuhi persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi,cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
sediaan serta aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu obat ARV kategori sumbangan, hibah, droping.
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi(slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
1. Mencatat Nama Obat pada register stok obat Anti retroviral (form stock
dari KementrianKesehatan RI)
2. Mencatat tanggal, jumlah stok awal, jumlah stok penerimaan dan asal
obat, stock akhir.
3. Menyimpan perbekalan farmasi pada rak yang sesuai berdasarkan
bentuk sediaan, secara alphabetis.
4. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak.
5. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
6. Menyimpan pada almari khusus obat ARV.
7. Obat ARV dengan volume yang besar bias ditempatkan pada dus besar.
8. Mengisi kartu stok dan memasukan ke sistem billing setiap
penambahan dan pengambilan.
9. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala.
Bagian Logistik Farmasi
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN OBAT ANTI TUBERCULOSIS KATEGORI
SUMBANGAN, HIBAH, DROPING
No Dokumen
No Revisi
Halaman
065/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat OAT dengan cara
menempatkan obat OATyang diterima pada tempat yang memenuhi
persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,
sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan
serta aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat OAT kategori sumbangan, hibah atau droping.
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi (slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur dan kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan asalnya di dalam kartu stok dan memasukan dat kedalam
billing sistem
2. Menyimpan perbekalan farmasi pada rak yang sesuai berdasarkan
bentuk sediaan, secara alphabetis.
3. Mencantumkan nama masing perbekalan farmasi pada rak dengan rapi.
4. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang memerlukan
suhu tertentu (2-8 derajat c dan 15-25 derajat celcius).
5. Perbekalan farmasi dengan volume yang besar bisa ditempatkan pada
dus besar.
6. Mengisi kartu stok dan memasukan kedalam sistem billing setiap
penambahan dan pengambilan.
7. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan memberi garis di bawah jumlah penerimaan
dan pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala.
Bagian Logistik Farmasi
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANDAAN DAN PENYIMPANAN OBAT-OBATAN DENGAN
PENGAWASAN LASA /NORUM (Like alook sound alike / NAMA
OBAT RUPA MIRIP).
No Dokumen
No Revisi
Halaman
066/IF/V/2015
Tanggal Terbit

0
1/2
Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menandai menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi
dengan pengawasan lasa /norum (like alook sound alike /
namaobatrupamirip) yaitu dengan cara menempatkan perbekalan farmasi
yang diterima pada tempat yang memenuhi persyaratan kefarmasian
meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi,
cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan serta aman dari
pencurian serta gangguan
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1.
Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
2.
Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3.
Persentase stock mati perbekalan farmasi (slow moving)
4.
Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
Pendandaan:
1. Penandaan obat LASA / NORUM (Like alook sound alike / Nama obat
rupa mirip) dilakukan dengan stiker khusus bulat hijau dengan tulisan
LASA putih pada obat.
2. Obat kategori LASA / NORUM (Like alook sound alike / Nama obat
rupa mirip) diberikan penanda dengan stiker LASA pada box
penyimpanan obat atau di box luar
3. Penandaan di obat dilakukan oleh petugas logistic farmasi.
4. Apabila obat dikemas dalam paket untuk kebutuhan pasien, maka
diberikan tanda LASA pada kemasan primer obat.
Penyimpanan:
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur dan kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan nama distributor di dalam kartu stok
2. Menyimpan perbekalan farmasi pada rak yang sesuai berdasarkan
bentuk sediaan, secara alphabetis atau, penyimpanan khususdll
3. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENDANDAAN DAN PENYIMPANAN OBAT-OBATAN DENGAN
PENGAWASAN LASA /NORUM (Like alook sound alike / NAMA
OBAT RUPA MIRIP).
No Dokumen
No Revisi
Halaman
066/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
4. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
5. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan suhu tertentu (2-8 derajat celcius dan 15-25 derajat
celcius)
6. Obat LASA ditempatkan secara terpisah antara satu sama lain, untuk
menghindari kesalahan pengambilan dan penggunaan obat (warning
untuk Patient Safety)
7. Barang-barang yang bentuknya mirip dan nama / pengucapannya
mirip, dosis yang berbeda dan kemasan yang mirip tidak boleh
diletakkan berdekatan.
8. Walaupun terletak pada kelompok abjad yang sama, harus diselingi
dengan minimal 2 (dua) nama obat non kategori LASA diantara atau
ditengahnya.
9. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
10. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala
Bagian Logistik Farmasi
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN PRODUK NUTRISI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
067/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menyimpan dan memelihara produk nutrisi dengan cara
menempatkan produk nutrisi yang diterima pada tempat yang memenuhi
persyaratan
kefarmasian
meliputi
persyaratan
stabilitas
dan
keamanan,sanitasi,cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
sediaan serta aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu produk nutrisi.
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi(slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur dan kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan nama distributor di dalam kartu stok
2. Menyimpan perbekalan farmasi pada rak yang sesuai berdasarkan
bentuk sediaan, secara alphabetis atau, penyimpanan khusus, dll
3. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak.
4. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
5. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang memerlukan
suhu tertentu 15-25 derajat celcius
6. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
7. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala
Bagian Logistik Farmasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENANDAAN DAN PENYIMPANAN OBAT-OBATAN DENGAN


PENGAWASAN HIGH ALERT MEDICATIONS
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

RSUD CILACAP

068/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menandai, menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi
dengan pengawasan high alert medications yaitu dengan cara
menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
memenuhi persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis
sediaan serta aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak
mutu perbekalan farmasi.
1. Meningkatkan kewaspadaan akan high alert medications sehingga
meningkatkan keselamatan pasien.
2. Memberikan pelayanan kesehatan dengan kualitas tinggi dan
meminimalisasi terjadinya kesalahan-kesalahan medis dan menurunkan
potensi risiko terhadap pasien.
3. Untuk memelihara mutu obat
4. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
5. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
6. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi (slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
Penandaan:
1. Penandaan obat High Alert dilakukan dengan stiker high Alert double
check pada obat.
2. Penandaan dilakukan oleh petugas logistic farmasi
3. Obat kemoterapi diberikan penanda stiker penanda obat kemoterapi
warna ungu.
Penyimpanan:
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur dan kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan nama distributor di dalam kartustok
2. Menyimpan perbekalan farmasi pada rak yang sesuai berdasarkan
bentuk sediaan, secara alphabetis atau, penyimpanan khusus, dll
3. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak.
4. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENANDAAN DAN PENYIMPANAN OBAT-OBATAN DENGAN
PENGAWASAN HIGH ALERT MEDICATIONS

