You are on page 1of 16

Pulpitis Reversible

Pulpitis reversible merupakan proses


inflamasi ringan yang apabila penyebabnya
dihilangkan maka inflamasi menghilang dan
pulpa akan kembali normal. Faktor-faktor
yang menyebabkan pulpitis reversible,
antara lain stimulus ringan atau sebentar
seperti karies insipient, erosi servikal, atau
atrisi oklusal, sebagian besar prosedur
operatif, kuretase periodontium yang dalam
dan fraktur email yang menyebabkan
tubulus dentin terbuka.
Gejala
Pulpitis reversible bersifat asimtomatik
dapat disebabkan karena karies yang baru
muncul dan akan kembali normal bila karies
dihilangkan dan gigi direstorasi dengan baik,
apabila ada gejala (bersifat simtomatik)
biasanya berbentuk pola khusus. Aplikasi
stimulus dingin atau panas, dapat
menyebabkan rasa sakit yang tajam. Jika
stimulus ini dihilangkan, nyeri akan segera
reda. Stimulus panas dan dingin

keadaan tidak teinflamasi setelah stimuli


ditiadakan.
Gejalapulpitisreversibleadayang
simtomatikdanasimtomatik.
Simtomatik:rasasakittajamyanghanya
sebentar, disebabkan oleh makanan,
minuman dan udara dingin. Tidak timbul
secara spontan dan tidak berlanjut bila
penyebabnyaditiadakan.
Asimtomatik : dapat disebabkan oleh
kariesyangbarumulaidannormalkembali
setelah karies dihilangkan dan gigi
direstorasidenganbaik.
Patologi:pulpitisreversibledapat
berkisar dari hiperemia ke perubahan
inflamasi ringan sampai sedang terbatas
pada daerah dimana tubuli dentin terlibat,
seperti misalnya karies dentin. Secara
mikroskopis, terlihat dentin reparatif,
gangguan lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluhdarah,ekstravasasicairanedema
danadanyaselinflamasikronisyangsecara
imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasikronismenonjol,dapatdilihatjuga
selinflamasiakut.

menimbulkan nyeri yang berbeda pada


pulpa normal. Ketika panas diaplikasikan
pada gigi dengan pulpa yang tidak
terinflamasi, respon awal yang langsung
terjadi (tertunda), namun jika stimulus panas
ditingkatkan maka intensitas nyeri akan
meningkat. Sebaliknya, jika stimulus dingin
diberikan, pulpa normal akan segera terasa
nyeri dan menurun jika stimulus dingin
dipertahankan. Berdasarkan observasi hal
ini, respon dari pulpa sehat maupun
terinflamasi tampaknya sebagian besar
disebabkan oleh perubahan dalam tekanan
intrapulpa.

PULPITISREVERSIBLE
Pulpitis reversible adalah suatu
kondisi inflamasi pulpa ringan sampai
sedang yang disebabkan oleh stimuli
noksius,tetapipulpamampukembalipada

a. Pulpitis Reversible
Menurut arti katanya, pulpitis
reversible adalah inflamasi pulpa
yang tidak parah. Jika penyebabnya
telah dihilangkan, inflamasinya akan
pulih kembali dan pulpa akan
kembali normal. Pulpitis reversible
dapat ditimbulkan oleh stimuli ringan
atau yang berjalan sebentar seperti
karies insipien, erosi servikal atau
atrisi oklusal, sebagian prosedur
operatif, kuretasi periodontium yang
dalam, dan fraktur enamel yang
menyebabkan terbukanya dentin.
Biasanya pulpitis reversible tidak
menimbulkan gejala (asimtomatik),
akan tetapi jika ada, gejala biasanya
timbul dari suatu pola tertentu.
Aplikasi cairan atau udara
dingin/panas misalnya, bisa
menimbulkan nyeri tajam

sementara. Jika stimuli dihilangkan,


yang secara normal tidak
menimbulkan nyeri atau
ketidaknyamanan, nyeri akan reda
segera. Stimuli panas atau dingin
menghasilkan respons nyeri yang
berbeda-beda pada pulpa normal.
Jika panas diaplikasikan pada gigi
yang pulpanya tidak terinflamasi,
akan timbul respon awal yang
lambat; intensitas nyerinya akan
makin naik jika suhunya dinaikkan.
Sebaliknya, nyeri sebagai respons
terhadap aplikasi dingin pada pulpa
normal akan segera terjadi;
intensitas nyeri cenderung menurun
jika stimulus dinginnya
dipertahankan tetap. Berdasarkan
observasi-observasi ini, respons
pulpa pada kedua keadaan, sehat
atau sakit, tampaknya
Pulpitis reversibel dapat berkisar
dari hiperemia ke perubahan
inflamasi ringan hingga sedang
terbatas pada daerah dimana tubuli
dentin terlibat. Secara mikroskopis
terlihat dentin reparatif, gangguan
lapisan odontoblas, pembesaran
pembuluh darah dan adanya sel
inflamasi kronis yang secara
imunologis kompeten. Meskipun sel
inflamasi kronis menonjol dapat
dilihat juga sel inflamasi akut.
Pulpitis reversibel yang simtomatik,
seacara klinik ditandai dengan
gejala sensitif dan rasa sakit tajam
yang hanya sebentar. Lebih sering
diakibatkan oleh rangsangan dingin
daripada panas. Ada keluhan rasa
sakit bila kemasukan makanan,
terutama makanan dan minuman
dingin. Rasa sakit hilang apabila
rangsangan dihilangkan, rasa sakit
yang timbul tidak secara spontan.
Cara praktis untuk mendiagnosa
pulpitis reversibel adalah:
- Anamnesa: ditemukan rasa sakit /
nyeri sebentar, dan hilang setelah
rangsangan dihilangkan

- Gejala Subyektif: ditemukan lokasi


nyeri lokal (setempat), rasa linu
timbul bila ada rangsangan, durasi
nyeri sebentar.
- Gejala Obyektif: kariesnya tidak
dalam (hanya mengenai enamel,
kadang-kadang mencapai selapis
tipis dentin), perkusi, tekanan tidak
sakit.
- Tes vitalitas: gigi masih vital
- Terapi: jika karies media dapat
langsung dilakukan penumpatan,
tetapi jika karies porfunda perlu pulp
capping terlebih dahulu, apabila 1
minggu kemudian tidak ada keluhan
dapat langsung dilakukan
penumpatan.
Perawatan terbaik untuk pulpitis
reversibel adalah pencegahan.
Perawatan periodik untuk mencegah
perkembangan karies, penumpatan
awal bila kavitas meluas,
desensitisasi leher gigi dimana
terdapat resesi gingiva, penggunaan
pernis kavitas atau semen dasar
sebelum penumpatan, dan perhatian
pada preparasi kavitas dan
pemolesan dianjurkan untuk
mencegah pulpitis lebih lanjut. Bila
dijumpai pulpitis reversibel,
penghilangan stimulasi (jejas)
biasanya sudah cukup, begitu gejala
telah reda, gigi harus dites
vitalitasnya untuk memastikan
bahwa tidak terjadi nekrosis. Apabila
rasa sakit tetap ada walaupun telah
dilakukan perawatan yang tepat,
maka inflamasi pulpa dianggap
sebagai pulpitis irreversibel, yang
perawatannya adalah eksterpasi,
untuk kemudian dilakukan
pulpektomi.
Prognosa untuk pulpa adalah baik,
bila iritasi diambil cukup dini, kalau
tidak kondisinya dapat berkembang
menjadi pulpitis irreversibel.
b. Pulpitis Reversible

