Professional Documents
Culture Documents
DENGAN DHF
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat
rahmat dan Ridho-Nya penulis dapat diberi kesempatan untuk menyelesaikan
makalah tentang Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF. Dalam penyusunan
makalah
bimbingan serta pengarahan serta dukungan dari berbagai pihak, akhirnya makalah
ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasi kepada :
1. Ibu
Rusmawati
Keperawatan
Harum
Jakarta
serta
MA
segenap
yang telah
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kebaikan
selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para
pembaca sebelumnya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..
Daftar Isi..
ii
BAB I PENDAHULUAN
A
B
C
D
E
Latar Belakang..............................................................................
Tujuan Penulisan............................................................................
Ruang Lingkup...............................................................................
Metode Penulisan...........................................................................
Sistematika Penulisan....................................................................
1
2
2
2
3
Pengertian
Etiologi
Patofsiologi.
Klasifikasi..
Manifestasi Klinis..
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan Medis.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
4
5
5
8
8
9
9
9
23
28
29
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran.
Daftar Pustaka
35
36
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anakanak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia
dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda
oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak
sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention
on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang
berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and
Development , 2006)
Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu,
yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan
istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses
ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama
lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara
pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih
memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki
tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut
memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka
kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori
sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan.
Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada
pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya
(vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang
perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di
permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan
program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004).
Dari data yang diperoleh, kasus DBD di dki jakarta menurun selama
tiga tahun terakhir, secara signifikan. Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta
menyebutkan, penurunan terjadi hingga tiga tahun terakhir. Pada tahun 2007,
jumlah kasus DBD mencapai 31.836 kasus. Jumlah itu mengalami penurunan
di tahun 2008 yang hanya mencapai 28.361 kasus. Pada 2009 penurunannya
sangat signifikan hanya menyisakan 18.835 kasus. Di tahun 2010, jumlah
kasus DBD kian menyusut menjadi 12.639 kasus.
Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2010 menunjukkan, jumlah
kasus DBD di DKI sebesar 18.006 kasus, dengan tingkat kejadian rata-rata
(incidence rate/IR) sebesar 202,4 per 100.000 penduduk. Angka tersebut jauh
di atas target nasional, yaitu 150 per 100.000 penduduk.
Untuk tahun 2011 hingga bulan Mei kasus DBD tercatat sebanyak
3.603 kasus. Dengan rincian Jakarta Timur 941 kasus, Jakarta Selatan 720
kasus, Jakarta Barat 661 kasus, Jakarta Utara 961 kasus, Jakarta Pusat 314
kasus, dan Kepulauan Seribu 6 kasus.
Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan
kesehatan tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu
untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup
sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai,
menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk
memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi
minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari
aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan
menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan
timbul kembali.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis tertarik memilih judul
Asuhan Keperawatan Anak Dengan DHF.
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF
2. Tujuan Khusus
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
C. Metode penulisan
Metode dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode
studi kepustakaan dengan tujuan mendapatkan gambaran secara tepat
tentang asuhan keperawatan anak pada DHF,
penyusun menggunakan metode kepustakaan dengan mempelajari bukubuku referensi yang terkait dengan asuhan keperawatan Anak DHF.
E.
Sistematika penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam makalah ini adalah terdiri dari 4
BAB,yaitu :
BAB I
BAB II
:Tinjauan
teoritis
yang
meliputi
pengertian,
etiologi,
BAB IV
DHF.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
I.
B. Etiologi
Dengue
haemoragic
Fever
(DHF)
disebabkan
oleh
arbovirus
2.
3.
4.
Perjalanan penyakit
(Nursalam, 2008)
DHF/DBD
viremia
Demam
Sakit kepala
mual
Pembesaran
kelenjargetah
bening
trombositopeni
a
Hepato megali
Pembesaran
limfa
(splenomegali)
Vaskulitis
hiperemia
Reaksi
imunologis
Permeabilitas vaskular
meningkat (dinding kapiler)
Kebocoran plasma
hipovolume
Hemokonsentrasi (peningkatan
HCT >20 %),
Hipoproteinemia, Hiponatremia
Peningkatan
reabsorbsi
dan Efusi
serosa. air dan Na
oleh ginjal dan penurunan eksresi
Na urine serta peningkatan
osmolalitas
syok
Hipoksia
jaringan
DIC
Asidosis
metabolik
perdarahan
D.