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No Dokumen

No Revisi

Halaman

068/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
5. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan suhu tertentu (2-8 derajat celcius dan 15-25 derajat
celcius)
6. Obat elektrolit konsentrasi tinggi (high alert concentrate) hanya
boleh di simpan di Instalasi Farmasi (Logistik & satelit farmasi) dan
disimpan dalam jumlah terbatas di IBS, IGD, High Care Unit
(HCU) rawat inap, ICU, VK IGD.
7. Obat elektrolit konsentrat disimpan pada lemari khusus bertanda
high alert dan berbingkai merah serta doubel check.
8. Obat kemoterapi hanya boleh disimpan di Instalasi Farmasi (logistic
Farmasi dan satelit farmasi).
9. Pengenceran dilakukan di Instalasi Farmasi
10. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
11. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Bagian Logistik Farmasi, Unit perawatan, Satelit farmasi


1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

SUPERVISI PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI


DI UNIT PERAWATAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

RSUD CILACAP

069/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan supervisi / pemeriksaan terhadap kegiatan menyimpan dan
memelihara perbekalan farmasi dengan cara menempatkan perbekalan
farmasi yang diterima pada tempat yang memenuhi persyaratan
kefarmasian meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan,sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis sediaan serta aman dari
pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu perbekalan
farmasi..
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan stock di billing sistem
(fixed floor stock)
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi(slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggungjawab.
1. Supervisor melakukan supervise penyimpanan ke semua unit
perawatan secara periodik
2. Mengecek kesesuaian perbekalan farmasi dengan daftar yang ada.
3. Mengecek nama barang, jumlah barang, kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan asal barang di dalam kartu stok berdasar daftar fixed floor
stock
4. Mengecek kesesuaian kartu stok dengan fisik persediaan.
5. Mengecek penyimpanan perbekalan farmasi pada kondisi yang sesuai,
layak dan mampu menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak dalam
tempat terpisah dan dijauhkan dari api.
6. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
7. Mengecek label yang sesuai dengan klasifikasi barang (high alert, lasa,
bahan berbahaya, obat larutan pekat, obat kemoterapi)
8. Mengecek penyimpanan perbekalan farmasi pada lemari es untuk
perbekalan farmasi yang memerlukan suhu tertentu (2-8 derajat
celciusdan 15-25 derajat celcius).
9. Menyimpan bahan mudah terbakar di tempat yang jauh dari gudang
induk dan terpisah dari bahan tidak mudah terbakar serta diberi stiker
khusus mudah terbakar.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
SUPERVISI PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI
DI UNIT PERAWATAN

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

No Dokumen

No Revisi

Halaman

069/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Mengecek setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan paraf petugas unit perawatan secara berkala.
Mengecek apakah ada monitor suhu, kelembaban secara rutin dan
dicatat di form pemantauan suhu dan kelembaban.
Mengecek ketersediaan dan kesesuaian obat emergensi di troli
emergensi
Supervisi farmasi disaksikan oleh perawat penanggung jawab
Mengecek setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan paraf petugas unit perawatan secara berkala.
Mengecek apakah ada monitor suhu, kelembaban secara rutin dan
dicatat di form pemantauan suhu dan kelembaban.
Mengecek ketersediaan dan kesesuaian obat emergensi di troli
emergensi
Supervisi farmasi disaksikan oleh perawat penanggung jawab

Supervisor Farmasi, Unit perawatan.


1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI DI UNIT PERAWATAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
070/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
memenuhi memenuhi persyaratan kefarmasian meliputi
persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya,
kelembaban, ventilasi,
dan
penggolongan jenis sediaan serta aman dari pencurian serta
gangguan fisik yang dapat merusak mutu perbekalan farmasi.
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan stock di billing sistem
(fixed floor stock)
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi (slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab.
1. Mencatat nama barang, jumlah barang, kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan asal barang di dalam kartu stok berdasar berita acara fixed
floor stock
2. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
3. Menyimpan perbekalan farmasi pada kondisi yang sesuai, layak dan
mampu menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak dalam tempat
terpisah dan dijauhkan dari api.
4. Mencantumkan nama masing masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
5. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan suhu tertentu ( 2-8 derajat celcius dan 15-25 derajat
celcius ).
6. Menyimpan bahan mudah terbakar di tempat yang jauh dari gudang
induk dan terpisah dari bahan tidak mudah terbakar serta diberi stiker
khusus mudah terbakar.
7. Menyimpan obat emergensi di troli emergensi
8. Mengecek label yang sesuai dengan klasifikasi barang (high alert, lasa,
bahan berbahaya)
9.

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


Penyimpanan Perbekalan Farmasi Di Unit Perawatan

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

No Dokumen

No Revisi

Halaman

070/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
10. Troli emergensi dilengkapi dengan DC shock, oksigen transfer, EKG,
Medical suplly lengkap sesuai keperluan, ambu bag, laring oscope,
obat-obat disusun secara rapi sesuai kaidah penyimpanan (high alert,
lasa), obat-obatan yang sangat diperlukan ditaruh di depan dengan
pembatas yang jelas (adrenalin, sulfas atropin, aminopilin,
dexametason, diazepam). Troli emergensi selalu terkunci dengan kunci
disposibel.
11. Troli emergensi tidak boleh digunakan untuk menyimpan
Perbekalan farmasi kebutuhan lain.
12. Semua perbekalan farmasi diberi label yang jelas termasuk tanggal
kadaluwarsanya dan selalu dimonitor tanggal kadaluwarsanya.
13. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan member garis di bawah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala serta terdapat
buku pemakaian obat.
14. Apabila terdapat pemakaian obat dari troli emergensi atau
persediaanya yang terdapat dalam fixed floor stock maka harus segera
diganti melalui resep.
15. Terdapat daftar perbekalan farmasi yang disimpan di troli emergensi
atau di almari / rak penyimpanan dan terdapat daftar table cara
menghitung dosis anak.
16. Memonitor suhu, kelembaban secara rutin dan dicatat di form
pemantauan suhu dan kelembaban.
17. Penanggungjawab fixed floor stok bangsal mengecek secara berkala
kecocokan stok.
Bangsal rawat inap / ruangrawat,
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN LARUTAN ELEKTROLIT DAN KONSENTRAT

