Professional Documents
Culture Documents
A.
B.
Masalah Kesehatan
:
Immunodeficiency Virus (HIV)
Klien
dengan
Human
lain
yang
ringan
maupun
berat,
bahkan
dapat
partikel yang mengganggu sistem tubuhnya, sekalipun penyakitpenyakit tersebut biasanya ringan dan mudah sembuh.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005)
HIV
merupakan
Gangguan
pertahanan
tubuh
yang
Karakteristik HIV
Pada dasarnya, HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah
jenis parasit obligat, yaitu virus yang hanya dapat hidup dalam sel
atau media hidup. Termasuk famili Retroviridae, karena virus ini
mampu mentransfer informasi genetik RNA ke DNA, memiliki
bentuk yang menyerupai bulu babi. Virus ini "senang" hidup dan
berkembang biak pada sel darah putih manusia sehingga HIV akan
ada pada cairan tubuh yang mengandung sel darah putih, seperti
darah, cairan plasenta, air mani atau cairan sperma, cairan
sumsum tulang, cairan vagina, air susu ibu, dan cairan otak. HIV
menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih yang bertugas
menangkal infeksi. Sel darah putih tersebut termasuk limfosit yang
disebut "sel T-4" atau disebut juga "sel CD-4". HIV adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan kemudian
menimbulkan AIDS, yaitu suatu penyakit dimana sistem kekebalan
tubuh
tidak
melindungi
dapat
tubuh
bekerja
dari
lagi
berbagai
dengan
infeksi
semestinya
dan
bakteri
untuk
yang
Struktur HIV
Keterangan:
Envelop
gp 120
gp41
Enzym
Reverse transcriptase
Integrase
Protease
Inti
P17 (matrix)
P24 (kapsid)
P7/P9 (nucleocapsid)
Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung
luarnya atau kapsul viral terdiri dari lemak lapis ganda yang
mengandung banyak tonjolan protein. Duri duri ini terdiri dari dua
glikoprotein yaitu, gp120 dan gp41. Gp mengacu kepada glikoprotein
dan angka mengacu pada massa protein dalam ribuan dalton. Gp120
adalah selubung permukaan eksternal duri dan gp41 adalah bagian
transmembran.
Terdapat
suatu
protein
matriks
yang
disebut
p17
yang
bukan
DNA.
Reverse
tranciptase
adalah
enzim
yang
retro-virus
dari
virus
pada
umumnya
adalah
sebagai
rantai
tunggal
RNA.
Agar
RNA
dapat
dalam nukleus sel hospes. Aliran informasi terbalik retro dari DNA ke
RNA dibuat oleh enzim reverse transcriptase. Komplek enzim ini dapat
meningkatkan efisiensi replikasi virus begitu virus masuk kedalam sel
manusia.
D.
Insidensi
Infeksi
oleh
mengakibatkan
Human
terjadinya
Immunodefficiency
Acquired
Virus
Immunodefficiency
(HIV)
Syndrome
adalah
per
1000
sementara
disekitar
pinggiran
kota
Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terjangkit virus HIV
diantaranya adalah:
Melalui hubungan seks dengan seorang yang terjangkit, yakni di
mana berlaku pemindahan cairan dalam tubuh, seperti cairan
sperma, cairan vagina, saliva dari seseorang yang terinfeksi HIV
ke orang lain.
Melalui
darah
yang
telah
dijangkiti
HIV,
contohnya
Patogenesis Penyakit
Ada 5 fase dalam replikasi virus HIV yaitu
Binding and entry
Reverse transcription
Replication
Budding
Maturation
Transmisi HIV
HIV masuk ke dalam tubuh dengan 2 cara
Penetrasi permukaan mukosa
Inokulasi langsung melalui darah
Masuk sebagai virus bebas atau sel yg terinfeksi HIV
HIV dapat ditranmisikan dari virus ke sel atau sel ke sel
triple negatif
(CD3/CD4/CD8), sel-sel dendrit yang beredar
HIV
masuk
pada
Infeksi
ke
awal
seluruh
dalam 3 hari
Infeksi
macrofag
dalam tubuh
infeksi
menjalar
ke
jaringan
menyebar ke
jaringan
10
Stadium AIDS:
1. Stadium Awal Infeksi HIV ( Initial Stage )
Demam
Lemah, Lesu
Nyeri sendi
Batuk
Nyeri tenggorokan
Pembesaran kelenjar getah bening
2. Stadium Tanpa Gejala (Latent Stage)
3. Stadium AIDS Related Complex (ARC)
Demam >380C, keringat malam
Penurunan BB >10% dalam 3 bulan
Lemah
Pembesaran kelenjar getah bening meluas
Diare
Batuk, sesak
Kulit gatal, bercak merah kebiruan
Perdarahan
11
dengan
mengadakan
aksi
perlawanan,
kemudian
HIV
dengan
baik,
virus
telah
melumpuhkannya.
