You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SOFT TISSUE TUMOR (STT)

Disusun Oleh:
Andri Rukmana
NIM : G3A015039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
ASKEP STT (SOFT TISSUE TUMOR)
A. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak
tumbuh seperti kanker (Price, 2006).
Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang
abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara
kulit dan tulang
B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan
gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam menentukan
diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi
yang mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang
lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja.
Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di
ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di

kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan lunak tumbuh
centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka. Setelah
tumor

mencapai

batas

anatomis

dari

tempatnya,

maka

tumor

membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan


lunak timbul di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau
benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan
dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan
sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan
bisa juga karena adanya penekanan pada saraf saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar,
bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan
dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan
lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar,
mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri
atau bengkak.

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah
ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat
kimia untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini
berfungsi untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor.

Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan


tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber
dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi
tunggal. Tapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga
operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi
setelah dilakukan operasi.
F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata
: nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik
Tanda tanda vital
TD
: 190/130mmHg
Nadi
: 104 x/m
RR
: 26x/m
Suhu
: 37,9
6. Pengukuran Antropometri
TB
: 157 cm
BB
: 90 kg
7. Kepala
a. Rambut : hitam, bersih, distribusi rata, tidak rontok, tidak ada benjolan
atau lesi.
b. Mata : Konjungtiva pucat, sklera putih, distribusi alis rata, lingkar
gelap dibawah kelopak mata (-), penglihatan normal
c. Telinga : bersih,pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran
d. Hidung: Simetris, , sama besar, tidak menggunakan oksigen
e. Mulut : mukosa lembab,
8. Leher dan Tenggorokan
Tidak ada benjolan, tidak ada luka, tidak ada nyeri telan.
9. Dada dan thorax
a. Paru-paru

Inspeksi

: pengembangan kanan dan kiri sama, simetris, retraksi


dada Palpasi
: taktil fremitus
Perkusi
: sonor
Auskultasi : redup
b. Jantung
inspeksi

: simetris, ic cordis tidak tampak

palpasi

: tidak ada nyeri tekan

perkusi

: pekak

auskultasi : BJ I BJ II vesikuler
10. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
11. Ekstremitas
a. Atas

: perut besar
: bising usus 20x / m
: kembung
: tidak ada nyeri tekan

: tangan kanan terpasang infus dan tidak bengkak, tangan


kiri tidak terpasang infus.
b. Bawah
: edema -.
c. CRT
: -+ 2 detik
d. Tidak ada infeksi dan nyeri tekan pada daerah infus
12. Genital
Tidak Terpasang kateter, tidak ada infeksi atau luka
13. Kulit
Kulit bersih, turgor baik, ada edema di kedua kaki, terpasang infus di
tangan kanan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak,
namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai
tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara
jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas,
gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel

tumor ganas berserat histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk


tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan
dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang
berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak
retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor
fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau invasi
sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode
pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya
untuk mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi
sedimentasi sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang

mendalam

yang

ditujukan

untuk

radioterapi

atau

kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.


b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak
dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh
tumor untuk pemeriksaan histologis.

H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi

Adanya inflamasi

Post Operasi

Terputusnya kontinuitas
jaringan

Adanya luka post op

Perubahan fisik
Anatomi kulit
abnormal

Menstimulasi respon
nyeri

Nyeri
Kurang
pengetahuan
Cemas

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Peradangan
pada kulit

Bercak
bercak merah

Kerusakan
integritas
kulit

Tempat masuk
mikroorganisme

Resti infeksi

Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post
operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi

J. PERENCANAAN
No
1.

Diagnosa

NOC

NIC

Keperawatan
Cemas
berhubungan a. Anxiety control
b. Coping
dengan
kurang
pengetahuan

a. Anxiety

(penurunan kecemasan)
- Gunakan
pendekatan

tentang

penyakit

Kriteria Hasil :
a. Klien

Ditandai dengan:
a. Gelisah
b. Insomnia
c. Resah
d. Ketakutan
e. Sedih
f. Fokus pada diri
g. Kekhawatiran

mampu

mengidentifikasi dan
gejala cemas
b. Mengidentifikasi,
dan

mengontrol

cemas
c. Vital sign dalam batas

selama

prosedur
R/
agar

pasien

prosedur tindakan
Temani pasien untuk
memberikan keamanan
dan mengurangi takut
R/
mengurangi

normal
d. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh

dirasakan

mengetahui tujuan dan

menunjukkan tehnik
untuk

yang menenangkan
R/ meningkatkan bhsp
Jelaskan
semua
prosedur dan apa yang

mengungkapkan

mengugkapkan

reduction

kecemasan pasien
Berikan
informasi

dan tingkat aktivitas

faktual

menunjukkan

diagnosis,

tindakan

berkurangnya

prognosis
R/

membantu

kecemasan

mengungangi

mengenai

tingkat

kecemasan
Identifikasi

tingkat

kecemasan
R/ mengetahui tingkat
-

kecemasan pasien
Bantu pasien mengenal
situasi

yang

menimbulkan
kecemasan
R/membantu
-

pasien

agar lebih tenang


Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan,

ketakutan,

persepsi
R/ membantu pasien
-

tenang dan nyaman


Instruksikan
pasien
menggunakan

teknik

relaksasi
R/ cemas berkurang,
-

2.

Nyeri

berhubungan a. Pain Level


b. Pain control
dengan
terputusnya
c. Comfort level
kontinuitas jaringan

pasien merasa tenang


Berikan obat
R/untuk
mengurangi

kecemasan
a. Pain Management
- Lakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif termasuk

Kriteria Hasil :
Batasan Karakteristik :
a. Laporan
verbal

secara
atau

nonverbal
b. Fakta dari observasi
c. Posisi
antalgik
(menghindari nyeri)
d. Gerakan melindungi

lokasi, karakteristik,

a. Mampu mengontrol

durasi, frekuensi,

nyeri (tahu penyebab

kualitas dan faktor

nyeri, mampu
menggunakan tehnik

presipitasi
R/ mengetahui tindakan

nonfarmakologi

dan obat yang akan

untuk mengurangi
nyeri, mencari

diberikan
Observasi reaksi

e. Tingkah

laku

berhati-hati
f. Muka topeng (nyeri)
g. Gangguan
tidur

bantuan)
b. Melaporkan bahwa

sulit

gerakan

dengan menggunakan

manajemen nyeri
atau c. Mampu mengenali

kacau,

menyeringai)
h. Terfokus pada diri
sendiri
i. Fokus

menyempit

berpikir,

nyeri pasien
Gunakan teknik
komunikasi terapeutik
untuk mengetahui

intensitas, frekuensi

pengalaman nyeri pasien


R/membantu pasien

dan tanda nyeri)