No Dokumen

No Revisi

Halaman

071/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi dengan
cara menempatkan larutan elektrolit dan konsentrat yang diterima pada
tempat yang memenuhi persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan
stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan serta aman dari pencurian serta gangguan
fisik yang dapat merusak mutu perbekalan farmasi
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antara fisik barang dengan kartu stock
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi (slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggungjawab
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur dan kadaluwarsa perbekalan
farmasi dan nama distributor di dalam kartu stok
2. Menandai dan memberi label merah high alert double check pada
setiap kemasan terkecil obat.
3. Menyimpan obat pada almari / rak yang sesuai berdasarkan bentuk
sediaan, secara alphabetis dan diberi lis / bingkai merah dan diberi
label merah high alert double check.
4. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada almari / rak.
5. Mencantumkan nama masing-masing perbekalan farmasi pada
lemari dengan rapi.
6. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang
memerlukan suhu tertentu (2-8 derajat dan 15-25 derajat celcius)
7. Hanya disimpan di logistic farmasi, satelit farmasi, gawat darurat,
ICU,Unit Perawatan.
8. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
9. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan
farmasi pada kartu stok dan memberi garis di bawah jumlah
penerimaan dan pengeluaran & dibubuhi paraf petugas secara berkala
Bagian Logistik Farmasi
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap
Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI Di LOGISTIK
FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
072/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Suatu kegiatan menyimpan dan memelihara perbekalan farmasi dengan
cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
memenuhi persyaratan kefarmasian meliputi persyaratan stabilitas dan
keamanan, sanitasi,
cahaya,
kelembaban,
ventilasi, dan
penggolongan jenis sediaan serta aman dari pencurian serta gangguan fisik
yang dapat merusak mutu perbekalan farmasi.
1. Untuk memelihara mutu obat
2. Menjaga keamanan
3. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggungjawab
4. Menjaga kelangsungan ketersediaan persediaan
5. Memudahkan pencarian dan pengawasan
1. Persentase kecocokan antar fisik barang dengan kartu stock
2. Persentase nilai perbekalan farmasi yang rusak dan kadaluwarsa.
3. Persentase stock mati perbekalan farmasi (slow moving)
4. Terhindarnya pengambilan perbekalan farmasi secara tidak
bertanggung jawab
1. Mencatat jumlah barang, tanggal faktur dan kadaluwarsa perbekalan
farmasidan nama distributor di dalam kartu stok
2. Menyimpan perbekalan farmasi pada rak yang sesuai berdasarkan
bentuk sediaan, secara alphabetis atau, penyimpanan khusus dan lainlain.
3. Tempat penyimpanan harus terlindung dari cahaya,Ruangan
mempunyai sirkulasi yang baik, kelembaban udara maksimum 70
mmHg, aman dari kehilangan dan pencurian (terdapat CCTV, Alarm,
Pintu yang tidak mudah di rusak (besi dan tralis), jauh dari sumber api
(terdapat Pemadam kebakaran dan detektor api), bersih dan rapi serta
aman dari kecoa, tikus, kucing.
4. Menyimpan bahan obat pada kondisi yang sesuai, layak dan mampu
menjamin mutu dan stabilitasnya pada rak.
5. Mencantumkan nama masing masing perbekalan farmasi pada rak
dengan rapi.
6. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi
label yang secara jelas terbaca memuat nama,
tanggal pertama kemasan
dibuka, tanggal kadaluwarsa dan peringatan khusus;

7. Menggunakan rak dengan batas atas dari atap 40 cm dan batas bawah
20 cm dari ubin

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENYIMPANAN PERBEKALAN FARMASI Di LOGISTIK
FARMASI

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No Dokumen

No Revisi

Halaman

072/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
8. Menyimpan perbekalan farmasi yang tidak dirak dengan Palet
ketinggian 20 cm diatas ubin
9. Menyimpan pada lemari es untuk perbekalan farmasi yang memerlukan suhu
tertentu (2-8 derajat cercius dan 15-25 derajat celcius)

10. Menyimpan pada almari khusus untuk jenis narkotika dan psikotropika
harus disimpan dalam lemari berkunci dobel dan dua pintu, sisi almari
satu untuk persediaan dan satu sisiuntuk harian
a. Almari yang kuat, ukuran 60 x 80 cm
b. Kunci dipegang dua orang penanggung jawab
c. Satu orang memegang kunci dalam sebelah kanan dan bagian luar
sebelah kiri, sebaliknya satu orang yang lain.
d. Kunci dikalungkan ke petugas
e. Mencatat di Buku/kartu buka tutup almari setiap kali membuka dan
menutup lemari.
f. Mencatat pemasukan dan pengeluaran barang di kartu stok
g. Melakukan serah terima kunci dan mencatatnya di buku serah
terima kunci.
11. Perbekalan farmasi dengan volume yang besar bisa ditempatkan pada
dus besar.
12. Perbekalan farmasi yang disimpan dengan kondisi khusus harus
mengikuti kaidah penyimpanan pada kondisi khusus (high alert, lasa)
13. Mengisi kartu stok setiap penambahan dan pengambilan.
14. Menjumlahkan setiap penerimaan dan pengeluaran perbekalan farmasi
pada kartu stok dan memberi garis di bawah jumlah penerimaan
dan pengeluaran dan dibubuhi paraf petugas secara berkala
15. Memasukan data di billing sistem setiap penerimaan dan pengeluaran
barang
16. Hanya petugas yang berkepentingan yang boleh masuk
UNIT TERKAIT
Bagian Logistik Farmasi
REFERENSI

Status Dokumen

1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014


2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
0

1/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengadaan perbekalan farmasi merupakan kegiatan yang dimaksudkan
untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan yang telah direncanakan dan
disetujui. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan jumlah,dan
waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengadaan
perbekalan farmasi dan alat kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan
jenis yang sesuai dengan kebutuhan, mutu dan spesifikasi
yang
dipersyaratkan dan menjamin ketersediaan perbekalan farmasi dan alat
kesehatan di sarana pelayanan.
Persentase realisasi perbekalan farmasi yang dipesan dari perencanaan yang
sudah dibuat tim perencanaan terpadu.
1. Perbekalan farmasi yang diadakan harus telah memiliki izin edar atau
nomor registrasi.
2. Mencatat perbekalan farmasi yang sisa per perbekalannya sudah
sampai jumlah per perbekalan pada TITIK PESAN'
3. Perencanaan yang telah dibuat oleh Tim Perencanaan Terpadu, Kepala
Instalasi Laboratorium dan Kepala Instalasi radiologi dan sudah
ditetapkan oleh pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran
diserahkan kepada Kepala Instalasi Farmasi Dan Pejabat Pembuat
Komitmen.
4. PPK menyerahkan perencanaan tersebut kepada pejabat pengadaan
untuk diproses sesuai dengan peraturan pemerintah yang berlaku
tentang Pengadaan Barang /Jasa.
5. Pejabat pengadaan melakukan proses pengadaan lebih lanjut dengan
mengutamakan ketersediaannya di e-catalog dan mematuhi peraturan
pengadaan barang dan jasa pemerintah yang berlaku.
6. Pejabat pengadaan membuat dan menandatangani surat pesanan atau
purchase order kepada rekanan/PBF atau apotik rekanan.
7. Pendaan perbekalan farmasi memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kriteria perbekalan farmasi yang meliputi criteria umum dan criteria
mutu Obat;
b.
c.
d.
e.

