You are on page 1of 21

BAB I

KONSEP DASAR

A. PENGERTIAN

Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan tenaga sendiri


(Manuaba, 1999 Hal : 138).
Masa Nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini yaitu
6-8 minggu (Mochtar R,1998 hal : 15).
Masa Nifas atau puerperium dimulai setelah kelahiran placenta dan berakhir
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin. A.B, 2001 hal 122).
Episiotomi adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang
keluar jalan lahir sehingga memudahkan kelahiran anak. (Harry. O, 1996, hal :
441).
Selanjutnya dapat disimpulkan bahwa post partum (masa nifas/puerperium)
spontan dengan episiotomi adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
berlangsung dengan tenaga Ibu sendiri, melalui jalan lahir dan dengan dilakukan
insisi perineum untuk memperlebar ruang jalan lahir sehingga memudahkan
kelahiran anak.
B. INDIKASI DILAKUKAN EPISIOTOMI

Keadaan yang mungkin terjadi ruptur perineum, janin premature, janin letak
sungsang, persalinan dengan ekstraksi cunam, vakum dan janin besar. (Mansjoer.
A, 1999, hal 338).

C. MACAM-MACAM EPISIOTOMI

1. Episiotomi Mediana

Merupakan

insisi

yang

paling

mudah

diperbaiki, lebih baik dan jarang menimbulkan dispareuni, episiotomi ini dapat
menyebabkan ruptur perenei totalis.
2. Episiotomi Mediolateral

: Merupakan insisi yang banyak digunakan

karena lebih aman, jarang terjadi ruptur parinei totalis.


3. Episiotomi Lateralis

: Tidak dianjurkan hanya dapat menimbulkan

sedikit relaksasi introitus, perdarahan lebih banyak dan sukar direparasi.


(Mansjoer. A, 1999, hal. 338)

D. FASE-FASE PENYEMBUHAN LUKA

Fase I (termasuk respon inflamasi). Penyembuhan luka, leukosit menceerna


bakteri dan jaringan rusak, fibrin bertumpuk dan mengisi luka dan pembuluh
darah tumbuh pada luka dari benang fibrin sebagai kerangka, berlangsung selama
3 hari.
Fase II berlangsung 3-14 hari, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai
berisi kolagen serabut protein pitih dan berneganerasi dalam 1 minggu.
Fase III kolagen terus bertumpuk menekan pembuluh daarh baru dan arus
darah menurun. Berlangsung kurang lebih dari minggu ke-2 sampai minggu ke-6
post insisi.
Fase IV berlangsung beberapa bulan setelah proses insisi, gatal pada luka,
luka menciut dan tegang.

(Barbara. C. Long, 1996, hal. 67).

E. FISIOLOGI NIFAS

1. Periode post partum ada 3 yaitu :


a. Immadiate post partum adalah masa 24 jam post partum.
b. Early post partum adalah waktu minggu pertama post partum.

c. Late post partum adalah masa post partum pada minggu pertama sampai
minggu keenam post partum.

2. Adaptasi fisiologi post partum.


Kejadian yang terjadi pada post partum adalah :
a. Involusi
Involusi adalah proses kembalinya alat kandunga atau uterus dan jalan
lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan sebelum hamil.
Proses Involusi terjadi karena :
1) Autolisis.
Autolisis adalah penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh
karena adanya hyperplasia, jaringan otot yang membesarmenjadi
panjang sepuluh kali lipat dan menjadi lima kali lebih tebal dari masa
waktu hamil, akan susut kembali mencapai keadaan semula. Faktor
penyebabnya adalah adanya penghancuran protoplasma dari jaringan
yang diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh ginjal.
2) Aktifitas otot-otot.
Aktifitas otot adalah kontraksi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir, yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah
karena adanya pelepasan plasenta, dan berguna untuk mengeluarkan isi
uterus yang tidak diperlukan.
Kontraksi dan retraksi yang terus menerus ini menyebabkan
terganggunya peredaran darah di dalam uterus yang mengakibatkan
jaringan otot-otot kekurangan zat-zat yang diperlukan, sehingga
ukuran jaringan otot-otot terssebut menjadi lebih kecil.
3) Ischaemia
Ischaemia atau anemia likal yaitu kekurangan pada uterus. Saaat
kehamilan uterus. Saat kehamilan uterus membutuhkan aliran darah
3