c. Pulpitis reversible merupakan proses

inflamasi ringan yang apabila


penyebabnya dihilangkan maka
inflamasi menghilang dan pulpa akan
kembali normal. Faktor-faktor yang
menyebabkan pulpitis reversible,
antara lain stimulus ringan atau
sebentar seperti karies insipient,
erosi servikal, atau atrisi oklusal,
sebagian besar prosedur operatif,
kuretase periodontium yang dalam
dan fraktur email yang menyebabkan
tubulus dentin terbuka.
d. Gejala
e. Pulpitis reversible bersifat
asimtomatik dapat disebabkan
karena karies yang baru muncul dan
akan kembali normal bila karies
dihilangkan dan gigi direstorasi
dengan baik, apabila ada gejala
(bersifat simtomatik) biasanya
berbentuk pola khusus. Aplikasi
stimulus dingin atau panas, dapat
menyebabkan rasa sakit yang tajam.
Jika stimulus ini dihilangkan, nyeri
akan segera reda. Stimulus panas dan
dingin menimbulkan nyeri yang
berbeda pada pulpa normal. Ketika
panas diaplikasikan pada gigi dengan
pulpa yang tidak terinflamasi, respon
awal yang langsung terjadi
(tertunda), namun jika stimulus
panas ditingkatkan maka intensitas
nyeri akan meningkat. Sebaliknya,
jika stimulus dingin diberikan, pulpa
normal akan segera terasa nyeri dan
menurun jika stimulus dingin
dipertahankan. Berdasarkan
observasi hal ini, respon dari pulpa
sehat maupun terinflamasi
tampaknya sebagian besar
disebabkan oleh perubahan dalam
tekanan intrapulpa.
3.Macam-macam Pulp capping
a. Indirect Pulp Capping ( Pulpa capping
secara tidak langsung )
Indirect Pulp Capping adalah
perawatan pada pulpa yang masih tertutup
lapisan dentin tipis karena karies yang
dalam. Pada teknik ini obat-obatan yang

digunakan tidak berkontak langsung dengan


pulpa.Pulp
capping
tidak
langsung
memerlukan
lebih
dari
dua
kali
kunjungan. Indirect pulp capping dirasa
lebih memberi hasil yang diharapkan dari
pada metode direct pulp capping. Dilakukan
bila pulpa belum terbuka, tapi atap pulpa
sudah sangat tipis sekali, yaitu pada karies
profunda.
Agar perawatan ini berhasil jaringan
pulpa harus vital dan bebas dari inflamasi.
Biasanya atap kamar pulpa akan terbuka saat
dilakukan ekskavasi. Apabila hal ini terjadi
maka tindakan selanjutnya adalah dilakukan
direct pulp capping atau tindakan yang lebih
radikal lagi yaitu amputasi pulpa
(Pulpotomi).
Tahapan perawatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
Pada Kunjungan Pertama :
1. Karies dibuang dengan escavator

atau bur round (bor bundar)


kecepatan rendah , Lalu lakukan
ekskavasi sampai dasar pulpa,
hilangkan dentin lunak sebanyak
mungkin tanpa membuka kamar
pulpa. Jaringan karies yang paling
dalam dibiarkan.
2. Kavitas disterilkan dengan air calxyl

atau obat lain yang tidak caustik.


Hindari penggunaan alkohol, karena
dapat memicu terjadinya dehidrasi
cairan tubulus dentin.
3. Aplikasi

preparat
Kalsium
hidroksida
Ca(OH)2
kemudian
dilapisi Zinc
Okside
Eugenol
(ZOE) yang
diletakkan
didasar
kavitas kemudian dilapisi semen
fosfat dan akhirnya tambalan
sementara.

4. Perawatan dilanjutkan 1-2 minggu

kemudian.
Pada Kunjungan Kedua :
Apabila ada keluhan, dilakukan penambalan
tetap.

1. Dilakukan

pemasangan
rubber
dam/cotton roll untuk mencegah
kontaminasi bakteri pada karies.

2. Karies dibuang dengan bor atau

ekscavator steril.
3. Kavitas

Gambar Perawatan Indirect Pulp Capping


b. Direct Pulp Capping ( Pulpa capping
secara langsung )
Direct Pulp Capping adalah
perawatan sekali kunjungan. Direct Pulp
Capping juga digunakan dalam contoh di
mana ada pembusukan yang mendalam
mendekati pulpa tapi tidak ada gejala
infeksi. Direct Pulp Capping menunjukkan
bahwa bahan diaplikasikan langsung ke
jaringan pulpa. Daerah yang terbuka tidak
boleh terkontaminasi oleh saliva, kalsium
hidroksida dapat diletakkan di dekat pulpa
dan selapis semen Zinc Okside Eugenol
dapat diletakkan di atas seluruh lapisan
pulpa dan biarkan mengeras untuk
menghindari tekanan pada daerah perforasi
bila gigi direstorasi. Pulpa diharapkan tetap
bebas dari gejala patologis dan akan lebih
baik jika membentuk dentin sekunder. Agar
perawatan ini berhasil maka pulpa disekitar
daerah terbuka harus vital dan dapat terjadi
proses perbaikan.
Keuntungan Direct Pulp Capping antara lain
:
1.Mempertahankan ketuhan dan vitalitas
pulpa.
2.Memperbaiki dan penutup pulpa yang
terbuka
3.Menghemat waktu perawatan.
4.Mempertahankan fungsi gigi.
Tahapan Perawatan yang Dilakukan adalah
sebagai berikut :
Pada Kunjungan Pertama :

dibersihkan

dengan

air

calxyl.
4. Bagian yang tereksponasi ditutup

dengan cotton pellet yang sudah


dibazahi dengan minyak cengkeh
atau eugenol. Sebaiknya hindari
desinfektan yang kaustik seperti
fenol, kresol dan alkohol.
5. Kalau ada perdarahan atau rasa sakit,

kontrol dengan cotton pellet dan


eugenol yang dihangatkan.
6. Di atas pulpa yang masih terbuka,

aplikasikan preparat Ca (OH)2 tanpa


tekanan dengan Ash 49 atau
amalgam carrier. Kelebihan obat
dibuang dengan ekscavator.
7. Di

atasnya diaplikasikan ZOE


kemudian dilapisi semen fosfat
kemudian
dilapisi
tambalan
sementara.

Pada Kunjungan Kedua :


Setelah 8-10 hari, kalau tidak ada keluhan,
dengan kata lain gigi bereaksi normal,
lakukan penambalan permanen.
4.
Medikamen/ Pemberian
bahan
terapitik
Bahan yang biasa digunakan
untuk pulp capping ini adalah kalsium
hidroksida karena dapat merangsang
pembentukan dentin sekunder secara efektif
dibandingkan bahan lain.
Obat Pulp Capping antara Lain :
- Ca(OH)2 bubuk kering dicampur air steril /
akuades

Dengan bentuk preparat : pulpdent, calxyl,


dycal, calcipulpe, hydcal
SIFAT-SIFAT OBAT PULP CAPPING
1. antiseptik
2. sedatif
3. Tidak mengiritasi
4. Bukan penerus panas
5. Tidak kontraksi / ekspansi
6. Dapat diaplikasi tanpa tekanan
7. Menetralisir asam karies
SIFAT CALXYL :
1.PH 11,5-12,5
2. menetralkan asam
3. sedikit antiseptic
4. tdk mengiritasi
5. menghambat infeksi
6. merangsang pembentukan dentin
sekunder.
5. Prosedur Perawatan Pulpa Capping:
1. Siapkan peralatan dan bahan.

