You are on page 1of 9

KERATOSIS SEBOROIK

A. DEFINISI
Tumor kulit merupakan salah satu dari beberapa jenis tumor pada
manusia yang dapat diikuti secara dini karena dapat dilihat dan diraba sejak
awal. Tumor kulit sendiri dapat dibagi menjadi 3 yakni: tumor jinak, tumor
prakanker, dan tumor ganas. Dan di antara tumor-tumor jinak tersebut yang
paling sering ditemukan ialah keratosis seboroik.1
Keratosis seboroik adalah suatu tumor jinak, berpigmen, lebih sering
ditemukan pada orang tua yang berusia 50 tahun ke atas dan terdiri dari
keratinosit epidermis. Keratosis seboroik umumnya berbentuk papul
verukosa, stuck-on, asimtomatik atau keluhan gatal.2,3,4
Lesi awalnya kecil, rata, dan berwarna kecoklatan. Lama kelamaan
membesar menyerupai papul verukosa, memberi gambaran stuck on pada
kulit.2

Gambar 1. Keratosis seboroik dengan gambaran lesi stuck-on2


B. EPIDEMIOLOGI
Keratitis seboroik adalah tumor epidermal kulit yang paling umum dan
lesi umumnya timbul pada usia pertengahan tetapi dapat timbul pada usia
remaja.2,3
1. Ras
Keratosis seboroik kurang umum di populasi dengan kulit gelap
dibandingkan dengan mereka yang memiliki kulit putih, namun orang-orang
kulit hitam mengembangkan varian keratosis seboroik yang disebut
dermatosis papulosa nigra. Lesi ini mempengaruhi wajah, terutama pipi atas
1

dan lateral daerah orbita. Lesi ini kecil, pedunkulasi, dan sangat berpigmen
dengan elemen keratotik yang minimal. Awal lesi ini umumnya berawal dari
keratosis seboroik biasa.
2. Jenis kelamin
Tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam frekuensi terjadinya keratosis
seboroik.
3. Usia
Keratosis seboroik adalah tumor jinak yang umum pada individu yang
lebih tua.Mereka tampak meningkat seiring dengan meningkatnya usia.
Keratosis seboroik juga telah ditemukan terjadi pada individu muda.
Walaupun sangat umum tidak ada karakteristik yang baik pada kebanyakan
populasi. Dalam studi di Australia lesi diidentifikasi 30% pada orang yang
berusia di bawah 30 tahun dan meningkat hingga 100% pada yang berusia
lebih tua lebih dari 50 tahun.
C. ETIOLOGI
Etiologi yang pasti belum diketahui.2
Ada beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya keratosis seboroik:
1. Genetik
Disebutkan bahwa penyakit ini berhubungan dengan faktor genetik
dengan pola penurunan secara dominan autosomal. Faktor pertumbuhan
epidermis dianggap berperan dalam pembentukan keratosis seboroik.
Meningkatnya jumlah sel yang bereplikasi menunjukkan adanya
hubungan dengan terjadinya keratosis seboroik ini.

2. Paparan sinar matahari


Ada pula yang mengatakan bahwa terpapar sinar matahari (sinar
ultraviolet) secara kronis yang menjadi penyebabnya, karena keratosis
seboroik biasanya terdapat pada bagian kulit yang paling sering terpajan
sinar matahari, dan sebagian tipe keratosis seboroik dapat terbentuk
akibat radiasi sinar matahari pada kulit manusia.

3. Infeksi virus (HPV DNA)


Ada pula yang mengatakan diduga infeksi virus berdasarkan gambaran
klinis kutilnya. DNA dari human papiloma virus didapat pada 40 kasus
keratosis seboroik genital dan 42 dari 55 kasus keratosis seboroik non
genital (76%).
D. PATOGENESIS
Epidermal Growth Faktor (EGF) atau reseptornya, telah terbukti
terlibat dalam pembentukan keratosis seboroik. Tidak ada perbedaan yang
nyata dari ekspresi immunoreactive growth hormone receptor di keratinosit
pada epidermis normal dan keratosis seboroik.3
Ekspresi dari gen bcl-2, suatu gen onkogen penekan apoptosis, rendah
pada keratosis seboroik dibandingkan dengan basal sel karsinoma atau
skuamous sel karsinoma, yang memiliki nilai yang tinggi untuk jenis gen ini
(Nakagawa et al, 1994). Tidak ada peningkatan yang dapat dilihat dalam sonic
hedgehog signal transducers patched (ptc) dan smoothened (smo) mRNA
pada keratosis seboroik dibanding kulit yang normal. 3
Frekuensi yang tinggi dari mutasi gen dalam mengenkode reseptor
tyrosine kinase FGFR3 (fibroblast growth factor receptor 3) telah ditemukan
pada beberapa tipe keratosis seboroik. Hal ini menjadi alasan bahwa faktor
gen menjadi basis dalam patogenesis keratosis seboroik. FGFR3 terdapat
dalam reseptor transmembran tirosine kinase yang ikut serta dalam
memberikan sinyal transduksi guna regulasi pertumbuhan, deferensiasi,
migrasi dan penyembuhan sel. Mutasi FGFR3 terdapat pada 40% keratosis
seboroik hiperkeratosis, 40% keratosis seboroik akantosis, dan 85% keratosis
seboroik adenoid. 3
Keratosis Seboroik memiliki banyak derajat pigmentasi. Pada
pigmentasi keratosis seboroik, proliferasi dari keratinosit memacu aktivasi
dari melanosit di sekitarnya dengan mensekresi melanocyte-stimulating
cytokines. Endotelin-1 memiliki efek simulasi ganda pada sintesis DNA dan
melanisasi pada melanosit manusia dan telah terbukti terlibat sebagai salah

