You are on page 1of 36

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF. Dalam penyusunan
makalah

ini penulis banyak mengalami hambatan dan kesulitan namun dengan

bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasi kepada :
1. Ibu

Rusmawati

Keperawatan

Sitorus, S.Pd S.Kep

Harum

Jakarta

serta

MA
segenap

Selaku Direktur Akademi


jajarannya

yang telah

memberikan kemudahan-kemudahan baik berupa moril maupun materil


selama mengikuti pendidikan di
2. Ibu Ns. Ns. Khotimah, S.kep selaku dosen pembimbing mata ajar keperawatan
anak
2. Kedua orangtua kami yang telah membantu motil maupun materi, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
3. Rekan-rekanmahasiswa yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
rangka penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca sebelumnya.

Jakarta, April 2014

Kelompok 6

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..

Daftar Isi..

ii

BAB I PENDAHULUAN
A
B
C
D
E

Latar Belakang..............................................................................
Tujuan Penulisan............................................................................
Ruang Lingkup...............................................................................
Metode Penulisan...........................................................................
Sistematika Penulisan....................................................................

1
2
2
2
3

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.

Pengertian
Etiologi
Patofsiologi.
Klasifikasi..
Manifestasi Klinis..
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan Medis.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

4
5
5
8
8
9
9
9

BAB III TINJAUAN KASUS


A Pengkajian
B Diagnosa..
C Intervensi.

23
28
29

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran.
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

35
36

A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anakanak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia
dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda
oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention
on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and
Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan
istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses
ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara
pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki
tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka
kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori
sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama
tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta
menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007,
jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya
sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah
kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.

Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah


kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh
di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak
3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720
kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314
kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup
sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,
menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul
Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
2. Tujuan Khusus
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian DHF.


Mahasiswa dapat menjelaskan tentang etiologi DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang patofisiologi DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang klasifikasi DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang manifestasi klinis.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik.
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang penatalaksanaan DHF.
Mahasiswa dapat menjelaskan teori asuhan keperawatan DHF
Mahasiswa dapat memahmi dalam melakukan asuhan keperawatan
DHF

C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode
studi kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat
tentang asuhan keperawatan anak pada DHF,

untuk memperoleh data,

penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari bukubuku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
E.

Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 4
BAB,yaitu :
BAB I

:Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan


penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II

:Tinjauan

teoritis

yang

meliputi

pengertian,

etiologi,

patofisiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan


diagnostik, penatalaksanaan, sampai komplikasi
BAB III

:Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnose,


intervensi sampai dengan implementasi.

BAB IV

:Penutup meliputi kesimpulan dan saran yang merupakan


penjelasan

singkat tentang asuhan keperawatan anak pada

DHF.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

I.

KONSEP DASAR DHF


A. Pengertian
1. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan

oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk
kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
(Nursalam, dkk. 2008)
2. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada
anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang
tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty (betina) (Hidayat, 2006)
3. Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty
(Suriadi. 2010)
4. DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (arbovirus)
yang masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
(Suryady,2001,hal 57)

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue


haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi
yang disertai ruam atau tanpa ruam.

B. Etiologi
Dengue

haemoragic

Fever

(DHF)

disebabkan

oleh

arbovirus

(Arthopodborn Virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes


Aegepthy. Virus Nyamuk aedes aegypti berbentuk batang, stabil pada suhu
370 C. Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah menurut
(Nursalam ,2008) adalah :
1.

Badan kecil, warna hitam dengan bintik-bintik putih

2.

Hidup didalam dan sekitar rumah

3.

Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari

4.

Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar


5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
C. Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dimana virus tersebut akan masuk ke dalam aliran darah, maka terjadilah
viremia (virus masuk ke dalam aliran darah). Kemudian akan bereaksi
dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus antibody yang tinggi
akibatnya terjadilah peningkatan permeabilitas pembuluh darah karena
reaksi imunologik. Virus yang masuk ke dalam pembuluh darah dan
menyebabkan peradangan pada pembuluh darah vaskuler atau terjadi
vaskulitis yang mana akan menurunkan jumlah trombosit (trombositopenia)
dan factor koagulasi merupakan factor terjadi perdarahan hebat. Keadaan
ini mengkibatkan plasma merembes (kebocoran plasma) keluar dari
pembuluh darah sehingga darah mengental, aliran darah menjadi lambat
sehingga organ tubuh tidak cukup mendapatkan darah dan terjadi hipoksia
jaringan.
Pada keadaan hipoksia akan terjadi metabolisme anaerob , hipoksia dan
asidosis jaringan yang akan mengakibatkan kerusakan jaringan dan bila
kerusakan jaringan semakin berat akan menimbulkan gangguan fungsi
organ vital seperti jantung, paru-paru sehingga mengakibatkan hipotensi ,
hemokonsentrasi , hipoproteinemia, efusi pleura, syok dan dapat
mengakibatkan kematian. Jika virus masuk ke dalam sistem gastrointestinal
maka tidak jarang klien mengeluh mual, muntah dan anoreksia.
Bila virus menyerang organ hepar, maka virus dengue tersebut menganggu
sistem kerja hepar, dimana salah satunya adalah tempat sintesis dan osidasi
lemak. Namun, karena hati terserang virus dengue maka hati tidak dapat
memecahkan asam lemak tersebut menjadi bahan keton, sehingga
menyebabkan pembesaran hepar atau hepatomegali, dimana pembesaran
hepar ini akan menekan abdomen dan menyebabkan distensi abdomen. Bila
virus bereaksi dengan antbody maka mengaktivasi sistem koplemen atau
melepaskan histamine dan merupakan mediator factor meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah atau terjadinya demam dimana dapat


terjadi DHF dengan derajat I,II,III, dan IV.

Perjalanan penyakit
(Nursalam, 2008)

DHF/DBD

viremia

Demam

Sakit kepala

mual

Nyeri otot petekhie

Pembesaran
kelenjargetah
bening

trombositopeni
a

Hepato megali

Pembesaran
limfa
(splenomegali)

Vaskulitis

hiperemia

Reaksi
imunologis

Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)

Kebocoran plasma
hipovolume

Hemokonsentrasi
Peningkatan
reabsorbsi(peningkatan
air dan Na
HCT
>20
%),
oleh ginjal dan penurunan eksresi
Hipoproteinemia, Hiponatremia
Na urine serta peningkatan
dan Efusi serosa.
osmolalitas

syok

Hipoksia
jaringan

DIC

Asidosis
metabolik

perdarahan
D.

E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan
gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.

F. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
1. Demam tinggi selama 5 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis,
4.
5.
6.
7.
8.

hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan

lemah).
G. Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura
H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu
dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia
diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang,
beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal
diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun
diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada
pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak
dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
dan hematocrit yang cenderung meningkat.

b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus


sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps
sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka
untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose

bagian natrium bikarbonat.


Kebutuhan cairan diberikan 200 ml/kg BB , diberikan secepat mungkin
dalam waktu 1-2 jam dan pada jam berikutnya harus sesuai dengan
tanda vital, jadar hematocrit, dan jumlah volume urine. Untuk
menurunkan suhu tubuh menjadi kurang dari 39C perlu diberikan anti
piretik seperti paracetamol dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari. Apabila
pasien tampak gelisah, dapat diberkan sedative untuk menenangkan
pasien seperti kloral hidrat yang diberikan peroral/ perektal dengan
dosis 12,5-50 mg/kg BB (tidak melebihi 1 gram) . Pemberian antibiotic
yang berguna dalam mencegah infeksi seperti Kalmoxcilin, Ampisilin,
sesuai dengan dosis yang ditemukan.
Terapi O2 2 liter /menit harus diberikan pada semua pasien
syok.Tranfusi darah dapat diberikan pada penderita yang mempunyai
keadaan perdarahan nyata, dimaksudkan untuk menaikkan konsentrasi
sel darah merah.Hal yang diperlukan yaitu memantau tanda-tanda vital
yang harus dicatat selama 15 sampai 30 menit atau lebih sering dan
disertai pencatatan jumlah dan frekuensi diuresis.

I. Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit Dengue Hemoragic Fever menurut
( Hidayat Alimul , 2008) diantaranya:
1. Ensepalopati
Sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan dan
kemungkinan dapat disebabkan oleh thrombosis pembuluh darah ke
otak.
2. Syok (renjatan)
Karena ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sehingga dapat terjadi
syok hipovolemik.
3. Efusi Pleura
Adanya edema paru akibat pemberian cairan yang berlebihan dengan
tanda pasien akan mengalami distress pernafasan.
4. Perdarahan intravaskuler menyeluruh.
II.

KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA SEKOLAH


A. Pengertian
1. Pertumbuhan (crowth)
Yaitu berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individuyang bisa di
ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kg). Ukuran panjang (cm,
meter), umur, tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium &
nitrogen).
2. Perkembangan (development)
Bertambahnya skill/kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih komplek dalam pola yang teratur dan dapat di ramalkansebagai
hasil dari proses pematangan.
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh kembang
1. Faktor genetik
a. Merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbang
anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur
yang telah di buahi, dapat di tentukan kualitas dan kuantitas
pertumbuhan.
b. Termasuk faktor genetik adalah berbagai faktor faktor bawaan yang
nirmal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa. Gangguan
tumbang di sebabkan oleh faktor genetik.
c. Pada negara berkembang di sebabkan faktor genetik, lingkungan
yang kurang memadai.
d. Penyakit keturunan ; kelainan kromosom, sindrom down, sindrom
turner.

2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan terbagi 2 yaitu :
a. Lingkungan pranatal
Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembngan fetus, terutama karena ada selaput yang menyelimuti
dan melindungi fetus dari lingkungan luar.
b. Pengeruh bydaya lingkungan
Budaya keluarga atau masyarakat akan mempengaruhi bagaimana
meeka memahami kesehatan berprilaku hidup sehat.
c. Status sosial dan ekonomi keluarga
Anak yang berada di lingkungan keluarga yang sosial ekonominya
rendah, bahkan punya keterbatasan untuk memberi makanan yang
bergizi dll.
d. Nutrisi
Telah disebutkan bahwa untuk bertumbuh dan berkembang, anak
membutuhkan zat gizi yang esensial mencakup protein, lemak,
karbohidrat, mineral, vitamin, dan air yang harus di konsumsi
secara seimbang dengan jumlah yang sesuai kebutuhan pada
tahapan usianya.
C. Ciri-ciri tumbuh kembang
Tumbuh kembang anak yang di mulai sejak konsepsi sampai dewasa
mmpunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu (soetjiningsih, 1995) :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinyu sejak konsepsi sampai
maturitas atau dewasa, di pengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2. Dalam periode tertentu terdapat adanya masa perlambatan, serta laju
tumbuh kembang yang berlainan di antara organ-organ.
3. Pola berkembang anak adalah sama, tetapi kecepatannya berbeda antara
anak satu dengan yang lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya maturasi system susunan saraf.

D. Tumbuh kembang anak usia sekolah (6-12 tahun)


Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik
berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau
dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 4 Kg / tahun dan pada
anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya.

Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi


termasuk perubahan sosial dan emosi.
1.

Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara
bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

2.

Motorik halus
a. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
b. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan
bermain alat musik.

3.

Kognitif
a. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
b. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan
masalah
c. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian
kembali sejak awal
d. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

4.

Bahasa
a. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
b. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung dan kata depan

c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal


d. Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

III.

KONSEP HOSPITALISASI ANAK USIA SEKOLAH (6 12 tahun)


A. Pengertian
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang
berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit,
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali ke
rumah. Selama proses tersebut, anak dan orang tua dapat mengalami
berbagai kejadian yang menurut beberapa penelitian di tunjukan dengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stresas.