Gunakan kapas, bor, dan peralatan lain yang


steril.
2. Isolasi gigi

Selain menggunakan rubber dam, isolasi


gigi juga dapat menggunakan kapas dan
saliva ejector, jaga posisinya selama
perawatan.
3. Preparasi kavitas

Tembus permukaan oklusal pada tempat


karies sampai kedalaman 1,5 mm (yaitu
kira-kira
0,5
mm
kedalam
dentin). Pertahankan bor pada kedalaman
kavitas dan dengan hentikan intermitten
gerakan bor melalui fisur pada permukaan
oklusal.
4. Ekskavasi karies yang dalam

Dengan perlahan-lahan buang karies dengan


ekskavator,
mula-mula
dengan

menghilangkan karies tepi kemudian


berlanjut ke arah pulpa. Jika pulpa vital dan
bagian yang terbuka tidak lebih besar
diameternya dari ujung jarum maka dapat
dilakukan pulp capping.
5. Berikan kalsium hidroksida

Keringkan kavitas dengan cotton pellet lalu


tutup bagian kavitas yang dalam termasuk
pulpa yang terbuka dengan pasta kalsium
hidroksida.
Sumber :
Andlaw,
R.
J
.Perawatan
Gigi
Anak.1992.Jakarta : Widya Medika
Baum,Philips,Lund. Buku Ajar Ilu Konservasi
Gigi. 1997. Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Pulpitis reversible adalah inflamasi pulpa yang
tidak parah. Jika penyebabnya dilenyapkan,
inflamasi akan menghilang dan pulpa akan
kembali normal. Stimulus ringan atau sebentar
seperti karies insipient, erosi servikal, atau
atrisi oklusal, sebagian besar proses operatif,
kuretase periodontium yang dalam dan fraktur
email yang menyebabkan tubulus dentin
terbuka adalah factor-faktor yang dapat
mengakibatkan pulpitis reversible. (Walton &
Torabinejad, 2008 ; 36)
Pulpitis reversible simtomatik ditandai oleh
rasa sakit tajam yang hanya sebentar. Lebih
sering diakibatka oleh makanan dan minuman
dingin daripada panas dan oleh udara dingin.
Tidak timbul secara spontan dan tidak berlanjut
bila penyebabnya telah ditiadakan. (Grossman,
1995 : 73)
Tetap mempertahankan pulpa yang sehat dan
utuh adalah pilihan yang lebih baik
dibandingkan perawatan saluran akar atau
prosedur endodonsia lainnya., mengingat
bahwa perawatan-perawatan tersebut sangat
memakan waktu, rumit dan mahal. Jika yang
dihadapi adalah suatu lesi karies yang dalam,
ada beberapa ahli yang menganjurkan
tindaakan kaping pulpa (pulp capping), suatu
prosedur untuk mencegah terbukanya pulpa
selama pembuangan dentin yang karies. 1993)
Pulp capping adalah aplikasi selapis atau lebih
material pelindung atau bahan untuk
perawatan diatas pulpa yang terbuka, misalnya

hidroksida kalsium yang akan merangsang


pembentukan dentin reparative (Harty dan
Oston, 1993)
Tujuan pulp capping adalah untuk
menghilangkan iritasi ke jaringan pulpa dan
melindungi pulpa sehingga jaringan pulpa dapat
mempertahankan vitalitasnya. Dengan
demikian terbukanya jaringan pulpa dapat
terhindarkan (www.unpad.ac.id)
Kaping pulpa (pulp capping) dibagi menjadi
dua, yaitu kaping pulpa indirek (indirect pulp
capping) dan kaping pulpa direk (direct pulp
capping). (Walton & Torabinejad, 2008 ; 429)
1. Kaping pulpa indirek
Prosedur kaping pulpa indirek digunakan dalam
manajemen lesi karies yang dalam yang jika
semua dentin yang karies dibuang mungkin
akan menyebabkan terbukanya pulpa. Kaping
pulpa indirek hanya dipertimbangkan jika tidak
ada riwayat pulpagia atau tidak ada tandatanda pulpitis irreversible. (Walton &
Torabinejad, 2008 ; 429)
2. Kaping pulpa direk
Ada dua hal yang menyebabkan prosedur ini
harus dilakukan yakni jika pulpa terbukas ecara
mekanis (tidak sengaja) dan pulpa terbuka
karena karies. Terbukanya pulpa secara
mekanis dapat terjadi pada preparasi kavitas
atau preparasi mahkota yang berlebihan,
penempatan pin atau alat bantu retensi. Kedua
tipe terbukanya pulpa ini berbeda ; jaringan
pulpanya masih normal pada kasus pemajanan
mekanis yang tidak sengaja, sementara pada
pulpa yang terbuka karena karies yang dalam
kemungkinan besar pulpanya telah
terinfalamsi. (Walton & Torabinejad, 2008 ;
429)

Diagnosa pada scenario adalah : Pulpitis


reversible.
Rencana perawatan adalah : indirect pulp
capping
III.2 INDIRECT PULP CAPPING
a. Indikasi dan Kontraindikasi Indirect Pulp
Capping
Perawatan ini dapat dilakukan pada gigi sulung
dan gigi permanen muda yang kariesnya telah
luas dan sangat dekat dengan pulpa. Tujuannya
adalah untuk membuang lesi dan melindungi
pulpanya sehingga jaringan pulpa dapat
melaksanakan perbaikannya sendiri dengan

membuat dentin sekunder. Dengan demikian


terbukanya jaringan pulpa dapat terhindarkan.
Indikasi
Lesi dalam dan tanpa gejala yang secara
radiografik sangat dekat ke pulpa tetapi tidak
mengenai pulpa.
Pulpa masih vital.
Bisa dilakukan pada gigi sulung dan atau gigi
permanen muda.
Kontra Indikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Indirect
Pulp Capping
Alat :
Bur bulat
Fungsinya :
a) Untuk membur email
b) Untuk menyingkirkan karies di dentin
c) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah
singulum
Ekscavator
Fungsinya :
a) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
b) Untuk membuang jaringan gigi yang
lunak/karies
Hachet email atau pahat
Pinset berkerat
Fungsinya :
a) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
Plastis filling instrument
Fungsinya :
a) Untuk memasukkan, memanipulasi dan
membentuk bahan tumpatan plastis
b) Aplikasi semen
c) Untuk mengurangi kelebihan bahan
Alat pengaduk semen
Fungsinya :
a) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
Stopper cement
Fungsinya :
a) Untuk menempatkan atau memampatkan
bahan basis/semen

c. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Indirect


Pulp Capping
Faktor keberhasilan
Keberhasilan perawatan pulp capping direct,
ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta
reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau
dingin yang dilakukan pada pemeriksaan
subjektif setelah perawatan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa
yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari
gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya
pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai criteria
jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan
perawatan karena jembatan dentin bertindak
sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan
pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak
mengalami inflamasi, tetap vital, membantu
kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan
apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum
sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena
adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa
yang terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium
hidroksida terjadi pada hari pertama hingga
minggu kesembilan, sehingga pasien dapat
diminta datang 2 bulan setelah perawatan
untuk melakukan control. Kemudian secara
periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka
waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas
pulpa.
Faktor kegagalan
Pada saat pengeburan, ada kemungkinan mata
bur membuat perforasi atap pulpa. Hal ini
perawatan pulp capping indirect berganti
menjadi pulp capping direct.
d. Prognosis
Pulp capping indirect lebih dari dua kunjungan,
lebih disukai oleh banyak klinisi, pulp capping
dirasa lebih konservatif dan lebih memberi
hasil yang diharapkan dari metode direct.
Pendukung-pendukung teori ini lebih suka untuk
tidak menimbulkan trauma pada gigi dengan
melakukan prosedur eksploratori guna
menentukan apakah mereka menghadapi pulpa
yang terbuka atau hanya lesi karies yang
dalam.
Tindakan ini memberi keuntungan dari gigi
yaitu ditinggalkannya dentin karies yang
meragukan diatas daerah pulpa dan
menutupinya. Kadang-kadang, setelah
beberapa waktu kemudian, sesudah