satu peran penting dalam pembentukan hiperpigmentasi pada keratosis


seboroik (Teraki et al, 1996). Secara Immunohistokimia, keratinosit pada
keratosis seboroik memperlihatkan keratin dengan berat molekul yang rendah,
tetapi ada sebagian kecil pembentukan keratin dengan berat molekul yang
tinggi. 3
E. GEJALA KLINIS
Munculnya keratosis seboroik biasanya di mulai dengan lesi datar,
berwarna coklat muda, berbatas tegas, dengan permukaan seperti beludru
sampai verukosa halus, diameter lesi bervariasi antara beberapa mm sampai 3
cm. Lama kelamaan lesi akan menebal, dan member gambaran yang khas
yaitu menempel (stuck on) pada permukaan kulit. Lesi yang telah berkembang
akan mengalami pigmentasi yang gelap dan tertutup oleh skuama berminyak.
Predileksi tumor terutama pada daerah seboroika yaitu : dada, punggung,
perut, wajah dan leher.

Gambar 2. Gambaran keratosis seboroik pada pemeriksaan fisis2

Gambar 3. Gambaran keratosis seboroik pada pemeriksaan fisis2


F. DIAGNOSIS
a. Anamnesis
1. Biasanya asimptomatik, pasien hanya mengeluh terdapat bejolan hitam
terasa tidak nyaman.
2. Lesi kadang dapat terasa gatal, ingin digaruk atau dijepit.
3. Pasien kadang merasa benjolan semakin membesar secara lambat.
4. Lesi tidak dapat sembuh sendiri secara tiba-tiba.
5. Sebagian kasus terdapat riwayat keluarga yang diturunkan.
6. Lesi dapat timbul di seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan kaki serta
membrane mukosa.
b. Pemeriksaan fisik
Keratosis seboroik tampak sebagai lesi berupa papul atau plak yang
agak menonjol, namun dapat juga terlihat menempel pada permukaan kulit.
Lesi biasanyamemiliki pigmen warna yang sama yaitu coklat, namun kadang
kadang juga dapat ditemukan yang bewarna hitam atau hitam kebiruan, bentuk
bulat sampai oval, ukuran dari miliar sampai lentikular bahkan sampai
35x15cm. Pada lesi multiple distribusi seiring dengan lipatan kulit. Permukaan
lesi biasanya berbenjol benjol. Pada lesi yang memiliki permukaan halus
biasanya terkandung jaringan keratotik yang menyerupai butiran gandum.
Pada perabaan terasa lunak dan berminyak.2,3
Lesi biasanya timbul pada usia lebih dari 40 tahun dan terus bertambah seiring
dengan bertambahnya usia. Pada beberapa individu lesi dapat bertambah besar
dan tebal, namun jarang lepas dengan sendirinya. 2,3
Trauma atau penggosokan dengan keras dapat menyebabkan bagian
puncak lesi lepas, namun akan tumbuh kembali dengan sendirinya. Tidak ada
tendensi untuk berubah ke arah keganasan. Akan tetapi melanoma, karsinoma
sel basal, dan terkadang tumbuh di lesi keratosis seboroik. 2,3