B.

Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi anak


Banyak penelitian membuktikan bahwa perawatan anak di rumah sakit
menimbulkan stress pada anak dan orang tua. Reaksi orang tua terhadap
perawatan anak di rumah sakit latar belakang yang menyebabkan dapat di
uraikan sebagai berikut :
1. Perasaan cemas dan takut
Perasaan tersebut muncul pada saat orang tua melihat anak mendapat
prosedur menyakitkan, seperti pengambilan darah, injeksi, infus, di
lakukan fungsi lumbal dan prosedur infasiv lainnya.Perilaku yang
sering di tujukan orang tua berkaitan dengan adanya perasaan cemas
dan takut ini adalah sering bertanya atau bertanya tentang hal yang
sama secara berulang pada orang yang berbeda, gelisah, ekspresi
wajah tegang, dan bahkan merah.

2. Perasaan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku
isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa
kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat
lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Oleh
karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku tidak
koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa.
C.

Reaksi anak usia sekolah terhadap hospitalisasi ( 6 12 tahun)


Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah
dengan lingkungan yang di cintainya, yaitu keluarga dan terutama
kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol
tersebut berdampak pada perubahan peran dalam keluarga, anak
kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan kegiatan
bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik.
Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan di tunjukan dengan
ekspresi baik secara verbal maupun non verbal karena anak sudah mampu
mengomunikasi kannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir dan atau
memegang sesuatu dengan erat.
1. Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12
tahun)
a. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman

sebayanya.
b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi
terhadap rasa nyeri.
c. Selalu ingin tahu alasan tindakan.
d. Berusaha independen dan produktif.
2. Reaksi orang tua
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,
prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
anak.
b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan
pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.

IV.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF


( Mary E. 2002)
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan
usia kurang dari 15 tahun) , jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama
orang tua, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang kerumah
sakit adalah panas tinggi dan anak lemah
3. Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil
dan saat demam kesadaran composmetis.Turunnya panas terjadi antara
hari ke-3 dan ke-7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai
keluhan batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau
konstipasi, sakit kepala, nyeri otot, dan persendian, nyeri ulu hati, dan
pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan
pada kult , gusi (grade III. IV) , melena atau hematemesis.
4. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF anak biasanya
mengalami serangan ulangan DHF dengan tipe virus lain.
5. Riwayat Imunisasi

Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan


akan timbulnya koplikasi dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status gizi
baik maupun buruk dapat beresiko , apabila terdapat factor
predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami keluhan
mual, muntah dan tidak nafsu makan.Apabila kondisi berlanjut dan
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak
dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya
berkurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang
kurang bersih ( seperti air yang menggenang atau gantungan baju
dikamar)
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantanganm nafsu
makan berkurang dan menurun,
b. Eliminasi alvi (buang air besar) : kadang-kadang anak yang
mengalami diare atau konstipasi. Sementara DHF pada grade IV
sering terjadi hematuria.
c. Tidur dan istirahat: anak sering mengalami kurang tidur karena
mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas
dan kualitas tidur maupun istirahatnya berkurang.
d. Kebersihan: upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungan cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat
sarang nyamuk aedes aedypty.
e. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya
untuk menajga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
dari ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan DHF,
keadaan anak adalah sebagai berikut :
a. Grade I
: kesadaran composmetis , keadaan umum lemah,
tanda-tanda vital dan andi elmah.
b. Grade II
: kesadaran composmetis, keadaan umum lemah, ada
perdarahan spontan ptechiae, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi
lemah, kecil, dan tidak teratur
c. Grade III : kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah,
nadi lemah, kecil dan tidak teratur, serta takanan darah menurun.