E. Klasifikasi
Berdasarkan standar WHO (2002), DHF dibagi menjadi empat derajat
sebagai berikut:
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan
gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
F. Manifestasiklinis
Menurut Nursalam, 2008 tanda dan gejala penyakit DHF antara lain
hematoma.
Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
Sakit kepala.
Pembengkakan sekitar mata.
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan
lemah).
G. Pemeriksaan diagnostik
(Nursalam, 2008)
1. Darah lengkap : hemokonsentrasi (hematokrit meningkat 20 % atau
lebih), trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang)
2. Serologi : uji HI (hemoagutination inhibition test).
3. Rontgen thoraks : effusi pleura
H. Penatalaksanaan medis (Narusalam, 2008)
1. Terapi
a. DHF tanpa rejatan
Pada pasien dengan demam tinggi , anoreksia dan sering muntah
menyebabkan pasien dehidrasi dan haus, beri pasien minum 1,5
sampai 2 liter dalam 24 jam. Dapat diberikan teh manis, sirup, susu
dan bila mau lebih baik diberikan oralit. Apabila hiperpireksia
diberikan obat anti piretik dan kompres air biasa.Jika terjadi kejang,
beri luminal atau anti konvulsan lainnya. Luminal diberikan dengan
dosis anak umur kurang dari 1 tahun 50 mg/ IM , anak lebih dari 1
tahun 75 mg. Jika 15 menit kejang belum berhenti luminal
diberikan lagi dengan dosis 3mg / kg BB. Anak diatas satu tahun
diberikan 50 mg dan dibawah satu tahun diberikan 30 mg, dengan
memperhatikan adanya depresi fungsi vital. Infus diberikan pada
pasien tanpa ranjatan apabila pasien terus menerus muntah , tidak
dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi
dan hematocrit yang cenderung meningkat.
b. Pasien yang mengalami rajatan (syok) harus segera dipasang infus
sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma.
Cairan yang diberikan biasanya Ringer Laktat. Jika pemberian
cairan tersebut tidak ada respon maka dapat diberikan plasma atau
plasma akspander, banyaknya 20 sampai 30 ml/kg BB.
Pada pasien rajatan berat pemberian infus diguyur dengan cara
membuka klem infus tetapi biasanya vena-vena telah kolaps
sehingga kecepatan tetesan tidak mencapai yang diharapkan, maka
untuk mengatasinya dimasukkan cairan secara paksa dengan spuit
dimasukkan cairan sebanyak 200 ml, lalu diguyur.
2. Tindakan Medis yang bertujuan untuk pengobatan
Keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi, anoreksia, dan
muntah. Jenis minuman yang diajurkan adalah jus buah, the manis,
sirup, susu, serta larutan oralit. Apabila cairan oralit tidak dapat
dipertahankan maka cairan IV perlu diberikan. Jumlah cairan yang
diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan elektrolit,
dianjurkan cairan dextrose 5% di dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis dianjurkan pemberian NaCl 0,9 % +dextrose
1.
Motorik kasar
a. Loncat tali
b. Badminton
c. Memukul
d. Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara
bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.
2.
Motorik halus
a. Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
b. Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan
bermain alat musik.
3.
Kognitif
a. Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
b. Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan
masalah
c. Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian
kembali sejak awal
d. Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
4.
Bahasa
a. Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
b. Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata
keterangan, kata penghubung dan kata depan
c. Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
III.
B.
2. Perasaan sedih
Perasaan ini muncul terutama pada saat anak dalam kondisi terminal
dan orang tua mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan anaknya
untuk sembuh. Pada kondisi ini, orang tua menunjukan perilaku
isolasi atau tidak mau di dekati orang lain. Bahwa tidak bisa
kooperatif terhadap petugas kesehatan.
3. Perasaan frustrasi
Pada kondisi anak yang telah di rawat cukup lama dan di rasakan
tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan
psikologis yang di terima orang tua baik dari keluarga maupun kerabat
lainnya maka orang tua akan merasa putus asa, bahkan frustrasi. Oleh
karena itu, sering kali orang tua menunjukan perilaku tidak
koomperatif, putus asa, menolak tindakan, bahkan menginginkan
pulang paksa.