mineralisasi ulang terjadi lesi dibuka ulang


kembali, setelah itu semua semen dan dentin
karies disingkirkan lalu kavitas dirawat dengan
prosedur sama seperti lesi karies yang dalam
Prognosis baik juga tergantung pada
kekooperatifan pasien dalan perawatan.
Sedangkan pada pulp capping indirect
III.3 Direct Pulp Capping
a. Indikasi dan Kontraindikasi Direct Pulp
Capping
Perawatan ini dapat dilakukan terhadap gigi
yang pulpanya terbuka karena karies atau
trauma tetapi kecil dan diyakini keadaan
jaringan di sekitar tempat terbuka itu tidak
dalam keadaan patologis. Dengan demikian
pulpa dapat tetap sehat dan bahkan mampu
melakukan upaya perbaikan sebagai respons
terhadap medikamen yang dipakai dalam
perawatan pulp capping.
Indikasi
Gigi sulung dengan pulpa terbuka karena
sebab mekanis dengan besar tidak lebih dari
1mm persegi dan di kelilingi oleh dentin bersih
serta tidak ada gejala.
Gigi permanen dengan pulpa terbuka karena
sebab mekanis atau karena karies dan lebarnya
tidak lebih dari 1 mm persegi dan tidak ada
gejala.
Pulpa masih vital.
Hanya berhasil pada pasien di bawah usia 30
tahun, misalnya pulpa terpotong oleh bur pada
waktu preparasi kavitas dan tidak terdapat
invasi bakteri maupun kontaminasi saliva.
Kontraindikasi
Nyeri spontan nyeri pada malam hari.
Pembengkakan.
Fistula.
Peka terhadap perkusi.
Gigi goyang secara patologik.
Resorpsi akar eksterna.
Resorpsi akar interna.
Radiolusensi di periapeks atau di antara akar.
Kalsifikasi jaringan pulpa.
Terbukanya pulpa secara mekanis dan
instrumen yang dipakai telah memasuki
jaringan pulpa.
Perdarahan yang banyak sekali pada tempat
terbukanya pulpa.
Terdapat pus atau eksudat pada tempat
terbukanya pulpa.
b. Alat dan Bahan yang Digunakan pada Direct
Pulp Capping
Alat :

1. Bur bulat
Fungsinya :
d) Untuk membur email
e) Untuk menyingkirkan karies di dentin
f) Untuk menyingkirkan dentin karies di daerah
singulum
2. Ekscavator
Fungsinya :
c) Untuk membuang sisa-sisa akhir dari debris
d) Untuk membuang jaringan gigi yang
lunak/karies
3. Hachet email atau pahat
4. Pinset berkerat
Fungsinya :
b) Untuk menjepit kapas dan gulungan kapas
5. Plastis filling instrument
Fungsinya :
d) Untuk memasukkan, memanipulasi dan
membentuk bahan tumpatan plastis
e) Aplikasi semen
f) Untuk mengurangi kelebihan bahan
6. Alat pengaduk semen
Fungsinya :
b) Untuk memanipulasi bahan tumpatan
7. Stopper cement
Fungsinya :
b) Untuk menempatkan atau memampatkan
bahan basis/semen
Bahan - bahan
Semen zinc oxide eugenol
Semen ZOE yang terdiri dari serbuk zinc oxide
dicampur dengan cairan eugenol, kemudian
diaduk sehingga menghasilkan suatu massa
dengan konsistensi pasta
Kalsium Hidroksida
Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan
powder yang lunak dan tidak berbau, namun
kalsium hidroksida juga tersedia dalam bentuk
pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated
para chlorophenol, metakresil asetat, metal
selulosa, garam normal, atau hanya dengan air
murni
c. Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Direct
Pulp Capping
Keberhasilan perawatan
Pulp capping direct sampai saat ini masih
merupakan suatu metode perawatan yang valid
di bidang endodontic, karena bila perawatan ini
berhasil maka vitalitas dari gigi dengan pulpa
terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat
tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum
perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai

pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa


yang terbuka.
Keberhasilan perawatan pulp capping direct,
ditandai dengan hilangnya rasa sakit, serta
reaksi sensitive terhadap rangsang panas atau
dingin yang dilakukan pada pemeriksaan
subjektif setelah perawatan. Kemudian pada
pemeriksaan objektif ditandai dengan pulpa
yang tinggal akan tetap vital, terbentuknya
jembatan dentin yang dapat dilihat dari
gambaran radiografi pulpa, berlanjutnya
pertumbuhan akar dan penutupan apikal.
Sebagian besar peneliti memakai criteria
jembatan dentin sebagai indicator keberhasilan
perawatan karena jembatan dentin bertindak
sebagai suatu barrier untuk melindungi jaringan
pulpa dari bakteri sehingga pulpa tidak
mengalami inflamasi, tetap vital, membantu
kelanjutan pertumbuhan akar dan penutupan
apikal pada gigi yang pertumbuhannya belum
sempurna. Jembatan dentin terbentuk karena
adanya fungsi sel odontoblas pada daerah pulpa
yang terbuka.
Reaksi jaringan dentin terhadap kalsium
hidroksida terjadi pada hari pertama hingga
minggu kesembilan, sehingga pasien dapat
diminta datang 2 bulan setelah perawatan
untuk melakukan control. Kemudian secara
periodic setiap 6 bulan sekali dalam jangka
waktu 2 sampai 4 tahun untuk menilai vitalitas
pulpa.
Kegagalan perawatan
Perdarahan yang terjadi dapat berperan
sebagai penghalang sehingga tidak terjadi
kontak antara bahan kalsium hidroksida dengan
jaringan pulpa. Hal ini menyebabkan proses
penyembuhan pulpa terhambat.
Kegagalan perawatan ditandai dengan
pemeriksaan subjektif yaitu timbulnya keluhan,
misalnya gigi sensitive terhadap rangsang panas
dan dingin atau gejala lain yang tidak
diinginkan. Kemudian pada pemeriksaan
objektif dengan radiografi dilihat adanya
gambaran radiolusen yang menunjukkan
gumpalan darah atau terjadinya resorpsi
internal.
d. Prognosis
Prognosis Pulp Capping
Pulp capping direct sampai saat ini masih
merupakan suatu metode perawatan yang valid
di bidang endodontik, karena bila perawatan ini
berhasil maka vitalitas dari gigi dengan pulpa
terbuka dapat dipertahankan. Kondisi ini sangat

tergantung pada diagnosis yang tepat sebelum


perawatan, tidak ada bakteri yang mencapai
pulpa dan tidak ada tekanan pada daerah pulpa
yang terbuka. Keberhasilan dari pulp capping
pada lesi pulpa terbuka karena karies lebih
rendah. Kegagalan meningkat jika observasinya
dilakukan lebih lama. Prognosis baik juga
tergantung pada kekooperatifan pasien dalan
perawatan.
III.4 Prosedur Perawatan Pulp Capping
Prosedur perawatan pulp Capping secara Umum
a. Pada lapisan dentin yang keras
I kunjungan pertama
1. Asepsis
Berbagai bahan kimia dan teknik telah
digunakan untuk membuag dan
mengahancurkan kontaminan bakteri dari dari
permukaan gigi, cengkeram, dan karet
sekelilingnya. Bahan kimia yang dipakai antara
lainalkohol, senyawa ammonium kuaterner,
natrium hipoklorit, ioium organic, garam-garam
merkuri, dan hydrogen peroksida. Teknik yang
efektif adalah sebagai berikut:
1. Plak dibuang dengan karet dan pumis
2. Pemasangan isolator karet
Pemasangan isolator karet merupakan hal yang
harus dilakukan . pemasangan isolator karet
pada gigi normal, dengan beberapa latihan,
hanya memerlukan waktu kira-kira setengah
menit. Walaupun demikian dipraktek pribadi
masih jarang dilakukan pemasangan isolator
karet ini. Keuntungan pemakaian isolator karet
ini adalah:
a. Mencegah tertelannya instrument
endodontik yang digunakan.
b. Daerah kerja kering dan jelas serta mudah
didesenfeksi.
c. Melindungi gusi, lidah dan pipi dari trauma
iatrogenic.
d. Mempersingkat waktu perawatan yang
dilakukan dokter gigi.
Sedangkan kerugiannya adalah:
a. Mempersulit foto rontgen
b. Dapat terjadi trauma pada papilla gingival.
Isolator karet terdiri dari:
a. Lembaran Karet
Ada yang berwarna terang dan gelap. Warna
gelap membuat daerah kerja menjadi lebih
jelas tetapi kurang baik untuk pengambilan
foto rontgen.
Ketebalan dari lembar karet ada bermacammacam.