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
histopatologi. Komposisi keratosis seboroik adalah sel basaloid dengan
campuran sel skuamosa. Invaginasi keratin dan horn cyst merupakan
karakteristiknya. Sarang-sarang sel skuamosa kadang dijumpai, terutama pada
tipe irritated. Satu dari tiga keratosis seboroik terlihat hiperpigmentasi pada
pewarnaan hematoksilin-eosin. Setidaknya ada 5 gambaran histologi yang
dikenal

akantosis

(solid),

reticulated

(adenoid),

hiperkeratosis

(papilomatous), clonal dan irritated. Gambaran yang bertumpang tindih biasa


dijumpai.2
a) Tipe akantosis dibentuk oleh kolumna-kolumna sel basal dengan
campuran horncyst.
b) Tipe reticulated mempunyai gambaran jalinan untaian tipis dari sel
basal, seringkali berpigmen, dan disertai horn cyst yang kecil.
c) Tipe

hiperkeratotik

terlihat

eksofilik

dengan

berbagai

tingkat

hiperkeratotis,papilomatosis dan akantosis. Terdapat sel basaloid dan sel


skuamosa.
d) Tipe clonal mempunyai sarang sel basaloid intraepidermal.
e) Pada tipe irritated, terdapat infiltrat sel yang mengalami inflamasi berat,
dengan gambaran likenoid pada dermis bagian atas. Sel apoptotik
terdapat pada dasar lesiyang menggambarkan adanya regresi imunologi
pada keratosis seboroik. Kadangkala terdapat infiltrat sel yang
mengalami inflamasi berat tanpa likenoid, Jarang terdapat netrofil yang
berlebihan dalam infiltrat. Pada pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop elektron menunjukkan bahwasel basaloid yang kecil
berhubungan dengan sel pada lapisan sel basal epidermis. Kelompok kelompok melanososm yang sering membatasi membran dapat
ditemukan di antara sel.

Gambar 4. Acantolitic berisi sel basaloid2

Gambar 5. Keratosis seboroik tipe klonal2


G. DIAGNOSIS BANDING
a) Melanoma maligna1
Awalnya berupa tahi lalat yang berubah dalam warna, ukuran, mulai
timbul gejala (terbakar, gatal, sakit), terjadi peninggian lesi, berkembangnya
lesi satelit. Akademi dermatologi Amerika menekankan pentingnya evaluasi
lesi berpigmen,yaitu: A = asimetri, B = border irregularity, C = color
variegation, D = Diameter lebih dari 0,6 mm.1
b) Epitelioma sel basal berpigmen
Predileksi terutama pada wajah, jarang pada lengan, tangan, badang,
tungkai dan kaki. Lesi dapat berupa papul atau nodul kecil dengan diameter
kurang 2 cm dengan tepi meninggi dan berwarna hitam atau coklat.
Permukaan tampak mengkilat, sering dijumpai teleangiektasia dan kadang
ada skuama halus atau krusta tipis. 1
c) Nevus pigmentosus

Nevus pigmentosus dapat terjadi di semua tempat termasuk membrana


mukosa dekat permukaan tubuh. Lesi dapat datar, papuler, atau papulomatosa
biasanya berukuran 2-4 mm. Papul berbatas tegas dan mengkilat dengan
permukaan agak licin, umumnya berambut.1
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi obat
Ammonium laktat dan asam alfa hidroksi telah dilaporkan dapat
mengurangi bertambah beratnya penyakit. Lesi superficial dapat
ditangani dengan baik menggunakan asam triklorasetik. Pemberian
obat topical krim tazarotene 0,1% selama 16 minggu memberikan
hasil yang baik pada 50% pasien.2,5
2. Terapi operasi
Keratosis seboroik yang simptomatis dan mengganggu secara
kosmetik membutuhkan penanganan. Destruksi metode krioterapi,
elektrodesisasi, yang diikuti kuret, lalu desisi atau terapi laser telah
menghasilan terapi yang efektif. Menghilangkan lesi yang kecil
melalui kuret menghasilkan permukaan yang rata yang akan tertutupi
oleh

epidermis

disekitarnya

dalam

seminggu.

Bedah

listrik

(electrosurgery) adalah suatu cara pembedahan atau tindakandengan


perantaraan

panas

yang

ditimbulkan

arus

listrik

bolak-balik

berfrekuensi tinggi yang terkontrol untuk menghasilkan destruksi


jaringan secara selektif agar jaringan parut yang terbentuk cukup
estetis den aman baik bagi dokter maupun penderita. Tehnik yang
dapat dilakukan dalam bedah listrik adalah : elektrofulgurasi,
elektrodesikasi, elektrokoagulasi, elektroseksi atau elektrotomi,
elektrolisis den elektrokauter.4,6
I. PROGNOSIS
Keratosis seboroik merupakan tumor jinak dan tidak menjadi ancaman
bagi kesehatan individu. Lesi keratosis seboroik umumya tidak mengecil

namun akan bertambah besar dan tebal seiring dengan waktu, dan tidak
berubah menjadi ganas.2,6

You might also like