d. Grade IV

: kesadaran coma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba,

tekanan darah tidak teratur, pernafasan tidak teratur, ekstremitas


dingin. berkeringat dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya ptechiae pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncl
keringat dingin, dan lembab
b. Kuku sianosis atau tidak
c. Kepala dan leher : kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam (flusy). mata anemis, hidung kadang mengalami
perdarahan (epitaksis) pada grade II,III. IV. Pada mulut didapatkan
bahwa mukosa mulut kering , terjadi perdarahan gusi, dan nyeri
telan. Sementara tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan
terjadi perdarahan ditelinga (pada grade II,III,IV).
d. Dada : bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada poto
thorak terdapat cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura), rales +, ronchi +, yang biasanya terdapat pada grade
III dan IV.
e. Abdomen mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly)
dan asites
f. Ekstremitas : dingin serta terjadi nyeri otot sendi dan tulang.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. HB dan PVC meningkat (20%)
b. Trombositopenia ( 100.000/ ml)
c. Leukopenia ( mungkin normal atau lekositosis)
d. Ig. D dengue positif
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia
f. Ureum dan pH darah mungkin meningkat
g. Asidosis metabolic : pCO2 <35-40 mmHg dan HCO3 rendah
h. SGOT /SGPT mungkin meningkat.
B. Diagnosa keperawatan
(Doengoes, E Marilyn. 2000)
a. Kekurangan volume cairan

berhubungan

dengan

peningkatan

permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.


b. Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam
darah/viremia).
c. Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia.

d. Resiko

tinggi

terjadinya

perdarahan

berhubungan

dengan

trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
g. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan
: Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak
muntah muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi
lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
atau balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan
serum albumin
Rasional : memantau keseimbangan cairan dalam darah
f. Monitor dan catat berat badan
Rasional : mengontrol penambahan berat badan karena pemberian
cairan yang berlebihan
g. Monitor tanda syok hipovolemik, baringkan pasien terlentang
tanpa bantal
Rasional : memulihkan dan membantu peredaran darah dalam
tubuh supaya lancar sehingga mengurangi syok yang terjadi
h. Pasang infus dan berikan cairan intravena jika terjadi perdarahan
Rasional : membantu proses perbaikan tubuh.

2. Hipertemia (suhu naik) berhubungan dengan proses penyakit


(viremia/virus).
Tujuan

: Hipertemia dapat teratasi

Kriteria Hasil : Suhu tubuh dalam batas normal (36-370 C).


Mukosa lembab t idak ada sianosis atau purpura
Intervensi
Mandiri

a. Kaji saat timbulnya demam


Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
b. Observasi tanda-tanda vital: suhu, nadi, tensi, pernafasan setiap 3
jam atau lebih sering.
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum klien.
c. Anjurkan klien untuk banyak minum 2,5 liter/24 jam dan
jelaskan

manfaatnya bagi klien.

Rasional

: Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan

tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan


yang banyak.
d. Lakukan Tepid Water Sponge
Rasional

: Tepid Water Sponge dapat menurunkan

penguapan dan penurunan suhu tubuh.


e. Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional: Pakaian yang tipis akan membantu mengurangi panas
dalam tubuh.
Kolaborasi

f. Berikan terapi cairan IVFD dan obat antipiretik.


Rasional : Pemberian cairan dan obat antipiretik sangat penting
bagi klien dengan suhu tinggi yaitu untuk menurunkan suhu
tubuhnya.

3. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan


tubuh berhubungandengan anoreksia.
Tujuan

:Anoreksia dan kebutuhan nutrisi dapat teratasi.

Kriteria Hasil : Berat badan stabil dalam batas normal.


Tidak ada mual dan muntah.
Intervensi
Mandiri

a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien
sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
Rasional : Motivasi dan meningkatklan semangat pasien.
f. Catat jumlah/porsi makan yang dihabiskan oleh klien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan nutrisi.
g. Lakukan oral hygiene dengan menggunakan sikat gigi yang
lunak.
Rasional : Meningkat nafsu makan.
h. Timbang berat badan setiap hari
Rasional : Mengetahui perkembangan status nutrisi klien.