3.
Virus (HIV) mengubah fungsi reseptor (CD4) di permukaan sel T4 sehingga reseptor menempel dan melebur ke sembarang tempat
atau sel yang lain, sekaligus memindahkan HIV. Akibatnya, infeksi
virus berlangsung terus tanpa diketahui tubuh.
12
2.
13
3.
ini
biasanya
terjadi
pada
akhir
kehamilan
atau
saat
G.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi HIV sangat luas spektrumnya, karena itu ada
beberapa macam klasifikasi. Yang paling umum dipakai adalah
klasifikasi infeksi HIV (CDC, USA, 1987)
CDC (1993) menyusun klasifikasi klinis dari infeksi HIV sebagai berikut:
1. Group I (infeksi akut/ initial stage) dengan kriteria:
Gejala seperti flu, seperti demam, nyeri otot, nyeri sendi,
lemah dan nyeri tenggorokan, pembesaran kelenjar getah
bening. Gejala tersebut biasanya sembuh dengan sempurna.
HIV antibody (-)
Dapat terjadi 1-8 minggu setelah infeksi
2. Group II (asimptomatik/latent stage) dengan kriteria:
Tidak ada tanda dan gejala sakit
14
lemah
Dimensia
Infeksi oportunistik
15
4. kandidiasis oro-faring
16
5. limfadenopati generalisata
6. herpes simpleks diseminata yang kronik progresif
17
Pengobatan
Itraconazol
400mg/hari X 7hari
(3-4 pulses)
8. Dermatofitosis
T.capitis
Pengobatan
Shampoo antifungal
9. Anogenital Warts
18
CO2 laser,
Podofilin
Imiquimod
19
Pengobatan
Salep Hidrokortison
Shampoo Ketoconazol
Keluhan gatal
Gunakan emolien
(skin lotion)
b. Dicurigai AIDS pada anak, bila terdapat paling sedikit dua gejala
mayor dan dua gejala minor, dan tidak terdapat sebab-sebab
imunosupresi
yang
lain
seperti
kanker,
malnutrisi
berat,
20
Stadium Klinis I
Asimtomatis
Limfadenopati Meluas Persistent
Skala Aktivitas I: asimtomatis, aktivitas normal
Stadium Klinis II
Berat badan menurun <10% dari BB semula
Kelainan kulit dan mukosa ringan seperti dermatitis seboroik,
infeksi jamur kuku, ulkus oral yang rekuren, Cheilitis angularis
Herpes zoster dalam 5 tahun terakir
Infeksi saluran napas bagian atas seperti sinusitis bakterial
Skala Aktivitas 2: simtomatis, aktivitas normal
21
Stadium Klinis IV
HIV wasting syndrome (BB turun 10% ditambah diare kronik > 1
bln atau demam >1 bln yg tidak disebabkan penyakit lain)
Cryptococcosis, extrapulmonary
Extrapulmonary tuberculosis
Lymphoma
yg
mengganggu
aktivitas
hidup
sehari
hari
dan
22
H.
Status infeksi HIV : Pemeriksaan jumlah CD4 dan viral load HIV
Pengobatan anti-retroviral
Cara mendeteksi infeksi HIV salah satu di bawah ini :
antibodi terhadap HIV
antigen p24
asam nukleat HIV (PCR)
Bahan pemeriksaan terbaik serum/plasma dengan persyaratan :
tidak Hemolisis
tidak keruh
disimpan dan dikirimkan dengan baik
ditempeli label yang sesuai
penampungnya tidak bocor
Viral Load HIV adalah jumlah partikel virus HIV yang ditemukan
dalam setiap mililiter darah. Semakin banyak jumlah partikel virus HIV
di dalam darah, semakin cepat sel-sel CD4 dihancurkan dan semakin
cepat pasien kearah AIDS. Seperti tampak pada grafik di bawah ini :
23
Kategori Klinis
Total
A (Asimtomatik) B (Simtomatik)
C (AIDS)
>500
> 29
A1
B1
C1
200 -499
14 - 28
A2
B2
C2
< 200
< 14
A3
B3
C3
24
bisa
menjangkau
test
CD4,
beberapa
dokter
25
dengan
kecenderungan
sebelumnya.
