You are on page 1of 50

Sekenarion 4 : Suara Gaib

Seorang laki-laki, Sarjana Ekonomi, 25 tahun dibawa ke IGD RSJ karena


memukul ibunya dan memecahkan kaca jendela. Alasannya ada suara gaib yang
menyuruhnya melakukan tindakan tersebut. Sejak 2 pekan ini pasien mengalami
insomnia dan iritabel. Sudah 6 bulan ia dikeluarkan dari tempat kerjanya karena
kepribadiannya dinilai maladaptive. Pada pemeriksaan psikiatrik : Afek tumpul,
tidak ditemukan gangguan kognitif, ada halusinasi auditorik, pada isi fikir terdapat
waham bizzare. Pada pemeriksaan penunjang seperti CT Scan tak ditemukan tandatanda kerusakan jaringan otak, tapi pada pemeriksaan PET Scan, ditemukan
peningkatan aktifitas Dopamin pada sistem limbik dan sistem kortikal. Di IGD
dokter mendiagnosis Skizofrenia yang merupakan salah satu gangguan psikotik.
Kemudian dokter memberikan Neuroleptika injeksi sebagai terapi awal, yang akan
dilanjutkan dengan program terapi secara holistik, meliputi psikoterapi dan
sosioterapi, serta rehabilitasi. Orang tua pasien mempertanyakan kepada dokter
apakah anaknya masih diwajibkan melaksanakan ibadah mahdoh.

Step 1

1. Iritabel : kepekaan abnormal terhadap rangsangan, mudah marah, jengkel, tidak


sabar
2. Kognitif : Pekerjaan pikiran yang dengannya kita menjadi waspada akan objek
pikiran/persepsi, mencakup semua aspek pengamatan, pemikiran dan pengingatan
3. Halusinasi : persepsi sensorik tanpa adanya sumber pada dunia luar
4. Halusinasi auditorik : halusinasi yang mengenai indra pendengaran
5. Dopamin : 3,4 dihidroksi feniletilamin, suatu kortekolamin yang terbentuk dalam
tubuh melalui dekarboksilasi dopa : hasil antara norepinefrin dan bekerja sebagai
neurotransmiter pada sistem saraf pusat
6. Sistem limbik : istilah yang secara longgar di gunakan untuk sekelompok struktur
otak yang umum bagi semua mamalia yang dihubungkan dengan penghidupan
terapi lebih penting didalam aktivitas lainnya seperti fungsi otonom serta tingkah
laku tertentu
7. Skizofrenia : gangguan akibat langsung dari kerusakan yang terjadi pada bagian
otak yang berpengaruh pada prilaku manusia
8. Sistem kortikal : meliputi fungsi komprihensif, kognitif, komunikasi/persepsi, dan
emosi
9. Holistik : menganggap manusia sebagai suatu kesatuan fungsional
10. Afek : ekspresi eksternal dan emosi
11. Psikoterapi : tindakan yang direncanakan untuk menimbulkan respon melalui
efek kejiwaan dan bukan melalui efek maniak. Pengobatan gangguan mental dan
tingkah laku menggunakan komunikasi verbal dan nonverbal termasuk teknik
psikologis seperti dukungan sejenis persuasif, edukasi, reasuransi yang dapat
menyembuhkan gangguan emosional dan mendukung perkembangan
kepribadian.
12. Rehabilitasi : pemulihan bentuk atau fungsi normal setelah terjadi luka atau sakit
untuk dapat mandiri pada semua aktivitas
13. Ibadah mahdoh : ibadah yang langsung kepada Allah SWT
14. Neuroleptika : obat antipsikotik yang bekerja pada mekanisme yang sama yaitu
menghambat reseptor dopaminergik pada sistem saraf pusat.
15. Waham bizarre : kepercayaan palsu yang aneh dan imaginatif

Step 2

1. Apa hubungan insomnia dengan iritabel ?


2. Apa yang memicu pasien menderita skizofrenia ?
3. Apa hubungan insomnia dan iritabel dengan skizofrenia ?
4. Apa hubungan maladaptive dengan skizofrenia ?
5. Bagaimana gambaran dari afek tumpul ?
6. Apa yang terjadi bila aktivitas dopamin meningkat ?
7. Bagaimana cara mendiagnosis orang yang menderita skizofrenia ?
8. Mengapa dokter memberikan injeksi Neuroleptika pada terapi awal ?
9. Pada penderita psikotik bagaimana melakukan terapi holistik, meliputi
psikoterapi, sosioterapi, dan rehabilitasi ?
10. Selain dopamin, adakah neurotransmiter lain yang meningkat atau menurun ?
11. Pada pasien skizofrenia, bagaimana hukum melaksanakan ibadah mahdoh ?

Step 3

1. Epinefrin menglamami eksitasi terjadi peningkatan simpatis mengakibatkan


peningkatan emosi sehingga pasien mengalami insomnia dan iritabel
2. Penyebab : stres, genetik, peningkatan aktivitas dopamin, trauma
3. Peningkatan aktivitas dopamin pada sistem limbik mengakibatkan pasien
mgnalami insomnia dan iritabel
Pasien skizofrenia tidak selalu menglami insomnia dan iritabel
4. skizofren mengakibatkan gangguan prilaku (maladaptive)
5. Innocent (tanpa ekspresi), Cuek, tidak peduli terhadap sekitarnya
6. Dopamin meningkat akan meningkatkan simpatis
7. Anamnesis, pem. Fisik, pem. Penunjang seperti CT Scan dan PET Scan
8. Untuk menginhibisi aktivitas dopamin yang meningkat. Penggunaan injeksi untuk
mempercepat efek obat dan mempermudah masuknya obat kedalam tubuh
9. Dengan menggunakan seluruh aspek kehidupan si pasien. Pertama-tama dengan
memberikan obat untuk menstabilkan emosi, setelah itu diberikan psikoterapi,
lalu sosioterapi dan rehabilitasi
10. Epinefrin meningkat, seratonin
11. Dibebaskan selama pasien kambuh atau dalam kondisi skizofrenia

Step 4

Skizofrenia dapat disebabkan oleh stres, genetik, peningkatan aktivitas


dopamin, trauma, pada penderita skizofrenia ditemukan ciri-ciri Innocent (tanpa
ekspresi), cuek, tidak peduli terhadap sekitarnya dan skizofren mengakibatkan
gangguan prilaku (maladaptive). Selain itu peningkatan aktivitas dopamin
mengakibatkan epinefrin menglamami eksitasi terjadi peningkatan simpatis
mengakibatkan peningkatan emosi sehingga pasien mengalami insomnia dan iritabel.
Untuk mengatasi peningkatan dopamin dapat diberikan untuk menginhibisi aktivitas
dopamin yang meningkat. Penggunaan injeksi untuk mempercepat efek obat dan
mempermudah masuknya obat kedalam tubuh. Penegakan diagnosis dengan
anamnesis, pem. Fisik, pem. Penunjang seperti CT Scan dan PET Scan. Setelah
didiagnosis menderita skizofrenia pasien diberikan terapi dengan menggunakan
seluruh aspek kehidupan si pasien. Pertama-tama dengan memberikan obat untuk
menstabilkan emosi, setelah itu diberikan psikoterapi, lalu sosioterapi dan rehabilitasi.
Pada penderita psikotik dibebaskan selama pasien kambuh atau dalam kondisi
skizofrenia

Step 5

TIU 1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik dan kortikol
1.1 Anatomi dan faal sistem limbik
1.2 Anatomi dan faal sistem kortikol
TIU 2 Memahami dan menjelaskan peran dopamin pada prilaku
2.1 Fungsi dan peran dopamin
TIU 3 Memahami dan menjelaskan gangguan psikotik
3.1 Macam-macam gangguan psikotik
3.2 Faktor-faktor penyebab gangguan psikotik
TIU 4 Memahami dan menjelaskan Skizofrenia
4.1 Definisi
4.2 Epidemiologi
4.3 Etiologi
4.4 Manifestasi Klinis
4.5 Diagnosis
4.6 Klasifikasi
4.7 Diagnosis Banding
4.8 Perjalanan Penyakit
4.9 Prognosis
TIU 5 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan Skizofrenia
5.1 Farmakoterapi
5.2 Nonfarmakoterapi
TIU 6 Memahami dan menjleaskan hukum penderita skizofrenia melaksanakan
ibadah mahdoh

Step 6
Mandiri

Step 7

TIU 1 Memahami dan menjelaskan anatomi dan faal sistem limbik dan kortikol
1.1 Anatomi dan faal sistem limbik
Sistem limbik itu melibatkan telenchepalon dan dienchepalon.
Sistem limbik disusun oleh :
A. Lobus limbik (broca)
Merupakan bangunan berbentuk huruf C yang melingkari corpus
callosum. Terdiri dari :
Gyrus subcallosum s.subiculum
Gyrus cingulli
Gyrus parahippocampi
B. Formatio hippocampi
Meliputi :
Hippocampus
Merupakan substansia grissea yang melengkung ke atas
sepanjang dasar cornu inferior ventriculus lateralis.
Ujung depannya membentuk pes hippocampi. Dilapisi ependim,
dibawahnya ada alveus (berupa substansia alba) yang kemudian
akan membentuk fimbria.
Fimbria kemudian berlanjut menjadi crus fornix yang
mengelilingi thalamus dan menyetu lagi membentik corpus
fornix.
Berfungsi dalam proses belajar dan ingatan sekarang.
Gyrus dentatus
Merupakan berkas substansia grissea yang terletak diantara
fimbria hippocampi dengan gyrus gippocampi.
Saling mengunci satu sama lain dengan hippocampus.
Subiculum s.gyrus subcallosum
Terlatak antara hippocampus dengan gyrus para hippocampus
C. Nucleus amygdaloideus
Berbentuk seperti buah almond. Letaknya sebagian di depan dan
sebagian di atas cornu inferior ventriculus lateralis.
Berfungsi dalam :
Jika dipacu, terjadi perubahan suasana hati
Kalau dirusak, terjadi sikap agresif
Melalui hipothalamus, mempercepat kerja endokrin, sex dan
reproduksi.
D. Hypothalamus
Terletak paling depan di dienchepalon. Terbagi dalam dua kelompok
nuclei, yaitu yang medial dan lateral yang dipisahkan oleh collumna
fornix dan tractus mammillothalamicus.

Fungsi dari hipothalamus antara lain :


Mengontrol sistem saraf otonom
Mengontrol kerja endokrin
Mengontrol suhu tubuh
Mengontrol intake air dan makanan
Mengontrol emosi dan perilaku
Mengontrol irama sikardian
Mengontrol tidur
E. Nucleus anterior thalami
Terletak disekelinling foramen interventriculare. Menerima input dari
hippocampus via fornix lalu melanjutkannya ke gyrus cingulli.
F. Nucleus medio dorsalis thalami
Menerima input dari nuclei thalami, cortex prefrontalis, area
subcallosum dan ganglia basalis lalu mengirimkan output ke cortex
prefrontalis.terletak di sekeliling ventriculus tertius.
G. Area septi
Merupakan bagian dari nuclei tel-enchepalon yang dibentuk oleh :
cortex area septi, gyrus para terminalis dan gyrus subcallosum. Terletak
diantara septum pellucidum dengan communissura anterior.
Penghubung dari sistem limbik adalah :
- alveus
fimbria
- fornix
tractus mammillatothalamicus
- stria terminalis
stria medullaris
Faal Sistem Limbik
Peran sistem limbik
menguasai aksi yang memuaskan kebutuhan dasar dan emosi,
sistem limbik berhubungan dengan hipotalamus yang berperan
penting dalam emosi dan respon terhadap stres atau pusat stres
(flight or fight)
mampu memobilisasi tubuh untuk bereaksi
pengendalian tambahan terhadap beberapa perilaku instinctif
Sistem Limbik atau otak tengah, yang posisinya sedikit lebih ke
depan dan terdiri atas Talamus dan Ganglia Basal atau otak tengah.
Sistem Limbik penting bagi pembelajaran dan ingatan jangka
pendek tetapi juga menjaga homeostatis di dalam tubuh (tekanan
darah, suhu tubuh dan kadar gula darah). Terlibat dalam emosi
ketahanan hidup dari hasrat seksual atau perlindungan diri.
Sistem Limbik mengandung Hipotalamus, yang sering dianggap
sebagian bagian terpenting dari 'otak mamalia'. Hipotalamus
meskipun kecil (besarnya hanya sepatuh gula kotak) dan beratnya
hanya empat gram, hipotalamus mengatur hormon, hasrat seksual,
emosi, makan, minum, suhu tubuh, keseimbangan kimiawi, tidur
dan bangun, sekaligus mengatur kelenjar utama dari otak (kelenjar
pituitari). Hipotalamus adalah bagian otak yang memutuskan mana
yang perlu mendapat perhatian dan mana yang tidak, misalnya

kapan kita lapar.