RSUD CILACAP

073/IF/V/2015

Persyaratan pemasok
Penentuan waktu pengadaan dan kedatangan perbekalan farmasi;
Dan pemantauan rencana pengadaan sesuai jenis, jumlah dan waktu.
Bahan baku Obat harus disertai Sertifikat Analisa;

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No Dokumen

No Revisi

Halaman

073/IF/V/2015

2/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
f. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data
Sheet(MSDS);
g. Perbekalan farmasi harus mempunyai Nomor Izin Edar; dan expired
date minimal
2 (dua) tahun kecuali untuk perbekalan farmasi
tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain) atau perbekalan farmasi
yang dengan jumlah terbatas di pasaran tetapi sangat dibutuhkan
oleh rumah sakit.
Pengadaan perbekalan farmasi dengan cara E-Purchasing
1. Bagian logistik farmasi mengajukan perbekalan farmasi yang akan dipesan
2.
3.
4.
5.

dengan memperhatikan daftar perencanaan yang dibuat tim terpadu


perencanaan dan stok persediaan di logistik farmasi.
Pengajuan di masukan ke dalam form Permintaan Pembelian
Pengajuan disampaikan kepada kepala Instalasi Farmasi dan PPK untuk
mendapatkan pengesahan dengan mencantumkan kategori e-catalog atau
tidak.
PPKmenyerahkan form pengajuanpengadaan /defecta kepada pejabat
pengadaan perbekalan farmasi (obat/alkes)
Pejabat pengadaan obat/ alkes menerima form permintaan perbekalan farmasi,
kemudian memisahkan antara perbekalan farmasi yang dibeli melalui epurchasing (on-line) dan yang langsung ke PBF /rekanan (Off line).

6. Pembelian dilakukan dengan memprioritaskan perbekalan farmasi yang


terdapat dalam e-catalog.
7. E-purchasing dilakukan dengan sistem on-line di web site LPSE
Kabupaten Cilacap dengan menggunakan ID pejabat pengadaan dan
PPK yang telah ditunjuk oleh pengguna anggaran.
8. Setelah mengikuti proses dan prosedur aplikasi E-Purchasing sesuai
dengan penyedia dan jenis dan spesifikasi serta jumlah perbekalan
farmasi yang dibutuhkan maka selanjutnya di print rangkap 2 lembar
dan pastikan bahwa pembelian tersebut sudah di setujui oleh pihak
penyedia barang.
9. Selanjutnya print out tersebut di simpan sebagai arsip.
10. Perbekalan farmasi yang dipesan ke penyedia barang dipastikan sudah
bisa diterima setelah 3-4 hari sejak tanggal pemesanan.
11.
Apabila setalah 7 hari, perbekalan farmasi yang dipesan ternyata
tidak datang maka dilakukan upload kembali oleh pejabat pengadaan
selain itu juga dilakukan koordinasi dengan pihak penyedia dan apabila
perlu mengirim email masalah keterlamba tan pengiriman ke LKPP.
RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN PERBEKALAN FARMASI

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
UNIT TERKAIT
REFERENSI

No Dokumen

No Revisi

Halaman

073/IF/V/2015

3/3

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Tim Farmasi dan Terapi,Kepala instalasi, Bagian Keuangan / Anggaran,
PPK.
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Perpres No 54 Tahun 2010
3. Perpres no 4 Tahun 2015
4. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
5. Peraturan MenteriKesehatan No. 63 TAHUN 2014
6. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBELIAN OBAT DI APOTIK REKANAN
No Dokumen
No Revisi
Halaman
074/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pembelian obat di apotik rekanan merupakan kegiatan yang dimaksudkan
untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan ketersediaan dan memenuhi
jumlah, dan waktu yang tepat pada saat rumah sakit tidak dapat membeli
langsung kepada penyedia barang jasa (distributor/PBF) atau terdapat
keterlambatan pengiriman.
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengadaan
sediaan farmasi dan alat kesehatan sehingga mendapatkan jumlah dan jenis
yang sesuai dengan kebutuhan, mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan
dan menjamin ketersediaan sediaan farmasi dan alat kesehatan di sarana
pelayanan.
Persentase pengadaan perbekalan farmasi ke apotek rekanan.
1. Pejabat pengadaan membuat surat pesanan sediaan farmasi, alat
kesehatan yang dibutuhkan kepada apotikrekanan
2. Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang dipesan hanya bersifat untuk
memenuhi kebutuhan sementara sampai dapat memesan langsung
kepada penyedia barang jasa / PBF
3. Surat pesanan tersebut disetujui oleh pejabat pembuat komitmen
4. Surat pesanan dikirim ke apotik rekanan untuk minta disediakan dan dikirm

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Tim Farmasi dan Terapi, Bagian Keuangan / Anggaran, PPK.