Frekuensi
akan
Perbedaan analisis
Perbedaan musim dan diurnal pagi hari sampai malam hari.
Beberapa penyakit bersamaan dan penggunaan kortsticosteroid
Perbedaaan analisis yang bermakna yang bertanggungjawab
untuk kisaran yang besar pada nilai normal (umumnya (5001400)mencerminkan kenyataan bahwa jumlah CD4 dihitung
berdasarka variabel (jumlah dihitung berdasarkan tiga variabel
(jumlah sel darah putih, persentase limfosit dan persentase sel
26
dibawah
300
dengan
penggunaan
akut.
Penggunaan
kronis
Gender
Usia pada orang dewasa
Srters psikologis
Sters fisik
Kehamilan
Jumlah CD4 biasanya meningkat 50 pada 4-8 minggu setelah
27
yang
mendapatkan
regimen
imunosupresif
jangka
Tidak
mungkin
meramalkan
orang
yang
sekarang
Tidak mungkin mencegah perkembangan ke arah AIDS (akhirakhir ini ada kemajuan dalam penyelidikan antiviral dan
usaha pencegahan terjadinya infeksi oportunistik seperti
pneumonia pneumocystis carinii.
29
atau
Western
Blot
bereaksi
lemah
dan
dengan
demikian
menimbulkan kecurigaan. Hal ini dapat terjadi pada infeksi HIV dini,
infeksi
yang
sedang
berkembang
(sampai
semua
pita
pada
Kultur
Pemeriksaan antigen
ini
belum
dapat
ditentukan,
tapi
nampaknya
30
I.
Prognosa Penyakit
Pada tahun 2015, diperkirakan akan terjadi penularan pada 38.500
Komplikasi
Hiperpigmentasi
Penyebab
Obat-2an
Endokrin
(adrenalis, tiroid)
Nutrisi
Terpajan
lama dan intensif
oleh UV
Penyakit-2 lain (TB, histoplasmosis, kriptokokus)
K. Dampak HIV/AIDS
Psikologi
HIV adalah penyakit terminal dan kronis. Jika seseorang yang
31
hanya berasal dari stigma penyakit itu sendiri, tetapi juga karena
adanya penurunan sistem imun yang menyebabkan peningkatan
resiko infeksi, misalnya vaginitis, herpes, dan penyakit kelamin lain
yang dianggap buruk oleh masyarakat. Dengan kondisi fisik yang
seperti itu maka dapat menurunkan harga diri sang ibu, sehingga
sang ibu mengalami gangguan body image.
Dampak psikologi yang lain yaitu depresi. Depresi terjadi
karena dia terdiagnosa HIV dan merasa tanpa harapan. Karena sifat
dari virus itu sendiri yang menyerang sistem pertahanan primer
tubuh. Hal itu dapat diikuti dengan perasaan bersalah tentang
perilaku masa lalu, kesedihan yang mendalam mengenai dirinya.
Isolasi
Tidak jarang penderita HIV mengalami kesedihan karena
pendapat
untuk
memasukkan
ODHA
ke
tempat
mematikan.
Sehingga mereka
belum
percaya
32
Stigma
HIV merupakan penyakit yang paling ditakuti di masyarakat.
Fisik
Dampak HIV pada fisik juga tidak dapat dipungkiri. Jika
33
berat
badan.
Karena
efek
samping
dari
(ZDV;
dahulu
disebut
azidotimidin
[AZT]
atatu
molekuler
yang
digunakan
virus
tersebut
untuk
34
terinfeksi
HIV
dengan
jumlah
CD4+
dibawah
500mm 3.
merupakan
preparat
alternatif
pengganti
35
N. Terapi alternatif
Nasetilsistein (NAC),
pentoksifilin
(Trental)
dan 1-kloro-2,4-
36
yaitu
daging,
kerang-kerangan,
biji-bijian,
serealia,
Pengkajian
Aktifitas / Istirahat
Malaise
Perubahan Pola tidur
Berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya
Perubahan TD, frekuensi jantung, pernapasan
Riwayat / adanya perilaku resiko tinggi (gaya hidup)
Pasangan seksual multiple
Laki-laki dengan homoseksual
Penyalahgunaan obat terlarang
Ibu yang menggunakan obat-obatan IV
37
biseksual/
heteroseksual
yang
banyak
darah
dan
menempatkan
dia
pada
resiko
memperoleh HIV.
