You are on page 1of 15

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR II

RESONANSI BUNYI
Selasa, 25 Maret 2014
Dosen pengampu: Drs. Hadi Pramono, M.Pd.

Di susun oleh :
Nama

: Ahmadun

NIM

: 1413163049

Kelas

: BIOLOGI C

Semester

: II

Kelompok

:2

Asisten Praktikum : Sutisna


Vivi sofie elfada

PUSAT LABORATORIUM BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) SYEKH NUR JATI CIREBON
2014

RESONANSI BUNYI

A. TUJUAN
1. Memahami gejala resonansi
2. Memahami gelombang bunyi di udara
3. Memahami azas kerja tabung resonansi dan garpu penala
4. Menentukan cepat rambat bunyi di udara
B. DASAR TEORI
Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda karena ada benda lain
yang bergetar dan memiliki frekuensi yang sama atau kelipatan bilangan bulat dari
frekuensi itu. Resonansi sangat penting di dalam dunia musik. Dawai tidak dapat
menghasilkan nada yang nyaring tanpa adanya kotak resonansi. Pada gitar terdapat
kotak atau ruang udara tempat udara ikut bergetar apabila senar gitar dipetik. Udara di
dalam kotak ini bergerak dengan frekuensi yang sama dengan yang dihasilkan oleh
senar gitar, peristiwa ini disebut dengan resonansi, resonansi menghasilkan pola
gelombang stasioner yang terdiri atas perut dan simpul gelombang dengan panjang
gelombang tertentu. Pada saat gelombang berdiri terjadi pada senar maka senar akan
bergetar pada tempatnya. Pada saat frekuensinya sama denga frekuensi resonansi,
hanya diperlukan sedikit usaha untuk menghasilakan amplitudio besar. Hal inilah
yang terjadi pada senar yang dipetik.
Udara yang mengisi tabung gamelan juga akan ikut bergetar jika lempengan
logam pada gamelan tersebut dipukul. Tanpa adanya tabung kolom udara di bawah
lempengan logamnya, Anda tidak dapat mendengar nyaringnya bunyi gamelan
tersebut. Resonansi juga dipahami untuk mengukur kecepatan perambatan bunyi di
udara.
Bila suatu suatu sumber bunyi bergetar di atas mulut tabung resonansi, pada
panjang kolom udara tertentu dapat didengar dengung sangat keras, ini berarti terjadi
resonansi bunyi. Saat itu dalam tabung resonansi terjadi gelombang longitudinal
stasioner. Pada permukaan air terdapat simpul gelombang dan pada mulut tabung
terdapat perut gelombang.
Pada keadaan resonansi itu terdapat hubungan :
L = (2n+1)l/4 n = 0,1,2,3, ... (1)
Dimana :

L = panjang kolom udara saat resonansi.


l = panjang gelombang bunyi.
l = v/f (2)
v = kecepatan bunyi di udara.
f = frekuensi sumber bunyi.
Sebenarnya letak perut gelombang terluar pada saat resonansi berada sedikit di
atas mulut tabung sekitar 0,3 kali diameter tabung. Oleh karena itu untuk menentukan
panjang gelombang bunyi dipakai metoda selisih posisi resonansi berurutan DL, sbb :
DL = l/2 (3)
Jika digunakan posisi resonansi kedua dan ketiga, diperoleh
DL = L3-L2 = l/2
Bila panjang kolom udara dalam tabung tidak diubah, maka hanya frekuensi-frekuensi
tertentu saja yang menghasilkan resonansi. Persamaannya mirip dengan persamaan (1)
di atas :
L = (2m+1) lm /4 m = 0,1,2,3,... (4)
lm adalah panjang gelombang resonansi. Resonansi nada dasar terjadi dengan m = 0,
sedangkan m = 1,2, .. menghasilkan resonansi nada atas pertama, kedua, dst. Dalam
hal ini resonansi yang terjadi sama dengan resonansi pada pipa organa tertutup.
Contoh peristiwa resonansi lainnya ialah bila suatu garpu tala ( sumber getar )
digetarkan di dekat suatu kolom udara yang salah satu ujungnya tertutup sedangkan
ujung yang lain terbuka akan terjadi resonansi.
L = ( 2m + 1 ) / 4f
l
Dimana = V / f , maka : L = ( 2m + 1 ) / 4f
Dimana :
L = panjang kolom udara
m = bilangan resonansi ( 0,1,2,3,.)
f = frekuensi garpu tala
= panjang gelombang
V = kecepatan suara di udara