b. Bingkai
Bingkai isolator karet terbuat dari logam dan
plastik. Gunanya untuk menahan atau
meregang lembaran karet yang digunakan. Saat
ini yang sering dipakai adalah Starlite
visiframe.
c. Cengkram
Untuk setiap elemen gigi mempunyai
cengkeram tersendiri.
1. Permukaan gigi, cengkeram, dan karet di
sekelilingnya diulas dengan hydrogen peroksida
30 %
2. Permukan dioles dengan desinfektan iodium
tinktur 5%, natrium hipoklorit juga bisa
digunakan untuk menggantikannya.
Sterilisasi instrument
Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua
mikroorganisme. Disinfeksi bakteri berarti
menghilangkan organisme vegetative yang
menyebabkan penyakit. Instrument yang
digunakan dalam perawatan endodontik
memerlukan disinfeksi, tetapi hal ini tidak
begitu memuaskan Karena tiga alas an yaitu:
1. Metode disenfeksi yang digunakan tidak
dapat bergantung pada eliminasi organisme
yang dapat menyebabkan penyakit.
2. Organsme yang secara normal adalah
nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit jika
memperoleh tambahan jaringan yang
nekrosisatau rusak yang terdapat dalam ruang
pulpa atau region periapeks.
3. Instrument yang berkontak dengan cairan
tubuh dapat memindahkan hepatitis Bdari satu
pasien kepada yang lainnya, kecuali dilakukan
sterilisasi.
Oleh kerena itu, jika perawatan hendak
dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua
instrument yang digunakan dalam ruang pulpa
harus disterilisasi terlebih dahulu. Selain itu,
harus diingat bahwa semua instrument yang
hendak di sterilisasi harus digosok dan
dibersihkan terlebih dahulu dengan deterjen
dan air karena jika terdapat sisa darah kering,
jaringan, atau yang lainnya, dapat menghambat
jalannya sterilisasi.
Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument
dan bahan-bahan endodontik ini, seperti:
1. Autoklaf
2. Oven udara panas
3. Pemanas kering
4. Sterilisasi garam panas

2. Pembersihan jaringan karies


Kedalaman penetrasi lesi karies bukanlah
memberi pengaruh yang bermaknapada
ragangan akhir preparasi. Bila ragangan
preparasi hamper selesai dibuat maka
dilakukan evaluasi pengukuran penetrasi lateral
dari karies dengan menggunakan sonde. Jika
ada karies dentin yang besar, eksavasi tidak
menghilangkan karies yang terletak didekat
pulpa. Lesi ini dapat dibersihkan dengan
menggunakan bur bulat atau eksavator
genggam. Bila digunakan dengan bur, sebaiknya
bur kecepatan rendah untuk mencegah
pembuangan yang berlebihan. Ukuran mata
burnya harus besar dan disesuaikan dengan
besar gigi dan besar karies dentin yang
tertinggal. Sewaktu karies dentin ini
disingkirkan, warna dan tekstur dentin yang
tinggal dapat digunakan sebagai penuntun
untuk mengetahui preparasi yang tepat.

Penyinkiran karies dentin dengan ekskavator


Penyingkiran karies dentin dengan
menggunakan bur bulat
3. Membersihkan permukaan preparasi
Setelah preparasi kavitas, permukaan email dan
dentin biasanya ditutupi oleh sisaselapis tipis
debris yang melekat erat. Penyingkiran lapisan
tipis ini dapat mengganggu kemapuan adaptasi
terhadap dinding kavitas. Keadaan ini dapat
terdeteksi pada waktu penempatan restorasi,
atau yang lebih buruk lagi, tidak begitu nyata
terlihat sampai beberapa waktu kemudian.
Demikian pula, sifat optimal semen gigi,
khususnya semen polikarboksilat sangat
dipengaruhi oleh kebersihan permukaan
preparasi pada waktu penambalan.
Natrium hipoklorit (NaOCl) dalam berbagai
konsentrasi adalah irigan yang paling popular
dan paling dianjurkan. Larutan ini tidak mahal,
mudah diperoleh, mudah dipakai dan
memperoleh rating yang tinggi dalam
penelitian. Penelitian in vitro mengindikasikan

bahwa NaOCl melarutkan jaringan dengan


mudah, eksperimen pada gigi cabutan dan
penggunaan kliniknya tidak begitu
mengesankan. Didalam saluran akar, irigan
tidak akan berkontak secara luas dan intim
dengan semua daerah jaringan. Selain itu,
irigan tidak mempunyai akses yang cukup
kedaerah yang terpencilmdan derah-daerah
yang mengalami penyimpangan anatomi dan
oleh karenanya aka nada daerah-daerah yang
debridementnya tidak bisa dilakukan dengan
baik. Sedangkan Pemakaian peroksida hydrogen
(H2O2)sendiri tidak bermanfaat. Cara ini
dahulu pernah popular dan bermanfaat tapi
karena ada efek berbusanya larutan akibatnya
terbentuk O-nasen yang memudahkan
pembersihan debris ternyata, peningkatan
debridement dengan cara ini tidak terjadi.
Teknik Irigasi
Jarum. Tersedia berbagai tipe jarum walaupun
tidak ada satu pun yang tepat. Yang penting
adalah ukurannya yang harus kecil. Lebih
disukai berukuran 27 atau 28. Jarum ukuran ini
berpotensi untuk berpenetrasi lebih dalam
sehingga pengeluaran lautan dapat lebih baik
demikian juga pembersihan debrisnya. Jarum
yang lebih kecil cenderung menjadi tersumbat;
kecenderungan ini dapat diminimalkan dengan
aspirasi setiap setelah irigasi.
Pemakaian. Faktor yang paling penting adalah
penetrasi jarum dan volume irigasi. jarum yang
kecil, bersama-sama dengan irigasi yang banyak
akan menghasilkan pembilasan yang lebih baik.
4. Menempatkan Subbase:
Bahan Subbase
Ca(OH)2
Sampai saat ini, kalsium hidroksida merupakan
bahan direct pulp capping yang paling populer
sebagai terapi pulpa vital. Bahan ini
mempunyai banyak kekurangan di antaranya
pada pH 12,5 menyebabkan terjadi nekrosis
likuidasi terutama pada lapisan superfisial
pulpa. Efek toksik dari kalsium hidroksida yang
kelihatannya dinetralisir pada lapisan pulpa
yang lebih dalam, justru menyebabkan nekrosis
koagulasi yang berbatasan dengan jaringan
vital, menyebabkan iritasi ringan pada pulpa.
Pada proses kesembuhan, terjadi tunnel
defectt pada pembentukan jembatan dentin
yang akan memudahkan masuknya bakteri dan
memperlambat proses kesembuhan. Untuk
mencegah terjadinya infeksi, perlu
mempercepat kesembuhan dengan memicu

