Professional Documents
Culture Documents
LETAK SUNGSANG
A.
DEFINISI
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin yang memanjang (membujur) di
ETIOLOGI
a. Prematuritas karena bentuk rahim relatif kurang lonjong, air tuban masih banyak dan
b.
c.
d.
e.
h. Sudut Janin
Hidrosefalus / anesefalus
C.
PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih
banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak lintang.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar daripada kepala,
maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan
kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan demikian dapat
dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan, frekuensi letak sungsang lebih
tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam
presentasi kepala Sayangnya, beberapa fetus tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada
dalam posisi sungsang.
D.
PATHWAY
Hidramion,
janin kecil
(prematur),
multipara
Plasenta
previa,
tumor pelvis
Panggul
sempit,
hidrosefalus
Gimeli
(kehamilan
ganda)
Anak mudah
bergerak
karena
mobilisasi
Menghalangi
kepala turun
ke panggul
Kepala susah
menyesuaikan
kejalan lahir
Posisi tubuh
menyesuaikan
anatomi
uterus
Lilitan tali
pusat/ tali
pusat
pendek
Letak Sungsang
Sectio Caesarea
Perubahan
fisiologis
Sistem
Integumen
Penurunan Kerja
Penurunan kerja
otot eliminasi
Gangguan
MK : Perubahan
pola eliminasi BAB,
Konstipasi
Jaringan
terputus
Merngsang
area
sensoris
MK :
Nyeri
Jaringan
terbuka
Proteksi
berkurang
Invasi
bakteri
MK :
Resiko
Infeksi
Sistem
kardiovaskuler
Perdaraha
Perubahan
n
laju aliran
akibat
Volume
hilangnya
darah
hasil
MK :
Defisit vol.
cairan
Syok
Aliran
melalui
uteroplasent
Curah
jantung
meningkat
Perubahan
fisiologis
Sistem Eliminasi
Urin
Sistem Endokrin
Distensi
kandung kemih
Penurunan
progesteron dan
peningkatan
Penurunan
sensivitas dan
sensasi kandung
Kontraksi uterus
meningkat
Involunsi tidak
adekuat
Perubahan
fisiologis
Perdarahan
MK : gangguan
eliminasi urin
MK :
Defisit
perawatan diri
Hb turun
Kekurangan
oksigen
Kelemahan
MK :
intoleransi
aktivitas
Perubahan
psikologis
Penambahan
anggota baru
Merangsang pembentukan
kelenjar susu
Rangasangan H. Anterior
meningkatkan hormon
prolaktin
Isapan bayi merangsang H.
posterior mengeluarkan
MK :
Kekurangt
an vol
cairan dan
elektrolit
Nutrisi bayi
terpenuhi
Masa krisis
MK :
Perubahan pola
peran
Gangguan
Merangssang laktasi
oksitosin
Pengeluaran ASI
Efektif
Tidak
efektif
Kurang
informasi
perawatan
payudara
MK :
Gangguan
laktasi
MK :
Defisit
pengetahuan
Pada Bayi :
Letak sungsang
MK :
Resiko cedera pada
janin
Melalui Persalinan
normal
Persalinan lama
Gangguan suplai O2
+ nutrisi ke
plasenta menurun
Hipoksia intra uteri
MK :
Resiko gawat janin
Fetal distress
Kematian janin
Sectio cesaerea
E.
MANIFESTASI KLINIS
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil dinyatakan bahwa
kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya, karena perut terasa penuh dibagian atas
dan gerakan lebih hanyak dibagian bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum
bisa dirasakan perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada
yang sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa Leopold I
difundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba punggung
disatu sisi dan bagian kecil disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong dibagian bawah uterus.
Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi
bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Denyut jantung janin pada umumnya
ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih tinggi daripada umbilicus.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis dengan
pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut tebal, uterus berkontraksi atau
air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat lebih jelas adanya bokong vang ditandai
dengan adanya sakrum, kedua tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus
dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
vang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan
panjang telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong mengalami edema sehingga kadangkadang sulit untuk
membedakan bokong dengan muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus
mengalami rintangan otot, sedangkan jari yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba
tulang rahang dan alveola tanpa ada hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk
segitiga, sedangkan anus dan tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong
kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba disamping bokong, sedangkan pada presentasi
bokong kaki tidak sempuma hanya teraba satu kaki disamping bokong. Informasi yang paling
akurat berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keragu-raguan dari pemeriksaan luar dan dalam, sehingga
PENATALAKSANAAN
a. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu ,mencari kausa daripada letak sungsang
yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital, kehamilan ganda,
kelainan uterus. Jlka tidak ada kelainan pada hasil USG, maka dilakukan knee chest
position atau dengan versi luar (jika tidak ada kontraindikasi).
Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada umumnya
versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena kemungkinan besar
janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah minggu ke 38 versi luar sulit
dilakukan karena janin sudah besar dan jumlah air ketuban relatif telah berkurang.
Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti sedangkan denyut
jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi untuk melakukan versi luar;
panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, hamil kembar, plasenta previa.
0
0
3
-3
Kaku
posterio
1
1-2
2
-2
Sedang
Mid
2
3-4
1
-1
Lunak
anterior
3
5+
0
+1,+2
r
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.
Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara lain: narkosis
harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan sakit dan digunakannya tenaga
yang berlebihan, sehingga penggunaan narkosis dihindari pada versi luar.
b. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan dan
kesabaran dibandingkan dengan persalinan letak kepala. Pertama-tama hendaknya
ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi indikasi seksio, seperti
kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya tumor dalam rongga panggul.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan jika
tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong. Syarat persalinan
pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau bokong murni
(frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu besar, tidak ada
riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu :
Persalinan bokong
Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau miring.
Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran paksi
dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
Terjadi persalinan bokong, dengan trokanter depan sebagai hipomoklion.
Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah perut
ibu.
Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.
Persalinan bahu
Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan dibawah
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
Bahu melakukan putaran paksi dalam.
Persalinan kepala janin
Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan
posisi dagu berada dibagian posterior.
Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan
menempatkan suboksiput sebagai hipomiklion.
I.
KOMPLIKASI
a. Dari faktor ibu:
1. Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
2. Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritits)
3. Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis.
b. Dari faktor bayi:
1. Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alatalat vital intra-abdominal.
2. Infeksi karena manipulasi
3. Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher,rupture
alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis,
kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital
(mata, telinga, mulut), asfiksisa sampai lahir mati.
petugas.
Pekerjaan perlu dikaji sehubungan dengan tingkat aktifitas ibu dan
social ekonominya.
Penghasilan untuk mengetahui tingkat social ekonomi yang dapat
tidak teratur.
Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui riwayat pernikahan
Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Perlu dikaji untuk mengetahui kehamilan yang keberapa dan bagaimana
dengan persalinan yang lalu, ditolong siapa, jenis persalinannya, tempat
persalinan, bagaimana keadaan setelah persalin, bagaimana keadaan bayi
Pola nutrisi
Untuk mengetahui apakah nutrisi sudah terpenuhi apa belum ada
pantangan apa tidak.
Pola eliminasi
Untuk mengetahui ibu berapa kali BAB dan BAK
Pola istirahat
Untuk mengetahui waktu istirahat ibu dalam 24 jam
Pola aktivitas
Aktivitas yang dilakukan apa saja, aktivitasnya berpengaruh atau tidak
terhadap kehamilannya
Pola kebersihan (personal Hygiene)
Mengetahui tingkat kebersihan klien dengan dikaji berapa kali mandi,
jamu-jamuan.