Serebum atau korteks serebral, membungkus seluruh otak dan
posisinya berada di depan. Serebum adalah karya besar evolusi
alam dan bertanggung jawab atas berbagai keterampilan termasuk
ingatan, komunikasi, pembuatan keputusan dan kreativitas. Fungsi :
pengaturan, ingatan, pemahaman, komunikasi, kreativitas,
pembuatan keputusan, mind mapping, bicara, musik. Serebum
dibungkus oleh suatu lapisan berkerut-kerut berupa sel-sel saraf
setebal seperdelapan inci yang amat sangat menakjubkan, yang
dikenal sebagai korteks serebral. Sifat kortekslah yang merumuskan
kita sebagai manusia.
Area terpenting otak yang perlu dipahami dalam mengenali
kekuatan otak adalah serebrum atau yang sering disebut 'otak kiri
dan kanan'.
Serebum membagi tugas ke dalam dua kategori utama yaitu tugas
otak kanan dan otak kiri.
tugas otak kanan antara lain irama, kesadaran ruang, imajinasi,
melamun, warna, dimensi dan tugas tugas yang membutuhkan
kesadaran holistik atau gambaran keseluruhan. Tugas otak kiri
antara lain kata-kata, logika, angka, urutan, daftar dan analisis.
Istilah-istilah populer yang memayungi kegiatan

belahan otak kiri adalah


- Akademik
- Intelektual
- Bisnis
Belahan otak kanan :
- Artistik
- Kreatif
- Naluriah
10

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa kekuatan dan


kelemahan yang berkelanjutan dari keterampilan kortikal setiap
orang lebih merupakan fungsi kebiasaan daripada desain dasar
otak. Bila seseorang memiliki kelemahan pada area tertentu,
kemudian dilatih maka keterampilan dan kekuatan orang tersebut di
area-area lain ikut menguat. Misalnya A lemah dalam keterampilan
menggambar dilatih menggambar dan melukis, maka kinerja
akademisnya akan meningkat secara keseluruhan, terutama pada
bidang-bidang seperti geometri dimana persepsi dan imajinasi
berperan penting.
Contoh lain adalah keterampilan yang dimiliki otak kanan yaitu
melamun yang sangat penting bagi ketahanan hidup otak. Melamun
memberi istirahat yang sangat diperlukan kepada bagian-bagian
otak yang melakukan pekerjaan analitis dan pengulangan, melatih
pemikiran proyektif dan imajinatif dan memberi kita kesempatan
untuk mengintehrasikan dan mencipta. Kebanyakan jenisu besar
menggunakan lamunan yang diarahkan untuk membantu mereka
memecahkan masalah, menghasilkan ide dan mencapai tujuan.
Bagian limbik yang menjadi pusat emosi yang berada di
amygdala dan hippocampus berfungsi mengatur emosi manusia dan
memori emosi, menunjukan seorang penderita epilepsi yang
mendapat terapi operasi otak dengan diangkatnya amigdala dan
hypocampus memperlihatkan gejala hiperseks dan rakus setelah
operasi.
Istilah Limbik berarti perbatasan aslinya limbik digunakan
untuk menjelaskan struktur tepi sekeliling regio basal serebrum, dan
pada perkembangan selanjutnya diperluas artinya keseluruh
lintasan neuronal yang mengatur tingkah laku emosional dan
dorongan motivasional.
Bagian utama sistem limbik adalah hipotalamus dengan
struktur berkaitan, selain mengatur prilaku emosional juga
mengatur kondisi internal tubuh seperti suhu tubuh, osmolalitas
cairan tubuh, dan dorongan untuk makan dan minum serta
mengatur berat badan Fungsi internal ini secara bersama-sama
disebut fungsi vegetatif otak yang berkaitan erat pengaturannya
dengan perilaku.
Bagaimana kerja Hipotalamus dan sistem limbik, dalam
Guyton diterangkan Fungsi Perilaku dari Hipotalamus dan Sistem
Limbik (Guyton, 1997:937)
1.
Perangsangan pada hipotalamus lateral tidak hanya
mengakibatkan timbulnya rasa haus dan nafsu makan tapi
juga besarnya aktivitas emosi binatang seperti timbulnya rasa
marah yang hebat dan keinginan berkelahi.
2.
Perasangan nukleus ventromedial dan area sekelilingnya bila
dirangsang menimbulkan rasa kenyang dan menurunkan
nafsu makan dan binatang menjadi tenang.

11

3.

Perangsangan pada zone tipis dari nuklei paraventrikuler yang


terletak sangat berdekatan dengan ventrikel ketiga (atau bila
disertai dengan perangsangan pada area kelabu dibagian
tengah mesensefalon yang merupakan kelanjutan dari bagian
hipotalamus biasanya berhubungan dengan rasa takut dan
reaksi terhukum.
4.
Dorongan seksual dapat timbul bila ada rangsangan pada
beberapa area hipotalamus. Khususnya pada sebagian besar
bagian anterior dan posterion hipotalamus.
Hipotalamus, daerah pengatur utama untuk sistem limbik,
berhubungan dengan semua tingkat limbik. Hipotalamus mewakili
kurang dari 1 persen masa otak, namun merupakan bagian penting
dari jaras pengatur keluaran sistem limbik. Sebagai contoh
perangsangan Kardiovaskular hipotalamus. Perangsangan efek
neurogenik pada sistem kardiovaskular meliputi kenaikan tekanan
arteri, penurunan tekanan arteri, peningkatan atau penurunan
frekuensi denyut jantung. Pada umumnya, perangsangan bagian
posterior dan lateral hipotalamus meningkatkan tekanan arteri dan
frekuensi denyut jantung, sedangkan perangsangan area preoptik
sering
menimbulkan
efek
yang
berlawanan.
Pengaturan
gastrointestinal, dimana perangsangan pada hipotalamik lateral
berhubungan dengan pusat lapar, bila daerah ini rusak maka pada
percobaan binatang, akan terjadi kehilangan nafsu makan
menyebabkan kematian karena kelaparan (lethal starvation). Pusat
kenyang terdapat di nukneus ventromedial, bila daerah ini
dirangsang dengan listrik pada binatang percobaan akan
menghentikan
makannya
dan
benar-benar
mengabaikan
makanannya. Bila area ventromedial ini rusak secara bilateral maka,
maka binatang tersebut jadi rakus, dan terjadi kegemukan yang
hebat.(Guyton, 1997:933)

1.2 Anatomi dan faal sistem kortikol

12

Cortex cerebri
Berdasarkan perkembangan filogenetik dibedakan 2 daerah cortex.
Allocortex :Ditemukan pada Rhin-encephalon (berhubungan
dengan penciuman).Allocortex secara evolusi menjelaskan bahwa
cortex ini telah dipunyai oleh vertebrata yang masih rendah. Pada
manusia jumlahnya hanya 10 %terutama menempati formatio
hippocampi yang merupakan bagian dari sistem limbik.
Allocortex(heterogenik cortex) terdiri dari 3 lapis sel,dibedakan
pula atas:
a. Paleocortex
*terdapat pada makhluk sederhana dan berpusat pada Rhinencephalon yang juga terdapat pada manusia.

b. Archicortex (lebih maju dari paleocortex


Neocortex (isocortex) ditemukan pada bagian lain cortex.
Pada manusia meliputi 90% cortex cerebri. Secara evolusi hal ini
menunjukkan bahwa otak manusia berkembang sangat pesat
dibanding species sebelumnya, dan pembesaran otak tersebut
mencakup bagian yang dikenal sebagai neocortex tersebut.
Cortex cerebri (yang merupakan kulit otak) : Menampung 10 sampai
30 milyar neuron dan dihubungkan oleh kurang lebih 100.000 km
axon dan dndrit.
Neocortex disebut juga sebagai isocortex atau cortex homogenik.
Bentuk selnya memang uniformis dengan 6 lapis sel. Paleocortex
disebut juga sebagai cortex-heterogenik atau allocortex punya selsel yang beragam
Neocortex (homogenik cortex) dibedakan pula atas
Mesocortex :cortex dengan 6 lapis sel yang membungkus lobus
limbik.
Ectocortex : cortex dengan 6 lapis sl yang membentuk cortex
supra limbik dan membentuk seluruh cortex cerebri.
Neocortex (6 lapis)
Lapis I
: Stratum moleculare (terdiri dari ujung seraut yang
berasal dari bagian dalam cortex)
Lapis II
padat)

: Stratum granulare externa (terdiri dari sel granula,

Lapis III
: Stratum pyramidale ( sel pyramid yang tersusun
berbaris, lebih kecil dan banyak)
Lapis IV

: Stratum granulare interna( terdiri dari sel granula tipis)


13

Lapis V: Stratum ganglionare (terdiri dari sel pyramid Betz, lebih


besar dan lebih sedikit)
Lapis VI
irreguler)
Area
Brodma
n
1,2,3

: Stratum fusiform (terdiri dari sel fusiform yang


Area fungsional

Letak

Fungsi

Cortex somato sensorik primer Gyrus post


centralis

sentuhan

Cortex motorik primer

Gyrus pre
centralis

Mengontrol
gerak sadar

Cortek somatosensorik tertier

Lobulos
parietalis
Area asosiasi parietal posterior superior

sterognosia

Cortex motorik suplementer

Gyrus pre
centralis

Pengaturan
gerakan anggota
badan dan bola
mata

Lobulus
parietalis
superior

Visuo motorik

Gyrus frontalis
superior et
media

Kontrol gerakan
bola mata

Lapangan penglihatan
suplementer
Cortex premotorix
Lapangan penglihatan frontal
7

Area asosiasi parietal superior

Lapangan penglihatan frontal

persepei

Lobus frontalis
medialis
9,10,11,
12

Cortex asosiasi prefrontalis


Lapangan penglihatan frontal

Gyrus frontalis
superior et
media

Berpikir

Lobus frontalis
medialis

Perencanaan
gerakan

Kognitif

17

Cortex penglihatan primer

Tepi fissura
calcarina

Penglihatan

18

Cortex penglihatan sekunder

Gyrus occipitalis
medialis et
lateralis

Penglihatan
kedalaman

14

19

Cortex penglihatan tertier


Area visual temporalis media

Gyrus occipitalis
medialis et
lateralis

Penglihatan
Warna
Gerakan
kedalaman

20

Area penglihatan
inferotemporal

Gyrus temporalis
inferior

Penglihatan
bentuk

21

Aea penglihatan
inferotemporal

Gyrus temporalis
media

Penglihatan
bentuk

22

Cortex pendengaran

Gyrus temporalis
superior

Pendengaran

Gyrus cinguli

Emosi

23,24,2
5,26,27

Cortex asosiasi limbik

bicara

Area
subcollosum
Area
retrosplenium
Gyrus parahippocampi

28

Cortex olfactorius primer


Cortex asosiasi limbik

29,30,3
1,32,33

Corex asosiasi Limbik

34,35,3
6

Cortex olfactorius primer

37

Gyrus
parahipocampi

Penciuman

Gyrus cinguli

Emosi

emosi

Area
retrosplenium

Cortex asosiasi limbik


Cortex asosiasi parieto
tempora occipital
Area visualis medialis

Gyrus
parahippocampi

Penciuman

Gyrus temporalis
media et
lateralis

Persepsi

emosi

Penglihatan
Baca
bicara

38

Cortex olfactorius primer


Cortex asosiasi limbik

Polus temporalis

Penciuman
emosi

15

39

Cortex asosiasi parieto


tempral occipital

Lobulus
parietalis inferior
(gyrus angularis)

Persepsi
Penglihatan
Baca
bicara

40

Cortex asosiasi parieto


tempral occipital

Lobulus
parietalis inferior
(gyrus supra
marginalis)

Pendengaran

41

Cortex pendengaran primer

Gyrus heschl

Pendengaran

Gyrus temporalis
superior
42

Cortex pendengaran sekunder

Gyrus heschl

Pendengaran

Gyrus temporalis
superior
43

Cortex pengecapan

Cortex insulae

Pengecapan

Opperculum
fronto parietalis
44

Area broca
Cortex premotorik lateral

Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis)

45

Cortex asosiasi prefrontalis

Gyrus frontalis
inferior
(opperculus
frontalis

46

Cortex asosiasi
prefrontalis(cortex prefronto
dorsolateralis)

Gyrus frontalis
media

Bicara
Perencanaan
gerakan
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
Berpikir
Kognitif
Perencanaan
prilaku
Kendali gerakan
mata

47

Cortex asosiasi prefrontalis

Gyrus frontalis
inferior

Berpikir
Kognitif

16

(opperculus
frontalis

Perencanaan
prilaku

TIU 2 Memahami dan menjelaskan peran dopamin pada prilaku


2.1 Fungsi dan peran dopamin
Dopamine ini berperan dalam banyak perilaku manusia dalam kehidupan. Mulai dari
kecanduan, psikosis, kegelisahan, perubahan mood sampai perilaku abnormal akibat
ketidakseimbangan kadar dopamin dalam otak.