1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBELIAN OBAT GOLONGAN NARKOTIKA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
075/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan
untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan obat narkotika untuk menjamin ketersediaan,
jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai
standar mutu
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengadaan
obat narkotika sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang sesuai dengan
kebutuhan, mutu dan spesifikasi
yang dipersyaratkan dan menjamin
ketersediaan obat narkotika di sarana pelayanan.
Persentase realisasi pengadaan obat narkotika.
1. Jenis dan Jumlah obat narotika yang dipesan dengan memperhatikan
perencanan dan pengajuan dari bagian logistik dengan menggunakan
form pengajuan perbekalan farmasi dan disampaikan kepada PPK untuk
mendapatkan persetujuan.
2. PPK menyerahkan form pengajuan pengadaan perbekalan farmasi
tersebut kepada pejabat pengadaan
3. Pejabat pengadaan membuat surat pesanan (SP) khusus narkotika /
model N 9 tersebut ditanda-tangani oleh kepala InstalasiFarmasi.
4. Surat pesanan dikirim ke PBF Kimia Farma atau apotik rekanan untuk
minta disediakan dan dikirim.
Tim Farmasi dan Terapi, Bagian Keuangan / Anggaran, PPK, Kepala
Instalasi Farmasi
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
2. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN
PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PEMBELIAN OBAT GOLONGAN PSIKOTROPIKA
No Dokumen
No Revisi
Halaman
076/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan obat psikotropika untuk menjamin ketersediaan,
jumlah,dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai
standar mutu
Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pengadaan
obat psikotropika sehingga mendapatkan jumlah dan jenis yang sesuai
dengan kebutuhan, mutu
dan spesifikasi yang dipersyaratkan dan
menjamin ketersediaan obat narkotika di sarana pelayanan.
Persentase realisasi pengadaan obat psikotropika.
1. Jenis dan Jumlah obat psikotropikayang dipesan dengan memperhatikan
perencanan dan pengajuan dari bagian logistik dengan menggunakn
form pengajuan perbekalan farmasi dan disampaikan kepada PPK untuk
mendapatkan persetujuan.
2. PPK menyerahkan form pengajuan pengadaan perbekalan farmasi
tersebut kepada pejabat pengadaan
3. Pejabat pengadaan membuat surat pesanan (SP) khusus
psikotropikatersebut ditanda-tangani oleh kepala Instalasi Farmasi.
4. Surat pesanan dikirim ke PBF atau apotik rekanan untuk minta
disediakan dan dikirim.
Tim Farmasi dan Terapi, Bagian Keuangan/Anggaran, PPK
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika
2. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
4. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN OBAT ANTI TUBERCULOSIS KATEGORI
SUMBANGAN, HIBAH, DROPING
No Dokumen
No Revisi
Halaman
077/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan
obat anti tuberculosis yang berupa hibah, sumbangan, droping dari pihak
lain / pemerintah dan harus menjamin ketersediaan, jumlah,dan waktu
yang tepat serta sesuai standar mutu.
1. Untuk memastikan Obat Paket FDC sesuai dengan mutu dan spesifikasi
yang dipersyaratkan
2. Terpenuhinya kebutuhan obat anti tuberculosis
3. Mensukseskan Program DOTS Nasional
Persentase realisasi pengadaan obat anti tuberculosis kategori sumbangan,
hibah, droping.
1. Pengadaan obat paket FDC mengacu kepada perencanaan yang telah
dibuat atau berdasarkan sisa stock minimal 10%.
2. Petugas logistik / gudang farmasi membuat surat permohonan obat
Paket FDC kepada Kepala Dinas Kabupaten Cilacap yang disetujui
oleh Direktur RSUD Cilacap atau yang mewakili dengan tembusan
ditujukan kepada Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap
dan arsip.
3. Surat dikirim langsung ke Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK)
4. Bagian logistik farmasi rumah sakit mengarsip Surat permohonan
tersebut dengan baik.
5. Apabila sudah mendapat konfirmasi dari gudang farmasi Dinas
Kesehatan, maka petugas logistik / gudang farmasi mengambil obat
paket FDC di gudang farmasi DKK.
6. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan
Rumah Sakit untuk mengembalikan / menolak sumbangan /
dropping /hibah perbekalan farmasi yang tidak bermanfaat bagi
kepentingan pasien Rumah Sakit.
Direktur, Kepala Instalasi Farmasi, Logistik / gudang farmasi, Gudang
Farmasi DKK, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten.
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.13 tahun 2013
Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGADAAN OBAT ANTI RETROVIRAL
KATEGORI SUMBANGAN, HIBAH, DROPING

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR
PROSEDUR

UNIT TERKAIT

REFERENSI

No Dokumen

No Revisi

Halaman

078/IF/V/2015

1/1

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan
kebutuhan obat anti retroviral (ARV) kategori sumbangan, hibah, droping
dan harus menjamin ketersediaan, jumlah,dan waktu yang tepat serta
sesuai standar mutu.
1. Prosedur ini dibuat untuk pelaksanaan dan pengawasan kegiatan
pengadaan obat anti retroviral sehingga mendapatkan jumlah dan jenis
yang sesuai dengan kebutuhan, mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan
dan menjamin ketersediaan obat anti retroviral di sarana pelayanan.
2. Mensukseskan program HIV-AIDS nasional
Persentase realisasi pengadaan obat Arv kategori sumbangan, hibah,
droping.
1. Berdasarkan data laporan bulanan perawatan HIV dan ART dan
perencanaan pengadaan yang telah dibuat diolah ke dalam laporan
permintaan obat ARV.
2. Mengisi form lembar -2 HA-UPK-8B Laporan bulanan ART
3. Pengadaanobat ARV digabungkan menjadi satu dengan laporan
bulanan ART yang ketahui oleh Kepala Instalasi Farmasi (paraf) dan
disetujui oleh Pimpininan / kepala / Direktur UPK Rumah Sakit.
4. Pengadaan / laporan bulanan ART di kirim kepada pihak terkait
Tim Care and Suport treatment (TST), Kepala Instalasi Farmasi, Dirjen
Bina upaya kesehatan Cq direktur BUK rujukan, Dirjen PP&PL Cq
Direktur PPML, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi, Kepala Dinas
Kabupaten / Kota.
1. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
2. Manual Mutu RSUD Cilacap

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENERIMAAN PERBEKALAN FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman
079/IF/V/2015

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No.Distribusi

Tanggal Terbit

1/1
Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan
sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender,
konsinyasi atau sumbangan dan menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
1. Perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan dokumen pengadaan untuk
menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan
harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
2. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.
Perbekalan farmasi yang diterima sesuai jumlah, jenis, dan spesifikasi serta waktu
yang disepakati dalam perjanjian kontrak / SPK dan didukung dengan dokumen
yang sah
1. Memeriksa legalitas faktur dan surat jalan antara lain mencakup identitas
distributor, instansi yang dituju dan kesesuaian dengan surat pesanan.
2. Mencocokkan faktur dengan perbekalan farmasi yang diterima, mencakup:
kesesuaian nama, jenis, jumlah, kebenaran harga, keutuhan kemasan,
kebenaran label, tanggal kadaluwarsa kemudian dibuat Berita Acara
Penerimaan Barang.
3. Apabila barang tidak sesuai dengan faktur maka hanya dibuatkan berita acara
penerimaan barang sementara rangkap dua (putih untuk rekanan, tembusan
untuk arsip) dan faktur tidak ditanda tangani.
4. Faktur dan barang yang sudah sesuai ditanda tangani dan distempel, dibubuhi
nama lengkap, surat ijin kerja, tanggal, selanjutnya diserahkan kebagian
penyimpanan / gudang.
5. Tembusan faktur kebagian keuangan untuk dicatat sebagai piutang.
6. Faktur yang belum sesuai dengan barangnya dibuatkan berita acara
penerimaannya dan pemberitahuan kepada rekanan tentang ketidaksesuaian
jumlah atau jenis yang dipesan.
7. Bagian gudang menyimpan arsip faktur yang diterima dari rekanan, dan
membuat arsip tersendiri untuk faktur yang belum sesuai sebagai kendali
penerimaan
8. Mencatat penerimaan perbekalan farmasi dalam kartu stock dan menginput
dalam billing system
Panitia Penerima Barang, Bagian Gudang Farmasi, Bagian keuangan
1. PP No 51 Tahun 2009, No 54 Tahun 2010, No 70 Tahun 2012
2. PERMENKES No.58 Tahun 2014