Riwayat PMS atau PSD sebelumnya
Jumlah pasangan seksual saat ini.
Frekuensi hubungan seksual dalam satu minggu
Perkiran aktivitas seksual selama hamil.
38
Interaksi sosial
Perubahan pada interaksi keluarga atau orang terdekat
Aktifitas yang tidak terorganisasi.
Isolasi, kesepian
Penyuluhan atau Pembelajaran
Kegagalan untuk mengikuti perawatan, melanjutkan perilaku
resiko tinggi (misalnya: penyalahgunaan obat-obatan IV)
Pemeriksaan fisik dasar pada survei umum dan pemeriksaan
laboratorium
Kelelahan terus-menerus
Mudah memar dan berdarah
Sakit tenggorokan
Diare
Infeksi
opportunistik
Pneumonia
(PCP)
seperti
yang
TBC,
Pneumocystis
ditunjukkan
oleh
batuk
Carinii
terus
adanya
HIV,
tetapi
bukan
merupakan
diagnosa utama.
Tes Blot Western : mengkonfirmasikan diagnosis HIV.
Sel T limfosit : penurunan jumlah total.
Kadar Ig : umumnya meningkat, terutama IgG dan IgA
(indikator kemampuan tubuh untuk menunjukkan bila proses
39
1. Risiko
tinggi
terhadap
infeksi
berhubungan
dengan
TINDAKAN
RASIONAL
o
1.
Pantau :
Hasil CD4
Antibiotik
yang
spesifik
untuk
paling menangani
infeksi.
membantu
distribusi
Cairan
obat
ke
40
seluruh tubuh.
3.
Ikuti
prinsip-prinsip Untuk
dan
Gunakan
cairan
menurunkan
infeksi
pencegahan
dasar
darah
dan
cairan
tubuh.
Pakai sarung tangan bila
kontak dengan darah atau
cairan tubuh.
Cuci tangan sebelum dan
sesudah
kontak
dengan
sesudah
memakai
sarung tangan.
Pasang
label
kategori
pakai
masker
menasehatkan
dan
keluarga
TB
adalah
penyakit menular.
Masker tidak diperlukan untuk
PCP sebab kemungkinan infeksi
disebabkan oleh jamur yang
ada pada tubuhnya sendiri.
Pakai skort dan kacamata
untuk menghindarkan bila
41
penggunaan
semua
benda
1:10
cairan
pemutih
(natrium
hipoklorit).
Tidak
dianjurkan
untuk
sembarang
orang
memberikan
pada
perawatan
pasien
yang
akibat
dan
sebelum
diberi
dikirim
label
untuk
dekontaminasi.
Instruksikan pasien untuk
mencuci
tangan
setelah
mengangani ekskresinya.
Pelihara
kamar.
kenyamanan
Juga
kebersihan
suhu
dan
keringnya kulit.
42
TINDAKAN
Pantau :
RASIONAL
Untuk mengenal indikasi-indikasi
setiap 8 jam.
2.
Persentase makanan
4.
5.
Sulfat)
Jika cairan diare berlebihan :
ibu hamil.
Diare sering disebabkan oleh
43
pengobatan, terutama
infuse NPT.
menyebabkan meningkatnya
keefektifannya.
Berangsur-angsur mulai
diare terkontrol.
efektif
7.
memburuk
Berikan informasi tentang
protein.
janin.
Ahli diet adalah spesialis nutrisi
kebutuhan nutrisi.
sekunder,
malignanci,
kerusakan
autoimun,
44
Intervensi:
Menghindari
pengobatan
yang
menyebabkan
vasokontriksi
Evaluasi
Klien dapat:
Mengidentifikasi keadaan demam dan cara mengukur suhu
Memenuhi kebutuhan cairan adekuat
Klien dapat mendemontrasikan kepada perawat tentang
bagaimana cara mengukur suhu dan indikasi demam
45
4.