Cinta dan DopaminTingginya kadar dopamin diasosiasikan dengan


meningkatnya perhatian, hiperaktivitas, keresahan dan perilaku goal-oriented. Dengan
kata lain, seseorang yang berada dalam situasi ini akan terfokus kepada pasangannya
dan kurang perhatian terhadap hal yang lainnya.Dalam jangka waktu tertentu setelah
hubungan intens/aktivitas seksual, oksitosin dan vasopressin akan mempengaruhi
jalur-jalur dopamin dan adrenalin, sehingga menyebabkan kadar kedua molekul ini
menurun.

Candu dan DopaminMekanisme kecanduan terkait erat dengan jalur


mesolimbic dopamin yang meliputi dopaminergic sel saraf di VTA serta daerah limbic
forebrain, terutama nucleus accumbens (NAc). Jalur VTA-NAc ini adalah jalur
terpenting dalam efek akut sistem reward dalam semua jenis adiksi obat. Beberapa
jenis obat dan senyawa yang menyebabkan adiksi diantaranya ialah amfetamin,
kokain, opiat, alkohol dan nikotin. Senyawa seperti kokain misalnya, dapat
menyebabkan beberapa ribu kali peningkatan kadar dopamin dalam otak. Hal ini akan
menyebabkan kecanduan dan perasaan ingin mendapatkan `pengalaman rasa` yang
sama. Gangguan pada ketersediaan dopamin maupun jumlah reseptor dopamin akan
dapat menyebabkan abnormalitas perilaku dan aktifitas gerak.Beberapa area otak
yang terkait dengan jalur VTA-NAc juga essensial dalam mekanisme reward dan
perubahan reward secara kronik dalam kaitannya dengan adiksi. Area yang dimaksud
adalah amygdala, hippocampus, hipotalamus, dan beberapa wilayah di korteks frontal.
Beberapa area ini adalah bagian penting dari sistem penyimpanan memori di otak. Hal
ini menghantarkan kepada pemahaman bahwa aspek-aspek penting dalam mekanisme
adiksi sangat terkait dengan memori.

17

Dopamin dan Efek Adiksi


Otak memiliki sistem saraf, salah satu sistem dalam tubuh yang berfungsi sebagai
media untuk berkomunikasi antar sel maupun organ, dan juga sebagai pengendali
berbagai sistem organ lain. Dalam sistem saraf terdapat neurotransmitter yang
berperan dalam perkembangan metabolisme otak.
Neurotramsitter merupakan zat kimia dalam otak yang berfungsi untuk membawa
pesan antar sel saraf. Zat-zat pembawa pesan ini nantinya diproduksi di dalam sel-sel
saraf yang ada di otak. Kemudian, ketika pesan dari otak harus ditransmisikan ke
bagian-bagian lain, hampir seluruh kegiatan otak akan memanfaatkan neurotransmiter
untuk menyampaikan pesan.
Namun pada penderita adiksi, neurotransmitter otak akan ditekan dan dirangsang
melebihi dari kapasitas normalnya, sehingga berakibat pada terjadinya gangguan
fungsi yang dilihat dari efek toleransi dan rebound. Selain mengganggu fungsi otak,
juga berdampak pada organ target seperti jantung, saluran pernapasan, dan ginjal.
Seperti halnya neurotransmitter, dopamin juga memiliki peran penting di berbagai
sistem saraf pusat, walaupun jumlahnya sedikit (kurang dari 1 per 100.000 neuron
yang terdapat di otak). Fungsi dopamin sangat beragam, antara lain mengatur fungsi
motorik, meregulasi status emosional, dan berperan penting dalam proses
pembelajaran prilaku.
Beberapa kondisi penyakit pada tubuh memiliki kaitan erat dengan dopamin, seperti
parkinson, gangguan perilaku hiperaktif, skizofrenia, dan juga adiksi obat. Jalur utama
dopamin ternyata berpengaruh penting dalam timbulnya berbagai kondisi penyakit.
Ada 4 jalur utama pada dopamin yaitu :
Jalur Mesolimbik berfungsi memproyeksikan jalur dopamin dari badan sel di
daerah ventral tegmental batang otak ke terminal akson daerah limbik, seperti nukleus
accumben. Jalur ini memiliki peran dalam perilaku emosional, antara lain halusinasi
auditorik dan delusi. Hiperaktivitas di jalur ini secara hipotesis memiliki peran
terhadap timbulnya gejala positif psikosis.
Jalur Mesokortikal berfungsi memproyeksikan jalur dopamin dari badan sel di
daerah ventral tegmental batang otak (berdekatan dengan badan sel mesolimbik) ke
daerah kortek serebri. Gangguan di jalur ini diduga berperan dalam munculnya
gangguan kognitif dan gejala negatif psikosis.
Jalur Nigrostriatal berfungsi memproyeksikan jalur dopamin dari badan sel di
substansia nigra batang otak menuju ke ganglia basal atau striatum. Ini merupakan
jalur bagian dari sistem ekstrapiramidal yang bekerja untuk mengontrol gerakan
motorik. Gangguan di jalur ini bisa menyebabkan gangguan pergerakan seperti
parkinson.
Jalur Tuberoinfundibular berfungsi memproyeksikan pengeluaran prolactin dari
kelenjar depan pituitary. Jalur ini terdapat di dalam arcuate nucleus dari mediobasal
hypothalamus. Gangguan di jalur ini dapat menyebabkan suatu peningkatan level di
dalam darah prolactin (hyperprolactinemia),sehingga mengakibatkan abnormal
lactation, gangguan kepada siklus yang haid pada wanita, permasalahan visuil, sakit
18

kepala dan kelainan fungsi seksual.


Contohnya heroin. Zat ini mampu mengaktivasi susunan saraf, karena zat ini memiliki
struktur dan fungsi yang sama dengan neurotransmiter, sehingga zat adiktif ini dapat
mengaktivasi sel-sel saraf di dalam otak seperti neurotransmitter serta membantu
merangsang pengeluaran dopamin.
Dengan begitu, kadar dopamin pada penderita adikisi meningkat 2 hingga 10 kali
lebih banyak dibanding orang yang menjalankan aktivitas secara normal untuk
memenuhi sensasi nikmat, seperti saat makan, menikmati suatu musik atau seni,
ataupun melakukan hubungan intim. Rasa nikmat atau euforia inilah yang
menyebabkan seseorang pecandu akan terus untuk menggunakan obat/zat tersebut,
sehingga menimbulkan rasa ketagihan/adiksi (drug addict).
Bila hal itu terus terjadi maka dapat berimplikasi pada suatu gangguan di berbagai
jalur dopamin. Sehingga, nilai ambang dopamin untuk dapat merasakan kenikmatan
meningkat pada penderita adiksi. Karena itu, dalam aktifitas kenikmatan, seorang
penderita adiksi tidak bisa mencapainya. Hal ini yang mengakibatkan para pemakai
pada akhirnya merasa tidak bergairah dan depresi karena tidak merasakan kenikmatan
seperti sebelumnya.
Dalam keadaan itulah penderita adiksi akan tergantung pada obat-obatan adiktif untuk
menstimulasi kadar dopamin yang lebih tinggi dalam mencapai nilai ambang
kenikmatan dibanding orang normal. Efek ini dikenal sebagai efek toleransi. Efek
perubahan yang tidak normal pada otak seperti itulah yang nantinya dapat merubah
metabolisme di otak.

Candy dan dopaminKetika manusia lapar dan melihat makanan, sel-sel


dopamin akan teraktivasi. Kalau anda memakan makanan yang sangat lezat dan pada
waktu yang lain anda melihatnya kembali, sel-sel dopamin anda akan teraktivasi
hingga mengumpul dan menjenuh.
Ditemukan adanya abnormalitas kadar reseptor dopamin dalam otak orang-orang yang
kegemukan. Dengan menggunakan PET (Positron Emission Topography) dan
senyawa radioaktif, dilakukan pengukuran kadar reseptor dopamin dalam otak 10
orang pasien obesitas dan 10 orang dengan berat normal. Hasilnya menunjukkan
kadar reseptor dopamin yang lebih rendah pada pasien obesitas dibandingkan dengan
orang normal. Gene-Jack Wang dari laboratorium yang sama mengemukakan bahwa
cara memperbaiki kembali fungsi dopamin dimungkinkan sebagai salah satu strategi
dalam pengobatan pasien obesitas.

Crazy dan Dopamin

Pada pasien schizophrenia, kadar dopamin meningkat berlebihan, sehingga


menyebabkan otak berhalusinasi. Schizophrenia adalah gangguan jiwa psikotik paling
19

lazim dengan ciri hilangnya perasaan afektif atau respons emosional dan menarik diri
dari hubungan antarpribadi normal. Sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang
salah) dan halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang pancaindra).
Parkinson, kadar dopamin pada pasien yang menderita penyakit ini menurun
berlebihan, sehingga menyebabkan otot motorik kehilangan fungsi normalnya. Gejala
yang ditimbulkan akan berupa tremor/dyskinesia (distorsi dalam menjalankan otot
volunter).

Memoriku DopaminkuBerperan dalam proses daya ingat, penyimpanan


memori, penentuan sebuah keputusan hingga membentuk suatu kebiasaan perilaku.