Status Dokumen
RSUD CILACAP

Induk

Salinan

No.Distribusi

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROSEDUR

080/IF/V/2015

1/6

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
1. B3 adalah zat, bahan kimia dan biologi, baik dalam bentuk tunggal
maupun campuran yang dapat membahayakan kesehatan dan
lingkungan hidup secara langsung atau tidak langsung dan mempunyai
sifat racun (toksisitas), karsinogenik, teratogenik, mutagenik, korosif
dan iritasi.
2. Pengelolaan B3 farmasi merupakan kegiatan perencanan, pengadaan,
penerimaan, penyimpanan, penanganan dan pembuangan B3 / limbah
B3.
1. Pengelolaan B3 dan limbah B3 aman untuk pasien,keluarga pasien,
pengunjung dan petugas.
2. Mencegah kecelakaan akibat kerja (KAK) dan penyakit akibat kerja
(PAK) karena pengelolaan B3 bagi pasien, keluarga pasien, pengunjung
dan petugas.
3. Melaksanakan pemantauan lingkungan dan kondisi tempat kerja yang
aman dari B3 dan limbah B3.
4. Memastikan penerapan pengelolaan B3 dan limbah B3 sesuai prosedur
serta penatalaksanaan/ penanganan apabila terjadi kontaminasi/paparan
B3 dan limbah B3 sesuai MSDS.
Terjadi kesalahan 0% pengelolaan B3.
A. Perencanaan dan Pengadaan B3 Farmasi
1. Perencanaan kebutuhan pengadaan B3 farmasi dibuat oleh Instalasi
Farmasi, Instalasi radiologi, Instalasi Laboratorium dan atau unit lain
yang membutuhkan B3 Farmasi dengan mengajukan data kebutuhan
B3 untuk 1 th dari masing masing instalasi atau unit pelayanan lainnya.
2. Rencana kebutuhan tersebut diusulkan kepada Pejabat Pembuat
komitmen dan pengguna anggaran untuk di sahkan.
3. PPK menyerahkan rencana kebutuhan B3 kepada pejabat pengadaan.
4. Pejabat pengadaan membuat surat pesanan perbekalan farmasi dengan
menggunakan form surat pesanan yang dibutuhkan kepada rekanan/
PBF atau ke apotik rekanan
5. B3yang dipesan dengan memperhatikan perencanan.
6. Surat pesanan tersebut ditanda-tangani oleh pejabat pengadaan.
7. B3 farmasi terdiri dari bahan kimia/bahan baku obat, obat sitostatik,
reagensia, antiseptik dan desinfektan, bahan radioaktif, gas medis:

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)


FARMASI
No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

080/IF/V/2015

2/6

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

a. Antiseptik dan desinfektan terdiri dari alkohol, H2O2, microshield,


Natrium hipochlorid, povidon iodine, cidex/presept tablet/phisohex, wash
bensin, lysol, karbol.
b. Bahan kimia atau bahan baku obat adalah semua obat/bahan baku obat
yang diperoleh dari farmasi.
c. Obat sitostatik terdiri dari semua obat kanker dalam semua bentuk sediaan
d.

e.
8.
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

RSUD CILACAP

Reagensia terdiri dari reagensia untuk laboratorium dan farmasi,


aceton/larutan amonia, dietileter, HCl pekat 35%, NaOH crystal, H2SO4,
phenol crystal, Asam asetat, Asam format, Asam sitrat, Methanol,
Xylol.
Gas medis terdiri dari O2, N2, Acetylen, N2O.
Surat pesanan dikirim ke rekanan/PBF atau apotik rekanan untuk minta
disediakan dan dikirim.
B. Penerimaan B3
Penerimaan B3 dilakukan oleh panitia penerima hasil pengadaan
(PPHP) yang telah ditunjuk oleh pengguna anggaran.
PPHP mengecek faktur dengan fisik B3 yang diterima dan sesuai
dengan MSDS B3.
PPHP mengecek label B3 yang diterima dan tertempel di kemasan B3
(tidak boleh lepas) dan pictogram/ simbol B3.
PPHP mengecek tanggal kadaluwarsa B3
Apabila B3 yang diterima sudah sesuai maka PPHP menandatangani
faktur yang ada dengan mencantumkan nama terang, no SIK, tanggal
terima barang, stempel.
C. Penyimpanan B3
Penyimpanan B3 dilakukan sesuai MSDS B3 yaitu di gudang / logistik
farmasi atau dilemari khusus B3.
Petugas logistik memasukan kedalam kartu stok dan billing sistem.
Tempat penyimpanan B3 diberi label / simbol B3, MSDS dan Spill kit
(perangkat untuk menangani tumpahan B3 dan limbah B3).
Penyimpanan berdasarkan sifat fisika dan kimia yang sama.
Alat pemadam api ringan (APAR) dan terdapat kartu pemeriksaan serta
dilarang merokok untuk B3 mudah terbakar dalam gudang tahan api.
Jangan menyimpan B3 melebihi pandangan mata.
Jangan menyimpan B3 dirak paling atas (ditempat yang tinggi),
dibawah bak cuci dan dekat kabel listrik.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

