Professional Documents
Culture Documents
kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai pemasangan kateter
selang trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu formula.
c. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan
lahir
rendah,
dan
kerusakan
mekanisme
pertahanan
dari
penjamu.
(Wijayarini,2005)
Semua infeksi pada neonatus dianggap oportunisitik dan setiap bakteri
mampu menyebabkan sepsis. Berbagai macam kuman seperti bakteri, virus,
parasit, atau jamur dapat menyebabkan infeksi berat yang mengarah kepada
terjadinya sepsis. Dalam kajian ini, saya hanya membahas sepsis yang disebabkan
oleh bakteri oleh kerana keterbatas waktu. Pola kuman penyebab sepsis pun
berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Bahkan di
negara berkembang sendiri ditemukan perbedaan pola kuman, walaupun bakteri
gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama dari sepsis neonatorum. Penyebab
paling sering dari sepsis ialah Escherichia coli dan SGB (dengan angka
morbiditas sekitar 50 70 %. Diikuti dengan malaria, sifilis, dan toksoplasma.
Streptococcus grup A, dan streptococcus viridans, patogen lainnya gonokokus,
Candida alibicans, virus herpes simpleks (tipe II) dan organisme listeria, rubella,
sitomegalo, koksaki, hepatitis, influenza dan parotitis.
Perbedaan pola kuman penyebab sepsis antar negara berkembang telah
diteliti oleh World Health Organization Young Infants Study Group pada tahun
1999 di empat negara berkembang yaitu Ethiopia, Philipina, Papua New Guinea
dan Gambia. Dalam penelitian tersebut mengemukakan bahwa isolate yang
tersering ditemukan pada kultur darah adalah Staphylococcus aureus (23%),
Streptococcus pyogenes (20%) dan E. coli (18%). Pada cairan serebrospinal yang
terjadi pada meningitis neonatus awitan dini banyak ditemukan bakteri gram
negatif terutama Klebsiella sp dan E. coli, sedangkan pada awitan lambat selain
bakteri gram negatif juga ditemukan Streptococcus pneumoniae serotipe 2. E.coli
biasa ditemukan pada neonatus yang tidak dilahirkan di rumah sakit serta pada
usap vagina wanita-wanita di daerah pedesaan. Sementara Klebsiella sp. biasanya
diisolasi dari neonatus yang dilahirkan di rumah sakit. Selain mikroorganisme di
atas, patogen yang sering ditemukan adalah Pseudomonas, Enterobacter, dan
Staphylococcus aureus.
Pola penyebab sepsis ternyata tidak hanya berbeda antar klinik dan antar
waktu, tetapi terdapat perbedaan pula bila awitan sepsis tersebut berlainan. Dari
survei yang dilakukan oleh NICHD Neonatal Network Survey pada tahun 19982000 terhadap 5447 pasien BBLR (BL<1500 gram) dengan SAD dan pada 6215
pasien BBLR dengan SAL, didapatkan hasil bakteremia sebanyak 1,5% pada
SAD dan 21,1% pada SAL. Pada SAD, ditemukan bakteri gram negatif pada
60,7% kasus bakteremia, dan pada SAL bakteremia lebih sering disebabkan oleh
bakteri gram positif (70,2%). Bakteri gram negatif tersering pada SAD adalah
E.coli
(44%)
sedangkan
Coagulase-negative
Staphylococcus
merupakan
penyebab tersering (47,9%) pada SAL. Selain itu, faktor lain seperti pertolongan
persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan, kelahiran
kurang bulan, BBLR dan cacat bawaan dapat menyebabkan terjadinya infeksi dan
kemudian sepsis.
-
Faktor predisposisi
SIRS
SEPSIS
SEPSIS BERAT
SYOK SEPTIK
SINDROM
DISFUNGSI
MULTIORGAN
KEMATIAN
Suhu
Jumlah leukosit X
menit
103/mm3
>50
>34
>40
>38,5C atau
menit
>180 atau <100
<36C
>38,5C atau
<36C
Sumber: Goldstein B, Giroir B, Randolph A.Pediatr Crit Care Med 2005; 6(1): 2-8
Catatan: Definisi SIRS pada neonatus ditegakkan bila ditemukan 2 dari 4 kriteria
dalam tabel (salah satu di antaranya kelainan suhu atau leukosit).
Tabel 2.3: Kriteria infeksi, sepsis, sepsis berat, syok septik
Infeksi
Sepsis
Sepsis berat
Syok septik
Rewel
Letargi
Tonus menurun
Perubahan dalam detak nadi baik lebih cepat dari pada normal
(sepsis dini) atau lebih lambat dari biasanya (sepsis lanjut, biasanya
juga terjadi syok)
Jaundice (cfs/kidshealth.org).
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik.Tanda dan gejala sepsis neonatorum yaitu:
Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan
normal, aktivitas lemah atau tidak ada tampak sakit, berat badan menurun
tiba-tiba.
Tanda dan gejala pada saluran pernafasan meliputi dispnea, takipnea,
apnea, tampak tarikan otot pernafasan,merintih, mengorok, dan pernafasan
cuping hidung.
Tanda dan gejala pada system kardiovaskuler meliputi hipotensi, kulit
lembab, pucat dan sianosis.
Tanda dan gejala pada saluran pencernaan mencakup distensi abdomen,
malas atau tidak mau minum, diare.