Kolaborasi
i. Bererikan

:
obat-obatan

antasida

(anti

emetik)

sesuai

program/instruksi dokter.
Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake
nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.
4. Resiko

tinggi

terjadinya

perdarahan

berhubungan

dengan

trombositopenia.
Tujuan

: Perdarahan tidak terjadi.

Kriteria Hasil

: Tanda-tanda vital normal.


Jumlah trombosit klien meningkat.
Tidak terjadi epitaksis, melena, dan hemotemesis.

Intervensi.
Mandiri

a. Monitor tanda-tanda perdarahan dan trombosit yang disertai dengan


tanda-tanda klinis.
Rasional: Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda
adanya perforasi pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat
menimbulkan tanda-tanda klinis berupa perdarahan (petekie,
epistaksis, dan melena).
b. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
Rasional : Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan.
c. Berikan penyelasan pada keluerga untuk segera melaporkan jika ada
tanda-tanda perdarahan.
Rasional

: Mendapatkan penanganan segera mungkin.

d. Antisipasi terjadinya perdarahan dengan menggunakan sikat gigi


lunak, memberikan

tekanan pada area tubuh setiap kali selesai

pengambilan darah.
Rasional

: Mencegah terjadinya pendarahan.

5. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh


yang lemah.
Tujuan

: Aktivitas sehari-hari klien kembali normal.

Kriteria Hasil

:Keadaan umum membaik


Kebutuhan sehari-hari terpenuhi seperti: makan,
minum, dan

personal hyiene (mandi, menggosok

gigi, dan bershampoo).


Intervensi.
Mandiri

a. Kaji kebutuhan klien.


Rasional

: Mengidentifikasi masalah klien.

b. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien berhubungan dengan


kelemahan fisiknya.
Rasional: Mengetahui tindakan keperawtan yang akan diberikan
sesuai dengan masalah klien.
c. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari klien sesuai
tingkat keterbatasan klien seperti mandi, makan, dan eliminasi.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh klien pada
saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab
dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa membuat klien
ketergantungan terhadap perawat.

6. Resiko tinggi syok hipovolemik berhibungan dengan kurangnya


volume cairan tubuh akibat perdarahan.
Tujuan

: Tidak terjadi syok hipovolemik.

Kriteria Hasil

:Tanda-tanda vital dalam batas normal.


Keadaan umum baik.
Syok hipovolemik tidak terjadi.

Intervensi.
Mandiri

a. Monitor keadaan umum kilen.


Rasional

: Untuk mengetahui jika terjadi tanda-tanda syok.

b. Observasi tanda-tanda vital tiap 2-4 jam.


Rasional

: Untuk memastikan tidak terjadi per syok.

c. Monitor tanda-tanda perdarahan.


Rasional

: Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera teratasi.

d. Anjurkan keluarga/klien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda


perdarahan.
Rasional

: Untuk membantu tim perawat untuk segara

menentukan tindakan yang tepat.


e. Segera puasakan jika terjadi perdarahan saluran pencernaan.
Rasional

Untuk

membantu

mengistirahatkan

saluran

pencernaan untuksementara selama perdarahan berasal dari saluran


cerna.
f. Perhatikan keluhan klien seperti pusing, lemah, ekstremitas dingin,
sesak nafas.
Rasional
Kolaborasi

: mengetahui seberapa jauh pengaruh perdarahan.


:

g. Berikan therapi cairan intra vena jika terjadi perdarahan.


Rasional: Untuk mengetahui kehilangan cairan tubuh yang hebat
yaitu untuk mengatasi syok hipovolemik.

h. Cek Hb, Ht, Trombosit (sito)


Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah
yang dialami klien, dan untuk acuan melakukan tindakan lebih
lanjut.
i. Berikan trasfusi sesuai instruksi dokter.
Rasional

: Untuk menganti volume darah serta komponen yang

hilang.

7. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit, diit, perawatan, dan


obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan

: Pengetahuan klien bertambah.