C.
sebayanya.
b. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi
terhadap rasa nyeri.
c. Selalu ingin tahu alasan tindakan.
d. Berusaha independen dan produktif.
2. Reaksi orang tua
a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,
prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan
anak.
b. Frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan
pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah sakit.
IV.
d. Grade IV
berhubungan
dengan
peningkatan
d. Resiko
tinggi
terjadinya
perdarahan
berhubungan
dengan
trombositopenia.
e. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh
yang lemah.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya
volume cairan tubuh akibat perdarahan.
g. Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan
obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi.
C. Intervensi keperawatan
(E, Marylin, 2000)
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam.
Tujuan
: Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi
Kriteria Hasil : volume cairan perlahan-lahan teratasi, An.A tidak
muntah muntah lagi, Mukosa bibir kembali normal
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji tanda-tanda vital paling sedikit setiap 4 jam
Rasional :mengetahui atau memantau keadaan umum klien
b. Monitor tanda-tanda meningkatnya kekurangan cairan: turgor kulit
tidak elastis, ubun-ubun cekung , produksi urine menurun
Rasional : untuk mengetahui tingkat dehidrasi dan intervensi
lanjut
c. Observasi dan catat intake dan output cairan
Rasional : untuk mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit
atau balance cairan
d. Berikan hidrasi yanga adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
Rasional : memenuhi kebutuhan cairan klien
e. Memonitor nilai laboratorium : elektrolit darah, BJ urine, dan
serum albumin
a. Kaji mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami oleh pasien.
Rasional : untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Kaji cara/bagaimana makanan dihidangkan
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengarauhi
nafsu makan klien.
c. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur, tim, dan
hidangkan saat masih hangat.
Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan
meningkatkan asupan makanan karena mudah ditelan.
d. Jelaskan manfaat makanan/nutrisi bagi klien terutama saat klien
sakit.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi makan meningkat.
e. Berikan umpan balik positif pada saat klien mau berusaha
menghabiskan makanan.
:
obat-obatan
antasida
(anti
emetik)
sesuai
program/instruksi dokter.
Rasional: Dengan pembarian obat tersebut diharapkan intake
nutrisi klien meningkat karena mengurangi rasa mual dan muntah.
j. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian diit yang tepat.
Rasional : Membantu proses penyembuhan klien.
4. Resiko
tinggi
terjadinya
perdarahan
berhubungan
dengan
trombositopenia.
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi.
Mandiri
pengambilan darah.
Rasional
Kriteria Hasil
Kriteria Hasil
Intervensi.
Mandiri
Untuk
membantu
mengistirahatkan
saluran
hilang.
Kriteria Hasil
Definisi
Jenis evaluasi
a. Evaluasi pormatif
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi dengan respon segera ( pendokumentasian dan
implementasi ).
b. Evaluasi sumatif
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dengan analisis stasus
klien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan ( dalam bentuk SOAP ).
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Kasus DHF
Klien bernama An. A (6 th) masuk ke Unit Gawat Darurat RS. Sukmul Sisma
Medika pada tanggal 24 Maret 2014 pukul 20.50 WIB dengan keluhan panas tiga
hari yang lalu, perut kembung, muntah enam kali isi muntahan makanan, buang
air besar sudah dua kali, konsistensi encer berwarna kuning kecoklatan. Klien
teraba panas , kulit kemerahan, mukosa bibir kering, turgor kulit sedang. Telah
dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil suhu 37,8C, nadi
146x/menit, tekanan darah 130/60 mmHg, pernafasan 30x/menit. Telah dilakukan
pemeriksaan darah lengkap dengan hasil trombosit 26.000, Hb: 12,3 gr/dl, Ht :
41% volume.