proses regenerasi sel. Suatu proses kesembuhan


diperlukan molekul pensinyal untuk memulai
kaskade siklus sel agar terjadi mitosis untuk
regenerasi odontoblas membentuk dentin
reparatif.
Pada suatu penelitian dipakai TGF-1 suatu
growth factor sebagai molekul pensinyal pada
perawatan direct pulp capping. Suatu
pendekatan baru berbasis pengertian
mekanisme seluler dan molekuler pada regulasi
dentinogenesis. Pemberian TGF - 1
mempengaruhi respons inflamasi yang meliputi:
meningkatkan infiltrasi sel inflamasi,
menurunkan perdarahan, vakuolisasi, nekrosis
dan angiogenesis. Pemberian TGF- 1
meningkatkan aktivitas fibroblas yang meliputi:
meningkatkan stellate fibroblast,
odontoblastoid, mineralisasi, fosfatase alkali
dan sintesis kolagen tipe I. Pada pemberian
TGF- 1, peningkatan sintesis kolagen tipe I
disebabkan oleh peningkatan diferensiasi
odontoblastoid dan seiring dengan berjalannya
waktu, kolagen tipe I disintesis makin banyak.
(http://www.adln.lib.unair.ac.id/print.php?
id=gdlhub-gdl-s3-2007-prijambodo5314&PHPSESSID=3f8e215d0335af1a5410155655
b2db9f)
Kalsium hidroksida tersedia dalam bentuk
suspensi cair, bubuk, atau pasta. Kalsium
hidroksida diberikan sebagai pelapik yang
banyak mengandung kalsium di atas dentin
yang baru dipotong atau sebagai insulator di
atas bagian kavitas yang lebih dalam. Bentuk
pasta adalah yang paling populer karena bahan
ini dapat dengan mudah dipakai dan mengeras
dengan cepat. Jenis bahan ini dipakai dengan
menggunakan instrumen yang sama untuk
mencampur bahan. Sebelum penempatan
bahan, instrumen harus benar-benar bersih
karena sebagian pelapik bahan ini harus
ditempatkan dengan sangat tepat untuk
menghindari noda-noda yang berserakan di
semua tempat. (Baum, 1997)
Sejumlah instrumen dapat dipakai tergantung
pada perlakuan yang diperlukan. Ukuran dan
lokasi preparasi menentukan instrumen yang
paling tepat. Bagian belakang eskavator yang
kecil dapat digunakan dalam penempatan
semen. Instrumen yang efektif adalah aplikator
yang berbentuk seperti sebuah sonde dengan
bulatan kecil pada ujungnya. Ujung yang bulat
dicelupkan setengah ke dalam campuran yang
diinginkan saat menempatkan pasta di gigi atas

(atau permukaan atas). Jika lebih dari


setengah alat ini dicelupkan, bahan tersebut
tidak akan tinggal pada ujung alat tadi tetapi
akan terus mengalir ke tangkai instrumen.
Preparasi amalgam dan resin akan mempunyai
underkut retentif pada dentin. Ada
kecenderungan yang kuat bahwa bahan pelapik,
seperti misalnya Dycal, kunci mekanis untuk
retensi. Bila hal ini terjadi, alat-alat eksplorer
atau pemotong digunakan untuk membuang
bahan dari sisi retensi setelah bahan itu
mengeras.
Bahan pelapik mngeras dengan sangat cepat
setelah dicampur, sehingga harus ditempatkan
langsung setelah pencampuran. Temperatur
mulut mempercepat reksi pengerasan ini.
Kelembaban yang meningkat juga akan
mengurangi waktu pengerasan, keadaan ini
disebabkan karena tidak memakai isolator
karet. (Baum, 1997)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA)
Mineral Trioxide Aggregate (MTA) adalah bahan
pengisi saluran akar yang dikembangkan di
Universitas Loma Linda. MTA memiliki
kemampuan mengisi yang baik, tidak bersifat
toksik, tidak menimbulkan inflamasi,
biokompatibel, mudah memanipulasikannya,
tidak terpenganih terhadap adanya kontaminasi
darah, tidak larut dan dapat merangsang
pembentukan jaringan keras (tulang dan
sementum). Disamping itu MTA juga memiliki
sifat antibakteri dan lebih radiopak dari dentin
schingga mempermudah membedakannya
daJam radiografi. Karena sifat-sifatnya ini MTA
digunakan sebagai bahan perawatan dalam
bidang endodontik yaitu: sebagai perawatan
perforasi saluran akar, pulpotomi, apeksifikasi
akar dan direct pulp capping
Contohnya : Ca(OH)2 / ZOE
Menempatkan pasta Ca (OH)2 (lihat gambar)
Cara penempatan pasta Ca(OH)2
penempatan semen oksida seng eugenol
5. Melapisi subbase dengan base
BASE dan liner.
Base (basis) adalah bahan yang digunakan
dalam bentuk yang relative tebal untuk
menggantikan dentin yang sudah rusak dan
untuk melindungi pulpa dari iritasi kimia dan
fisik. (Eccles & Greene, 1994 : 78). Bahan basis
berfungsi sebagai pelindung terhadap iritasi
kimia, menghasilkan penyekat terhadap panas

dan menahan tekanan yang diberikan semalam


pemampatan bahan restorative. Kebutuhan
akan pelindung sebelum merestorasi
bergantung pada perluasan lokasi preparasi dan
material restorasi yang akan digunakan. Karena
memiliki tujuan yang sama, liner dan base
tidak dibedakan secara jelas. (Baum dkk,
1997 ; 154)
Liner merupakan lapisan tipis material yang
digunakan sebagai barrier untuk melindungi
dentin dari reaktan residual yang berdifusi
keluar dari restorasi/cairan rongga mulut yang
dapat menembus interface gigi-restorasi. Liner
juga sebagai penyekat elektrik material
metalik, memberikan perlindungan thermal dan
medikasi pulpa. Kebutuhan liner bila akan
dilakukan restorasi metal yang luas ke pulpa
yang tidak berikatan dengan struktur gigi
seperti amalgam, cast gold, atau restorasi
indirect.
Basis (biasanya 1-2 mm) digunakan untuk
memberikan perlindungan termal untuk pulpa
dan menambahkan dukungan mekanis untuk
restorasi dengan mendistribusikan stress local
dari restorasi ke permukaan dentin di
bawahnya. Basis memberikan perlindungan bagi
pulpa :
- Protective base : melindungi pulpa sebelum
peletakkan bahan restorasi
- Insulating base : melindungi pulpa dari shock
termal
- Sedative base : medikasi pulpa yang
mengalami injury
(Gatot Sutrisno, 2006)
Macam-macam basis :
Vernis
Bila digunakan tambalan amalgam atau emas,
preparasi tersebut harus dilapisi dengan vernis
kavitas. Vernis kavitas bisa resin alami atau
sintetik yang dilarutkan pada pelarut ester atau
kloroform. Kemudian pelarut akan menguap
dan meninggalkan lapisan tipis pada preparasi
kavitas yang merupakan balut terhadap dentin
yang terpotong. Vernis kavitas fungsi utamanya
adalah mengurangi kebocoran mikro yang
terjadi seperti seperti pada restorasi
amalagam. Vernis kavitas ini menghambat
kebocoran mikro selama beberapa minggu
pertama sampai produk korosi terbentuk.
Sensitivitas yang dirangsang oleh penetrasi
cairan atau debris akan sangat berkurang.
Selain itu, bila restorasi mengiritasi, seperti
seng fosfat,vernis dioleskan untuk mencegah

penetrasi asam ke dentin dan pulpa.