Keuntungan dan kerugian adanya resonansi Beberapa keuntungan adanya


resonansi bunyi adalah sebagai berikut :
a. Pada telinga kita terdapat kolom udara yang disebut kanal pendengaran yang akan
memperuat bunyi yang kita dengar.
b. Adanya ruang resonansi pada gitar, biola, saron, kolintang, dan kentongan dapat
memperkeras bunyi alat-alat tersebut.
c. Kantung udara yang dimiliki katak pohon dna katak sawah dapat memperkeras
bunyi yang dihasilkan.
Contoh-contoh kerugian akibat resonansi antara lain :
a. Suara tinggi seorang penyanyi dapat memecahkan gelas yang berbentuk piala
karena gelas berresonansi.
b. Dentuman bom atau mesin pesawat supersonik dapat memecahkan kaca-kaca
jendela bangunan.
c. Bunyi yang terlalu kuat dapat memecahkan telinga kita.
d. Pengaruh kecepatan angin pada sbeuah jembatan di Selat Tacoma, Amerika Serikat,
menghasilkan resonansi yang menyebabkan jembatan roboh.

(Ramadhan Putra. 2012. http://ramadhanputraoddenk.blogspot.com/2012/09/laporanpraktikum-fisika-tentang_18.html)

(Own. 2013. http://sidenye.blogspot.com/2013/10/resonansi-bunyi.html)

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat :
a. Statif
b. Gelas kimia
c. Tabung air
d. Selang
e. Garpu penala
f. Tabung resonansi
g. Balok kayu
2. Bahan :
Air
D. PROSEDUR KERJA
1. Di siapkan alat dan pahan yang akan di gunakan
2. Di rangkai alat yang di gunakan dalam percobaan
3. Di masukkan air kedalam tabung di ujung selang hingga tabung resonansi terisi air
4. Di pegang garpu penala dan di pukulkan kebalok kayu

5. Di letakan garpu penala yang sudah di pukul secara cepat di atas mulut tabung
resonansi sambil menurunkan selang serendah mungkin
6. Di dengarkan sampai terdengar resonansi bunyinya
7. Setelah terdengan di ukur jarak antara permukaan air kemulut tabaung ( panjang
kolom udara l1 )
8. Lakukan percobaan di atas menggunakan garpu penala yang lain
9. Catat dan hitung hasil pengamatan tersebut
E. HASIL PENGAMATAN
a. Table pengamatan

No
1

l1
0.08 m

l2
0,19 m

k
0,03 m

f
512 Hz

1
0,44 m

2
0,29 m

V1
225,28 m/s

V2
148,48 m/s

0,21 m

0,44 m

0,03 m

426,6H

0,96 m

0,626m

409,53 m/s

267,05 m/s

1,04 m

0,44 m

354,95 m/s

150,172 m/s

0,52 m

0,24 m

149,76 m/s

69,12 m/s

z
3

0,23 m

0,3 m

0,03 m

341,3H
z

0,1 m

0,15 m

0,03 m

288 Hz

b. Perhitungan
1. Nada dasar I F = 512 Hz
-l1 + k = 1
2.
3.
1 = 4 ( l1 + k)
4.
1 = 4 (0,08+0,03)
5.
= 4 (0,11)
6.
= 0,44 m
7.

V1 = 1 . f

8.

11.
12.
13.
14.

Nada dasar II
l2 + k = 3/4 2

15.

= 0,44 .
4( l2+k )
3

512
9.

= 225,28
m/s

10.

16.

18.
19.

4 ( 0,19+0,03 )
3

17.

21.

= 148,48
m/s

22. Nada dasar I F = 426,6 Hz


-l1 + k = 1
23.
24.
1 = 4 ( l1 + k)
25.
1 = 4 (0,21+0,03)
26.
= 4 (0,24)
27.
= 0,96 m

37.

= 0,96 .
426,6

4( l2+k )
3
38.