TIU 3 Memahami dan menjelaskan gangguan kejiwaan


3.1 Macam-macam gangguan kejiwaan
Klasifikasi Gangguan Jiwa
Klasifikasi psikiatri melibatkan pembedaan dari perilaku normal dari
abnormal. Gangguan Jiwa dibagi menjadi dua kelainan mental
utama, yaitu penyakit mental dan cacat mental. Cacat mental suatu
keadaan yang mencakup difisit intelektual dan telah ada sejak lahir
atau pada usia dini. Penyakit mental secara tidak langsung
menyatakan
yang
kesehatan
sebelumnya,
kelainan
yang
berkembang atau kelainan yang bermanifestasi kemudian dalam
kehidupan

Penyakit mental secara prinsip dibagi dalam psikoneurosis dan


psikosis. Kategori ini sesuai dengan awam tentang kecemasan dan
kegilaan. Psikoneurosis merupakan keadaan lazim yang gejalanya
dapat dipahami dan dapat diempati. Psikosis merupakan penyakit
yang gejalanya kurang dapat dipahami dan tidak dapat diempati
serta klien sering kehilangan kontak realita.
Istilah fungsional dan organik menunjukkan etiologi penyakit dan
digunakan untuk membagi psikosis. Psikosis fungsional berarti ada
gangguan fungsi, tanpa kelainan patologi yang dapat dibuktikan
Macam-Macam Gangguan Jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala
yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994). Macam-macam
gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan mental organik dan
simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham,
gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik, gangguan
somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan gangguan
20

fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan perilaku masa


dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan psikologis,
gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa kanak dan
remaja.
1). Skizofrenia.
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. sebabmusabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis, 1994). Dalam
kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan realitas,
sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan penyakit
ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas, tetapi sekali-kali
bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi pemulihan sempurna
dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya berakhir dengan
personalitas yang rusak cacat (Ingram et al.,1995).
2). Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan
dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998). Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah
hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya
(Hawari, 1997). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress
kehidupan dan abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan
peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana
sebagian besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
3). Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim (1991).
Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau tidak
dikenali. Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan tingkat
ringan
sampai
tingkat
berat.
Menurut
Sundeen
(1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat
tingkatan yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan
kecemasan panik.
4). Gangguan Kepribadian
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan
intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain
atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian: kepribadian
21

paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik, kepribadian skizoid,


kepribadian axplosif, kepribadian anankastik atau obsesif-konpulsif,
kepridian histerik, kepribadian astenik, kepribadian antisosial,
Kepribadian pasif agresif, kepribadian inadequat, Maslim (1998).
5). Gangguan Mental Organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik yang
disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak (Maramis,1994).
Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat disebabkan oleh penyakit
badaniah yang terutama mengenai otak atau yang terutama diluar
otak..
6). Gangguan Psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi
badaniah (Maramis, 1994). Sering terjadi perkembangan neurotik
yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena
gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa
yang dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya
fungsi faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan
psikofisiologik.
7). Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya
hendaya keterampilan selama masa perkembangan, sehingga
berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh, misalnya
kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Maslim,1998).
8). Gangguan Perilaku Masa Anak dan Remaja.
Anak dengan gangguan perilaku menunjukkan perilaku yang tidak
sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma
masyarakat (Maramis, 1994). Anak dengan gangguan perilaku dapat
menimbulkan kesukaran dalam asuhan dan pendidikan. Gangguan
perilaku mungkin berasal dari anak atau mungkin dari
lingkungannya, akan tetapi akhirnya kedua faktor ini saling
mempengaruhi.. Pada gangguan otak seperti trauma kepala,
ensepalitis,
neoplasma
dapat
mengakibatkan
perubahan
kepribadian. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi perilaku
anak, dan sering lebih menentukan oleh karena lingkungan itu dapat
diubah, maka dengan demikian gangguan perilaku itu dapat
dipengaruhi atau dicegah.

3.2 Menjelaskan Penyebab Gangguan Psikotik


Penyebab Gangguan Jiwa

22

Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa


terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin
di badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun
psikis (psikogenik), (Maramis, 1994). Biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari
berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi
bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.

1.Faktor - Faktor Somatik


a. Neuroanatomi.
b. Neurofisologi.
c. Neurokimia.
d. Tingkat kematangan & perkembangan organik.
e.Faktor-faktor pre dan perinatal.
2.Faktor Faktor Psikogenik
a.Interaksi ibu dan anak
b.Peranan ayah.
c.Persaiangan antar saudara kandung.
d.Intelegensi.
e.Persaiangan dalam keluarga, pekerjaan, permainan
masyarakat.
f.Kehilangan kecemasan, depresi, rasa salah/ maluu.
g.Konsep dini : identitas diri.
h.Keterampilan, bakat, & kreativitas.
i.Pola adaptasi & pembelaan.
j.Tingkat perkembangan emosi.
3.Faktor- Faktor Sosio Budaya (Sosiogenik).
a.Kestabilan keluarga.
b.Pola mengasuh anak.
c.Tingkat ekonomi.
d.Perumahan : kota >< desa.
e.Masalah kelompok minoritas.
f.Pengaruh rasial dan keagamaan.
g.Nilai-nilai.

&

Secara umum penyebab gangguan jiwa dibedakan menjadi 2; yaitu:


1. faktor predisposisi ( dari dalam )
a. genetik
{ Xsom ( kromosom ) x erat hubungannya dg
gangguan afektif, sehingga gangguan afektif lebih sering
pada wanita
{ Kromosom Y erat kaitannya dg kenakalan

23

{ Kepribadian : domestik pada perempuan ;


liar pada laki2
b. vulnerabilitas otak / stress diathesis (mudah terluka )
stres
yg menyerang otak merupakan stimuli dari luar yg dapat
berupa reaksi fisik,
psikis atau sosial
c. faktor perkembangan ( psikodinamik )
{ perkembangan
badaniah yg salah maksudnya adalah setiap faktor yg
mengganggu perkembangan fisik dapat menyebabkan
gangguan mental. Bisa berasal dari keturunan atau
lingkungan ( kelainan Xsom, konstitusi, cacat kongenital,
gangguan otak)
{ perkembangan psikologik yg salah mungkin
disebabkan oleh berbagai jenis deprivasi dini, pola
keluarga yg patogenik dan masa remaja yg dilalui secara
tdk baik.
{ factor sosilogik dalam perkembangan yg salah
contohnya adat istiadat
dan kebudayaan yg kaku ataupun perubahan2 yg ceat
dalam unia modern, sehingga menimbulkan stres pd
individu.
2. faktor pencetus ( peristiwa yg langsung baik fisik /
psikososial yg menyebabkan timbulnya gejala2 sakit
jiwa )

Stres fisik. Hal ini menyebabkan penyakit jiwa lewat


fungsi otak dan berupa sindrom otak organik.
Contoh : ensefaliti, infeksi virus sistemik,perubahan2
hormon, kimia, zat racun dan obat2an.

Stres psikososial. Terutama berakibat sebagai


depresi .
Contoh : putus hubungan dg saudara,
renggangnya persahabatan.

24

TIU 4 Memahami dan menjelaskan Skizofrenia


4.1 Definisi
Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani, schizeinyang berarti terpisahatau
pecah, dan phren yang artinya jiwa. Pada skizofrenia terjadi pecahnya atau
ketidakserasian antara afeksi, kognitif dan perilaku. Secara umum, simptom
skizofrenia dapat dibagi menjadi tiga golongan: yaitu simptom positif, simptom
negative, dan gangguan dalam hubungan interpersonal.
Skizofrenia merupakan suatu deskripsi dengan variasi penyebab (banyak
belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau
deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan
pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.
Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan
karakteristik dari pikiran dan persepsi , serta oleh afek yang tidak wajar
(inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih (clear consciousness)
dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian.
4.2 Epidemiologi
Sekitar satu persen penduduk dunia akan mengidap skizofrenia pada suatu
waktu dalam hidupnya. Di Indonesia diperkirakan satu sampai dua persen penduduk
atau sekitar dua sampai empat juta jiwa akan terkena penyakit ini. Bahkan sekitar
sepertiga dari sekitar satu sampai dua juta yang terjangkit penyakit skizofrenia ini atau
sekitar 700 ribu hingga 1,4 juta jiwa kini sedang mengidap skizofrenia. Perkiraan
angka ini disampaikan Dr LS Chandra, SpKJ dari Sanatorium Dharmawangsa Jakarta
Selatan.
Tiga per empat dari jumlah pasien skizofrenia umumnya dimulai pada usia 16
sampai 25 tahun pada laki-laki. Pada kaum perempuan, skizofrenia biasanya mulai
diidap pada usia 25 hingga 30 tahun. Penyakit yang satu ini cenderung menyebar di
antara anggota keluarga sedarah.
4.3 Etiologi
1. Model Diatesis-stres
Merupakan integrasi faktor biologis, faktor psikososial, faktor lingkungan.
Model ini mendalilkan bahwa seseorang mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik
(diatessis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang menimbulkan
stress, memungkinkan perkembangan skizofrenia.
Komponen lingkungan mungkin biologikal (seperti infeksi) atau psikologis
(missal kematian orang terdekat). Sedangkan dasar biologikal dari diatesis selanjutnya
dapat terbentuk oleh pengaruh epigenetik seperti penyalahgunaan obat, stress
psikososial , dan trauma.
Kerentanan yang dimaksud disini haruslah jelas, sehingga dapat menerangkan
mengapa orang tersebut dapat menjadi skizofren. Semakin besar kerentanan seseorang
maka stressor kecilpun dapat menyebabkan menjadi skizofren. Semakin kecil

25

kerentanan maka butuh stressor yang besar untuk membuatnya menjadi penderita
skizofren. Sehingga secara teoritis seseorang tanpa diathese tidak akan berkembang
menjadi skizofren, walau sebesar apapun stressornya.
2. Faktor Neurobiologi
Penelitian menunjukkan bahwa pada pasien skizofrenia ditemukan adanya
kerusakan pada bagian otak tertentu. Namun sampai kini belum diketahui bagaimana
hubungan antara kerusakan pada bagian otak tertentu ddengan munculnya simptom
skizofrenia.
Terdapat beberapa area tertentu dalam otak yang berperan dalam membuat
seseorang menjadi patologis, yaitu sitem limbik, korteks frontal, cerebellum dan
ganglia basalis. Keempat area tersebut saling berhubungan, sehingga disfungsi pada
satu area mungkin melibatkan proses patologis primer pada area yang lain. Dua hal
yang menjadi sasaran penelitian adalah waktu dimana kerusakan neuropatologis
muncul pada otak, dan interaksi antara kerusakan tersebut dengan stressor lingkungan
dan sosial.
Hipotesa Dopamin
Menurut hipotesa ini, skizofrenia terjadi akibat dari peningkatan aktivitas
neurotransmitter dopaminergik. Peningkatan ini mungkin merupakan akibat dari
meningkatnya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor dopamine, turunnya
nilai ambang, atau hipersentivitas reseptor dopamine, atau kombinasi dari faktorfaktor tersebut. Munculnya hipotesa ini berdasarkan observasi bahwa :
a. Ada korelasi antara efektivitas dan potensi suatu obat antipsikotik dengan
kemampuannya bertindak sebagai antagonis reseptor dopamine D2.
b. Obat yang meningkatkan aktivitas dopaminergik- seperti amphetamine-dapat
menimbulkan gejala psikotik pada siapapun.
3. Faktor Genetika
Penelitian tentang genetik telah membuktikan faktor genetik/keturunan
merupakan salah satu penyumbang bagi jatuhnya seseorang menjadi skizofren. Resiko
seseorang menderita skizofren akan menjadi lebih tinggi jika terdapat anggota
keluarga lainnya yang juga menderita skizofren, apalagi jika hubungan keluarga
dekat. Penelitian terhadap anak kembar menunjukkan keberadaan pengaruh genetik
melebihi pengaruh lingkungan pada munculnya skizofrenia, dan kembar satu telur
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami skizofrenia.

4. Faktor Psikososial
Teori Tentang Individu Pasien
a. Teori Psikoanalitik
Freud beranggapan bahwa skizofrenia adalah hasil dari fiksasi perkembangan,
yang muncul lebih awal daripada gangguan neurosis. Jika neurosis merupakan konflik
antara id dan ego, maka psikosis merupakan konflik antara ego dan dunia luar.
26