Kriteria Hasil

:Pengetahuan klien/Keliarga tentang proses penyakit,

diit,perawatan dan obat penderita DHF meningkat dan klien/keluarga


mampu menjelasakan kembali.
Intervensi
Mandiri

a. Kaji tingkat pengetahuan klien/keluarga tentang penyakit DHF.


Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan tentang penyakit
yang diderita klien.
b. Kaji latar belakang pendidikan klien dan keluarga.
Rasional: Agar perawat dapat memberikan penjelasan sesuai dengan
tingkat pendidikan sehingga penjelasan dapat dipahami dan tujuan
yang direncanakan tercapai.
c. Jelaskan tentang proses penyakit,diit, perawatan, obat-obatan pada
klien dengan bahasa yang mudah dimengerti.
Rasional

: Agar informasi dapat diterima dengan tepat dan jelas.

d. Berikan kesempatan pada klien/keluarga untuk bertanya sesuai


dengan penyakit yang dialami.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan motivasi klien untuk kooperatif
selama masa perawatan/penyembuhan

e. Gunakan leaflet atau gambar-gambar dalam bentuk penjelasan.


Rasional: Dapat membantu mengingat penjelasan yang telah
diberikan karena dapat dilihat atau dibaca berulang kali.
D. Implementasi
Implementasi adlh proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari
keperawatan.
Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan,membantu,memberikan
askep. Tujuannya berpusat pada klien, mencatat serta melakukan
pertukaran informasi yang relevan, dengan keperawatan kesehatan
berkelanjutan pada klien.
1. Proses atau tahapan
a. Mengkaji ulang klien.Fase ini merupakan komponen yang
memberikan mekanisme bagi perawat yang menentukan apakah
tindakan keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
b. Mengklarifikasi rencana yang sudah ada.
c. Mengidentifikasi bidang bantuan berupa tenaga, pengetahuan
serta keterampilan.
d. Mengimplementasikan intervensi keperawatan.
2. Dokumentasi
Mencatat semua tindakan yang dilakukan tentang respon pasien,
tanggal dan waktu serta nama dan paraf perawat yang jelas.
E. Evaluasi
1.

Definisi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dan rencana
keperawatan tercapai atau tidak.

2.

Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).

b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).

BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Instalasi Gawat Darurat RS. Dr. Iskak
Tulungagung pada tanggal 11 Januari 2015 pukul 20.50 WIB dengan keluhan
panas tiga hari yang lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan
makanan, buang air besar sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning
kecoklatan. Klien teraba panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit
sedang. Telah dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8C,
nadi 146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah
dilakukan pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3
gr/dl, Ht : 41% volume.
B. Data Fokus

Data Subyektif
a. Ibu klien mengatakan anaknya
BAB sudah 2 kali dengan
konsistensi encer berwarna kuning
kecoklatan
b. Ibu klien mengatakan perut
anaknya kembung
c. Ibu klien mengatakan anaknya
muntah 6 kali per hari dengan
konsistensi muntahan sesuai
dengan makanan
d. Ibu klien mengatakan anaknya

Data Obyektif
a. Mukosa bibir klien kering
b. Turgor kulit klien sedang
c. Klien teraba panas
d. Kulit klien tampak kemerahan
e. HT : 41% volume
f. HB : 12,3 gr/dl
g. Trombosit 26.000
h. TTV Klien
Suhu 37,8C
Nadi 146x/menit
Tekanan darah 130/60 mmHg,
Pernafasan 30x/menit.
i. Trombosit 26.000

muntah enam kali isi muntahan


makanan
e. Ibu klien mengatakan anaknya
panas semenjak 3 hari yang lalu
C. Data Tambahan

Data Subyektif
Data Obyektif
a. Ibu klien mengatakan anaknya minum a. Konjungtiva klien anemis
b. Mata klien tampak cekung

kurang lebih 150 cc/24 jam


b. Ibu klien mengatakan anaknya BAK
7x/hari
c. Ibu klien mengatakan anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan anaknya tidak
nafsumakan
e. Ibu klien mengatakan anaknya rewel
f. Ibu klien mengatakan anaknya hanya
menghabiskan porsi makan
g. Ibu klien mengatakan BB anaknya
turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg
setelah sakit 17 kg)
h. Ibu klien mengatakan anaknya panas
naik turun

c. Klien tampak lemas


d. LLA 13 CM
e. Klien tampak terpasang infus RA 30
tts/ menit
f. Balance cairan klien= intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 200cc/hari
IWL : 1980 cc/hari
Jumlah : cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-1980= -580
g. Albumin 3,2 gr/ml
h. Leukosit 5100 / ul

D. Analisa Data

No
1.