Tanda dan gejala pada sistem saraf pusat meliputi refleks moro abnormal,
iritabilitas, kejang, hiporefleksia, fontanel anterior menonjol, pernafasan
tidak teratur.
Tanda dan gejala hematology mencakup tampak pucat, ikterus, patikie,
purpura, perdarahan, splenomegali.
E. Pemeriksaan Penunjang
Berbagai penelitian dan pengalaman para ahli telah digunakan untuk
menyusun kriteria sepsis neonatorum ini baik berdasarkan anamnesis (termasuk
adanya faktor resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang. Kriteria sepsis ini berbeda tergantung pada karakteristik
kuman penyebab dan respon tubuh terhadap masuknya kuman ini. Kriteria sepsis
juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
Bagi pemeriksaan penunjang dilakukan berbagai pemeriksaan termasuk
pemeriksaan darah rutin untuk memeriksa hemoglobin (Hb), leukosit, trombosit,
laju endap darah (LED), Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase(SGOT), dan
Serum Glutamic Pyruvic Transaminase(SGPT). Analisa kultur urin dan cairan
sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi dapat mendeteksi kuman. Laju endah
darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat menandakan adanya inflamasi.
Tetapi sampai saat ini pemeriksaan biakan darah merupakan baku emas dalam
menentukan diagnosis sepsis. Pemeriksaan ini mempunyai kelemahan karena hasil
biakan baru akan diketahui dalam waktu minimal 3-5 hari. Hasil kultur perlu
dipertimbangkan secara hati-hati apalagi bila ditemukan kuman yang berlainan
dari jenis kuman yang biasa ditemukan di masing-masing klinik. Kultur darah
dapat dilakukan baik pada kasus sepsis neonatorum awitan dini maupun lanjut.
F. Patofisiologi
Komplikasi
dapat
menyebabkan
terjadinya
hidrosefalus
dan/atau
Diagnos Keperawatan
Hipertermi
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Kurang pengetahuan
Tujuan
Keperawatan
1.
Hiperte Setelah
Intervensi
1.
Pertahankan
Rasional
Pada suhu lingkungan yang
rmi
Pengeluaran
dilakukan
tindakan
24C.
evaporasi,
selama
kon-veksi,
suhu
kungan.
aktifitas
ling-
dalam
meningkat.
bayi secara radiasi, evaporasi,
dalam keadaan hangat konduksi dan konveksi.
2.
Usahakan
ketiak 36,5C-
dengan
37C
36,7 C - 37,2
C.
Tidak
tanda-tanda
sehingga
Kriteria :
Suhu
motorik
batas normal.
radiasi.
kan
2x24
menutup
Terjadinya
blangket.
3.
axila,
60
proses
Monitor
kulit
sedikit
pengeluaran
energi
menit
periode stabilisasi.
hipertermi
4.
Kaji
pernafasan
catat nginan
dan
usaha
utk
> 60x/mt).
respiratorik.
Hipertermi
5.
Catat
akan
dingin
akan
mengakibatkan vasokon-triksi
perifer,
penurunan
suhu
Catat
suhu pd bayi.
turgor
kulit lembek,membran
mukosa kering.
7.
2.
Ketida
Setelah
kseimbangan
Kolaborasi :
Periksa kultur.
dilakukan
Berikan cairan
parenteral sesuai
nutrisi
: tindakan
kurang
dari keperawatan
pesanan
kebutuhan
selama
tubuh
jam
berhubungan
nutrisi terpenuhi
3x24
kebutuhan
Timbang berat
badan bayi setiap
dengan bayi
hari
malas minum
Kriteria:
Bayi tidak
kehilangan
berat badan
pesanan
Bayi mampu
mempertahan
kan/menunjuk
kan
Berikan makanan
peningkatan
berat badan
menghisap/menelan
Berikan kebutuhan
menghisap pada
3. Kurangnya Ibu
pengetahuan
memenuhi
tentang
kebutuhan fisik
fisiologis
ologis
perawatan
dan
psikologis
adaptasi
bayi
bayi
sehubungan
dengan
kurangnya
bayi
dan
mencegah
dengan
hilangnya panas,pemenuhan
dgn
mendemonstrasi
mempertahankan suhu
dan pencernaan.
: kan
cara-cara
merawat bayi
bila
informasi
melakukan tin-dakan
tentang
perawatan
mendiskusikan.
bayi.
bayi
Berikan
informasi
pseudomensturasi,
mamaebengkak,joundi
ce,caputsucedaneum,c
ephalhematuoma dan Bayi normal biasanya memilia.
Berikan infaormasi ttg
pola tidur normal dan
cara
tidur.
prinsip-prinsip
Demonstrasikan cara
perawatan
menyusui, memegang
bayi,
mengganti
tanda-tanda emergensi
pada bayi dan tempattempat yg harus di
hubungi.
K. Evaluasi
Melalui lembar SOAP pada setiap tindakan keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1.
3. Guntur H. 2007. Sepsis. In : Sudoyo, Aru (et all). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
4. Japardi,
Iskandar.
2002.
Manifestasi
Neurologik
Shock
Sepsis.
2002.
http://piolk.ubaya.ac.id/datanb/piolk/rasional/20070322123634.pdf.
April 20012).
Sepsis.
(14