yang banyak agar uterus dapat mengadakan hypertrophy dan


hiperplasia tidak diperlukan lagi, maka pengaliha darah berkurang dan
kembali seperti biasa. Darah yang lebih biasanya dialirkan keuterus
setelah anak lahir dibutuhkan oleh buah dada sehingga peredaran
kebuah dada lebih banyak ditandai buah dada menjadi merah dan
bengkak. Adapun kembalinya keadaan uterus tersebut secara gradual
artinya, tidak sekaligus tetapi setingkat demi setingkat. Sehari atau 24
jam setelah persalinan, biassanya tinggi fundus uteri agak lebih tinggi
sedikit, disebabkan oleh adanya pelemasan uterus segmen atas dan
uterus bagian bawah terlalu lemah dalam meningkatkan tonusnya otototot baik kembali, fundus uteri hanya 7,5 cm diatas sympysis dan
setelah 12 hari post partum fundus uteri tidak dapat diraba lagi dari
luar.
b. Lochea
Lochea adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus berasal dari bekas
menempelnya plasentanya melalui vagina dalam masa nifas.
Pengeluaran dari uterus selagi getah atau darah dari luka juga disertai
selaput lendir dari decidua yaitu endometrium yang menebal, karena
mengadakan degenerasi untuk kembali keadaan semula.
Lochea terbagi atas 3 jenis yaitu :
1) Lokhea rubra.
Warna merah, bau anyir, isinya sel darah merah, selaput ketuban,
selaput decidua dan lain-lain, pengeluaran hari ke-1 sampai ke-3.
2) Lokhea serosa
Warna pucat kecoklatan, bau agak anyir, isi sel darah serum, lekosit
dan sisa jaringan, pengeluaran hari ke-4 sampai ke-9
3) Lokhea alba
Warna putih kekuningan , isi sel lendir, lekosit, pengeluaran hari ke-10
sampai hari ke-15.
4

c. Laktasi
Laktasi adalah proses pembentukan dan pengeluaran Asi
Faktor yang mempengaruhi pembetukan dan pengeluaran Air Susu Ibu
(ASI) : Anatomi buah dada, Fisiologi, makanan, Istirahat, Isapan Anak,
Obat-obatan, Psikologi, perawatan buah dada.(Christina. S.Ibrahim, 1996
hal. 10)
d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan, setelah 6
minggu post natal, serviks menutup.
Karena robekan kecil-kecil yang terjadi selama dilatasi, serviks tidak
pernah kembali keadaan sebelum hamil (nulipara) yang berupa lunang
kecil seperti jarum, serviks hanya kembali pada keadaan tidak hamil yang
berupa lubang yang sudah sembuh, tertutup tapi bentuk celah. Dengan
demikian os servisis wanita yang sudah pernah melahirkan merupakan
salah satu tanda yang menunjukkan riwayat kelahiran bayi lewat vagina.
e. Vulva dan Vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peradangan yang sangat
besar selama proses melahirkan tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur, setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali pada
keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan
muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.
Himen mengalami ruptur pada saat melahirkan bayi pervagina dan yang
tersisa hanya sissa-sisa kulit yang disebut karunkulae mirtiformis.
Orifisium vagina biasanya tetap sedikit membuka setelah wanita tersebut
memiliki anak.
f. Perineum
Setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebalumnya
tereenggan oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal
5

hari kelima, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar


tonusnya sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum
melahirkan (nulipara). Relaksasi dasar panggul dan otot-otot abdomen
juga dapat bertahan.
Yang perlu diawasi pada perineum
a) Redness yaitu warna merah pada daerah vulva dan perineum.
b) Edema yaitu ada atau tidaknya penimbunan cairan secara berlebihan
pada derah vulva atau perineum.
c) Enchymosis atau lebam yaitu ada atau tidaknya perubahan warna kulit
menjadi biru gelap karena ada penimbunan darah.
d) Drainase yaitu aliran dari pengeluaran lokhea dilihat dari warna, bau,
jenis, dan banyaknya.
e) Aproximate yaitu perlekatan jahitan pada daerah perineum.
g. Traktus Urinarius
Buang air kecil seringa sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasme sfinter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen
yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok.
Keadaan ini menyebabkan diuresis. Uterus yang berdilatasi akan kembali
normal dalam tempo 6 minggu.
h. Sistem Gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun keadaan progesteron menurun setelah melahirkan. Namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari.
Gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum

melahirkan

diberi

enema.