Data
DS:

Masalah
Gangguan

a. Ibu klien mengatakan

volume

cairan

kurang

dari

anaknya minum kurang


lebih 150 cc/24 jam
b. Ibu klien mengatakan
anaknya BAK 5x/hari
c. Ibu klien mengatakan

Etiologi
peningkatan

kebutuhan tubuh

permeabilitas
kapiler,muntah
dan demam.

anaknya BAB sudah 2 kali


dengan konsistensi encer
berwarna kuning
kecoklatan
d. Ibu klien mengatakan perut
anaknya kembung
e. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah 6 kali per
hari dengan konsistensi
muntahan sesuai dengan
makanan
f. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
DO :
g.
h.
i.
j.
k.

Mukosa bibir klien kering


Turgor kulit klien sedang
Konjungtiva klien anemis
Mata klien tampak cekung
Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg setelah

sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-

2.

1980= -580
n. HT : 41% volume
DS :

Gangguan

a. Ibu klien mengatakan

pemenuhan

anaknya tidak nafsu makan


b. Ibu klien mengatakan

kubutuhan nutrisi

anaknya rewel
c. Ibu klien mengatakan

Anoreksia

kurang dari
kebutuhan tubuh

anaknya hanya
menghabiskan porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :

3.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.

BB ideal anak 20 kg
Klien tampak lemas
Konjungtiva anemis
HB : 12,3 gr/dl
Trombosit 26.000
Albumin 3,2 gr/ml
LLA 13 cm
Ibu klien mengatakan

Resiko

proses penyakit

anaknya panas semenjak 3

peningkatan suhu

(virus dalam

tubuh

darah/viremia).

hari yang lalu


b. Ibu klien mengatakan
anaknya panas naik turun
c. Ibu klien mengatakan
anaknya lemas
d. Ibu klien mengatakan
anaknya rewel

DO :
a. Klien teraba panas
b. Kulit klien tampak

(hipertermia)

kemerahan
c. Suhu 37,8C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000

E. Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

Tanggal

Tanggal

Paraf

1.

ditemukan
24 Maret

teratasi
Belum

Kel 6

Belum

Kel 6

Belum

Kel 6

Gangguan volume cairan kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan 2014


dengan peningkatan permeabilitas
2.

3.

kapiler,muntah dan demam.


Gangguan pemenuhan kubutuhan

24 Maret

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2014

berhubungan dengan anoreksia


Resiko peningkatan suhu tubuh

24 Maret

(hipertermia) berhubungan dengan

2014

proses penyakit (virus dalam


darah/viremia).

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta
sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :
demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai
perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :
kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia),
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok
hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet,
perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya
informasi.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih
lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien
tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan
komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya
penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan
nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M,
menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, E Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3, EGC : Jakarta


Nursalam, dkk. 2008. Asuhan keperawatan bayi dan anak. Jakarta : salemba
medika
Hendarwanto. 2003. Ilmu Penyakit Dalam, hal 142, Edisi 3, Jilid I. Jakarta : EGC
Hidayat alimul aziz. 2006. Pengantar ilmu keperawatan anak. Jakarta : salemba
medika
Rampengan. 2007. Penyakit infeksi tropik pada anak. Jakarta : EGC
Supartini Yupi, S.Kp, MSc. 2004. Konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : EGC
Suriadi. 2010. Asuhan keperawatan pada anak. Jakarta : cv sagung seto.

You might also like