Menurut Freud, kerusakan ego (ego defect) memberikan kontribusi terhadap


munculnya simptom skizofrenia. Disintegrasi ego yang terjadi pada pasien skizofrenia
merepresentasikan waktu dimana ego belum atau masih baru terbentuk.
Konflik intrapsikis yang berasal dari fiksasi pada masa awal serta kerusakan
ego-yang mungkin merupakan hasil dari relasi obyek yang buruk-turut memperparah
symptom skizofrenia. Hal utama dari teori Freud tentang skizofrenia adalah
dekateksis obyek dan regresi sebagai respon terhadap frustasi dan konflik dengan
orang lain.
Harry Stack Sullivan mengatakan bahwa gangguan skizofrenia disebabkan oleh
kesulitan interpersonal yangyang etrjadi sebelumnya, terutama yang berhubungan
dengan apa yang disebutnya pengasuhan ibu yang salah, yaitu cemas berlebihan.
Secara umum, dalam pandangan psikoanalitik tentang skizofrenia, kerusakan
ego mempengaruhi interprestasi terhadap realitas dan kontrol terhadap dorongan dari
dalam, seperti seks dan agresi. Gangguan tersebut terjadi akibat distorsi dalam
hubungan timbal balik ibu dan anak.
Berbagai simptom dalam skizofrenia memiliki makna simbolis bagi masingmasing pasien. Misalnya fantasi tentang hari kiamat mungkin mengindikasikan
persepsi individu bahwa dunia dalamnya telah hancur. Halusinasi mungkin
merupakan substitusi dari ketidakmampuan pasien untuk menghadapi realitas yang
obyektif dan mungkin juga merepresentasikan ketakutan atau harapan terdalam yang
dimilikinya.
b. Teori Psikodinamik
Berbeda dengan model yang kompleks dari Freud, pandangan psikodinamik
setelahnya lebih mementingkan hipersensitivitas terhadap berbagai stimulus.
Hambatan dalam membatasi stimulus menyebabkan kesulitan dalam setiap fase
perkembangan selama masa kanak-kanak dan mengakibatkan stress dalam hubungan
interpersonal.
Menurut pendekatan psikodinamik, simptom positif diasosiasikan dengan onset
akut sebagai respon terhadap faktor pemicu/pencetus, dan erat kaitannya dengan
adanya konflik. Simptom negatif berkaitan erat dengan faktor biologis, dan
karakteristiknya adalah absennya perilaku/fungsi tertentu. Sedangkan gangguan
dalam hubungan interpersonal mungkin timbul akibat konflik intrapsikis, namun
mungkin juga berhubungan dengan kerusakan ego yang mendasar.
Tanpa memandang model teoritisnya, semua pendekatan psikodinamik dibangun
berdasarkan pemikiran bahwa symptom-simptom psikotik memiliki makna dalam
skizofrenia. Misalnya waham kebesaran pada pasien mungkin timbul setelah harga
dirinya terluka. Selain itu, menurut pendekatan ini, hubungan dengan manusia
dianggap merupakan hal yang menakutkan bagi pengidap skizofrenia.
c. Teori Belajar
Menurut teori ini, orang menjadi skizofrenia karena pada masa kanak-kanak ia
belajar pada model yang buruk. Ia mempelajari reaksi dan cara pikir yang tidak
rasional dengan meniru dari orangtuanya, yang sebenarnya juga memiliki masalah
emosional.
27

Teori Tentang Keluarga


Beberapa pasien skizofrenia-sebagaimana orang yang mengalami
nonpsikiatrik-berasal dari keluarga dengan disfungsi, yaitu perilaku keluarga yang
patologis, yang secara signifikan meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi
oleh pasien skizofrenia. Antara lain:
Double Blind
Konsep yang dikembangkan oleh Gregory Bateson untuk menjelaskan keadaan
keluarga dimana anak menerima pesan yang bertolak belakang dari orangtua berkaitn
dengan perilaku, sikap maupun perasaannya. Akibatnya anak menjadi bingung
menentukan mana pesan yang benar, sehingga kemudian ia menarik diri kedalam
keadaan psikotik untuk melarikan diri dari rasa konfliknya itu.
Schims and Skewed Families
Menurut Theodore Lidz, pada pola pertama, dimana terdapat perpecahan yang
jelas antara orangtua, salah satu orang tua akan menjadi sangat dekat dengan anak
yang berbeda jenis kelaminnya. Sedangkan pada pola keluarga skewed, terjadi
hubungan yang tidak seimbang antara anak dengan salah satu orangtua yang
melibatkan perebutan kekuasaan antara kedua orangtua, dan menghasilkan dominasi
dari salah satu orang tua.
Pseudomutual and Pseudohostile Families
Dijelaskan oleh Lyman Wynne, beberapa keluarga men-suppress ekspresi emosi
dengan menggunakan komunikasi verbal yang pseudomutual atau pseudohostile
secara konsisten. Pada keluarga tersebut terdapat pola komunikasi yang unik, yang
mungkin tidak sesuai dan menimbulkan masalah jika anak berhubungan dengan orang
lain di luar rumah.
Ekspresi Emosi
Orang tua atau pengasuh mungkin memperlihatkan sikap kritis, kejam dan
sangat ingin ikut campur urusan pasien skizofrenia. Banyak penelitian menunjukkan
keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (dalam hal apa yang dikatakan maupun
maksud perkataan) meningkatkan tingkat relapse pada pasien skizofrenia.
Teori Sosial
Beberapa teori menyebutkan bahwa industrialisasi dan urbanisasi banyak
berpengaruh dalam menyebabkan skizofrenia. Meskipun ada data pendukung, namun
penekanan saat ini adalah dalam mengetahui pengaruhnya terhadap waktu timbulnya
onset dan keparahan penyakit.
4.5 Menifestasi klinis
Gejala-gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok menurut Bleuler, yaitu
primer dan sekunder.
Gejala-gejala primer :
1. Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah, isi pikiran).

28

Pada skizofrenia inti gangguan memang terdapat pada proses pikiran. Yang
terganggu terutama ialah asosiasi. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan,
sudah timbul ide lain. Atau terdapat pemindahan maksud, umpamanya maksudnya
tani tetapi dikatakan sawah.
Tidak jarang juga digunakan arti simbolik, seperti dikatakan merah bila
dimaksudkan berani. Atau terdapat clang association oleh karena pikiran sering
tidak mempunyai tujuan tertentu, umpamanya piring-miring, atau dulu waktu hari,
jah memang matahari, lalu saya lari. Semua ini menyebabkan jalan pikiran pada
skizofrenia sukar atau tidak dapat diikuti dan dimengerti. Hal ini dinamakan
inkoherensi. Jalan pikiran mudah dibelokkan dan hal ini menambah inkoherensinya.
Seorang dengan skizofrenia juga kecenderungan untuk menyamakan hal-hal,
umpamanya seorang perawat dimarahi dan dipukuli, kemudian seorang lain yang ada
disampingnya juga dimarahi dan dipukuli.
Kadang-kadang pikiran seakan berhenti, tidak timbul ide lagi. Keadaan ini
dinamakan blocking, biasanya berlangsung beberapa detik saja, tetapi kadangkadang sampai beberapa hari.
Ada penderita yang mengatakan bahwa seperti ada sesuatu yang lain didalamnya
yang berpikir, timbul ide-ide yang tidak dikehendaki: tekanan pikiran atau pressure
of thoughts. Bila suatu ide berulang-ulang timbul dan diutarakan olehnya dinamakan
preseverasi atau stereotipi pikiran.
Pikiran melayang (flight of ideas) lebih sering inkoherensi. Pada inkoherensi
sering tidak ada hubungan antara emosi dan pikiran, pada pikiran melayang selalu ada
efori. Pada inkoherensi biasanya jalan pikiran tidak dapat diikuti sama sekali, pada
pikiran melayang ide timbul sangat cepat, tetapi masih dapat diikuti, masih bertujuan.
2. Gangguan afek dan emosi
Gangguan ini pada skizofrenia mungkin berupa :
Kedangkalan afek dan emosi (emotional blunting), misalnya penderita menjadi
acuh tak acuh terhadap hal-hal penting untuk dirinya sendiri seperti keadaan
keluarganya dan masa depannya. Perasaan halus sudah hilang.
Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada
penderita timbul rasa sedih atau marah.
Paramimi : penderita merasa senang dan gembira, akan tetapi ia menangis. Parathimi
dan paramimi bersama-sama dalam bahasa Inggris dinamakan incongruity of
affect dalam bahasa Belanda hal ini dinamakan inadequat.
Kadang-kadang emosi dan afek serta ekspresinya tidak mempunyai kesatuan,
umpamanya sesudah membunuh anaknya penderita menangis berhari-hari, tetapi
mulutnya tertawa. Semua ini merupakan gangguan afek dan emosi yang khas untuk
skizofrenia. Gangguan afek dan emosi lain adalah :
Emosi yang berlebihan, sehingga kelihatan seperti dibuat-buat, seperti
penderita yang sedang bermain sandiwara.

29

Yang penting juga pada skizofrenia adalah hilangnya kemampuan


untuk melakukan hubungan emosi yang baik (emotional rapport).
Karena itu sering kita tidak dapat merasakan perasaan penderita.
Karena terpecah belahnya kepribadian, maka dua hal yang berlawanan
mungkin terdapat bersama-sama, umpamanya mencintai dan membenci
satu orang yang sama ; atau menangis dan tertawa tentang satu hal
yang sama. Ini dinamakan ambivalensi pada afek.
3. Gangguan kemauan
Banyak penderita dengan skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan. Mereka
tidak dapat mengambil keputusan., tidak dapat bertindak dalam suatu keadaan.
Mereka selalu memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas atau tepat,
umpamanya bila ditanyai mengapa tidak maju dengan pekerjaan atau mengapa tiduran
terus. Atau mereka menganggap hal itu biasa saja dan tidak perlu diterangkan.
Kadang-kadang penderita melamun berhari-hari lamanya bahkan berbulan-bulan.
Perilaku demikian erat hubungannya dengan otisme dan stupor katatonik.
Negativisme : sikap atau perbuatan yang negative atau berlawanan terhadap suatu
permintaan.
Ambivalensi kemauan : menghendaki dua hal yang berlawanan pada waktu yang
sama, umpamanya mau makan dan tidak mau makan; atau tangan diulurkan untuk
berjabat tangan, tetapi belum sampai tangannya sudah ditarik kembali; hendak masuk
kedalam ruangan, tetapi sewaktu melewati pintu ia mundur, maju mundur. Jadi
sebelum suatu perbuatan selesai sudah timbul dorongan yang berlawanan.
Otomatisme : penderita merasa kemauannya dipengaruhi oleh orang lain atau tenaga
dari luar, sehingga ia melakukan sesuatu secara otomatis.
4. Gejala psikomotor
Juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau gangguan perbuatan. Kelompok
gejala ini oleh Bleuler dimasukkan dalam kelompok gejala skizofrenia yang sekunder
sebab didapati juga pada penyakit lain.
Sebetulnya gejala katatonik sering mencerminkan gangguan kemauan. Bila
gangguan hanya ringan saja, maka dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes
atau yang agak kaku. Penderita dalma keadaan stupor tidak menunjukkan pergerakan
sama sekali. Stupor ini dapat berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan dan kadangkadang bertahun-tahun lamanya pada skizofrenia yang menahun. Mungkin penderita
mutistik. Mutisme dapat disebabkan oleh waham, ada sesuatu yang melarang ia
bicara. Mungkin juga oleh karena sikapnya yang negativistik atau karena hubungan
penderita dengan dunia luar sudah hilang sama sekali hingga ia tidak ingin
mengatakan apa-apa lagi.
Sebaliknya tidak jarang penderita dalam keadaan katatonik menunjukkan
hiperkinesa, ia terus bergerak saja, maka keadaan ini dinamakan logorea. Kadangkadang penderita menggunakan atau membuat kata-kata yang baru: neologisme.

30

Berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau sikap disebut stereotipi;


umpamanya menarik-narik rambutnya, atau tiap kali mau menyuap nasi mengetok
piring dulu beberapa kali. Keadaan ini dapat berlangsung beberapa hari sampai
beberapa tahun. Stereotipi pembicaraan dinamakan verbigerasi, kata atau kalimat
diulang-ulangi. Mannerisme adalah stereotipi yang tertentu pada skizofrenia, yang
dapat dilihat dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya.
Gejala katalepsi ialah bila suatu posisi badan dipertahankan untuk waktu yang
lama. Fleksibilitas cerea: bila anggota badan dibengkokkan terasa suatu tahanan
seperti pada lilin.
Negativisme : menentang atau justru melakukan yang berlawanan dengan apa
yang disuruh. Otomatisme komando (command automatism) sebetulnya merupakan
lawan dari negativisme : semua perintah dituruti secara otomatis, bagaimana
ganjilpun.Termasuk dalam gangguan ini adalah echolalia (penderita meniru kata-kata
yang diucapkan orang lain) dan ekophraksia (penderita meniru perbuatan atau
pergerakan orang lain).
Gejala-gejala sekunder :
1. Waham
Pada skizofrenia, waham sering tidak logis sama sekali dan sangat bizarre. Tetapi
penderita tidak menginsafi hal ini dan untuk dia wahamnya adalah fakta dan tidak
dapat diubah oleh siapapun. Sebaliknya ia tidak mengubah sikapnya yang
bertentangan, umpamanya penderita berwaham bahwa ia raja, tetapi ia bermain-main
dengan air ludahnya dan mau disuruh melakukan pekerjaan kasar. Mayer gross
membagi waham dalam dua kelompok yaitu waham primer dan waham sekunder,
waham sistematis atau tafsiran yang bersifat waham (delutional interpretations).
Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa penyebab apa-apa
dari luar. Menurur Mayer-Gross hal ini hampir patognomonis buat skizofrenia.
Umpamanya istrinya sedang berbuat serong sebab ia melihat seekor cicak berjalan
dan berhenti dua kali, atau seorang penderita berkata dunia akan kiamat sebab ia
melihgat seekor anjing mengangkat kaki terhadap sebatang pohin untuk kencing.
Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan merupakan
cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain. Waham
dinamakan menurut isinya :waham kebesaran atau ekspansif, waham nihilistik,
waham kejaran, waham sindiran, waham dosa, dan sebagainya.
2. Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan kesadaran dan hal ini merupakan
gejala yang hampir tidak dijumpai dalam keadaan lain. Paling sering pada keadaan
sskizofrenia ialah halusinasi (oditif atau akustik) dalam bentuk suara manusia, bunyi
barang-barang atau siulan. Kadang-kadang terdapat halusinasi penciuman (olfaktorik),
halusinasi citrarasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktil). Umpamanya
penderita mencium kembang kemanapun ia pergi, atau ada orang yang menyinarinya
dengan alat rahasia atau ia merqasa ada racun dalammakanannya Halusinasi
penglihatan agak jarang pada skizofrenia lebih sering pada psikosa akut yang
berhubungan dengan sindroma otak organik bila terdapat maka biasanya pada stadium