Rasa

sakit

didaerah

perineum

dapat

menghalangi keinginan kebelakang.


i.

Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah
merah dan kadar haemoglobin kembali normal pada hari keliama.
Meskipun kadar estrogen mengalami penurunan yang sangat besar selama
masa nifas, namun kadarnya masih tetap lebih tinggi dari pada normal.
Plasma darah tidak begitu mengandung cairan dan dengan demikian daya
koagulasi meningkat. Pembekuan darah harus dicegah dengan penanganan
yang cermat dan penekanan pada ambulasi dini.

j.

Perubahan Psikologis
Perubahan yang mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan Ibu yang berada dalam masa nifas menjadi sensitif terhadap
faktor-faktor yang dalam keadaan normal mampu diatasinya. Disamping
perubahan hormonal, cadangan fisiknya sering sesudah terkuras oleh
tuntutan kehamilan serta persalinan, keadaan kurang tidur, lingkungan
yang asing baginya sseperti preparat analgesik narkotik yang diberikan
pada persalinan.
Depresi ringan yang dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah 4 th day
bluess (kemurungan hari keempat). Serig terjadi dan banyak ibu yang baru
pertama kali mempunyai anak mendapati dirinya menangis, paling tidak
satu kali, hanya karena masalah yang sering sepele. Sebagian Ibu merasa
tidak berdaya dalam waktu singkat, namun perasaan ini umumnya
menghilang setelah kepercayaan pada diri mereka dan bayinya tumbuh.
Apabila ddepresi dan insomnia bertahan lebih dari 1 atau 2 hari, pasen
harus dirujuk sebagian psikiatri untuk menyingkirkan kemungkinan
psikosis nifas. (Helen Farree, 1996 hal 226-227).

3. Penyesuaian Ibu (Maternal Adjustmen)


Menurut Riva Rubins ada 3 tahap yaitu :
1) Fase Dependent/Taking in
Terjadi pada hari 1 dan 2 post partum. Pada fase ini Ibu membutuhkan
perlindungan dan pelayanan. Ia memffokuskan energinya pada bayinya
yang baru. Ia mungkin selalu membicarakan pengalaman melahirkan
berulang-ulang. Ibu melepaskan rasa nyaman, istirahat dan ada
kegembiraan berlebihan.
2) Fase Dependent-Independent/Taking Hold
Dimulai pada hari ketiga post partum sampai minggu keempat dan kelima.
Ibu

mulai

menunjukkan

pergeseran

fokus

perhatian

dengan

memperlihatkan bayinya. Ibu mulai melakukanbayi dan menerima


pendidikan kesehatan.
3) Fase Independent/fase kemandirian (Letting go)
Fase ini dimulai pada minggu kelima sampai keenam. Terjadi peningkatan
kemampuan independen dalam perawatan bayi dan dirinya. Ibu dan
keluarga berinteraksi sebagai suatu sistem dan mengenal bahwa bayi
terpisah dari Ibu.

F. PATHWAYS
Partus Spontan dengan episiotomi
Nifas
Perlukaan
Perineum

Uterus

Laktasi

Proses involusio
Adekuat

lobus hipofise
Posterior
Tidak adekuat

lobus hipofise
Anterior

Adekuat

In adekuat

Adekuat

In adekuat

Merangsang
oksitosin

Oksitosin
sedikit

Prolaktin

Prolaktin
tidak
terbentuk

Perdarahan
After pain

Perdarahan cepat
berhenti
Hipovolemik

Gangguan rasa
nyaman nyeri

Resti
infeksi

Proses
Penyembuhan
Luka baik

Resti
kekurangan
volume cairan
Kurang pengetahuan

Kontraksi
otot
payudara kuat
kelemahan
fisik

Resti
cidera

pancaran ASI
maksimal

Defisit
perawatan
diri

Kontraksi merangsang
otot
sel-sel acini
payudara lemah

kerja sel-sel
acini tidak
maksimal

pancaran ASI Produksi ASI


tidak maksimal
Gangguan
produksi ASI
pembengkakan
payudara

Pancaran ASI
Maksimal

Ketidakefektifan menyusui

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium darah lengkap, urinalisis.


2. Haemoglobin/haematokrit
Penentuan haemoglobin/hematokrit diperoleh pada hari pertama post
partum untuk pemeriksaan darah yang hilang selama melahirkan.
H. PENATALAKSANAAN DAN PERAWATAN MASA NIFAS

1. Penatalaksanaan medis
a. Tablet Vitamin
b. Tablet Sulfas Feros
c. Oksitosin sesuai indikasi
d. Cairan IV (bila Diperlukan)
e. Obat nyeri, pelunak feses sesuai indikasi
2. Perawatan masa nifas
a. Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin ibu harus istirahat, tidur terlenteng
selama 8 jam post partum. Kemudian boleh miring kanan dan kiri
untuk mencegah terjadinya trombosis. Pada hari kedua padat
dilakukan latihan senam, hari ketiga duduk-duduk, hari keempat jalanjalan, dan hari kelima boleh pulang. Mobilisasi diatas mempunyai
variasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan
sembuhnya luka-luka.
b. Diet
Makanan terus bermutu dan bergizi, cukup kalori, makanan yang
mengandung protein, banyak sayuran dan buah-buahan.
c. Miksi
Hendaknya kencing secepatnay dapat dilakukan sendiri, apabila
kesulitan kencing sebaiknya lakukan kateterisasi.
d. Defekasi

BAB harus bisa 3-4 hari post partum, bila belum bisa akan terjadi
obstipasi apabila berak keras berikan obat laksanperoral/per rectal, bila
belum lakukan klisma.
e. Perawatan Payudara
Perawatan payudara telah dimulai sejak wanita hamil ke-24 minggu,
supaya putting susu lemas, tidak kerass dan kering sebagian persiapan
untuk menyusui bayi, bila bayi meninggal laktasi harus dihentikan
dengan cara :
-

pambalutan mammae sampai tertekan.

Pemberian obat esterogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral


dan parldel.

I.

FOKUS KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian data dasar klien
a. Aktifitas/ istirahat
Insomnia mungkin terjadi
b. Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari
c. Intregitas ego
Peka rangsang, takut/menangis (post partum blues kira-kira 3 hari
setelah melahirkan)
d. Eliminasi
Deuresis diantara hari ke-2 dan ke-5, obstipasi pada hari ke-1 sampai
ke-2
e. Makan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ke-3
f.

Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran tepat terjadi diantara hari ke-3
sampai ke-5 pasca partum

g. Seksualitas/reproduksi

Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun


kira-kira 1 cm setiap harinya lokhea lubra berlanjut sampai hari ke-2
dan ke-3, berlanjut menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung
pada posisi (misal: rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktifitas
(misal: menyusui) payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke-3, mungkin lebih dini
tergantung kapan menyusui dimulai.
2. Diagnosa dan Perencanaan keperawatan
Diagnosa keperawatan dan perencanaan yang mungkin muncul pada post
partum adalah:
a. Nyeri (akut) berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran
jaringan atau distensi efek-efek hormonal. (Mrrilynn E Doenges,
2001, hal : 388).
Tujuan :
-

menurunkan atau meminimalkan nyeri

Kriteria hasil :
-

klien dapat mengidentifikasi sumber ketidak nyamanan

klien

dapat

menggunakan

tindakan-tindakan

tepat

untuk

menurunkan ketidaknyamanan
Intervensi :
-

tentukan adanya lokasi dan sifat nyeri.