Selapis vernis yang diletakkan dibawah
restorasi logam bukan merupakan isolator
panas yang baik walaupun vernis memiliki
konduktivitas panas yang rendah, bila
ditempatkan dengan baik, ketebalan lapisan
tersebut hanyalah berkisar 4 mikrometer
sehingga terlalu tipis untuk menyekat panas.
Kalsium Hidroksida
Vernis tidak digunakan bila restorasi tersebut
adalah komposit atau resin nirpasi. Begitu resin
berkontak dengan vernis, polimerisasi resin
dapat menghambat sehingga menghasilkan
perlunakan pada permukaa antara vernis dan
resin.
Suatu bahan yang secara ektensif digunakan
untuk perlindungan pulpa tidak hanya dibawah
resin tetapi dibawah seluruh bahan restorasif
adalah kalsium hidroksida. Bahan ini sangat
efektif dalam pembentukan dentin sekunder.
Dentin sekunder merupakan bantuan yang
penting dalam perbaikan pulpa. Dentin
tersebut nantinya akan melindungi pulpa dari
iritan-iritan seperti produk toksik dari bahan
restorasi.
Semen kalsium hidroksida yang dipasarkan
biasanya disediakan dalam 2 pasta. Pasta ini
mengandung 6 atau 7 bahan lain yang
ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat
tertentu. Bahan-bahan ini pada umumnya
memberikan respon pulpa yang khas terhadap
kalsium hidroksida. Bahn ini memiliki kekuatan
dan kekerasan yang sangat baik sehingga
digunakan sebagai fondasi untuk bahan
tambalan dan cocok untuk kerusakan yang
diakibatkan oleh lesi karies profunda.
Prosedur Peletakan Pelapik dan Basis
Vernis
Pemilihan merk vernis didasarkan pada
kerusakan pribadi dan karakteristik manipulasi
bahan tersebut. Hal yang terpenting adalah
untuk mendapatkan suatu lapisan yang merata
dan tidak terputus-putus diatas seluruh
permukaan kavitas yang dipreparasi. Sedikitnya
ada 2 lapisan yang harus dioleskan.
Mengeringnya lapisan pertama akan
meninggalkan lubang-lubang kecil dan lapisan
kedua megisi rongga-rongga tersebut dan
menghasilkan lapisan yang lebih homogen.
Vernis harus mempunyai viskositas yang encer,
bila terlalu kental maka tidak akan membasahi
gigi dengan baik sehingga memungkinkan

kebocoran mikro diantara gigi dan vernis. Oleh


karena itu selama tidak dipakai vernis tidak
dipakai maka botol vernis harus ditutup rapat.
Dan bahan pengencer yang biasanya digunakan
adalah eter atau kloroform.
Vernis dioleskan pada dinding preparasi dengan
menggunakan kapas kecil dan dikeringkan
dengan menggunakan angin. Pengolesan vernis
dengan menggunakan kapas kan pinset, apabila
kavitas terlalu kecil bisa menggunakan sonde.
Namun akan lebih efektif jika menggunakan
reamer saluran akar sebagai pembawa.
Semen
Bermacam-macam bahan untuk basis dan
pembalut (dressing), diantaranya :
semen oksida seng eugenol (ose), semen seng
fosfat, semen polikarboksilat, semen ionomer
kaca.
a. Semen Oksida Seng Eugenol
Merupakan semen tipe sedatif yang lembut.
Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan
cairan, berfungsi sebagai basis insulatif
(penghambat). Semen ini sering dipakai karena
bersifat paling sedikit mengiritasi dan memiliki
pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif
terhadap pulpa dan dapat meminimalkan
kebocoran mikro serta memberikan
perlindungna terhadap pulpa.
Campuran konvensional dari oksida seng dan
eugenol masih lemah. Oleh karena itu produk
OSE diperkuat dengan menambahkan polimer
sebagai penguat.
Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini
lebih sering digunakan kertas pad dibanding
glass lab. Bubuk dalam jumlah secukupnya
ditambah kebeberapa tetes eugenol dan diaduk
sampai mencapai suatu tekstur yang seperti
kental yang bila dipegang jari tidak lengket.
Sebagian kecil kira-kira seukuran biji wijen
dilengketkan pada ujung eksplorer dan
dioleskan dengan hati-hati kedalam kavitas.
Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.
Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset
dan digunakan sebagai alat untuk menekan
bahan tersebut dan membentuknya di dalam
kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung
lengket ke instrument logam atau plastik,
karena itu kapas harus kering. Penambahan
bahan sisa dilakukan berulangkali dengan cara
yang sama sampai diperoleh ketebalan yang
cukup.
b. Semen Seng Fosfat (ZP)

Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan


keras tetapi mengititasi pulpa. Terdiri atas
bahan bubuk-cair, bubuknya biasanya adalah
oksida seng dan cairannya adalah asam ortho
phosporik, garam-garam logam dan air.
Pemakaian utama dan tradisional dari bahan ini
adalah untuk merekatkan restorasi-restorasi
pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis
bila diperlukan kekuatan compresi yang besar.
Semen posphat yang baru diaduk sangat
mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan
varnish atau jenis bahan basis lainnya dapat
menyebabkan kerusakan pulpa yang
irreversible.
Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki
kekuatan yang besar dari suatu basis, dapat
menahan dari trauma mekanis dan memberi
perlindungan yang baik dari rangsangan panas
tetapi semen ini mudah pecah dan tidak baik
untuk tambalan sementara.
c. Semen Polikarboksilat
Merupakan semen gigi yang baru dan memberi
perlekatan yang baik pada komponen kalsium
dari struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi,
memiliki potensi untuk adhesi klinis ke ion
kalsium pada email dan dentin. Karena bahan
ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan
upaya mengaduk semen hingga menyerupai
konsisten pasta pada semen zinc phospat.
Bubuk semen ini sama dengan semen seng
phospat bubuk mengandung oksida seng dan
sejumlah kecil oksida magnesium. Pada saat ini
oksida magnesium sering digantikan dengan
oksida stanic dan stanius flourida untuk
memodifikasi waktu pengerasan dan
meningkatkan kekuatan dan karakteristik
manipulasinya. Cairannya adalah asam
poliakrilik dan air. pH semen polikarboksilat,
pada awalnya mirip dengan pH semen seng
fosfat tetapi respon pulpanya mirip dengan
semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin
untuk tingkat iritasi yang rendah adalah ukuran
molekul poliakrilik yang besar membatasi
penetrasi melalui dentin dan penarikannya
terhadap protein yang dapat membatasi
difusinya melalui tubulus dentin.
d. semen silikophospat
semen ini merupakan hibrid kombinasi dari
semen sing fosfat dan semen silikat, sering
disebut sebagai semen silikofosfat. Semen ini
terdiri dari 90% semen silikat dan 10 % semen
seng fosfat. Dengan adanya kandungan florida
dalam bagian silikat dari bubuk tersebut,

semen ini memberikan pencegahan karies


sekunder. Dari titik pandang sifat anti
kariesnya, seng siliko fosfat sering merupakan
bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya
tinggi. Aksi untuk perlindungan pulpa adalah
sama dengan seng fosfat.
e. semen ionomer kaca (GI)
karena sifat biologis dari GI yang baik dan
memiliki potensi perlekatan kekalsium yang ada
didialam gigi, ionomer kaca terutama
digunakan sebagai bahan restoratif untuk
perawatan daerah erosi dan sebagai bahan
penyemenan. Selain itu GI digunakan sebagai
basis walaupun bahan tersebut sangat sensitif
terhadap air dan membutuhkan daerah yang
kering.
Komposisi
GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya
yaitu likuid (cairan) dan bubuk.
Bubuk
Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :
Silica 41.9%
Alumina 28.6%
Aluminium Fluoride 1.6%
Calcium Fluoride 15.7%
Sodium Fluoride 9.3%
Aluminium Phosphate 3.8%
Likuid
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam
poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%.
Pelapik ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama
adalah sistem bubuk-cairan konvensional
serupa dengan semen tipe 2. tipe 2 adalah
ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar,
bagian bubuknya berisi unsur partikel kaca
konvensional yang larut asam ditambah
aselerator foto- aktivasi. Cairannya dalah
larutan cair asam poliakrilat atau kopolimer,
gugusan grup metakrilat. Kedua unsur tersebut
dicampur, dimasukkan ke kavitas, dan
kemudian disinari dengan sinar pengeras resin.
Sinar mengaktifkan akselerator, menghasilkan
radikal bebas dan gugusan grup metakrilat akan
mengeras dengan cara saling menempel.
Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah,
untuk perekat perantara antara gigi dengan
tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini
sebagai bonding terhadap dentin.
Contoh : pemberian base Zn PO4