V1 = 1 . f

30.

= 0,29 .
512

4(0,22)
3

29.

V2 = 2 . f

20.
2

28.

2 = 0,29 m

4 ( 0,44+ 0,03 )
3

39.

= 409,53
m/s

4( 0,47)
3

31.
40.

32.

2 = 0,626 m

41.

33.

V2 = 2 . f

42.

34.
35.

Nada dasar II

36.

l2 + k = 3/4 2

= 0,626 . 426,6
43.

=267,05 m/s

44.
45.

46. Nada dasar I F = 341,3 Hz


-l1 + k = 1
47.
48.
1 = 4 ( l1 + k)
49.
1 = 4 (0,23+0,03)

50.
51.
52.

= 4 (0,26)
= 1,04 m
V1 = 1 . f

53.

= 1,04 .
341,3

54.

= 354,95

61.

4 ( 0,3+0,03 )
3

m/s
62.

55.

4( 0,33)
3

56.
57.

63.

58.

Nada dasar II
59.

l2 + k = 3/4 2

60.

2 = 0,44 m

64.

V2 = 2 . f

65.

= 0,44 . 341,3

66.

=150,172 m/s

4(l2+k )
3
67. Nada dasar I F = 288 Hz
-l1 + k = 1
68.
69.
1 = 4 ( l1 + k)
70.
1 = 4 (0,1+0,03)
71.
= 4 (0,13)
72.
= 0,52 m
73.

79.

Nada dasar
II
80.

l2 + k = 3/4 2

81.

V1 = 1 . f

74.

4( l2+k )
3

= 0,52 .
288

75.
m/s

76.
77.
78.

82.

= 149,76

4 ( 0,15+0,03 )
3

83.

2
4( 0,18)
3

84.
85.

2 = 0,24 m
V2 = 2 . f

86.

= 0,24 . 288

87.

= 69,12 m/s

F. PEMBAHASAN
88.

Dalam laporan praktikum kali ini akan membahas mengenai resonansi

bunyi, resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda
lain.
Adanya peristiwa resonansi yang terjadi dalam kehidupan sehari- hari seperti dua
garpu tala yang mempunyai bilangan getar atau frekuensi yang sama bila garpu tala
yang satu digetarkan/dibunyikan maka garpu tala yang lainnya akan ikut
bergetar/berbunyi. Resonansi merupakan suatu fenomena dimana sebuah sistem yang
bergetar dengan amplitudo yang maksimum akibat adanya impuls gaya yang berubah
ubah yang bekerja pada impuls tersebut. Kondisi seperti ini dapat terjadi bila
frekuensi gaya yang bekerja tersebut berimpit atau sama dengan frekuensi getar yang
tidak di redam oleh system tersebut. Agar lebih memahami tentang peristiwa
resonansi bunyi maka di lakukan percobaan pada garpu penala dengan ukuran yang
frekuensi yang berbeda- beda.
89.

Percobaan pertama adalah menggunakan garpu penala dengan

frekuensi 512 Hz, ( f = 512 Hz ), pada nada dasar I menggunakan rumus : -l1 + k =
1 pertama dengan menentukan 1 = panjang gelombang menggunakan rumus 1 = 4 (
l1 + k), 1 = 4 (0,08+0,03) = 0,44 m dari perhitungan tersebut dapat di ketahui pajang
gelombang adalah 0,44 m. kemudian menentukan V1 = kecepatan bunyi di udara
dengan rumus V1 = 1 . f = 0,44 . 512 = 225,28 m/s dari perhitungan tersebut dapat di
tentukan kecepatan bunyi di udara adalah 225,58 m/s. Pada nada dasar II
menggunakan rumus : l2 + k = 3/4 2 pertama dengan menentukan 2 = panjang

gelombang menggunakan rumus 2 =

4( l2+k )
=
3

4 ( 0,19+0,03 )
3

4(0,22)
3

= 0,29 m dari perhitungan tersebut panjang gelombang adalah 0,29 m. kemudian


menentukan V2 = kecepatan bunyi di udara dengan rumus V 2 = 2 = 0,29 . 512 =
148,48 m/s dari perhitunan tersebut di ketahui kecepatan bunyi di udara pada nada
dasar II sebesar 148,48 m/s.
90.