2. Data Objektif
Pemeriksaan umum
Untuk mengetahui keadaan pasien secara umum
K/U
: Baik/cukup/lemah
Kesadaran
: Composmentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Normal 110/70 mmHg-120/80 mmHg
Kenaikan systole batasnya 15 mmHg
Kenaikan diastole batasnya 30 mmHg
Nadi
: Normal 70-90 mmHg
Pernafasan
: Normal 16-24 x/menit
Suhu Tubuh : Normal 36 oC-37 oC
BB
TB
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
rambut
kepala
lurus/ikal/keriting
: tampak ada luka/tidak,
tampak
ada
muka
: benjolan/tidak
pucat/tidak, bengkak/tidak, adakah cloasma
mata
hidung
mulut
leher
dada
: polip
pucat/tidak,
kering/lembab,
: bibir
stomatitis/tidak, caries/tidak
apakah ada pembesaran kelenjar tyiroid
adakah retraksi dinding dada, payudara
:
simetris/tidak, bersih/kotor, tegang/lembek
perut
genetalia
anus
: ada benjolan atau tidak, hiperpigmentasi
ekstermitas :
aerola/tidak, adanya pembesaran perut sesuai
atas dan
kehamilan, ada strie/tidak, ada bekas
bawah
operasi/tidak
bersih/tidak, adakah jaringan parut pada
perineum, oedem/tidak
adakah hemoroid
simetris/tidak, oedem/tidak
Palpasi
Leher
Payudara
Abdomen
janin
Leopold IV : menentukan seberapa jauh
bagian terbawah, masuk PAP
Auskultasi
DJJ
: berapa kali per menit, menentukan kesejahteraan janin
Frekuensi : teratur/tidak/bagaimana kekuatannya
Pemeriksaan penunjang
USG
: untuk mengetahui kondisi janin
Pemeriksaan khusus
VT
: untuk mengetahui kemajuan persalinan.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas
2. Konstipasai
3. Nyeri akut
4. Resiko infeksi
5. Defisit volume cairan
6. Defisit perawatan diri
7. Intoleransi aktivitas
8. Defisit pengetahuan
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
Bersihan
Jalan
Nafas
tidak
efektif NOC:
NIC:
Respiratory status : Ventilation
P
berhubungan dengan:
B
- Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia Respiratory status : Airway patency
Aspiration Control
A
dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma,
dalam
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
trauma
Posisika
- Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, selama ..pasien menunjukkan
Lakukan
sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya keefektifan jalan nafas dibuktikan dengan Keluark
Auskult
jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya kriteria hasil :
Berikan
eksudat di alveolus, adanya benda asing di Mendemonstrasikan batuk efektif dan
suara nafas yang bersih, tidak ada -
jalan nafas.
-
sianosis
dan
dyspneu
(mampu -
DS:
mengeluarkan sputum, bernafas dengan Monitor
- Dispneu
DO:
mudah, tidak ada pursed lips)
Berikan
- Penurunan suara nafas
Menunjukkan jalan nafas yang paten Berikan
- Orthopneu
Mampu
mengidentifikasikan
dan Monitor
- Produksi sputum
- Gelisah
Pertahan
mencegah faktor yang penyebab.
- Perubahan frekuensi dan irama nafas
Saturasi O2 dalam batas normal
menge
Foto thorak dalam batas normal
Jelaskan
penggu
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
elektrolit,
ser
Jel
lax
Ko
cai
Do
Sed
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
kerusakan jaringan
Pain Level,
pain control,
comfort level
termas
DS:
Setelah dilakukan tinfakan keperawatan
- Laporan secara verbal
DO:
selama . Pasien tidak mengalami nyeri,
- Posisi untuk menahan nyeri
dengan kriteria hasil:
- Tingkah laku berhati-hati
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab
-
orang
lain
dan/atau
aktivitas,
aktivitas berulang-ulang)
Respon autonom (seperti
diaphoresis,
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu makan dan minum
kualita
Observ
Bantu
menem
Kontro
tehnik
seperti
Kurang
Kaji t
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa
interve
Ajarka
nyeri,
NIC :
Lakuka
mampu
menggunakan
nyeri
berkurang
relaksa
Berika
Tingka
Berika
nyeri,
antisip
Monito
analge
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
NIC :
NOC:
Fluid balance
Per
Hydration
aku
Nutritional Status : Food and Fluid
Mo
Intake
mu
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
jika
selama.. defisit volume cairan teratasi Mo
DS :
-Haus
DO:
-Penurunan turgor kulit/lidah
-Membran mukosa/kulit kering
-Peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan dengan kriteria hasil:
Mempertahankan urine output sesuai
darah, penurunan volume/tekanan nadi
dengan usia dan BB, BJ urine normal,
-Pengisian vena menurun
Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam
-Perubahan status mental
-Konsentrasi urine meningkat
batas normal
-Temperatur tubuh meningkat
Tidak ada tanda tanda dehidrasi,
-Kehilangan berat badan secara tiba-tiba
-Penurunan urine output
Elastisitas turgor kulit baik, membran
-HMT meningkat
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang
-Kelemahan
berlebihan
Orientasi terhadap waktu dan tempat
baik
Jumlah dan irama pernapasan dalam
batas normal
Elektrolit, Hb, Hmt dalam batas normal
pH urin dalam batas normal
Intake oral dan intravena adekuat
cair
tota
Mo
Kol
Mo
Ber
Ber
(50
Dor
Kol
mu
Atu
Per
Pas
Mo
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
Risiko infeksi
Faktor-faktor risiko :
- Prosedur Infasif
- Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan
- Malnutrisi
- Peningkatan paparan lingkungan patogen
- Imonusupresi
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
- Penyakit kronik
- Imunosupresi
- Malnutrisi
- Pertahan primer tidak adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan, gangguan peristaltik)
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama pasien tidak mengalami infeksi
NIC :
Perta
Batas
Cuci
keper
Guna
pelind
Ganti
petun
Guna
infek
Tingk
Berik
Moni
lokal
Perta
Inspe
keme
Moni
Doro
Doro
Ajark
infek
Kaji
jam
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC :
NIC :
atau Self care : Activity of Daily Living Self Ca
Mo
kurangnya motivasi, hambatan lingkungan,
(ADLs)
yan
kerusakan
muskuloskeletal,
kerusakan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mo
neuromuskular, nyeri, kerusakan persepsi/
selama . Defisit perawatan diri teratas
unt
kognitif, kecemasan, kelemahan dan kelelahan.
dengan kriteria hasil:
toil
Klien
terbebas
dari
bau
badan
Sed
DO :
Menyatakan
kenyamanan
terhadap
ketidakmampuan untuk mandi, ketidakmampuan
utu
kemampuan
untuk
melakukan
ADLs
Dor
untuk berpakaian, ketidakmampuan untuk
Dapat melakukan ADLS dengan bantuan
har
makan, ketidakmampuan untuk toileting
:
penurunan
dim
Dor
ber
mel
Aja
kem
jika
Ber
kem
Per
pela
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intoleransi aktivitas
NOC :
NIC :
Berhubungan dengan :
Self Care : ADLs
Obs
Tirah Baring atau imobilisasi
Toleransi aktivitas
mel
Konservasi energi
Kelemahan menyeluruh
Kaj
Ketidakseimbangan antara suplei oksigen
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Mon
dengan kebutuhan
Mon
selama . Pasien bertoleransi terhadap
emo
Gaya hidup yang dipertahankan.
aktivitas dengan Kriteria Hasil :
Mon
DS:
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa
Melaporkan secara verbal adanya kelelahan
(tak
disertai peningkatan tekanan darah, nadi
atau kelemahan.
puc
dan RR
Mon
Mampu melakukan aktivitas sehari hari
saat beraktivitas.
pasi
(ADLs) secara mandiri
DO :
Keseimbangan aktivitas dan istirahat
Kol
Respon abnormal dari tekanan darah atau
Med
tepa
Ban
yan
Ban
sesu
sosi
Ban
sum
diin
Ban
sepe
Ban
disu
Ban
diw
Ban
kek
Sed
bera
Ban
diri
Mon
Rencana keper
Tujuan dan Kriteria Hasil
Kurang Pengetahuan
NOC:
Berhubungan dengan : keterbatasan kognitif, Kowlwdge : disease process
interpretasi terhadap informasi yang salah, Kowledge : health Behavior
NIC :
Kaji
Jelas
baga
dan f
Gam
menyatakan
pada
Gam
selama
pasien
keluarga
menunjukkan
tepat
Iden
yang
Sedi
secara benar
deng
Sedi
kema
Disk
Duku
mend
tepat
Eksp
deng
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L. J. 2005. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Doenges, M E. 2000. Rencana Askep Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokmentasian
Perawatan Pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoe, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Manuaba, Ida, Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Prawiroharjo, Sarwono. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBSSP.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.