d. Menyatakan rasa

mengungkapkan

nyaman setelah nyeri

berkurang
kerusakan e. Tanda vital dalam

proses

nyeri (skala,

(penurunan persepsi
waktu,

ketidaknyamanan
R/ mengetahui tingkat

nyeri berkurang

(mata sayu, tampak


capek,

nonverbal dari

perasaan nyerinya
Evaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lain

rentang normal

tentang ketidakefektifan

penurunan interaksi

kontrol nyeri masa

dengan orang lain

lampau
R/untuk memberikan

dan lingkungan)
j. Tingkah
laku
distraksi,

contoh

yang dapat

jalan-jalan, menemui

mempengaruhi nyeri

orang lain dan atau


aktivitas

seperti suhu ruangan,

berulang-

pencahayaan dan

ulang
k. Respon

autonom

kebisingan
R/membantu

(seperti berkeringat,
perubahan
darah,
nafas,

tekanan

nadi

tonus

(mungkin

mengurangi nyeri pasien


Kurangi faktor
presipitasi nyeri
R/ mengurangi nyeri

dan
-

pasien
Pilih dan lakukan

otot

penanganan nyeri

dalam

(farmakologi, non

rentang dari lemah


ke kaku)
m. Tingkah

perubahan

dilatasi pupil
l. Perubahan otonom
dalam

intervensi yang tepat


Kontrol lingkungan

laku

farmakologi dan inter


personal)
R/ membantu

ekspresif

(contoh

gelisah,

merintih,

menangis, waspada,
iritabel,

mengurangi rasa nyeri


-

nyeri untuk menentukan

nafas

intervensi
R/ memberikan

panjang/berkeluh
kesah
n. Perubahan
nafsu

makan

pasien
Kaji tipe dan sumber

dalam

dan

intervensi yang tepat


Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
R/mengurangi nyeri

minum

dengan cara pengobatan


Faktor

Yang

Berhubungan :

non farmakologis
Berikan analgetik untuk

mengurangi nyeri
R/ nyeri dapat berkurang
Evaluasi keefektifan

Agen injury (biologi,


kimia, fisik, psikologis)

kontrol nyeri
R/ nyeri terkontrol
- Tingkatkan istirahat
R/ menguragi nyeri
b.Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian obat
R/ untuk memberikan
-

intervensi yang tepat


Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
R/ benar dalam

pemberian obat
Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika pemberian lebih
dari satu

R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
Tentukan pilihan

analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
Monitor vital sign

sebelum dan sesudah


pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
Berikan analgesik pada

saat nyeri
R/ membantu
mengurangi nyeri
3.

Kerusakan
kulit

integritas Tissue Integrity :


berhubungan Skin and Mucous

dengan adanya luka post Membranes


operasi

Pressure ulcer prevention


a. Wound care
- Anjurkan pasien untuk
menggunakan pakaian

Wound Healing :primary

yang longgar
R/ menjaga integritas

and secondary intention


Batasan karakteristik :
a. Gangguan pada

Kriteria Hasil :

bagian tubuh
b. Kerusakan lapisa

a. Integritas kulit yang

kulit (dermis)
c. Gangguan
permukaan kulit
(epidermis)

berhubungan :

bersih dan kering


R/agar kulit tetap

baik bisa
dipertahankan

(sensasi, elastisitas,

pada kulit
c. Perfusi jaringan baik

lembab
Hindari kerutan pada
tempat tidur
R/ menjaga integritas

temperatur, hidrasi,
pigmentasi)
b. Tidak ada luka/lesi

Faktor yang

kulit pasien
Jaga kulit agar tetap

kulit tetap baik


Mobilisasi pasien
(ubah posisi pasien)

d. Menunjukkan
Eksternal :
a. Hipertermia atau
hipotermia
b.Substansi kimia
c.Kelembaban udara
d.Faktor mekanik
(misalnya : alat yang
dapat menimbulkan
luka, tekanan,
restraint)
e.Immobilitas fisik
f. Radiasi
g.Usia yang ekstrim
h.Kelembaban kulit
i. Obat-obatan

setiap dua jam sekali


R/ membantu agar

pemahaman dalam
proses perbaikan kulit

dan mencegah

adanya kemerahan
R/ mengetahui kondisi

terjadinya sedera
berulang
e. Mampu melindungi

integritas kulit
Oleskan lotion atau

kulit dan

minyak/baby oil pada

mempertahankan

derah yang tertekan


R/ agar kulit tetap

kelembaban kulit dan

terjaga tidak terjadi

perawatan alami
f. Tidak ada tanda-tanda
infeksi
g. Menunjukkan

penyembuhan luka

luka baru
Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
R/ membantu pasien

terjadinya proses
Internal :

pasien nyaman
Monitor kulit akan

a. Perubahan status

agar bisa mobilisasi


Monitor status nutrisi
pasien
R/ mengawasi pasien

metabolik
b. Tulang menonjol
c. Defisit imunologi

agar tidak kekurangan


-

nutrisi
Memandikan pasien

Faktor yang

dengan sabun dan air

berhubungan :

hangat
R/mempertahankan

a. Gangguan sirkulasi
b. Iritasi kimia

personal higyene

(ekskresi dan sekresi


tubuh, medikasi)
c. Defisit

pasien
Observasi luka :lokasi,
dimensi, kedalaman

cairan,kerusakan

luka, karakteristik,

mobilitas fisik,

warna cairan,

keterbatasan

granulasi, jaringan

pengetahuan, faktor

nekrotik, tanda-tanda

mekanik (tekanan,

infeksi lokal.
R/ menguragi tanda-

gesekan) kurangnya

tanda infeksi

nutrisi, radiasi,

Lakukan teknik

faktor suhu (suhu

perawatan luka dengan

yang ekstrim)

steril
R/mencegah adanya
infeksi

3.

Resti infeksi
berhubungan dengan
luka post operasi
Faktor-faktor resiko :
a. Prosedur Infasif
b. Ketidakcukupan
pengetahuan untuk
menghindari paparan
patogen
c. Trauma
d. Kerusakan jaringan
dan peningkatan
paparan lingkungan
e. Ruptur membran
amnion
f. Agen farmasi

a. Immune Status
a. Infection Control (Kontrol
b. Knowledge : Infection
infeksi)
control
- Bersihkan lingkungan
c. Risk control
setelah dipakai pasien
lain
R/mengurangi resiko

Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
b. Mendeskripsikan

isolasi
R/ menurunkan resiko

proses penularan
penyakit, factor yang

mempengaruhi

infeksi
Instruksikan pada

kemampuan untuk

pengunjung untuk

mencegah timbulnya

mencuci tangan saat

(imunosupresan)
infeksi
g. Malnutrisi
d. Jumlah leukosit dalam
h. Peningkatan paparan
batas normal
lingkungan patogen
e. Menunjukkan
i. Imonusupresi
j. Ketidakadekuatan
perilaku hidup sehat
imun buatan
k. Tidak adekuat

kontminasi silang
Batasi pengunjung bila
perlu
R/ menurunkan resiko

penularan serta
penatalaksanaannya,
c. Menunjukkan

infeksi
Pertahankan teknik

berkunjung dan setelah


berkunjung
meninggalkan pasien
R/ mencegah terjadinya
-

kontaminasi silang
Gunakan sabun
antimikrobia untuk cuci

pertahanan sekunder
(penurunan Hb,

tangan
R/ mencegah terpajan

Leukopenia,

pada organisme

penekanan respon

infeksius
Cuci tangan setiap

inflamasi)

l. Tidak adekuat

sebelum dan sesudah

pertahanan tubuh

tindakan keperawatan
R/ menurunkan resiko

primer (kulit tidak


utuh, trauma

jaringan, penurunan

aseptik selama

kerja silia, cairan

pemasangan alat
R/ mempertahankan

tubuh statis,
perubahan sekresi
pH, perubahan

infeksi
Pertahankan lingkungan

peristaltik)
m. Penyakit kronik

teknik steril
Tingkatkan intake nutrisi
R/ membantu
meningkatkan respon

imun
Berikan terapi antibiotik
bila perlu
R/ mencegah terjadinya

infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan
lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
-

dan luka
Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi

adanya infeksi
Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko

infeksi
Berikan perawatan kulit
pada area epidema
R/ meningkatkan

kesembuhan
Inspeksi kondisi luka /

insisi bedah
R/mengetahui tingkat
-

kesembuhan pasien
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh

terhadap infeksi
Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan

teknik aseptik
Laporkan kultur positif
R/ mengetahui terjadinya
infeksi pada luka

DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005). Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi 2. Jakarta : EGC
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008). Soft Tissue Tumors. Fifth Edition. China :
Mosby Elsevier
Manuaba, T.W.( 2010). Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010.
Jakarta : Sagung Seto
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC
Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika
Price, Sylvia A. (2006). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction
Jogja
Potter and Perry Volume 2 .2006. Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

You might also like