31

permulaan misalnya penderita melihat cahaya yang berwarna atau muka orang yang
menakutkan.
Diatas telah dibicarakan gejala-gejala. Sekali lagi, kesadaran dan intelegensi tidak
menurun pada skizofrenia. Penderita sering dapat menceritakan dengan jelas
pengalamannya dan perasaannya. Kadang-kadang didapati depersonalisasi atau
double personality, misalnya penderita mengidentifikasikan dirinya dengan sebuah
meja dan menganggap dirinya sudah tidak adalagi. Atau pada double personality
seakan-akan terdapat kekuatan lain yang bertindak sendiri didalamnya atau yang
menguasai dan menyuruh penderita melakukan sesuatu.
Pada skizofrenia sering dilihat otisme : penderita kehilangan hubungan dengan dunia
luar ia seakan-akan hidup dengan dunianya sendiri tidak menghiraukan apa yang
terjadi di sekitarnya.
Oleh Bleuler depersonalisasi, double personality dan otisme digolongkan sebagai
gejala primer. Tetapi ada yang mengatakan bahwa otisme terjadi karena sangat
terganggunya afek dan kemauan.
Tiga hal yang perlu diperhatikan dalam menilai simptom dan gejala klinis
skizofrenia adalah:
(1). Tidak ada symptom atau gejala klinis yang patognomonik untu skizofrenia.
Artinya tidak ada simptom yang khas atau hanya terdapat pada skizofrenia. Tiap
simptom skizofrenia mungkin ditemukan pada gangguan psikiatrik atau
gangguan syaraf lainnya. Karena itu diagnosis skizofrenia tidak dapat
ditegakkan dari pemeriksaan status mental saat ini. Riwayat penyakit pasien
merupakan hal yang esensial untuk menegakkan diagnosis skizofrenia.
(2). Simptom dan gejala klinis pasien skizofrenia dapat berubah dari waktu ke waktu.
Oleh karena itu pasien skizofrenia dapat berubah diagnosis subtipenya dari
perawatan sebelumnya (yang lalu). Bahkan dalam satu kali perawatanpun
diagnosis subtipe mungkin berubah.
(3). Harus diperhatikan taraf pendidikan, kemampuan intelektual dan latar belakang
sosial budaya pasien. Sebab perilaku atau pola pikir masyarakat dari sosial
budaya tertentu mungkin dipandang sebagai suatu hal yang aneh bagi budaya
lain. Contohnya memakai koteka di Papua merupakan hal yang biasa namun
akan dipandang aneh jika dilakukan di Jakarta. Selain itu hal yang tampaknya
merupakan gangguan realitas mungkin akibat keterbatasan intelektual dan
pendidikan pasien.
4.5 DIAGNOSIS
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :
(a) - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kulitasnya berbeda; atau

32

- Thought insertion or withdrawal: isi pikiran yang asingdari luar masuk kedalam
pikirannya (insertion)atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar
(withdrawal); dan
- Thought broadcasting: isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
(b) - delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dati luar; atau
- delusion of influence: waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity: waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar;
(tentang dirinya: secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke
pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
- delusional perception: pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna
sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
(c) Halusinasi auditorik :
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau
politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa (misalnya
mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari
dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :
(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang mauupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai ole hide-ide berlebihan (over-valued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
berbulan-bulan terus menerus;
(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan (interpolation),
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau
neologisme;
(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisis tubuh
tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;

33

(h) Gejala-gejala negative seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan menurunnya kinerja
social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi
atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri
secara sosial.

4.6 KLASIFIKASI
Gejala klinis skizofrenia secara umum dan menyeluruh telah diuraikan di muka,
dalam PPDGJ III skizofrenia dibagi lagi dalam 9 tipe atau kelompok yang mempunyai
spesifikasi masing-masing, yang kriterianya di dominasi dengan hal-hal sebagai
berikut :
1. Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria diagnostik skizofrenia
Sebagai tambahan :

Halusinasi dan atau waham harus menonjol :


(a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengung, atau
bunyi tawa.
(b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
(c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau Passivity (delusion of
passivity), dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling
khas.
Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata / menonjol.
Pasien skizofrenik paranoid biasanya berumur lebih tua daripada pasien skizofrenik
terdisorganisasi atau katatonik jika mereka mengalami episode pertama
penyakitnya. Pasien yang sehat sampai akhir usia 20 atau 30 tahunan biasanya

34

mencapai kehidupan social yang dapat membantu mereka melewati penyakitnya.


Juga, kekuatan ego paranoid cenderung lebih besar dari pasien katatonik dan
terdisorganisasi. Pasien skizofrenik paranoid menunjukkan regresi yang lambat
dari kemampuanmentalnya, respon emosional, dan perilakunya dibandingkan tipe
lain pasien skizofrenik.
Pasien skizofrenik paranoid tipikal adalah tegang, pencuriga, berhati-hati, dan tak
ramah. Mereka juga dapat bersifat bermusuhan atau agresif. Pasien skizofrenik
paranoid kadang-kadang dapat menempatkan diri mereka secara adekuat didalam
situasi social. Kecerdasan mereka tidak terpengaruhi oleh kecenderungan psikosis
mereka dan tetap intak.
2. Skizofrenia Hebefrenik
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Diagnosis hebefrenia untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun).
Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang menyendiri
(solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan diagnosis.
Untuk diagnosis hebefrenia yang menyakinkan umumnya diperlukan pengamatan
kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut ini memang benar bertahan :
- Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, serta mannerisme;
ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan perilaku menunjukkan
hampa tujuan dan hampa perasaan;
- Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropriate), sering disertai oleh
cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self-satisfied), senyum sendirir (selfabsorbed smiling), atau oleh sikap, tinggi hati (lofty manner), tertawa
menyeringai (grimaces), mannerisme, mengibuli secara bersenda gurau (pranks),
keluhan hipokondrial, dan ungkapan kata yang diulang-ulang (reiterated phrases);
- Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta
inkoheren.
Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir umumnya
menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada tetapi biasanya tidak menonjol
(fleeting and fragmentary delusions and hallucinations). Dorongan kehendak
(drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta sasaran ditinggalkan,
sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan
(aimless) dan tanpa maksud (empty of purpose). Adanya suatu preokupasi yang
dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap agama, filsafat dan tema abstrak
lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan pikiran pasien.
Menurut DSM-IV skizofrenia disebut sebagai skizofrenia tipe terdisorganisasi.
3. Skizofrenia Katatonik
Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

35

Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :
(a) stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam
gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara):
(b) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
(c)

Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil


mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh);

dan

(d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap semua
perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan kearah yang
berlawanan);
(e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan dirinya);
(f) Fleksibilitas cerea / waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan tubuh
dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
(g) Gejala-gejala lain seperti command automatism (kepatuhan secara otomatis
terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimat-kalimat.
Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari gangguan
katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai diperoleh bukti
yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain.
Penting untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi pada
gangguan afektif.
Selama stupor atau kegembiraan katatonik, pasien skizofrenik memerlukan
pengawasan yang ketat untuk menghindari pasien melukai dirinya sendiri atau
orang lain. Perawatan medis mungkin ddiperlukan karena adanya malnutrisi,
kelelahan, hiperpireksia, atau cedera yang disebabkan oleh dirinya sendiri.
4. Skizofrenia tak terinci (Undifferentiated).
Seringkali. Pasien yang jelas skizofrenik tidak dapat dengan mudah dimasukkan
kedalam salah satu tipe. PPDGJ mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai tipe
tidak terinci. Kriteria diagnostic menurut PPDGJ III yaitu:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik, atau
katatonik.
Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca skizofrenia.
5. Depresi Pasca-Skizofrenia
Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :

36

(a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria diagnosis umum
skizzofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;
(b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya); dan
(c) Gejala-gejala depresif menonjol dan menganggu, memenuhi paling sedikit kriteria
untuk episode depresif, dan telah ada dalam kurun waktu paling sedikit 2 minggu.
Apabila pasien tidak lagi menunjukkan gejala skizofrenia diagnosis menjadi episode
depresif. Bila gejala skizofrenia diagnosis masih jelas dan menonjol, diagnosis
harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai.
6. Skizofrenia Residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus dipenuhi
semua :
(a) Gejala negative dari skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan
psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang menumpul, sikap pasif dan ketiadaan
inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi nonverbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan
posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk;
(b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas di masa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofenia;
(c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
(minimal) dan telah timbul sindrom negative dari skizofrenia;
(d) Tidak terdapat dementia atau penyakit / gangguan otak organik lain, depresi kronis
atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negative tersebut.
Menurut DSM IV, tipe residual ditandai oleh bukti-bukti yang terus menerus adanya
gangguan skizofrenik, tanpa adanya kumpulan lengkap gejala aktif atau gejala
yang cukup untuk memenuhi tipe lain skizofrenia. Penumpulan emosional,
penarikan social, perilaku eksentrik, pikiran yang tidak logis, dan pengenduran
asosiasi ringan adalah sering ditemukan pada tipe residual. Jika waham atau
halusinasi ditemukan maka hal tersebut tidak menonjol dan tidak disertai afek
yang kuat.
7. Skizofrenia Simpleks
Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkan karena tergantung
pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan progresif dari :
- gejala negative yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik, dan
-

disertai dengan perubahan-perubahan perilaku pribadi yang bermakna,


bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu,
tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

37

Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe skizofrenia


lainnya.
Skizofrenia simpleks sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama
pada jenis simpleks adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berpikir biasanya sukar ditemukan. Waham dan halusinasi
jarang sekali terdapat. Jenis ini timbulnya perlahan-lahan sekali. Pada permulaan
mungkin penderita mulai kurang memperhatikan keluarganya atau mulai menarik
diri dari pergaulan. Makin lama ia makin mundur dalam pekerjaan atau pelajaran
dan akhirnya menjadi pengangguran, dan bila tidak ada orang yang menolongnya
ia mungkin akan menjadi pengemis, pelacur, atau penjahat.
8. Skizofrenia lainnya
9. Skizofrenia YTT
Selain beberapa subtipe di atas, terdapat penggolongan skizofrenia lainnya (yang tidak
berdasarkan DSM IV TR), antara lain :
Bouffe delirante (psikosis delusional akut).
Konsep diagnostik Perancis dibedakan dari skizofrenia terutama atas dasar lama
gejala yang kurang dari tiga bulan. Diagnosis adalah mirip dengan diagnosis
gangguan skizofreniform didalam DSM-IV. Klinisi Perancis melaporkan bahwa
kira-kira empat puluh persen diagnosis delirante berkembang dalam penyakitnya
dan akhirnya diklasifikasikan sebagai media skizofrenia.
Skizofrenia laten.
Konsep skizofrenia laten dikembangkan selama suatu waktu saat terdapat
konseptualisasi diagnostic skizofrenia yang luas. Sekarang, pasien harus sangat
sakit mental untuk mendapatkan diagnosis skizofrenia; tetapi pada
konseptualisasi diagnostik skizofrenia yang luas, pasien yang sekarang ini tidak
terlihat sakit berat dapat mendapatkan diagnosis skizofrenia. Sebagai contohnya,
skizofrenia laten sering merupakan diagnosis yang digunakan gangguan
kepribadian schizoid dan skizotipal. Pasien tersebut mungkin kadang-kadang
menunjukkan perilaku aneh atau gangguan pikiran tetapi tidak terus menerus
memanifestasikan gejala psikotik. Sindroma juga dinamakan skizofrenia ambang
(borderline schizophrenia) di masa lalu.
Oneiroid.
Keadaan oneiroid adalah suatu keadaan mirip mimpi dimana pasien mungkin pasien
sangat kebingungan dan tidak sepenuhnya terorientasi terhadap waktu dan
tempat. Istilah skizofrenik oneiroid telah digunakan bagipasien skizofrenik
yang khususnya terlibat didalam pengalaman halusinasinya untuk mengeluarkan
keterlibatan didalam dunia nyata. Jika terdapat keadaan oneiroid, klinisi harus
berhati-hati dalam memeriksa pasien untuk adanya suatu penyebab medis atau
neurologist dari gejala tersebut.
Parafrenia.

38

Istilah ini seringkali digunakan sebagai sinonim untuk skizofrenia paranoid. Dalam
pemakaian lain istilah digunakan untuk perjalanan penyakit yang memburuk
secara progresif atau adanya system waham yang tersusun baik. Arti ganda dari
istilah ini menyebabkannya tidak sangat berguna dalam mengkomunikasikan
informasi.
Pseudoneurotik.
Kadang-kadang, pasien yang awalnya menunjukkan gejala tertentu seperti kecemasan,
fobia, obsesi, dan kompulsi selanjutnya menunjukkan gejala gangguan pikiran
dan psikosis. Pasien tersebut ditandai oleh gejala panansietas, panfobia,
panambivalensi dan kadang-kadang seksualitas yang kacau. Tidak seperti pasien
yang menderita gangguan kecemasan, mereka mengalami kecemasan yang
mengalir bebas (free-floating) dan yang sering sulit menghilang. Didalam
penjelasan klinis pasien, mereka jarang menjadi psikotik secara jelas dan parah.
Skizofrenia Tipe I.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom positif
yaitu asosiasi longgar, halusinasi, perilaku aneh, dan bertambah banyaknya
pembicaraan. Disertai dengan struktur otak yang normal pada CT dan respon
yang relatif baik terhadap pengobatan.
Skizofrenia tipe II.
Skizofrenia dengan sebagian besar simptom yang muncul adalah simptom negative
yaitu pendataran atau penumpulan afek, kemiskinan pembicaraan atau isi
pembicaraan, penghambatan (blocking), dandanan yang buruk, tidak adanya
motivasi, anhedonia, penarikan sosial, defek kognitif, dan defisit perhatian.
Disertai dengan kelainan otak struktural pada pemeriksaan CT dan respon buruk
terhadap pengobatan.

4.7 DIAGNOSIS BANDING


Gangguan Psikotik Sekunder dan Akibat Obat
Gejala psikosis dan katatonia dapat disebabkan oleh berbagai macam keadaan
medis psikiatrik dan dapat diakibatkan oleh berbagai macam zat. Jika psikosis atau
katatonia disebabkan oleh kondisi medis nonpsikiatrik atau diakibatkan oleh suatu zat,
diagnosis yang paling sesuai adalah gangguan psikotik akibat kondisi medis umum,
atau gangguan katatonia akibat zat. Manifestasi psikiatrik dari banyak kondisi medis
nonpsikiatrik dapat terjadi awal dalam perjalanan penyakit, seringkali sebelum
perkembangan gejala lain. Dengan demikian klinisi harus mempertimbangkan
berbagai macam kondisi medis nonpsikiatrik dii dalam diagnosis banding psikosis,
bahkan tanpa adanya gejala fisik yang jelas. Pada umumnya, pasien dengan gangguan
neurologist mempunyai lebih banyak tilikan pada penyakitnya dan lebih menderita
akibat gejala psikiatriknya daripada pasien skizofrenik, suatu kenyataan yang dapat
membantu klinisi untuk membedakan kedua kelompok tersebut.

39

Saat memeriksa seorang pasien psikotik, klinisi harus mengikuti tiga pedoman
umum tentang pemeriksaan keadaan nonpsikiatrik. Pertama, klinisi harus cukup
agresif dalam mengejar kondisi medis nonpsikiatrik jika pasien menunjukkan adanya
gejala yang tidak lazim atau jarang atau adanya variasi dalam tingkat kesadara.
Kedua, klinisi harus berusaha untuk mendapatkan riwayat keluarga yang lemgkap,
termasuk riwayat gangguan medis, neurologist, dan psikiatrik. Ketiga, klinisi harus
mempertimbangkan kemungkinan suatu kondisi medis nonpsikiatrik, bahkan pada
pasien dengan diagnosis skizofrenia sebelumnya. Seorang pasien skizofrenia
mempunyai kemungkinan yang sama untuk menderita tumor otak yang menyebabkan
gejala psikotik dibandingkan dengan seorang pasien skizofrenik.
Berpura-pura dan Gangguan buatan
Baik berpura-pura atau gangguan buatan mungkin merupakan suatu diagnosis
yang sesuai pada pasien yang meniru gejala skizofrenia tetapi sebenarnya tidak
menderita skizofrenia. Orang telah menipu menderita skizofrenia dan dirawat dan
diobati di rumah sakit psikiatrik. Orang yang secara lengkap mengendalikan produksi
gejalanya mungkin memenuhi diagnosis berpura-pura (malingering); pasien tersebut
biasanya memilki alasan financial dan hokum yang jelas untuk dianggap gila. Pasien
yang kurang mengendalikan pemalsuan gejala psikotiknya mungkin memenuhi
diagnosis suatu gangguan buatan (factitious disorder). Tetapi, beberapa pasien dengan
skizofrenia seringkali secara palsu mengeluh suatu eksaserbasi gejala psikotik untuk
mendapatkan bantuan lebih banyak atau untuk dapat dirawat di rumah sakit.
Gangguan Psikotik Lain
Gejala psikotik yang terlihat pada skizofrenik mungkin identik dengan yang
terlihat pada gangguan skizofreniform, gangguan psikotik singkat, dan gangguan
skizoafektif. Gangguan skizofreniform berbeda dari skizofrenia karena memiliki lama
(durasi) gejala yang sekurangnya satu bulan tetapi kurang daripada enam bulan.
Gangguan psikotik berlangsung singkat adalah diagnosis yang tepat jika gejala
berlangsung sekurangnya satu hari tetapi kurang dari satu bulan dan jika pasien tidak
kembali ke tingkat fungsi pramorbidnya. Gangguan skizoafektif adalah diagnosis
yang tepat jika sindroma manik atau depresif berkembang bersama-sama dengan
gejala utama skizofrenia.
Suatu diagnosis gangguan delusional diperlukan jika waham yang tidak aneh
(nonbizzare) telah ada selama sekurangnya satu bulan tanpa adanya gejala skizofrenia
lainnya atau suatu gangguan mood.
Gangguan Mood
Diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood dapat sulit, tetapi penting
karena tersedianya pengobatan yang spesifik dan efektif untuk mania dan depresi.
Gejala afektif atau mood pada skizofrenia harus relative singkat terhadap lama gejala
primer. Tanpa adanya informasi selain dari pemeriksaan status mental, klinisi harus
menunda diagnosis akhir atau harus menganggap adanya gangguan mood, bukannya
membuat diagnosis skizofrenia secara prematur.
Gangguan Kepribadian
Berbagai gangguan kepribadian dapat ditemukan dengan suatu cirri
skizofrenia; gangguan kepribadian skizotipal, schizoid, dan ambang adalah gangguan
40

kepribadian dengan gejala yang paling mirip. Gangguan kepribadian, tidak seperti
skizofrenia, mempunyai gejala yang ringan, suatu riwayat ditemukannya gangguan
selama hidup pasien, dan tidak adanya onset tanggal yang dapat diidentifikasi.
4.8 PERJALANAN PENYAKIT
Tanda awal dari skizofrenia adalah simtom-simtom pada masa premorbid. Biasanya
simtom ini muncul pada masa remaja dan kemudian diikuti dengan berkembangnya
simtom prodormal dalam kurun waktu beberapa hari sampai beberapa bulan. Adanya
perubahan social / lingkungan dapat memicu munculnya simtom gangguan. Masa
prodormal ini bisa langsung sampai bertahun-tahun sebelum akhirnya muncul simtom
psikotik yang terlihat.
Perjalanan penyakit skizofrenia yang umum adalah memburuk dan remisi. Setelah
sakit yang pertama kali, pasien mungkin dapat berfungsi normal untuk waktu lama
(remisi), keadaan ini diusahakan dapat terus dipertahankan. Namun yang terjadi
biasanya adalah pasien mengalami kekambuhan. Tiap kekambuhan yang terjadi
membuat pasien mengalami deteriorasi sehingga ia tidak dapat kembali ke fungsi
sebelum ia kambuh. Kadang, setelah episode psikotik lewat, pasien menjadi depresi,
dan ini bisa berlangsung seumur hidup.
Seiring dengan berjalannya waktu, simtom positif hilang, berkurang, atau tetap ada,
sedangkan simtom negative relative sulit hilang bahkan bertambah parah.
Faktor-faktor resiko tinggi untuk berkembangnya skizofrenia adalah
Mempunyai anggota keluarga yang menderita skizofrenia, terutama jika salah satu
orang tuanya/saudara kembar monozygotnya menderita skizofrenia, kesulitan pada
waktu persalinan yang mungkin menyebabkan trauma pada otak, terdapat
penyimpangan dalam perkembangan kepribadian, yang terlihat sebagai anak yang
sangat pemalu, menarik diri, tidak mempunyai teman, amat tidak patuh, atau sangat
penurut, proses berpikir idiosinkratik, sensitive dengan perpisahan, mempunyai orang
tua denga sikap paranoid dan gangguan berpikir normal, memiliki gerakan bola mata
yang abnormal, menyalahgunakan zat tertentu seperti amfetamin, kanabis, kokain,
Mempunyai riwayat epilepsi, memilki ketidakstabilan vasomotor, gangguan pola
tidur, control suhu tubuh yang jelek dan tonus otot yang jelek.
4.9 PROGNOSIS
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari periode 5 sampai 10
tahun setelah perawatan psikiatrik pertama kali di rumah sakit karena skiofrenia,
hanya kira-kira 10-20 % pasien dapat digambarkan memliki hasil yang baik.Lebih
dari 50% pasien dapat digambarkan memiliki hasil yang buruk, dengan perawatan di
rumah sakit yang berulang, eksaserbasi gejala, episode gangguan mood berat, dan
usaha bunuh diri. Walaupun angka-angka yang kurang bagus tersebut, skizofrenia
memang tidak selalu memiliki perjalanan penyakit yang buruk, dan sejumlah faktor
telah dihubungkan dengan prognosis yang baik.
Rentang angka pemulihan yang dilaporkan didialam literatur adalah dari 1060% dan perkiraan yang beralasan adalah bahwa 20-30% dari semua pasien
skizofrenia mampu untuk menjalani kehidupan yang agak normal. Kira-kira 20-30%
dari pasien terus mengalami gejala yang sedang,dan 40-60% dari pasien terus
terganggu scara bermakna oleh gangguannya selama seluruh hidupnya.

41

Secara umum prognosis skizofrenia tergantung pada:


1. Usia pertama kali timbul ( onset): makin muda makin buruk.
2. Mula timbulnya akut atau kronik: bila akut lebih baik.
3. Tipe skizofrenia: episode skizofrenia akut dan katatonik lebih baik.
4. Cepat, tepat serta teraturnya pengobatan yang didapat.
5. Ada atau tidaknya faktor pencetusnya: jika ada lebih baik.
6. Ada atau tidaknya faktor keturunan: jika ada lebih jelek.
7. Kepribadian prepsikotik: jika skizoid, skizotim atau introvred lebih jelek.
8. Keadaan sosial ekonomi: bila rendah lebih jelek.