Nyeri
akut
atau
nyeri
kronis
berhubungan
dengan
insiden
dan
nyeri
yang
berat,
dapat
menerima
Evaluasi
Klian dapat:
oportunistik
sekunder,
malnutrisi,
dehidrasi,
46
Intervensi :
Evaluasi
Klien dapat:
47
Tujuan :
Membantu klien mampu mengekspresikan perasaanya, mampu
mengidentifikasi sumber rasa takutnya, mampu mengontrol dalam
membuat keputusan.
Kriteria Hasil :
Klien mampu mengekspresikan perasaannya, mampu
mengidentifikasi sumber rasa takutnya, mampu mengontrol dalam
membuat keputusan.
INTERVENSI
N
o.
1.
TINDAKAN
Kaji tingkat ketakutan klien.
RASIONAL
Menetapkan tingkat fungsional
pada waktu penerimaan dan
mewaspadakan perawat pada
perubahan status yang dapat
infeksi/kemungkinan penyakit
yang kemungkinan makin
2.
3.
4.
memburuk.
Penerimaan perasaan pasien
mengekspresikan perasaan
membuat keputusan.
Kaji mekanisme koping klien
terhadap tindakannya.
5.
48
pendukung.
Kaji adanya dukungan baik dari
terdekat.
7.
TINDAKAN
Kaji pemahaman klien dalam
RASIONAL
Ansietas dan masalah lain yang
2.
tindakan pelayanan
3.
mengembangkan mekanisme
koping.
4.
kehidupan sehari-hari.
Dapat menurunkan kebingungan,
mengidentifikasi perasaannya
mengembangkan kepercayaan
49
bersalah.
mengidentifikasi masalah
untukmembuat pemecahan
5.
6.
masalah.
Dukungan tambahan dapat
menerima stress.
HIV.
Rujuk klien pada pekerja
kelompok pendukung.
menerima stress.
sumber
yang
tepat
untuk
dirujuk
jika
diperlukan.
INTERVENSI
1.
Intervensi
Ciptakan lingkungan yang
Rasional
Upaya untuk
mengkomunikasikan perasaan
keluarga
2.
malu.
Diskusi terbuka dapat membantu
dorongan untuk
50
mengungkapkan perasaan
bersalah, marah,
klien.
perasaan mereka.
Sesuai kebutuhan, berikan
informasi tentang
1988)
mengetahui orientasi
4.
seksualnya.
Tekankan aspek hidup klien
(Govoni, 1988)
dicapai.
Sesuai kebutuhan, izinkan
pengalaman sebelumnya
dengan AIDS
6.
mengatasi gangguan.
Melakukan dialog mengenai
dengan keputusanpengobatanm,
teman.
51
7.
8.
tanggung jawab.
Hal ini menunjukkan bahwa anda
klien untuk
mendokumentasikan keinginan
mengenai penunjukan
pengurusan pemakaman.
Tentukan apakah mekanisme
9.
Identifikasi disfungsi
mekanisme koping :
a. Penyalahgunaan zat
b. Penyangkalan terus-
menerus.
c. Eksploitasi salah satu
anggota keluarga atau lebih.
d. Perpisahan atau
10
penghindaran.
Tingkatkan kekuatan keluarga :
perawatan klien.
c. Anjurkan untuk menjauh
mencegah ketegangan
pemberian perawatan.
11
d. Perbanyak humor.
Bantu keluarga untuk
mempertahankan integritas
mendistribusikan tanggung
52
dilakukan.
Ingatkan keluarga untuk
mewaspadakan anggota
mengancam.
TINDAKAN
Berikan informasi tentang tes
RASIONAL
Deteksi awal dan perawatan
diagnosa awal.
menghambat
ketidakseimbangan sistem imun
lebih lanjut dan perkembangan
2.
penyakit.
Pasien oerlu waspada terhadap
53
transmisi HIV.
4.
AIDS.
5.
penderita.
Mencegah pemajanan,
terinfeksi.
dan darah.
Beri informasi tertulis sampai
7.
menenangkan diri.
Banyak pasien yang merasa
takut mengungkapkannya
tentang diagnosa
penyakitnya.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. American College Of Physicians. 2004. HIV/ AIDS: Preventing, testing
and treating. AAHIM
2. Brunnner and Suddarth. 2006. 10th edition, 2006
3. Christine L. Mudge-Grout, 1992, Immunologic Disorders, Mosby Year
Book, St. Louis.
4. Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ;
Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, EGC,
Jakarta
5. Grimes, E.D, Grimes, R.M, and Hamelik, M, 1991, Infectious
Diseases, Mosby Year Book, Toronto.
55
56
57