You are on page 1of 4

PROTAP ABSES PARU

No. Dokumen
01/SMF.THT/

No. Revisi
I

Halaman
1/

RSUD Dr. SOEBANDI


Tanggal terbit;

Ditetapkan oleh;
Direktur

PROSEDUR TETAP
dr. Hj. Yuni Ermita Djatmiko, M.Kes
NIP: 19530901.198103.2.003

BATASAN
Abses paru adalah lesi paru supuratif yang disertai dengan nekrois jaringan di
dalamnya. Dikenal pula dengan istilah necrotizing pneumonia bila lesi supuratif nekrosis
( kaviti ) multiple.
ETIOLOGI
Kuman penyebab biasanya terdiri dari campuran kuman aerob dan anaerob
( peptococcus, peptostreptococcus, fusobacterium spp,, Bacteroides spp ) yang
merupakan flora normal di orofaring. Penyebab paling sering bakteri piogenik terutama
mikroba anerob.
Abses dapat terjadi karena :
1. aspirasi
2. penyulit pneumoni
3. trauma paru yang terinfeksi
4. infark paru yang terinfeksi atau berasal dari empiema
dalam pembicaraan selanjutnya hanya abses paru yang disebabkan oleh aspirasi yang
akan diuraikan lebih lanjut.
PATOGENESIS
Infeksi akan mudah timbul bila ada factor predisposisi, seperti :

1. ada sumber infeksi dari saluran napas yaitu infeksi mulut, tumor laring yang
terinfeksi, bronkiektasis yang ternfeksi, dan tumor paru yang terinfeksi
2. daya tahan saluran napas yang menurun, karena ada gangguan seperti paralisis laring,
kesadaran menurun, akalasia, karsinoma esophagus, dan gangguan ekspektorasi
3. obstruksi mekanik saluran napas oleh karena aspirasi bekuan darah,pus , gigi,
muntahan, tumor bronkus
bahan yang terhisap akan masuk ke dalam paru yang letaknya lebih rendah ( gravity
dependet segment ). Pada posisi tegak aspirat akan menunju segmen basal lobus inferior,
terutama paru kanan, tetapi bila aspirasi terjadi pada waktu tidur terlentang, aspiratnya
akan menuju ke segmen posterior lobus superior dan segmen superior lobus inferior
proses dimulai sebagai suatu pneumonia dan bila tidak mendapatkan terapi yang adekuat,
maka proses akan berkembang menjadi necrotizing pneumonia atau abses paru
PATOLOGI
Kaviti yang terjadi akibat nekrosis jaringan, dikelilingi dinding tebal dan radang paru
sekitarnya. Biasanya kaviti mempunyai hubungan dengan bronkus
GEJALA KLINIS
Batuk, dahak berbau busuk ( foetor ex ore ), panas badan, nyeri pleuritik, badan
tambah kurus, berkeringat malam. Perjalanan penyakit yang khas adalh kronik dan
lamban ( chronic and indolent ) yang berpotensi untuk terjadi penyulit yang mendadak
dan gawat seperti abses otak, batuk darah profus, piopneumotoraks.
DIAGNOSIS
Diagnosis abses paru akibat aspirasi ditegakkan dengan :
1. adanya riwayat aspirasi terutama pada penderita-penderita dengan ganguan
kesadaran, gannguan menelan. Pada keadaan ridur sering terjadi aspirasi yang tidak
disadari, keadaan predisposisi lain untuk infeksi anaerob
2. gejala klinis yang khas : perjalanan penyakit kronis dan ondolen. Batuk dengan dahak
purulen berbau busuk

3. kelainan di satu tempat di paru sesuai dengan posisi penderita pada waktu terjadi
aspirasi
pemeriksaan penunjang
laboratorium
-

darah tepi : lekosit meningkat sedang 12.000-20.000 / ml, LED meningkat,


anemia

dahak

: pengecatan gram, didapatkan banyak PMN, serta bakteri dari luar

berbagai jenis
foto toraks
rongga soliter berdinding tebal yang dikelilingi konsolidasi biasanya disertai air fluid
level. Diagnosis didasarkan pada radiologi toraks.
DIAGNOSIS BANDING
1. tuberkulosis paru : biasanya tidak disertai air fluid level
2. karsinoma brongenik yang mengalami nekrosis. Dinding kaviti tebal, tidak rata
3. bula atau kista yang terinfeksi dengan dinding tipis, disekitarnya tidak ada rekasi
radang
4. hematom paru ditandai dengan riwayat trauma, tidak ada gejala infeksi
5. sekuester paru yang mengalami abses. Tidak ada hubungan dengan bronkus
( bronkografi )
6. pneumokoniosis yang mengalami kavitasi dan ditandai ada simple pneumoconiosis di
sekitarnya.
PENYULIT
1. batuk darah
2. empiema atau piopneumotoraks
3. abses otak
4. anemia, kakesi dan amiloidosis dapat timbul pada penyakit yang kronis
PENATALAKSANAAN

1. penatalaksanaan umum
memperbaiki keadaan umum penderita dengan diet TKTP dan minum banyak
a. clindamycin 600 mg iv/8 jam, membaik dilanjutkan 300 mg po/6 jam
-

amoxycillin-clavunalic acid 878 mg po/12 jam

amoxycillin 500 mg/8 jam atau penicillin G 1-2 juta unit iv/4-6 jam, ditambah
metronidazol 500 mg po/iv tiap 8-12 jam
antibiotik sebaiknya diberikan sampai foto toraks membaik
b. drainase postural dan fisioterapi
posisi tubuh diatur sedemikian rupa sehingga pus dapat keluar dengan
sendirinya ( akibat gaya berat ) atau dengan bantuan fisioterapi

2. penatalaksanaan khusus
a. bronskoskopi
bila pus sukar keluar, maka perlu dilakukan bronkoskopi untuk membersihkan
jalan napas dan menghisap

You might also like