Prognosis Baik

Prognosis Buruk

Onset lambat

Onset muda

Faktor pencetus yang jelas

Tidak ada factor pencetus

Onset akut

Onset tidak jelas

Riwayat sosial, seksual dan


Riwayat social dan pekerjaan premorbid
pekerjaan premorbid yang
yang buruk
baik
Prilaku menarik diri atau autistic
Gejala gangguan mood
(terutama gangguan
depresif)

Tidak menikah, bercerai atau janda/ duda

Menikah

Sistem pendukung yang buruk

Riwayat keluarga gangguan


mood

Gejala negatif

Sistem pendukung yang baik


Gejala positif

Tanda dan gejala neurologist


Riwayat trauma perinatal
Tidak ada remisi dalam 3 tahun
Banyak relaps
Riwayat penyerangan

42

TIU 5 Memahami dan menjelaskan penatalaksanaan Skizofrenia


5.1 Farmakoterapi
Antipsikotik
Antipsikotik termasuk tiga kelas obat yang utama, yaitu:
1. Antagonis reseptor dopamine
2. Risperidone ( ris perdal )
3. Clozapine ( clozaril )
Pemilihan Obat

43

1. Antagonis Reseptor Dopamin


Adalah obat antipsikotik yang klasik dan efektif dalam pengobatan
skizofrenia. Obat ini memiliki dua kekurangan utama, yaitu:
a. Hanya sejumlah kecil pasien, cukup tertolong untuk mendapatkan
kembali jumlah fungsi mental yang cukup normal.
b. Disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Efek
mengganggu yang paling utama adalah akatisia dan gejala mirip
parkinsonisme berupa rigiditas dan tremor. Efek serius yang potensial
adalah tardive dyskinesia dan sindroma neuroleptik malignan.
Remoxipride adalah antagonis reseptor dopamin dari kelas yang
berbeda dari pada antagonis reseptor dopamin yang sekarang ini tersedia.
Awalnya obat ini disertai efek samping neurologist yang bermakna, tetapi
akhirnya remoxipride disertai dengan anemia aplastik, jadi membatasi nilai
klinisnya.
2. Risperidone
Adalah suatu obat antispikotik dengan aktivitas antagonis yang
bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 ( 5-HT2 ) dan pada reseptor
dopamine tipe 2 ( d2 ). Risperidone menjadi obat lini pertama dalam
pengobatan skizofrenia karena kemungkinan obat ini adalah lebih efektif
dan lebih aman daripada antagonis reseptor dopaminergik yang tipikal.
3. Clozapine
Adalah suatu obat antipsikotik yang efektif. Mekanisme kerjanya
belum diketahui secara pasti. Clozapine adalah suatu antagonis lemah
terhadap reseptor D2 tetapi merupakan antagonis yang kuat terhadap
reseptor D4 dan mempunyai aktivitas antagonistic pada reseptor
serotogenik. Agranulositosis merupakan suatu efek samping yang
mengharuskan monitoring setiap minggu pada indeks-indeks darah. Obat
ini merupakan lini kedua, diindikasikan pada pasien dengan tardive
dyskinesia karena data yang tersedia menyatakan bahwa clozapine tidak
disertai dengan perkembangan atau eksaserbasi gangguan tersebut.
Prinsip-Prinsip Terapetik
1. Klinis harus secara cermat menentukan gejala sasaran yang akan diobati
2. Suatu antipsikotik yang telah bekerja dengan baik di masa lalu pada pasien
harus digunakan lagi.
3. Lama minimal percobaan antipsikotik adalah empat sampai enam minggu
pada dosis yang adekuat.
4. Penggunaan pada lebih dari satu medikasi antipsikotik pada satu waktu
adalah jarang diindikasikan.
44

5. Pasien harus dipertahankan pada dosis efektif yang serendah mungkin yang
diperlukan untuk mencapai pengendalian gejala selama periode psikotik.
Pemeriksaan Awal
Obat antipsikotik cukup aman jika diberikan selama periode waktu
yang cukup singkat. Dalam situasi gawat, obat ini dapat diberikan kecuali
clozapine, tanpa melakukan pemeriksaan fisik atau laboratorium pada diri
pasien. Pada pemeriksaan biasa harus didapatkan hitung darah lengkap dengan
indekss sel darah putih, tes fungsi hati dan ECG khususnya pada wanita yang
berusia lebih dari 40 tahun dan laki-laki yang berusia lebih dari 30 tahun.
Kontraindikasi Utama Antipsikotik:
1. Riwayat respon alergi yang serius
2. Kemungkinan bahwa pasien telah mengingesti zat yang akan berinteraksi
dengan antipsikotik sehingga menyebabkan depresi sistem saraf pusat.
3. Resiko tinggi untuk kejang dari penyebab organic atau audiopatik.
4. Adanya glukoma sudut sempit jika digunakan suatu antupsikotik dengan
aktivitas antikolinergik yang bermakna.
Kegagalan Pengobatan
1. Ketidakpatuhan dengan antipsikotik merupakan alas an utama untuk
terjadinya relaps dan kegagalan percobaan obat.
2. Waktu percobaan yang tidak mencukupi.
Setelah menghilangkan alasan lain yang mungkin bagi kagagalan terapi
antipsikotik, dapat dicoba antipsikotik kedua dengan struktur kimiawi yang
berbeda dari obat yang pertama. Strategi tambahan adalah suplementasi
antipsikotik dengan lithium (eskalith), suatu antikonvulsan seperti
carbamazepine atau valproate (depakene), atau suatu benzodiazepine.
Pemakaian terapi antipsikotik dosis-mega jarang diindikasikan, karena hamper
tidak ada data yang mendukung praktek tersebut.
Obat Lain
Lithium
Efektif dalam menurunkan gejala psikotik lebih lanjut pada sampai 50 persen
pasien dengan skizofrenia dan merupakan obat yang beralasan untuk
dicoba pada pasien yang tidak mampu menggunakan medikasi
antipsikotik.
Antikonvulsan

45

Carbamazepine dan valproat dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam


kombinasi dengan lithium atau suatu antipsikotik. Walaupun tidak terbukti
efektif dalam menurunkan gejala psikotik pada skizofrenia, namun jika
digunakan sendiri-sendiri mungkin efektif dalam menurunkan episode
kekerasan pada beberapa pasien skizofrenia.
Benzodiazepin
Pemakaian bersama-sama alprazolam ( xanax ) dan antipsikotik bagi pasien
yang tidak berespo terhadap pemberian antipsikotik saja, dan pasien
skizofrenia yang berespon terhadap dosis tinggi diazepam ( valium ) saja.
Tetapi keparahan psikosis dapat di eksaserbasi seteloah putus dari
benzodiazepine.
5.2 Nonfarmakoterapi

Tiga pengamatan dasar tentang skizofrenia yang memerlukan perhatian


saat mempertimbangkan pengobatan gangguan, yaitu :
1. Terlepas dari penyebabnya, skizofrenia terjadi pada seseorang yang
mempunyai sifat individual, keluarga, dan sosial psikologis yang unik.
2. Kenyataan bahwa angka kesesuaian untuk skizofrenia pada kembar
monozigotik adalah 50 persen telah diperhitungkan oleh banyak peneliti
untuk menyarankan bahwa factor lingkungan dan psikologis yang tidak
diketahui tetapi kemungkinan spesifik telah berperan dalam perkembangan
gangguan.
3. Skizofrenia adalah suatu gangguan yang kompleks, dan tiap pendekatan
terapetik tunggal jarang mencukupi untuk menjawab secara memuaskan
gangguan yang memiliki berbagai segi.
Walaupun medikasi antipsikotik adalah inti dari pengobatan
skizofrenia, penelitian telah menemukan bahwa intervensi psikososial dapat
memperkuat perbaikkan klinis.
Perawatan di Rumah Sakit
Indikasi utama perawatan di rumah sakit adalah :
1. Untuk tujuan diagnostik.
2. Menstabilkan medikasi.
3. Keamanan pasien karena gagasan bunuh diri atau membunuh.
4. Perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai.

46

5. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar.


Tujuan utama perawatan di rumah sakit adalah ikatan efektif antara
pasien dan system pendukung masyarakat.
Sejak diperkenalkan diawal tahun 1950-an medikasi antipsikotik telah
menyebabkan revolusi dalam pengobatan skizofrenia. Tetapi, antipsikotik
mengobati gejala gangguan dan bukan suatu penyembuhan skizofrenia.
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu
mereka menyusun aktivitas harian mereka. Lamanya perawatan di rumah sakit
tergantung pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas
pengobatan rawat jalan.
Rencana pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke
arah masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan dan
hubungan sosial. Perawatan di rumah sakit harus di arahkan untukk mengikat
pasien dengan fasilitas pasca rawat termasuk keluarganya, keluarga angkat,
board and care homes, dan half way house. Pusat perawatan di siang hari ( day
care center ) dan kunjungan rumah kadang-kadang dapat membantu pasien
tetap di luar rumah sakit untuk periode waktu yang lama dan dapat
memperbaiki kualitas kahidupan sehari-hari pasien.
Terapi Somatik Lainnya
Elektrokonvulsif ( ECT ) dapat diindikasikan pada pasien katatonik
dan bagi pasien yang karena suatu alasan tidak dapat menggunakan
antipsikotik ( kurang efektif ). Pasien yang telah sakit selama kurang dari satu
tahun adalah yang paling mungkin berespon.
Dimasa lalu skizofrenia diobati dengan koma yang di timbulkan insulin
(insulin-induced coma) dan koma yang ditimbulkan barbiturat (barbiturateinduced coma).
Terapi Psikososial
Terapi Perilaku
Tehnik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan social
untuk meningkatkan kemampuan social, kemampuan memenuhi diri
sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.
Perilaku adaptif adalah didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat
ditebus untuk hal-hal yang diharapkan. Dengan demikian frekuensi
perilaku mal adaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Latihan Keterampilan Perilaku ( Behavioral Skills Trainning )
Sering dinamakan terapi keterampilan sosial ( social skills therapy ). Terapi ini
dapat secara langsung membantu dan berguna bagi pasien dan merupakan
47

tambahan alami bagi terapi farmakologis. Latihan keterampilan ini


melibatkan penggunaan kaset videon orang lain dan pasien permainan
simulasi ( role playing ) dalam terapi, dan pekerjaan rumah tentang
keterampilan yang telah dilakukan.
Terapi Berorientasi Keluarga
Pusat dari terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk
mengidentifikasik dan menghindari situasi yang kemungkinan
menimbulkan kesulitan. Jika masalah memang timbul pada pasien di
dalam keluarga, pusat terapi harus pada pemecahan masalah secara cepat.
Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas dalam terapi
keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.
Di dalam session keluarga dengan pasien skizofrenia, ahli terapi harus
mengendalikan intensitas emosional dari session.

TIU 6 Memahami dan menjleaskan hukum penderita skizofrenia melaksanakan


ibadah mahdoh
Ibadah Mahdhah, artinya penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an
antara hamba dengan Allah secara langsung. Ibadah bentuk ini memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari alQuran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh
ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan
diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:

64 Dan Kami tidak mengutus


seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah(QS. 4: 64).
7 Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada
kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:

. .

.Shalatlah kamu
seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu

Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan
praktek Rasul saw., maka dikategorikan Muhdatsatul umur perkara meng-ada-ada,
yang populer disebut bidah: Sabda Nabi saw.:

. .
48


.
.
.
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw.
adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul
mereka:

c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan
ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya
berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri. Shalat, adzan,
tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh
mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syariat,
atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya taat, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah
kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah
kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk
Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi.
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1. Wudhu,
2. Tayammum
3. Mandi hadats
4. Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. Itikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah

49

Daftar Pustaka

1. Hawari, Dadang. 2006. Pendekatan Holistik pada Gangguan Jiwa


Skizofrenia cetakan ke 2. Fakultas Kedokteran UI: Jakarta
2. Uddin, Jurnalis. 2007. Anatomi susunan Saraf Manusia. CV Langgeng Sejati :
Jakarta
3. Kaplan, Harold. 1997. Synopsis of Psychiatry 8th ed.
4. Guyton. 1997. Fisiologi Manusia. EGC : Jakarta
5. http://www.idijakbar.com/prosiding/skizofrenia.htm
6. Al-Quran dan Hadist

50

You might also like