Percobaan selanjutnya adalah dengan menggunakan garpu penala

dengan frekuensi 426,6 Hz, ( f = 426,6 Hz ), pada nada dasar I menggunakan rumus :
-l1 + k = 1 pertama dengan menentukan 1 = panjang gelombang menggunakan

rumus 1 = 4 ( l1 + k), 1 = 4 (0,21+0,03) = 0,96 m dari perhitungan tersebut dapat di


ketahui pajang gelombang adalah 0,96 m. kemudian menentukan V1 = kecepatan
bunyi di udara dengan rumus V1 = 1 . f = 0,96 . 426,6 = 409,53 m/s dari perhitungan
tersebut dapat di tentukan kecepatan bunyi di udara adalah 409,53 m/s. Pada nada
dasar II menggunakan rumus : l2 + k = 3/4 2 pertama dengan menentukan 2 =

panjang gelombang menggunakan rumus 2 =

4(0,47)
3

4( l2+k )
3

4 ( 0,44+ 0,03 )
3

= 0,626 m dari perhitungan tersebut panjang gelombang adalah 0,29 m.

kemudian menentukan V2 = kecepatan bunyi di udara dengan rumus V2 = 2 = 0,626 .


426,6 = 267,05 m/s dari perhitunan tersebut di ketahui kecepatan bunyi di udara pada
nada dasar II sebesar 267,05 m/s.
91.

Percobaan berikutnya adalah dengan menggunakan garpu penala

dengan frekuensi 341,3 Hz, ( f = 341,3 Hz ), pada nada dasar I menggunakan rumus :
-l1 + k = 1 pertama dengan menentukan 1 = panjang gelombang menggunakan
rumus 1 = 4 ( l1 + k), 1 = 4 (0,23+0,03) = 1,04 m dari perhitungan tersebut dapat di
ketahui pajang gelombang adalah 1,04 m. kemudian menentukan V1 = kecepatan
bunyi di udara dengan rumus V1 = 1 . f = 1,04 . 341,3 = 354,95 m/s dari perhitungan
tersebut dapat di tentukan kecepatan bunyi di udara adalah 354,95 m/s. Pada nada
dasar II menggunakan rumus : l2 + k = 3/4 2 pertama dengan menentukan 2 =

panjang gelombang menggunakan rumus 2 =

4(0,33)
3

4( l2+k )
3

4 ( 0,3+0,03 )
3

= 0,44 m dari perhitungan tersebut panjang gelombang adalah 0,29 m.

kemudian menentukan V2 = kecepatan bunyi di udara dengan rumus V2 = 2 = 0,44 .


341,3 = 150,172 m/s dari perhitunan tersebut di ketahui kecepatan bunyi di udara
pada nada dasar II sebesar 150,172 m/s.
92.

Percobaan keempat merupakan percobaan terahir adalah dengan

menggunakan garpu penala dengan frekuensi 288 Hz, ( f = 288 Hz ), pada nada dasar

I menggunakan rumus : -l1 + k = 1 pertama dengan menentukan 1 = panjang


gelombang menggunakan rumus 1 = 4 ( l1 + k), 1 = 4 (0,1+0,03) = 0,52 m dari
perhitungan tersebut dapat di ketahui pajang gelombang adalah 0,52 m. kemudian
menentukan V1 = kecepatan bunyi di udara dengan rumus V 1 = 1 . f = 0,52 . 288 =
149,76 m/s dari perhitungan tersebut dapat di tentukan kecepatan bunyi di udara
adalah 149,76 m/s. Pada nada dasar II menggunakan rumus : l2 + k = 3/4 2 pertama

dengan menentukan 2 = panjang gelombang menggunakan rumus 2 =

4 ( 0,15+0,03 )
3

4(0,18)
3

= 0,24

4( l2+k )
=
3

m dari perhitungan tersebut panjang

gelombang adalah 0,24 m. kemudian menentukan V2 = kecepatan bunyi di udara


dengan rumus V2 = 2 = 0,24 . 288 = 69,12 m/s dari perhitunan tersebut di ketahui
kecepatan bunyi di udara pada nada dasar II sebesar 69,12 m/s.
93.