RSUD CILACAP

No Dokumen

No Revisi

Halaman

080/IF/V/2015

3/6

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
8. Penyimpanan B3 di satuan kerja/ unit pelayanan lain dalam jumlah
kecil.
9. Penyimpanan B3 disesuaikam dengan MSDS B3.
10. Penyimpanan B3 dengan sistem FEFO dan FIFO
11. Suhu ruangan penyimpanan B3 disesuaikan dengan MSDS B3.
D. Spill Kit
1. Chemical Spill kit terdiri dari:
a. Gaun pelindung 1 buah
b. Sarung tangan / handscoond 2 pasang
c. Masker penutup wajah dan kacamata pelindung
d. Sepatu pelindung atau sepatu boot
e. Air bersih satu botol
f. Kantong plastik dua buah
g. Sekop dan pengikis
h. Tisue kertas absorben atau bahan katun bekas (minimal 3 potong)
i. Larutan detergen
j. Tanda bahaya dan isolasi (yellow tape) untuk mengakarantina
daerah berbahaya (dengan spill sock dan spill pilows)
2. Cytotoxic spill kit
a. Gaun pelindung 1 buah
b. Sarung tangan / handscoond 2 pasang
c. Masker penutup wajah dan kacamata pelindung
d. Sepatu pelindung atau sepatu boot
e. Air bersih satu botol
f. Kantong plastik dua buah warna ungu
g. Sekop dan pengikis
h. Wadah limbah benda tajam
i. Tisue kertas absorben atau bahan katun bekas (minimal 3 potong)
j. Larutan detergen
k. Tanda bahaya dan isolasi (yellow tape) untuk mengakarantina
daerah berbahaya (dengan spill sock dan spill pilows)
3. Infeksius spill kit
a. Gaun pelindung 1 buah
b. Sarung tangan / handscoond 2 pasang
c. Masker penutup wajah dan kacamata pelindung
d. Sepatu pelindung atau sepatu boot

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No Dokumen

No Revisi

Halaman

080/IF/V/2015

4/6

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Air bersih satu botol
Kantong plastik dua buah warna kuning
Sekop dan pengikis
Wadah limbah benda tajam
Tisue kertas absorben atau bahan katun bekas (minimal 3
potong)
j. Larutan detergen
k. Tanda bahaya dan isolasi (yellow tape) untuk mengakarantina
daerah berbahaya (dengan spill sock dan spill pilows)
Radioaktif spill Kit
a. Detektor radiasi (survey meter)
b. Gaun pelindung 2 buah
c. Sarung tangan / handscoond 4 pasang
d. Masker penutup wajah dan mata @ 2 buah
e. Sepatu pelindung atau sepatu boot
f. Air bersih satu botol
g. Radiac wash
h. Kantong plastik dua buah warna merah 2 buah
i. Wadah radioactive waste bin
j. Sekop dan pengikis
k. Wadah limbah benda tajam
l. Tisue kertas absorben lembab atau bahan katun bekas lembab
(minimal 3 potong)
m. Larutan detergen
n. Tanda bahaya radioaktif dan isolasi (yellow tape) untuk
mengakarantina daerah berbahaya (dengan spill sock dan spill
pilows)
E. Pemasangan B3
B3 diberi label simbol yang sesuai dengan karakteristik bahan yang
dikemas / sesuai MSDS.
Simbol tidak boleh terhalang oleh kemasan/ label lain dan mudah
dilihat dari jarak 20 M.
Simbol tidak boleh terlepas sampai B3 sudah kosong dan wadah
sudah dibersihkan dari sisa B3.
Wadah kosong yang akan diisi B3 diberi label KOSONG
Pewarnaan tabung gas medis yaitu:
a. Oksigen : Putih
b. N2O
: Biru
c. CO2
: Abu abu
e.
f.
g.
h.
i.

4.

1.
2.

3.

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

ANALISA LANGKAH DAN BERJALAN


No Dokumen
No Revisi
Halaman

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

RSUD CILACAP

080/IF/V/2015

5/6

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
4. Tabung gas disimpan harus dirantai.
F. Penanganan/ Bekerja dengan B3
1. Penanganan sesuai dengan prosedur untuk masing-masing B3
2. Terdapat ventilasi dan exhaust fan di ruang tempat bekerja.
3. Menggunakan alat pelindung diri ( Personal Protective equipment)
PPE sesuai MSDS B3
4. B3 dalam wadah / volume kecil.
5. Terdapat emergency eye wash apabila mata terpercik atau emergency
safety shower
6. Membuat daftar B3 ditempat bekerja
7. Siapkan MSDS dan spill kit dari masing-masing B3 dan diletakkan
dekat B3 sehingga mudah didapat.
8. Siapkan spill kit kimia dan mercuri, sitotoksik
G. Penanganan tumpahan B3 dan limbah B3 (orange code)
1. Siapkan spill kit dan MSDS spesifik untuk tiap B3
2. Gunakan APD
3. Pasang tanda bahaya dan isolasi untuk karantina daerah berbahaya
dengan police line
4. Letakkan tisue / kertas /majun pada tumpahan dan angkat dengan
penjepit, dibuang ke kantong plastik yang sesuai dengan jenis B3 nya
5. Ulangi sampai permukaan paparan dalam kondisi bersih.
6. Bersihkan permukaan bekas kontaminasi dengan detergent dna air.
7. Masukkan semua bahan/ alat yang sudah terkontaminasi kedalam
kantong plastik yang sesuai dan diberi label.
8. Dibawa dan dibuang ke TPS Rumah sakit.
H. Penanganan Dan Pembuangan B3 / Limbah B3.
1. B3 dan limbahnya tidak boleh dibuang semabarangan.
2. B3 dan limbahnya di tampung di tempat sebagai berikut:
a. Limbah bahan kimia : Kantong plastik warna coklat
b. Limbah obat sitostatik : Kantong plastik warna ungu
c. Limbah radioaktif
: kantong plastik warna merah
d. Limbah infeksius
: Kantong plastik warna kuning
e. Limbah benda tajam : safety box
3. Limbah tidak boleh di campur terutama limbah radioaktif.
4. Wadah limbah diberi label / simbol LIMBAH B3
5. Limbah dikirim ke TPS rumah sakit

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

UNIT TERKAIT
REFERENSI

No Revisi

Halaman

080/IF/V/2015

6/6

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
I. Penanganan limbah mercuri
1. Limbah mercuri dilihat dengan menggunakan senter
2. Limbah diambil dengan cara diserok kertas karton atau disedot dengan
disposibel spuit dan dibuang ke dalam botol / pot limbah mercuri.
Bagian Keuangan/Anggaran, PPK, pejabat Pengadaan, Kepala Instalasi
Farmasi, unit pelayanan lain.
1.
2.
3.
4.