6. Penumpatan sementaraa
Tujuan Restorasi Sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting
dalam mempertahankan seal hermetik yang
baik di atas pulpa. Penempatan restorasi
sementara yang stabil tanpa mengganggu
bagian oklusal dan periodontal gigi tidak selalu
mudah dicapai. Restorasi sementara harus
protektif, rapat, dan bagus estetik serta
fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah
kerusakan pulpa dan sakit atau
ketidaknyamanan bagi pasien. Jadi semen
sementara juga harus non-iritasi sehingga
menjaga kenyamanan pasien selama periode
waktu yang singkat.
Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan
benda asing lainnya.
Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi
sekitarnya baik ke lateral, dengan cara
merestorasi titik kontak, atau ke oklusal
dengan merestorasi stop sentrik.
Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
Mempertahankan kondisi periodontal dan
kebersihan mulut. Tidak mempersulit
pembersihan mulut dengan menutupi kavitas
gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka akan timbul
masalah gingiva akibat sulit menjaga
kebersihan mulut.
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat
berfungsi dengan baik dan bertahan lama,
yakni :
1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi
yang memerlukan perawatan biasanya sudah
tidak lebih baik lagi sehingga pengambilan
dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan.
Sebaliknya, kuspa mungkin perlu dikurangi dan
diberi pelindung (capping).
2. Retensi. Restorasi korona memperoleh
retensi dari inti dan sisa dentin yang masih ada.
Jika intinya memerlukan retensi, maka yang
dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya
dengan memakai pasak. Namun pasak ini akan
melemahkan dan mungkin menyebabkan
operforasi sehingga hendaknya dipakai jika
diperlukan untuk retensi inti.
3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi
posterior, hal ini diaplikasikan untuk

memproteksi kuspa yang tidak terdukung


supaya bisa menghindari terjadinya fleksur dan
fraktur. Restorasi didesain demikian rupa
sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan
melalui gigi ke jaringan penyangga.
Kebutuhan bahan restorasi sementara
bervariasi tergantung pada lama, tekanan
oklusal dan keausan, kompeksitas kavitas akses
dan banyaknya jaringan gigi yang
hilang.Restorasi sementara harus bertahan satu
sampai beberapa minggu.
Adapun contoh-contoh tumpatan sementara
antaralain:
Bahan pertama yaitu cavit G( ESPE /premier
USE) merupakan bahan yang mengandung
calcium sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan
ini bersifat ekspansiv waktu mengeras, karena
penggunaanya mudah dan mempunyai
kerapatan yang baik dengan dinding kavitas,
digunakan untuk waktu antar kunjungan yang
singkat, kekuatan komprehensifnya yang
rendah dan mudah hilang oleh pemakaian. Cara
meletakkan kekavitas adalah sebagaian demi
sebagian pada dinding kavitas dengan
instrument plastis (system incremental),
kelebihan bahan dibuang dan permukaan
tumpatan dihaluskan dengan kapas basah.
Setelah penumpatan sebaiknya gigi tidak
dipakai untuk mengunyah paling tidak selama 1
jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas
penutupan cavit G kelihatannya berdasarkan
kemampuan bahan untuk mengembang saat
mengeras. Cavit G adalah suatu komponen
hidrofilik yang dapat mengeras dalam susasana
lembab. Karena itulah, hendaknya jangan
digunakan pada gigi vital karena dapat
mengeringkan dentin dan dengan demikian
dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi (cit.
Grossman,dkk,1995)
Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA)
merupakan bahan tumpatan sementara yang
mengandung semen zinc oxide yang diperkaya
dengan resin. Bahan ini cukup untuk baik
digunakan walaupun kerapatannya kurang bila
dibandingkan dengan cavit G. teknik
peletakkannya sama dengan bahan pertama.
Semen ini diindikasikan diregio yang sukar
diisolasi seperti karies interproksimal
subgingiva tetapi yang tidak memerlukan
pemanjangan mahkota atau gingivektomi.
Semen ini harus tetap mempertahankan kontak
proksimal atau jika struktur gigi hanya tersisa
sedikit, semen harus dikontur sedemikian rupa

sehingga tidak menyebabkan impaksi makanan.


Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria
laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan
bahan tumpatan sementara dengan basis
synthetic resin bebas. Pada saat bentuknya cair,
sewaktu mengaplikasikannya harus dihindarkan
dari tekanan. Biasanya langsung mengeras
apabila terkena saliva. Bahan ini mempunyai
stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan
juga sangat rapat dalam menutup kavitas
terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari
tiga bentuk variasi warna yaitu warna gading
untuk pemakaian normal, warna merah jambu
untuk pemakaian yang keras dan warna biru
untuk kasus yang membutuhkan campuran
arsenik
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes
tekan setelah membuka tumpatan sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi
masih dalam keadaan vital atau tidak.
Rangsangan yang menyebabkan ekspansi pulpa
panas dapat diperoleh dari guta perca yang
dipanaskan. Lokasi yang diperiksa adalah
daerah servikal gigi, karena tubuli dentin lebih
banyak dan lapisan enamel lebih tipis sehingga
rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul
reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes termal,
maka dapat dikurangi dengan melakukan tes
termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso
kontriksi. Rangsangan yang dapat menyebabkan
kontraksi pulpa diperoleh dari bulatan kapas
kecil yang disemprot etil klorida atau es
berbentuk batang kecil. Bulatan kapas yang
disemprot klor etil akan diletakkan didaerah
servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan
pangkal kaca mulut untuk mengetahui nyeri
dengan melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan
cara meletakan pangkal kaca mulut di atas
mahkota gigi kemudian penderita di minta
menggigit perlahan-lahan untuk mengetahui
nyeri dengan melihat ekspresi penderita (Bila
gigi lawan tidak cukup ditekan dengan pangkal
kaca mulut).

2. Menanyakan Keluhan penderita


Setelah melakukan tes termal dan tes tekan
serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila sudah tidak ada keluhan
maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan
tetap sesuai dengan lesi kariesnya.
c. Pada lapisan dentin lunak
Pengambilan karies, jaringan karies diambil
secara bertahap supaya tidak perforasi dan
dimaksudkan untuk terbentuknya dentin
sekunder
1. Perawatan langsung sama dengan perawatan
dentin keras.
2. Perawatan bertahap
Kunjungan I
1. Asepsis
2. Pembersihan jaringan karies
3. Membersihkan permukaan preparasi
4. Menempatkan Subbase dengan bahan dan
prosedur sama dengan diatas
5. Melapisi subbase dengan base
6. Penumpatan sementaraa
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes
tekan setelah membuka tumpatan sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan
serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan
penderita, apabila tidak ada keluhan maka
subbase dan base dibuang dan diganti yang
baru setelah itu baru dilakukan penumpatan

tetap.
III. 5 Perbedaan Antara Indirect Pulp Capping
Dan Direct Pulp Capping
Perbedaan pulp capping direct dan pulp
capping indirect
Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect
1. Seluruh dentin karies dihilangkan
2. Pulpa terbuka
3. Perawatannya hanya satu kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2
1. Hanya dentin tepi yang karies disingkirkan
2. Pulpa tidak terbuka
3. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah seng
fosfat eugenol (OSE)

Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan


Pulp Capping Indirect
Keputusan apakah digunakan prosedur direct
atau indirect tergantung pada faktor-faktor lain
selain keadaan pulpa yang sehat.Memilih
perawatan pilihan diperjelaskan pada gambar
di bawah ini
Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan
Pulp Capping Indirect
Keputusan apakah digunakan prosedur direct
atau indirect tergantung pada faktor-faktor lain
selain keadaan pulpa yang sehat.Memilih
perawatan pilihan diperjelaskan pada gambar
di bawah ini

You might also like