Kaji neri tekan uterus, tentukan adanya dan frakuensi/intensitas


after pain, perhatikan faktor-faktor pemberat

Barikan posisi tidur yang nyaman dan lingkungan yang tenang

Penggunaan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dengan


massage, mendi air hangat atau taarik nafas dalam

Kolaborasi dalam pamberian analgesik

Rasional

Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang


tepat

Selama 12 jam pertama post partum kontraksi otot kuat dan reguler
dan ini berlanjut selama 2-3 hari selanjutnya, meskipus frekuensi
dan intensitasnya berkurang

Persalinan dan kelahiran adalah proses yang melelahkan,


ketanangan dan istirahat dapat mencegah kelelahan

Meningkatkan rasa kontrol dan dapat menurunkan beratnya


ketidaknyamanan dan after pain (kontraksi), massage fundus

Analgesik mengurangi rasa nyeri

b. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan atau


kerusakan kulit, penurunan Hb, prosedur invasif dan atau peningkatan
pemanjaan lingkungan (Marilynn E. Doenges, 2001, hal 394).
Tujuan :
-

Tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil
-

Bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai aliran lokhea dan
karakter normal

Intervensi :
-

Pantau suhu dan nadi ddengan rutin dan sesuai indikasi

Kaji lokasi dan kontraktilitas uterus, perhatihan perubahan


involusional atau adanya nyeri tekan uterus eksterem

Catat jumlah dan bau rubas lokhea atau perubahan pada kemajuan
normal dari lokhea rubra menjadi serosa

Anjurkan perawatan perineal ddengan menggunakan botol atau


rendam duduk 3-4 kali sehari atau setelah berkemih atau defekasi

Anjurkan dan gunakan teknnik mencuci tangan dan pembuangan


pembalut dan lien terkontaminasi dengan tepat

Catat Hb dan Ht, beriakn preparat zat basi dan vitamin bila perlu

Kolaborasi dalam pemberian antibiotik spectrum luas

Rasional :
-

Peningkatan suhu tubuh sampai 38,30 C dalam a24 jam dari 10


hari pertama pasca partum adalah bermakna

Fundus yang pada awalnya 2 cm dibawah umbilikus, meningkat 12 cm/hari

Lokhea secara normal mempunyai bau amis

Pembersihan sering dari depan kebelakang membantu mencegah


kontaminasi rectal memasuki vagina atau uretra

Membantu mencegah atau menghalangi infeksi

Menentukan apakah ada status anemia, membantu memperbaiki


defisiensi

Mencegah infeksi dan penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran


darah

c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan


dengan penurunan masukan, kehilangan cairan atau lebih(muntah,
peningkatan haluaran urine dan kehilangan tidak kasat mata
meningakt, hemoragi). (Marylinn E. Doengges, 2001, hal 399).
Tujuan :
-

Tidak terjadi kekurangan volume cairan

Kriteria hasil :

Dapat dibuktikan dengan memasukkan cairan dan haluaran urine


seimbang, Hb/Ht dalam keadaan normal

Intervensi :
-

Catat kehilangan cairan pada waktu melahirkan

Dengan perlahan pijat fundus bila uterus menonjol

Perhatikan adanya rassa haus, berikan cairan sesuai toleransi

Pantau suhu dan nadi

Evaluasi masukan cairan dan haluaran urine selama diberikan infus


IV atau sampai pola berkemih normal kembali

Rasional :
-

Potensial

hemoragi/kehilangan

darah

berlebih

pada waktu

kelahiran yang berlanjut pada periode pasca partum


-

Merangsang kontraksi uterus dapat mengontrol pendarahan

Rasa haus mungkin cara homeostatis dari pergantian cairan


melalui peningkatan rasa haus

Peningkatan suhu dapat memperberat dehidrasi, takikardi dapat


terjadi,

memaksimalkan

sirkulasi

cairan,

pada

kejadian

dehidrasi/hemoragi
-

Membantu dalam analisa keseimbangan cairan dan derajat


kekurangan

d. Resiko tinggi cidera berhubungan dengan fungsi regulator (misal:


hipotensi orthostatik) tromboembolisme, anemia. (Marylinn E.
Doenges, 2001 hal 392).
Tujuan :
-

Mencegah agar tidak cidera

Kriteria hasil :

Mendemostraasikan perilaku untuk menurunkan faktor-faktor


resiko atau melindungi diri

Bebas komplikasi

Intervensi ;
-

Tujuan ulang agar Hb darah dan kehilangan darah pada waktu


melahirkan, catat tanda-tanda anemia

Bantu klien dengan ambulasi awal

Observasi ekstremitas bawah terhadap tanda-tanda tromboplebitis


(misal : kemerahan, kehangatan, nyeri)