Status Dokumen

No Dokumen

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika
Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN

TUJUAN

INDIKATOR

PROSEDUR

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


MATERIAL SAFETY DATA SHEETS (MSDS) / LEMBAR DATA
KEAMANAN BAHAN (LDKB)
No Dokumen
No Revisi
Halaman
1/1
081/IF/V/2015
0
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Adalah lembar petunjuk yang berisi informasi bahan berbahaya tentang
fisika, kimia, penyimpanann, jenis bahaya yang ditimbulkan, cara
penanganan, tindakan khusus, dalam keadaan darurat, pengelolaan limbah
bahan berbahaya tersebut serta alat perlindungan diri yang diperlukan.
1. Upaya untuk mencegah atau mengurangi risiko akibat penggunaan/
bekerja B3.
2. Membantu petugas untuk memahami dengan baik MSDS B3 tersebut
sebelum bekerja.
Terjadi kesalahan 0% pengelolaan B3.
MSDS B3 memuat hal hal sebagai berikut:
1. Nama dan wujud material, rumus kimia, nama dagang
2. Identifikasi bahan dan simbol B3
3. Sifat bahaya bila terkena kulit, mata, terhirup, tertelan.
4. Alat pelindung diri (APD/ PPE) yang digunakan.
5. Tingkat bahaya (mudah terbakar, reaktifitas, kesehatan dan bahaya
lain)
6. Cara penyimpanan dan penanganan
7. Pertolongan pertama yang harus dilakukan apabila terkenakulit,
mata, terhirup, tertelan.
8. Cara mengatasi tumpahan B3
9. Cara mengatasi kebakaran akibat B3
10. Apabila ada masalah menghubungi siapa dan mencantumkan no
contact person nya.

UNIT TERKAIT Bagian Keuangan/Anggaran, PPK, pejabat Pengadaan, Kepala Instalasi


Farmasi, unit pelayanan lain.
REFERENSI

Status Dokumen

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang


Narkotika
2. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009
3. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
4. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENERIMAAN OBAT ANTI RETROVIRAL KATEGORI SUMBANGAN,
HIBAH / DROPING

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

INDIKATOR

No Dokumen

No Revisi

Halaman

082/IF/V/2015

1/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penerimaan obat arv dari pihak ketiga lainnya
1. Obat ARV yang diterima sesuai dengan jumlah dan jenis obat ARV
yang diminta.
2. Mensukseskan program HIV-AIDS Nasional
Obat ARV yang diterima sesuai jumlah, jenis, dan spesifikasi serta waktu
yang tepat didukung dengan dokumen yang sah

PROSEDUR

1. Memeriksa legalitas faktur dan surat jalan antara lain mencakup


identitas distributor, instansi yang dituju dan kesesuaian jenis barang
dengan laporan permintaan barang (form lembar 2 laporan bulanan
ART).
2. Mencocokkan faktur dengan obat ARV yang diterima, mencakup:
kesesuaian nama, jenis, jumlah, keutuhan kemasan, kebenaran label,
tanggal kadaluwarsa kemudian dibuat Berita Acara Penerimaan
Barang.
3. Apabila barang tidak sesuai dengan faktur maka hanya dibuatkan berita
acara penerimaan barang sementara rangkap dua (putih untuk rekanan,
tembusan untuk arsip) dan faktur tidak ditanda tangani.
4. Faktur dan barang yang sudah sesuai ditandatangani dan di stempel,
dibubuhi nama lengkap, surat ijin kerja, tanggal, selanjutnya diserahkan
kebagian penyimpanan / logistik.
5. Mengisi berita acara serah terima barang milik Negara tahunan dengan
form yang sudah disediakan oleh Kementrian Kesehatan RI direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.
6. Tembusan faktur kebagian keuangan untuk dicatat sebagai piutang.
7. Faktur yang belum sesuai dengan barangnya dibuatkan berita acara
penerimaannya dan pemberitahuan kepada SUBDIT AIDS dan PMS,
Up Tim SCm ARV tentang ketidaksesuaian jumlah atau jenis yang
dipesan.
8. Bagian logistic menyimpan arsip faktur yang diterima dari rekanan,
dan membuat arsip tersendiri untuk faktur yang belum sesuai sebagai
kendali penerimaan.
9. Mencatat penerimaan perbekalan farmasi dalam kartu stock dan
menginput dalam billing system

RSUD CILACAP

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL

No Dokumen

No Revisi

Halaman

082/IF/V/2015

2/2

Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015

dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Status Dokumen

Panitia Penerima Barang, Bagian Logistik Farmasi, Direktur RS, Direktur


UPK
1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009, No 54 Tahun 2010, No 70
Tahun 2012
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

Induk

Salinan

No.Distribusi

RSUD CILACAP

STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
TUJUAN

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL


PENERIMAAN OBAT ANTI TUBERCULOSISKATEGORI
SUMBANGAN, HIBAH, DROPING
No Dokumen
No Revisi
Halaman
083/IF/V/2015
0
1/1
Tanggal Terbit

Ditetapkan Direktur

01/05/2015
dr. NONO RASINO,Sp.OG(K)
Penerimaan obat paket FDC / obat anti tuberculosis kategori hibah /
droping dari pemerintah sesuai dengan surat permohonan obat.
Perbekalan farmasi yang diterima sesuai dengan jumlah dan spesifikasi
yang tercantum surat permohonan obat.

INDIKATOR

Perbekalan farmasi yang diterima sesuai jumlah, jenis, dan spesifikasi


serta waktu yang disepakati dalam perjanjian kontrak / SPK dan didukung
dengan dokumen yang sah

PROSEDUR

1. Mencocokkan tanda terima barang dengan obat paket FDC yang


diterima, mencakup: kesesuaian nama, jenis, jumlah,
keutuhan
kemasan, kebenaran label, tanggal kadaluwarsa kemudian dibuat Berita
Acara Penerimaan Barang.
2. Apabila barang tidak sesuai dengan tanda terima maka hanya dibuatkan
berita acara penerimaan barang sementara rangkap dua ( putih untuk
Logistik Farmasi DKK, tembusan untuk arsip) dan tanda terima tidak
ditanda tangani.
3. Tanda terima yang belum sesuai dengan barangnya dibuatkan berita
acara penerimaannya dan pemberitahuan kepada rekanan tentang
ketidaksesuaian jumlah atau jenis yang dipesan.
4. Tanda terima dan barang yang sudah sesuai ditanda tangani oleh
petugas penerima dan di stempel, dibubuhi nama lengkap, surat ijin
kerja, tanggal, selanjutnya diserahkan kebagian penyimpanan / logistik.
5. Bagian logistic menyimpan arsip tanda terima yang diterima dari
logistic farmasi DKK, dan membuat arsip tersendiri untuk tanda terima
yang belum sesuai sebagai kendali penerimaan
6. Mencatat penerimaan obat paket FDC dalam kartu stock dan menginput
dalam billing system.

UNIT TERKAIT
REFERENSI

Panitia Penerima Hasil Pengadaan, Bagian


1. Peraturan Pemerintah No 51 Tahun 2009, No 54 Tahun 2010, No 70
Tahun 2012
2. Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014
3. Manual Mutu RSUD Cilacap

You might also like