Grafik cepat rambat bunyi :

94.

800
700
600
500
400
300
200
100
0
512 Hz

426,6 Hz

341,3 Hz

288 Hz

95.

Dari grafik cepat rambat bunyi di atas tersebut dapat di

simpulkan bahwa semakin besar frekuensi maka semakin besar pula cepat
rambat bunyi yang di hasilkan.
96.
97.
Grafik frekuensi sumber bunyi :
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

98.
99.

Dari grafik frekuensi sumber bunyi di atas tersebut dapat di

simpulkan bahwa semakin besar frekuensi maka semakin besar pula panjang
kolom udaranya.
100. Dalam

percobaan

ini

masi

terdapat

kesalahan

seperti

pemegangan garpu penala di yang pegang terlalu kencang atau kuat sehingga
getaran yang terjadi ketika garpu penala di pukul ke balok kayu semakin kecil,
serta kurangnya ketelitian saat mendengarkan bunyi resonansi pada tabung
resonansi tersebut. Agar praktikum ini dapat di lakukan dengan baik dan
benar, praktikan harus lebih memahami dahulu langkah langkah yang
dilakukan dalam praktikum, dan harus lebih teliti dan serius dalam melakukan
percobaan dan pengamatan tersebut.
101.
G. KESIMPULAN
1. Resonansi adalah peristiwa ikut bergetarnya suatu benda akibat getaran benda
lain, dimana frekuensi benda yang bergetar sama dengan sumber yang
menggetarkannya.
2. Bunyi merupakan gelombang longitudinal yang dapat merambat melalui berbagai
medium, baik gas, cair, maupun padat.
3. Semakin besar panjang ruang pada tabung, atau semakin kecil volume air di
dalamnya, maka akan semakin besar frekuensi bunyi yang akan dihasilkan, begitu
sebaliknya, semakin kecil panjang ruang pada tabung, atau semakin besarnya
volume air di dalamnya, maka frekuensi yang dihasilkan akan semakin kecil.
Sehingga, volume air berbanding lurus dengan frekuesi bunyi yang dihasilnya.
4. Gelombang bunyi dihasilkan oleh benda bergetar sehingga menyebabkan
gangguan kerapatan pada medium.

5.

Gangguan kerapatan pada medium berlangsung melalui interaksi molekulmolekul medium disepanjang arah perambatan gelombang. Adapun

Molekul

hanya bergetar kedepan dan kebelakang disekitar posisi kesetimbangan.


102.
PEER ASSESSMENT RESONANSI BUNYI
103.

Aspe

k penilaian

104.

ri irawan

105.

106.

107.

108.

109.

hmad

ahrul

eden

lis

dede mmu

zaenuddi

ilmi

apriandi

hayati

113.

114.

115.

116.

saadah

Kerja

111.

n
112.

sama
117. Disipl

118.

119.

120.

121.

122.

123.

in
124.

Keter

125.

126.

127.

128.

129.

130.

ampilan
131. Keakt

132.

133.

134.

135.

136.

137.

ifan
138.

139.

140.

13 141.

142.

143.

144.

110.

Juml

ah nilai

4
145.

3
4
DAFTAR PUSTAKA

146.
147.

Dr.G.C.Gerrits dan Ir. Soemani.S.Soerjohoedojo. 1953. Buku


Peladjaran Ilmu Alam jilid. Jakarta : J.B.Wolters.
Giancolli, Douglas. 2001. Fisika jilid 1. Jakarta: Erlangga.

148.

Tippler, Paul A. 1998. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Jakarta:


Erlangga.
149.

(Ramadhan Putra. 2012.

http://ramadhanputraoddenk.blogspot.com/2012/09/laporan-praktikum-fisikatentang_18.html)
150.

(Own. 2013. http://sidenye.blogspot.com/2013/10/resonansibunyi.html)

151.
152.

153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.

LAMPIRAN

169.
170.

Alat dan
bahan
171.

172.
173.

Garputa
la

174.
175.

botolse
mprot

176.
177.

Gelaski
mia

178.
179.

Pemuku
lkayu

180.
Percoba
antabungresona
nsi
181.

182.
183.
184.
185.
186.

You might also like