Berikan kompres panas lokal, tingkatkan tirah baring dengan


meninggikan tungkai yang sakit

Kolaborasi dalam pemberian antikoagulan

Rasional :
-

Anemia atau kehilangan darah atau memprediksikan pada sinkope


klien karena ketidakadekuatan pengiriman oksigen ke otak

Hatensi orthostatik mungkin terjadi pada waktu perubahan posisi


dari terlentang keberdiri diambulasi awal

Peningkatan produksi fibrin (kemungkinan pelepasan dari sisa


plasenta0, penurunan mobiitas, trauma, sepsis dan aktivasi
berlebihan dari pembekuan darah setelah melahirkan memberi
kecenderungan terjadinya tromboembolisme pada klien

Merangsang sikulasi dan menurunkan penumpukan pada vena


diekstrimitas bawah, menurunkan edema dan meningkatkan
penyembuhan

Meskipun biasanya tidak diperlukan, koagulan dapat membantu


mencegah terjadinya thrombus lebih lanjut

e. Defisit perawatan diri berhubungan denagn penurunan kekuatan,


ketidaknyamanan. (Marylinn E. Doenges, 2001 hal 368).
Tujuan :
-

Perwataan diri klien terpenuhi

Kriteria hasil :

Mendemonstrasikan teknik-teknik untuk memenuhi kebutuhan


perawatan diri

Intervensi :
-

Pastikan berat/durasi ketidaknyamanan

Ubah posisi klien 1-2 jam

Barikan bantuan sesuai kebutuhan klien

Berikan pilihan bila mungkin (misal : jadwal perawatan diri)

Kolaborasi dokter : pemberian roborantia

Rasional :
-

Nyeri berat mempengaruhi respon emosi dan perilaku sehingga


klien tidak mampu berfokus pada aktifitas perawatan diri sampai
kebutuhan fisiknya terhadap ketidak nyamanan terpenuhi

Tingkat

ketidaknyamanan

mempengaruhi

perubahan/aktifitas

nornal klien
-

Memperbaiki harga diri : meningkatkan perasaan kesejahteraan

Mengijinkan beberapa otonomi meskipun klien tergantung pada


bantuan profesional

Menurunkan

ketidaknyamanan

yang

dapat

mempengaruhi

kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri


f.

Menyusui infektif berhubungan dengan kekurangan pengetahuan,


belum

pernah

pengalamam

sebelumnya,

usia

gestsi

bayi,

struktur/karakteristik fisik payudara Ibu. (Marilynn E. Doenges, 2001


hal 390).
Tujuan :
-

Mengungkapkn pemahaman tentang proses/situasi menyusui

Kriteria hasil :

Klien akan mendemonstrasikan tehnik efektif dan menyusui,


menunjukkan kepuasan regimen menyusui satu sama lain dengan
bayi terpuaskan setelah menyusui

Intervensi :
-

Kaji pengetahuan dan pengalaman kien tentang menyusui


sebalumnya

Temukan sistem pendukung yang terssedia pada klien dan sikap


pasangan/keluarga

Barikan informasi mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,


perawatan payudara, kebutuhan diit khusus dan faktor-faktor yang
memudahkan dan menggangu kebersihan menyusui

Anjurkan kepada klien untuk mengeringkan puting dengan udara


selama 20-30 menit setelah menyusui

Kolaborasi dalam merujuk klien pada kalompok pendukung misal :


posyandu

Rasional :
-

Membantu

dan

mengidentifikasi

keburuhan

saat

ini

dan

mengembangkan rencana parawatan


-

Membantu menjamin suplai susu adekuat, mencegah puting susu


pecah dan luka, memberikan keyamanan dan membuat peran Ibu
menyusui

Posisi yang tepat biasanya mencegah luka puting, tanpa


memperhatikan lamanya menyusu.

Mempertahnakan puting dalam media lembab meningkatakan


pertumbuhan baktei dan kerusakan kulit.

Memberikan

bantuan

terus-menerus

untuk

meningkatkan

kesuksesan hasil.
g. Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan perawatan bayi
berhubungan dengan kessalahan interprestasi, tiddak mengeanl
sunber-sumber. (Maarlynn E. Doenges, 2001. hal. 410).
Tujuan :
-

Meniungkatakan pengetahuan klien tentang perawatan diri dan


bayi.

Hasil yang diharapkan :

Mengungkapkan pemahaman fisiologis, kebutuhan individu.

Melakukan aktivitas aaatau prosedur yang perlu dan menjelaskan


alasan-alassan untuk tindakan.

Intervensi :
-

Pastikan persepsi klien tentang persalinan dan kelahiran, lama


persalinan, dan tingkat kelelahan klien.

Kaji kesiapan klien dan motifasi untuk belajar. Bantu klien atau
pasangan dalam mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan

Barikan informasi tentang perawatan diri termasuk perawatan


perineal dan hygien

Diskusikan

kebutuhan

seksualitas

dan

rencanakan

untuk

kontrasepsi. Berikan informasi tentang ketersediaan metoda,


termasuk keuntungan dan kerugian
-

Berikan penguatan pentingnya pemeriksaan pasca partum minggu


ke-6 dengan memberikan perawatan kesehatan

Diskusikan perubahan fisik dan fisiologis yang normal dan


kebutuhan-kebutuhan yang berkenaan dengan periode pasca
partum

Rasional :
-

Terdapat hubungan antara lama persalinan dan kemempuan untuk


melakukan tanggung jawab, tugas dan aktifitas-aktifitas perawatan
diri atau perawatan bayi

Periode pasca natal dapat merupakan pengalaman positif bila


penyuluhan

yang

tepat

diderikan

untuk

membentu

mengembangkan pertumbuhan Ibu, maturasi dan kompetensi


-

Membantu mencegah infeksi

Pasangan mungkin memerlukan kejelasan mengenai ketersediaan


metode kontrasepsi dan kenyataan bahwa ke-hamilan dapat terjadi
bahkan sebelumnya kunjungan minggu ke-6

Kunjungan tindak lanjut perlu untuk mengevaluasi pemulihan


organ reproduktif, penyembuhan insisi, perbaikan episiotomi,
kesejahteraan umum dan adaptasi terhadap perubahan hidup.

Status emosional klien mungkin kadang-kadang labil pada saat ini


dan sering dipengaruhi oleh kesejahteraan fisik

3. Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dari perwujudan dari rencana perawatan
yang berupa serangkaian tindakan tujuan adalah dapat melaksanakan
rencana asuhan keperwatan. (Merilynn E. Doenges, 2001 hal 10)
4. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana keperawatan yang telah
disusun untuk memenuhi kebutuhan pasien, perubahan yang terjadi selama
nifas harus diamati dan di catat, semua perubahan yang terjadi harus
dicatat sebagai hasil evaluasi. (Marilynn E. Doenges, 2001, hal 10)
Evaluasi dilakukan dengan 2 cara :
a. cara formatif yaitu evaluasi secara langsung
b. cara sumatif yaitu evaluasi berdasarkan rencana tujuan yang telah
ditetapkan

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta. EGC.
Doenges M.F. (2001). Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta. EGC.
Farrer H. (1999). Perawatan Maternal Edisi 2. Jakarta. EGC.
Ibrahim C.J. (1996). Perawatan Kebidanan (Perawatan Nifas). Jilid 5. Jakarta.
Bhratara karya.
Long B.C (1996). Perawatan Medikal Bedah (Sesuatu Pendekatan Proses
Keperawatan). Terjemahan oleh Yayasan Ikatan Pendidikan
Keperawatan. Bandung.
Masjoer. Arif (1999). Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga Jilid pertama. Jakarta.
Media Aesculapius FKUI.
Manulaba Ida B.G (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta. EGC.
Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi jilid 2 edisi 2. Jakarta. EGC.
Oxorn H (1996). Ilmu Kebidanan : Fisiologi dan Patologi Persalinan. Jakarta. Yayasan
Essensia Medica.

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM SPONTAN DENGAN
EPISIOTOMI

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
PRODI KEPERAWATAN PEKALONGAN
2009

You might also like