B. Data Fokus
Data Subyektif
a. Ibu klien mengatakan anaknya
BAB sudah 2 kali dengan
konsistensi encer berwarna kuning
kecoklatan
b. Ibu klien mengatakan perut
anaknya kembung
c. Ibu klien mengatakan anaknya
muntah 6 kali per hari dengan
konsistensi muntahan sesuai
dengan makanan
d. Ibu klien mengatakan anaknya
Data Obyektif
a. Mukosa bibir klien kering
b. Turgor kulit klien sedang
c. Klien teraba panas
d. Kulit klien tampak kemerahan
e. HT : 41% volume
f. HB : 12,3 gr/dl
g. Trombosit 26.000
h. TTV Klien
Suhu 37,8C
Nadi 146x/menit
Tekanan darah 130/60 mmHg,
Pernafasan 30x/menit.
i. Trombosit 26.000
Data Subyektif
Data Obyektif
a. Ibu klien mengatakan anaknya minum a. Konjungtiva klien anemis
b. Mata klien tampak cekung
kurang lebih 150 cc/24 jam
c. Klien tampak lemas
b. Ibu klien mengatakan anaknya BAK
d. LLA 13 CM
7x/hari
e. Klien tampak terpasang infus RA 30
c. Ibu klien mengatakan anaknya lemas
tts/ menit
d. Ibu klien mengatakan anaknya tidak
f. Balance cairan klien= intake-output
nafsumakan
Intake :
e. Ibu klien mengatakan anaknya rewel
Infuse : 1200 cc/hari
f. Ibu klien mengatakan anaknya hanya
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
menghabiskan porsi makan
Jumlah : 1400 cc/ hari
g. Ibu klien mengatakan BB anaknya
Output :
turun 3 kg ( BB sebelum sakit 20 kg
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
setelah sakit 17 kg)
Muntah : 200cc/hari
h. Ibu klien mengatakan anaknya panas
IWL : 1980 cc/hari
naik turun
Jumlah : cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-1980= -580
g. Albumin 3,2 gr/ml
h. Leukosit 5100 / ul
D. Analisa Data
No
1.
Data
DS:
Masalah
Gangguan
volume
cairan
kurang
dari
sakit 17 kg)
l. Klien tampak terpasang
infus RA 30 tts/ menit
m. Balance cairan klien=
intake-output
Intake :
Infuse : 1200 cc/hari
Etiologi
peningkatan
kebutuhan tubuh
permeabilitas
kapiler,muntah
dan demam.
Makan: 50 cc/hari
Minum: 150cc/hari
Jumlah : 1400 cc/ hari
Output :
BAB : 150 cc/hari
BAK : 750 cc/hari
Muntah : 250cc/hari
IWL : 880 cc/hari
Jumlah :1980 cc/hari
Jadi balance cairan:
Intake-output = 1400-
2.
1980= -580
n. HT : 41% volume
DS :
Gangguan
pemenuhan
kubutuhan nutrisi
anaknya rewel
c. Ibu klien mengatakan
Anoreksia
kurang dari
kebutuhan tubuh
anaknya hanya
menghabiskan porsi
makan
d. Ibu klien mengatakan
anaknya muntah enam kali
isi muntahan makanan
e. Ibu klien mengatakan BB
anaknya turun 3 kg ( BB
sebelum sakit 20 kg dan
sesudah sakit 17 kg)
DO :
3.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
BB ideal anak 20 kg
Klien tampak lemas
Konjungtiva anemis
HB : 12,3 gr/dl
Trombosit 26.000
Albumin 3,2 gr/ml
LLA 13 cm
Ibu klien mengatakan
Resiko
proses penyakit
peningkatan suhu
(virus dalam
tubuh
darah/viremia).
(hipertermia)
DO :
a. Klien teraba panas
b. Kulit klien tampak
kemerahan
c. Suhu 37,8C
d. Leukosit 5100 / ul
e. Trombosit 26.000
E. Diagnosa Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tanggal
Tanggal
Paraf
1.
ditemukan
24 Maret
teratasi
Belum
Kel 6
Belum
Kel 6
Belum
Kel 6
3.
24 Maret
2014
24 Maret
2014
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh
melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang
semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta
sering menimbulkan wabah.
Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i :
demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai
perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii :
kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab,
gelisah. Derajat IV :
Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia
berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia),
Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan
berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari
berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok
hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran sebagai
berikut :
1. Untuk perawat anak
Perawat diharapkan dapat melakukan asuhan keperawatanyang lebih
lengkap sesuai dengan keadaan klien serta memantau keadaan pasien
tersebut, karena akan di takutkan adanya Dengue Syok Syndrom dan
komplikasi lain yang mengakibatkan fatal pada klien.Hendaknya
penyuluhan kesehatan ini di jadikan suatu program di ruangan guna
meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya.
2. Untuk klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan
rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan
nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M,
menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas,
membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA