You are on page 1of 26

ASUHAN KEPERAWATAN PNEUMONIA

PADA ANAK
Leave a reply

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Penyakit salauran nafas menjadi penyebab angka kematian dan kecacatn yang tinggi
diseluruh dunia. Sekitar 80% dari seluruh kasus baru praktek umum berhubungan dengan
infeksi saluran nafas yang terjadi di masyarakat atau didalam rumah sakit/pusat perawatan.
Pneumonia yang merupakan bentuk infeksi saluran nafas bawah akut diparenkim paru yang
serius dijumpai sekitar 15%-20%.
Kejadian PN di ICU lebih sering daripada PN diruangan umun, yaitu dijumpai pada hamper
25% dari semua infeksi pada 9-27% dari pasien yang diintubasi. Pneumonia dapat terjadi
pada orang normal tanpa kelainan iminitas yang jelas. Namun pada kebanyakan pasien
dewasa yang menderita pneumonia didapati adanya satu atau lebih penyakit dasar yang
mengganggu daya tahan tubuh.
B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu:
1.

bagaimanakah konsep medis tentang Pneumonia?

2.
Bagaimanakah konsep dasar asuhan keperawatan dan penerapan askep pada
pasien pneumonia?

C.

Tujuan Pembelajaran

1.
Agar Mahasiswa/I mampu mengerti konsep dasar medic dari gangguan system
pernafasan : pneumonia
2.
Agar mahasiswa/I mampu memahami dan melakukan proses keperawatan
pada pasien dengan gangguan system pernafasan : pneumonia

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Definisi

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Pneumonia adalah infeksi pada
parenkim paru, biasanya berhubungan dengan pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi
akibat adanya infeksi agen/ infeksius atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran
trakheabronkialis. (Ngastiyah, 1997)
Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain
gambaran umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium). (Wilson, 2006)
B.

Etiologi

Beberapa penyebab dari pneumonia yaitu:


1.

Bakteri : streptococus pneumoniae, staphylococus aureus.

2.

Virus : Influenza, parainfluenza, adenovirus.

3.
Jamur : Candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, coccidioido mycosis, ryptococosis,
pneumocytis carini.
4.

Aspirasi : Makanan, cairan, lambung.

5.

Inhalasi : Racun atau bahan kimia, rokok, debu dan gas.

Pneumonia virus bisa disebabkan oleh:Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus


influenza,Virus parainfluenza,Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes simpleks, Micoplasma
(pada anak yang relatif besar). Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering adalah:
1.

virus sinsisial pernafasan

2.

adenovirus

3.

virus parainfluenza

4.

virus influenza.

C.

Patofisiologi

Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa
mekanisma yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius
difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di

saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan
humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang
didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme
infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami
pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau
kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan
perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada
pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan
menyebabkan pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang
normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri
ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas
atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella,
CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran
hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata.
Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi
eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas
pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi
infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan
lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis.

Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah
infeksi dan terdiri dari:
1.

Susunan anatomis rongga hidung

2.

Jaringan limfoid di naso-oro-faring

3.
Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sek ret fiat
yang dikeluarkan oleh set epitel tersebut.
4.

Refleks batuk

5.

Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.

6.

Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.

7.
Fagositosis, aksi enzimatik dan respons imuno-humoral terutama dari imu noglobulin
A (IgA).

Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia berulang atau tidak mampu
mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya
pneumonia ialah daya tahan badan yang menurun, misalnya akibat malnutrisi energi protein
(MEP), penyakit menahun, faktor iatrogen seperti trauma pada paru, anestesia, aspirasi,
pengobatan dengan antibiotika yang tidak sempurna.
D. Tanda Dan Gejala
Batuk nonproduktif, Ingus (nasal discharge), Suara napas lemah, Retraksi intercosta,
Penggunaan otot bantu nafas, Demam, Ronchii, Cyanosis, Leukositosis, Thorax photo
menunjukkan infiltrasi melebar, Batuk, Sakit kepala, Kekakuan dan nyeri otot, Sesak nafas,
Menggigil, Berkeringat, Lelah.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah:
1.

kulit yang lembab

2.

mual dan muntah

3.

kekakuan sendi.

E.

Pemeriksaan Penunjang

1.
Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke
kiri.
2.
Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan keadaan
hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau
meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis metabolik,
dan gagal nafas.
3.
Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu
pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan awal.
4.
Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru.
Luasnya kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat
daripada keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

a.

Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobari

b.

Penebalan pleura pada pleuritis

c.
Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura, pneumomediastinum,
pneumotoraks, abses, pneumatokel
F.

Penatalaksanaan Terapi

1.

Bila dispnea berat berikan Oksigen

2.
IVFD ; cairan DG 10 % atau caiara 24 Kcl, Glukosa 10 % tetesan dibagi rata dalam 24
jam.
3.
Pengobatan: Penicilin Prokain 50.000 unit / kg BB / hari dan Kloramfenikol 75 mg /kg
BB/ hari dibagi dalam 4 dosis.
G.

Konsep Asuhan Keperawatan

1.

PENGKAJIAN

a.

Data demografi

b.
Riwayat Masuk, Anak biasanya dibawa ke rumah sakit setelah sesak nafas, cyanosis
atau batuk-batuk disertai dengan demam tinggi. Kesadaran kadang sudah menurun apabila
anak masuk dengan disertai riwayat kejang demam (seizure).
c.
Riwayat Penyakit Dahulu, Predileksi penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA,
influenza sering terjadi dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit
Pneumonia. Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat
klinis penderita
d.

Pengkajian

1)
Sistem Integumen : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),
banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan
2)
Sistem Pulmonal : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan, pernafasan
diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada
lapang paru,
3)
nSistem Cardiovaskuler : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun
4)

Sistem Neurosensori : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

5)
Sistem Musculoskeletal : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
6)

Sistem genitourinaria : produksi urine menurun/normal,

7)

Sistem digestif : konsistensi feses normal/diare

2.

Diagnosa Keperawatan

a.

Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan Gangguan pengiriman oksigen.

b.
Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan
pertahanan utama.
c.

Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.

3.

Intervensi

Dx 1: Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan pengiriman oksigen.


KH:
a.
Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tak ada gejala distres pernapasan.
b.

Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.


Intervensi:

1)

Kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan bernapas.

R : Manifestasi distres pernapasan tergantung pada/indikasi derajat keterlibatan paru dan


status kesehatan umum.
2)

Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, napas dalam, dan batuk efektif.

R : Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan pengeluaran sekret untuk


memperbaiki ventilasi.
3)
Pertahankan istirahat tidur. Dorong menggunakan teknik relaksasi dan aktivitas
senggang.
R : Mencegah terlalu lelah dan menurunkan kebutuhan/konsumsi oksigen untuk memudahkan
perbaikan infeksi.
4)
Observasi penyimpangan kondisi, catat hipotensi banyaknya jumlah sputum merah
muda/berdarah, pucat, sianosis, perubahan tingkat kesadaran, dispnea berat, gelisah.
R : Syok dan edema paru adalah penyebab umum kematian pada pneumonia dan
membutuhkan intervensi medik segera.
Dx 2: Infeksi, Resiko Tinggi Terhadap (penyebaran) berhungan dengan Ketidakadekuatan
pertahanan utama.
KH:
a.

Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi.

b.

Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi.

Intervensi:

1)

Pantau tanda vital dengan ketat, khusunya selama awal terapi.

R : Selama periode waktu ini, potensial komplikasi fatal (\hipotensi/syok) dapat terjadi.
2) Anjurkan pasien memperhatikan pengeluaran sekret (mis., meningkatkan pengeluaran
daripada menelannya) dan melaporkan perubahan warna, jumlah dan bau sekret.
R : Meskipun pasien dapat menemukan pengeluaran dan upaya membatasi atau
menghindarinya, penting bahwa sputum harus dikeluarkan dengan cara aman.
3)

Tunjukkan/dorong tehnik mencuci tangan yang baik.

R : Efektif berarti menurunkan penyebaran /tambahan infeksi.


4)

Batasi pengunjung sesuai indikasi.

R : Menurunkan pemajanan terhadap patogen infeksi lain.


Dx 3: Ketdakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan pembentukan edema.
KH:
a.

Tidak mengalami aspirasi

b.

Menunjukkan batuk yang efektif dan peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru.

Intervensi :
1)

Kaji frekuensi/kedalaman pernapasan dan gerakan dada.

R : Takipnea, pernapasan dangkal, dan gerakan dada tak simetris sering terjadi karena
ketidaknyamanan gerakan dinding dada dan/atau cairan paru.
2) Auskultasi area paru, catat area penurunan/tak ada aliran udara dan bunyi napas
adventisius, mis., krekels, megi.
R : Penurunan aliran udara terjadi pada area konsolidasi dengan cairan. Bunyi napas bronkial
(normal pada bronkus) dapat juga terjadi pada area konsolidasi. Krekels, ronki, dan mengi
terdengar pada inspirasi dan/atau ekspirasi pada respons terhadap pengumpulan cairan, sekret
kental, dan spasme jalan napas/obstruksi.
3)
Bantu pasien napas sering. Tunjukkan/bantu pasien mempelajari melakukan batuk,
mis., menekan dada dan batuk efektif sementara posisi duduk tinggi.
R : Napas dalam memudahkan ekspansi maksimum paru-paru/jalan napas lebih kecil. Batuk
adalah mekanisme pembersihan jalan napas alami, membantu silia untuk mempertahankan
jalan napas paten. Penekanan menurunkan ketidaknyamanan dada dan posisi duduk
memungkinkan upaya napas lebih dalam dan lebih kuat.
4)

Penghisapan sesuai indikasi.

R : Merangsang batuk atau pembersihan jalan napas secara mekanik pada pasien yang tak
mampu melakukan karena batuk tak efektif atau penurunan tingkat kesadaran.

BAB III
TINJAUAN KASUS
A.

Pengkajian

I.
1)

Biodata
Identitas klien

Nama

: An.R

Umur

: 7 bulan

Jenis kelamin

: Laki laki

Agama

: Islam

Alamat

: Jl R.A. Kartini

Tanggal MRS

: 28 Oktober 2012

Jam MRS

: 09.00 WIB

Tgl pengkajian : 28 Oktoer 2012


Jam pengkajian

: 10.00 WIB

Diagnosa medis

: Pneumonia

No. Registrasi

: 7544

2)

Identitas orang tua

Ayah
Nama

: Tn.N

Umur

: 28 Thn

Pendidikan

: SD

Pekerjaan

: Supir mobil

Agama

: Islam

Alamat

: Jl R.A. Kartini

Ibu
Nama

: Ny.M

Umur

: 24 Thn

Pendidikan

: SMP

Pekerjaa

: Ibu Rumah Tangga

Agama

: Islam

Alamat

: Jl R.A. Kartini

3)

Identitas sadara kandung

Klien adalah anak tunggal(tidak mempunyai saudara kandung)


II.
1)

Keluhan utama/ alasan kunjungan


Keluhan utama : Sesak nafas

2) Alasan kunjungan : klien masuk rumah sakit dengan sesak nafas yang dialami sejak 3
hari yang lalu, batuk berlendir, beringus dan disertai dengan demam tinggi.
III.

Riwayat kesehatan

1)

Riwayat kesehatan sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, batuk berlendir,
beringus dan disertai dengan demam yang tinggi.
2)

Riwayat kesehatan masa lalu

a.

Prenatal care

1.

Pemeriksaan kehamilan: 5kali

2.

Keluhan selama hamil: tidak ada keluhan

3.

Riwayat terkena sinar dan terapi obat: tidak ada

4.

kenaikan berat badan selama hamil: lupa

5.

Imunisasi TT: 2kali

6.

Golongan darah ayah: tidak tahu

7.

Golongan darah ibu: B

b.

Natal

1.

1.Tempat melahirkan:di rumah

2.

2.Lama dan jenis persalinan:spontan

3.

3.Penolong persalinan:bidan

4.

4.Cara memudahkan persalinan:tidak ada

5.

5.Obat perangsang:tidak ada

6.

Komplikasi waktu lahir:tidak ada

c.

Post natal

1.

Kondisi bayi BBL: 2,8 kg

PBL: 50 cm
2.

Bayi kemerahan setelah lahir,tidak ada cianosis

untuk semua usia


d.

Penyakit yang pernah dialami:demam

e.

Kecelakaan yamg pernah dialami:tidak ada

f.

Tidak pernah dioperasi dan dirawat dirumah sakit sebelumnya

g.

Alergi makanan obat-obatan tidak ada

h.

Komsumsi obat-obatan bebas jika sakit:tidak pernah

i.

Perkembangan anak disebandingkan dengan anak yang lainnya sama

3)

Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan anggota keluarga ada yang batuk-batuk yang disertai darah, yaitu nenek yang
tinggal serumah dengan klien. Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit menurun
seperti diabetes melitus.
IV.

Riwayat Imunisasi

No.

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

Reaksi Setelah
Pemberian

BCG

1bulan

Demam

DPT(I,II.III)

2bln,3bln.4bln

Tidak ada

POLIO(I.II.III.IV) 2bln.3bln.4bln,6bln

CAMPAK

HEPATITIS(I,II,III) 2bln,3bln,4bln

V.

9bulan (belum dilakukan) Tiak ada

Riwayat tumbuh kembang

1.

Pertumbuhan fisik

a.

Berat badan baru lahir :2,8 kg

b.

Panjang badan: 50 cm

2.

Perkembangan tiap tahap

Tidak ada

Usia anak saat


a.

Berguling :4bulan

b.

duduk :6bulan

c.

merangkak :7bulan

d.

senyum kepada orang lain pertama kali:2bulan

e.

bicara pertama kali:1bulan

f.

berpakaian tanpa bantuan orang lain:belum bisa

VI.

Riwayat nutrisi

1.

Pemberian asi

a.

a.Pertama kali disusui:1minggu setelah bayi lahir

b.

b.cara pemberian:setiap kali bayi menangis

2.

Pola perubahan nutrisi tiap tahapan sampai nutrisi saat ini

usia 0 6 bulan: ASI


usia 7 bulan : ASI + bubur beras merah
VII.

Riwayat psikososial

1.

Anak tunggal

2.

lingkungan berada di kota

3.

rumah dekat dengan masjid

4.

tidak ada tempat bermain

5.

tidak punya kamar sendiri

6.

ada tangga yang berbahaya

7.

anak tidak punya ruang bermain

8.

hubungan antara anggota keluarga harmonis

9.

pengasuh anak adalah ibunya sendiri

VIII.

Riwayat spiritual

Support sistem dalam keluarga: Orang tua klien selalu berdoa agar klien cepat sembuh dan
diberikan umur yang panjang oleh Allah SWT.

IX.

Reaksi hospitalisasi

1.

Pemahaman tengtang keluarga dan rawat inap

a)

Mengapa ibu membawa anaknya kerumah sakit: karena panik melihat anaknya

b)

Apakah dokter menceritakan keadaan anaknya: iya

c)

Perasaan orang tua pada saat ini: takut,cemas dan kwatir

2.

Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap

Klien belum mampu mengatakan mengapa ia berada di rumah sakit, klien hanya mampu
menangis bila ada orang lain yang tidak ia kenal berada didekatnya.
X.

Aktivitas sehari-hari

Pola makan dan Minum


Pola Makan:

No Pols makan

Kondisi sebelum sakit

Kondisi selama sakit

1.

Selera makan
Menu makanan
Frekuensi makan

Nafsu makan baik

Nafsu makan menurun

ASI+ bubur beras merah

sesuai diet

Makanan pantangan
Pembatasan pola makan
Cara makan

3x sehari

2x sehari

tidak ada

makanan berminyak

5.

tidak ada

tidak ada

6.

disuapin

disuapin

2.
3.
4.

Pola minum:

Pola minum

Sebelum sakit

Selama sakit

Minuman

minum ASI + air putih,

minum ASI + air putih,


3-5 kali sehari,

Frekuensi

5-6 kali sehari,

Jumlah masukan

1000-1500 ml/hari.

800-1000 ml/hari.

Pola Eliminasi
BAK

Pola BAK

Sebelum sakit

Selama sakit

Frekuensi BAK

4 5 kali sehari,

3 4 kali sehari,

Jumlah keluaran

1200cc,

800 cc,

Bau

khas,

khas,

Warna

jernih.

jernih.

Pola BAB

Sebelum sakit

Selama sakit

Frekuensi BAB

2 3 kali sehari,

1 kali sehari,

Konsistensi

lunak,

keras,

Bau

khas,

khas,

Warna

kuning.

kuning.

Pola istirahat tidur

Sebelum sakit

Selama sakit

Banyaknya waktu tiudr

10 jam per hari,

6 jam perhari,

Gangguan waktu tidur

tidak ada.

tida bisa tidur karena sesak


nafas.

BAB

Pola istirahat / tidur

Pola personal higine

Pola personal higyene

Sebelum sakit

Selama sakit

Mandi

3 kali sehari ( di mandikan 2 kali sehari ( di mandikan


ibu ),
ibu pakai waslap ),
2 kali 1 minggu.
3 kali 1 minggu

Keramas

Pola aktivitas

Sebelum sakit

Selama sakit

bisa bermain

hanya bisa menangis

XI.

Pemeriksaan fisik

Keadaan umum

: Lemah

1.

Tanda-tanda Vital

a)

Tekanan darah :100/80 mmHg

b)

Nadi

c)

Suhu

:39 C

d)

Pernapasan

:32 x/Mnt

2.

Antropometri

a)

Panjang badan : 75 cm

b)

Berat badan

:98 x/Mnt

: 8 kg

c)

LILA

: 10 cm

d)

Lingkar kepala : 30 cm

e)

Lingkar dada

f)

Lingkar perut

3.

Sistem pernapasan

: 35 cm
: 40 cm

a.
Hidung
: Simetris kiri & kanan, Ada secret dan ingus, pernapasan cuping
hidung, tidak ada polip,tidak ada epistaksis, pernapasan dangkal dan cepat (takipneu).
b.

Leher

: tidak nampak pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada tumor.

c.
Dada
: bentuk dada simetris kiri dan kanan, perbandingan ukuran antara
posterior dan anterior 1: 2, pergerakan dada tidak simetris.
d.

Suara napas

: Terdengar bunyi stridor, ronchii pada lapang paru.

e.

clubbing finger : tidak ada.

4.

Sistem cardiovaskuler

a.
Kongjungtiva tidak anemia,bibir cyianosis,arteri karotis kuat,tekanan vena jugularis
tidak meninggi.
b.

b. Suara jantung

: S1 Lup ,S2 Dup.

c.

Tidak ada bising aorta & Mur-mur.

d.

Ukuran jantung normal,Capillary Refilling time 3 detik.

5.

Sistem pencernaan

a.

Gaster tidak kembung, tidak ada nyeri.

b.

Abdomen

: Hati tidak teraba, Lien & ginjal tidak teraba.

c.

Peristaltik

: 30 x/Mnt

6.

Sistem indra

a.

Mata

1)

Kelopak mata : Tidak edema

2)

Bulu mata

: Menyebar

3)

Alis

: Menyebar

4)

Mata

: Reaksi terhadap rangsangan cahaya ada

b.

Hidung

1)
Stuktur hidung simetris kiri & kanan , penciuman baik, tidak ada trauma di hidung,
mimisan tidak ada
2)

Ada secret dan ingus yang menghalangi penciuman

c.

Telinga

1)
Keadaan daun telinga simetris kiri & kanan ,kanal Auditorius kurang bersih, serumen
tidak ada.
2)
Fungsi pendengaran normal ( jika klien di panggil maka ia akan menoleh ke arah suara
tersebut.
7.

Sistem Saraf

a.

Fungsi Serebral

1)

Orientasi,daya ingat,perhatian dan perhitungan tidak Di identifikasi,

2)

Kesadaran

a)

Eyes : 4

b)

Motorik : 6

c)

Verbal : 5

d)

GCS : 15 (normal 13-15)

b.

Fungsi Cranial

1)

Nervus I (olfaktorius): Penciuman tidak diidentifikasi

2)

Nervus II (optikus): Visus dan lapang pandang tidak diidentifikasi

3)
Nervus III,IV,VI (okulomotorius,troklearis,abducens): Gerakan otot mata tidak
diidentifikasi
4)

Nervus V (trigeminus):Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi.

5)

Nervus VII (facialis) ; Motorik dan sensorik tidak dapat diidentifikasi

6)

Nervus VIII (akustikus): Pendengaran normal. Keseimbangan tidak dapat diidentifikasi.

7)

Nervus IX (glosofaringeus): Fungsi pengecapan tidak dapat diidentifikasi.

8)

Nervus X (Vagus): Gerakan ovula tidakdapat diidentifikasi

9)

Nervus XI (aksesoris) : Sternocledomastoideus dan trapesius tidak dapat diidentifikasi

10) Nervus XII (hipoglosus) : Gerakan lidah tidak dapat diidentifikasi


c.

Fungsi motorik

1)

Massa otot : lemah

2)

Tonus otot : menurun

3)
kekuatan otot : 25%(dapat menggerakan anggota gerak Tetapi tidak kuat menahan berat
dan Tekanan pemeriksa.
d.

Fungsi sensorik

Suhu,gerakan,posisi dan diskriminasi tidak dapat Diiidentifikasi.


e.

Fungsi Cerebellum

Koordinasi dan keseimbangan tidak dapat dikaji.


f.

Refleks

Refleks bisep(+),Refleks trisep(+),dan Refleks babinski(+)


g.

Iritasi Meningen

Tidak ditemukan adanya kaku kuduk.


h.

Pemeriksaan tingkat perkembangan

Dengan menggunakan DDST :


1)

Motorik kasar

: duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan

2)
Motorik halus
mengambil 1 kubus

: mencari benang, menggaruk manik- manik, memindahkan kubus,

3)

Bahasa

: meniru bunyi kata- kata, dapat berkata papa atau mama

4)

Personal sosial : tepuk tangan

8.

Sistem Muskuloskeletal

a.

Kepala

1)

Bentuk

: Normal

2)

Gerakan

: tidak diidentifikasi

b.

Vertebrae

Tidak ada kelainan bentuk seperti lordosis,scleosis,kifosis


c.

Pelvis

Klien belum jalan,ortholan barlaws tidak dilakukan


d.

Lutut

1)

Tidak bengkok dan tidak kaku,gerakan baik(aktif)

e.

Kaki

tidak bergerak.
f.

Tangan

tidak bengkak,tanga kanan terpasang infuse


9.

Sistem Integument

a)

Rambut : hitam,tidak mudah dicabut

b)
kulit
tahi lalat.

: kulit pucat,temperatur hangat,teraba lembab,bulu kulit menyebar, tidak ada

c)
Kuku
bersih.

: warna merah muda,permukan datar,tidak mudah patah,kuku pendek dan agak

10. Sistem Endokrin


a)

kelenjar thyroid

: tidak ada pembesaran

b)

Ekskresi urine berlebihan

: tidak ada

c)

Polidipsi dan Poliphagi

: tidak ada

d)

Keringat berlebihan

e)

e) Riwayat air seni dikerumuni semut

: tidak ada
: tidak ada.

11. Sistem Perkemihan


Edema palpebra tidak ada,edema anasarka tidak ada, kencing batu tidak ada.
12. Sistem Reproduksi

Tidak dikaji
13. Sistem Immune
a)

Alergi cuaca tidak ada,alergi debu tidak ada.

b)

Penyakit yang berhubungan dgn cuaca seperti batuk dan flu

c)

Bicara

1)

Ekspresive :Klien menangis jika merasakan sakit

2)

Reseptive : tidak diidentifikasi

XII. Pemeriksaan penunjang


1)

Pemeriksaan darah lengkap (trombosit dan LED): Trombosit

2)

LED

3)

kultur sputum : terdapat virus sinnsial pernafasan

= 7 mm/jm

XIII. Penatalaksanaan
a.

Terapi oksigen

b.

Cairan glukosa 10%

c.

Kloramfenikol 250 mg 3X sehari

B.

Analisa Data

Nama Pasien : An.R


Umur

: 7 bulan

No.Registrasi : 7544

No

Data penunjang

Kemungkinan penyebab

DO:

Peningkatan O2 dan Co2


yang berdifusi

Klien nampak sesak


pernapasan cuping hidung,
pernapasan dangkal
Kecepatan difusi gas

= 450 103/L

Klien nampak pucat dan


cianosis

DS:

menurun

Difusi O2 dan Co2


terganggu

Ibu klien mengatakan


anaknya sesak.
Pembentukan sel eksudat
DO:
Klien nampak batuk
berlendir dan beringus.
2

Alveoli dibronciolus
berisi eksudat eritrosit,
fibrin dan bakteri

terdengar bunyi ronchi,


stridor pada lapang paru.
Pergerakan dada tidak
simetris.

Penumpukan
secret/mucus

TTV:
Obtruksi jalan nafas
T : 100/80
N : 98 X/ menit
S : 39 C
P : 32 X/ menit

DS :
Ibu klien mengatakan
bahwa anaknya
Batuk berlendir dan
beringus.
Klien mengatakan dadanya
terasa sakit saat batuk.

DO :
KU : Lemah
Suu : 39 C
DS :

Stimulus chemoreseptor
hipotalamus.

Klien mengeluh badannya


panas.
Termoregulator
DO :
3
Porsi makan tidak
dihabiskan

Peningkatan
metabolisme

Selera makan menurun


BB : 15 kg

Kompensasi cadangan
lemak yang
dipergunakan oleh tubuh

TB : 120 cm

DS :
Ibu klien mengatakan
anaknya malas makan.
Ibu klien mengatakan porsi
makan anaknya tidak
dihabiskan.
Edema antara
kapiler dan alveoli

C.

Daftar Diagnosa Keperawatan

Nama Pasien : An.R


No.Regristasi : 7544

No

Tgl muncul

Diagnose keperawatan

Tgl teratasi

28 oktober 2012 Kerusakan pertukaran gas


berhubungan dengan gangguan
pengiriman oksigen

jalan nafas tidak efektif berhubungan


dengan penumpukan mucus dijalan
29 oktober 2012 nafas

Hipertermi berhubungan dengan


inflamasi pada jaringan parenkim
paru
30 oktober 2012
Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan anoreksia

31 oktober 2012

D.

Intervensi keperawatan

Nama Pasien : An.R


No.Regristasi : 7544

E.

Evaluasi

Nama Pasien : An.R


No.Regristasi : 7544

No

Tanggal

1.

28 10 2012

Evaluasi

S : Klien mengeluh Sesak


O : Klien masih sesak
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

2.

29 10 2012

S : Klien mengeluh masih batuk dan beringus


O : Klien masih batuk
Pergerakan dada tidak simetris,terdengar
bunyi ronchi.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3,4.

3.

30-10-2012

S : ibu Klien mengatakan anaknya badannya


masih panas.
O : Badan klien masih teraba panas
Suhu 38 c
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2, 3,4.
S : Ibu klien mengatakan anaknya malas makan

4.

31-10-2012
O : Klien malas makan

Klien hanya makan porsi


A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 2,3, 4, 5

BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Pneumonia adalah peradangan pada paru-.paru dan bronkiolus yang disebabkan oleh bakteri,
jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing. Insiden pneumonia berbeda
untuk daerah yang satu dengan daerah yang lain. Dan dipengaruhi oleh musim, insiden
meningkat pada usia lebih 4tahun. Dan menurun dengan meningkatnya umur. Faktor resiko
yang meningkatkan insiden yaitu umur 2bulan, gisi kurang, BBLR, tidak mendapat hasil
yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi kurang lengkap,
membentuk anak dan defisiensi vitamin A, dosis pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat, mortabilitas dapat diturunkan kurang dari 1% bila pasien disertai dengan mall
nutrisi, energi, protein,(MEP) dan terlambat berobat, kasus yang tidak diobati maka angka
mortalitasnya masih tinggi. Maka kita sebagai perawat yang profesional dalam melakukan
proses keperawatan harus memperhatikan hal-hal tersebut. Agar implementasi yang kita
berikan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan tepat pada sasaran.
B.

Saran

Diharapkan sebagai mahasiswa keperawatan mampu untuk menerapkan asuhan keperawatan


yang terbaik untuk pasiennya.

DAFTAR PUSTAKA
Biddulph, Jonn, dkk. 1999. Kesehatan Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius

You might also like