Professional Documents
Culture Documents
TETANUS
Oleh:
Silfiah Nofi Permata
NIM. 105070200111023
voluntary muscles (otot yang geraknya dapat dikontrol), sering disebut lockjaw
karena biasanya pertama kali muncul pada otot rahang dan wajah. Kematian
biasanya disebabkan oleh kegagalan pernafasan dan rasio kematian sangatlah
tinggi.
Ada 3 bentuk klinik dari tetanus, yaitu:
1) Tetanus lokal : otot terasa sakit, lalu timbul rigiditas dan spasme pada bagian
paroksimal luar. Gejala itu dapat menetap dalam beberapa minggu dan
menghilang tanpa sekuele.
2) Tetanus general; merupakan bentuk paling sering, timbul mendadak dengan
kaku kuduk, trismus, gelisah, mudah tersinggung dan sakit kepala merupakan
manifestasi awal. Dalam waktu singkat konstruksi otot somatik meluas. Timbul
kejang tetanik bermacam grup otot, menimbulkan aduksi lengan dan ekstensi
ekstremitas bagian bawah. Pada mulanya spasme berlangsung beberapa detik
sampai beberapa menit dan terpisah oleh periode relaksasi.
3) Tetanus cephalic : varian tetanus local yang jarang terjadi masa inkubasi 1-2 hari
terjadi sesudah otitis media atau luka kepala dan muka. Paling menonjol adalah
disfungsi saraf III, IV, VII, IX dan XI tersering adalah saraf otak VII diikuti tetanus
umum.
Menurut berat gejala dapat dibedakan 3 stadium :
a) Trismus (3 cm) tanpa kejang-lorik umum meskipun dirangsang.
b) Trismur (3 cm atau lebih kecil) dengan kejang torik umum bila dirangsang.
c) Trismur (1 cm) dengan kejang torik umum spontan.
Pathway
Terpapar kuman
Eksotoksi
Pengangkutan toksin melewati saraf
Ganglion
Sumsum
Otak
Saraf
4
Tonus otot
Mengenai Saraf
Simpatis
Menjadi kaku
-Keringat berlebihan
pada tetanus
-Hipertermi
-Hipotermi
-Aritmia
Hilangnya keseimbangan
-Takikardi
Kekakuan
Sistem
Pencernaan
Hipoksia berat
O2 di otak
Sistem
Kesadaran
-Ggn. Eliminasi
Hipoksemia
-Ketidakefektifan jalan
-PK.
-Ggn. Perfusi
-Gangguan Komunikasi
-Ggn.
Pertukaran Gas
Verbal
-Kurangnya pengetahuan
4. MANIFESTASI KLINIS
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan gejala pertama) ratarata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset (rentang waktu antara gejala pertama
dengan spasme pertama) bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama regiditas,
spasme otot. Gangguan ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme
dan bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih lama.
Pemulihan bisa memerlukan waktu 4 minggu.
Pemeriksaan fisik:
1. Trimus adalah kekakuan otot mengunyah sehingga sukar membuka mulut.
2. Risus sardonicus, terjadi sebagai kekakuan otot mimic, sehingga tampak dahi
mengkerut, mata agak tertutup, dan sudut mulut tertarik keluar kebawah.
3. Opistotonus adalah kekakuan otot yang menunjang tubuh seperti otot punggung,
otot leher, otot badan, dan trunk muscle. Kekakuan yang sangat berat dapat
menyebabkan tubuh melengkung seperti busur.
4. Otot dinding perut kaku sehingga dinding perut seperti papan.
5. Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum yang awalnya hanya
terjadi setelah dirangsang missal nya dicubit, digerakkan secara kasar, atau
terkena sinar yang kuat.
6. Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan akibat kejang yang
terus menerus atau oleh kekakuan otot laring yang dapat menimbulkan anoksia
dan kematian.
Klasifikasi berat ringannnya tetanus menurut Albert:
No. Klasifikasi
1.
Derajat
2.
(ringan)
Derajat
disfagia
2 Trimus sedang, rigiditas yang nampak jelas, spasme
(sedang)
3.
Derajat
(berat)
4.
Derajat
berkepanjangan,
RR
40x/menit,
seranga
apnea,
(sangat berat)
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Diagnosa
didasarkan
pada
riwayat
kekakuanotot rahang.
perlukaan
disertai
keadaan
klinis
d. Pemeriksaan fisik : adanya luka dan ketegangan otot yang khas terutama pada
rahang.
e. Pemeriksaan darah (kalsium dan fosfat).
6. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tata laksana pasien tetanus
Umum
a. Mencukupi kebutuhan cairan dan nutrisi. Pemberian cairan secara i.v., sekalian
untuk memberikan obat-obatan secara syringe pump (valium pump).
b. Menjaga saluran nafas tetap bebas, pada kasus yang berat perlu tracheostomy.
c.
Suatu emboli paru adalah kondisi serius dan berpotensi mengancam nyawa. Hal ini
disebabkan oleh penyumbatan dalam pembuluh darah di paru-paru yang dapat
mempengaruhi pernapasan dan sirkulasi. Oleh karena itu, penting bahwa
pengobatan segera diberikan dalam bentuk obat anti-pembekuan dan, jika
diperlukan, terapi oksigen.
e. Gagal ginjal akut
Kejang otot parah yang berhubungan dengan infeksi tetanus dapat menyebabkan
kondisi yang dikenal sebagai rhabdomyolysis. Rhabdomyolysis adalah tempat otot
rangka dengan cepat hancur, sehingga mioglobin (protein otot) bocor ke dalam urin.
Hal ini dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
8. PROGNOSIS
Tetanus memiliki angka kematian sampai 50%. Kematian biasanya terjadi pada
penderita yang sangat muda, sangat tua dan pemakai obat suntik. Jika gejalanya
memburuk dengan segera atau jika pengobatan tertunda maka prognosisnya akan
menjadi buruk.
9. PENCEGAHAN
Mencegah tetanus melalui vaksinasi adalah jauh lebih baik daripada mengobatinya.
Pada anak-anak, vaksin tetanus diberikan sebagai bagian dari vaksin DPT (difteri,
pertusis, tetanus).
Dewasa sebaiknya menerima booster, Pada seseorang yang memiliki luka, jika:
Telah menerima booster tetanus dalam waktu 5 tahun terakhir, tidak perlu
vaksinasi
Belum pernah menjalani vaksinasi atau vaksinasinya tidak lengkap, diberikan
suntikan immunoglobulin tetanus dan suntikan pertama dari vaksinasi 3 bulanan.
Setiap luka (terutama luka tusukan yang dalam) harus dibersihkan secara seksama
karena kotoran dan jaringan mati akan mempermudah pertumbuhan bakteri
Clostridium tetani.
B. TINJAUAN TEORITIS ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS
1. PENGKAJIAN
Data fokus meliputi :
9
Tanda-tanda vital
g) Pemeriksaan fisik
Pengkajian Umum
a. Riwayat penyakit sekarang; adanya luka parah atau luka bakar dan imunisasi yang
tidak adekuat.
b. Sistem Pernafasan ; dyspneu asfiksia dan sianosis akibat kontaksi otot pernafasan
c. Sistem kardio vaskuler; disritmia, takikardia, hipertensi dan perdarahan, suhu tubuh
awal 38-40 C atau febril, terminal 43-44 C
d.
e. Sistem perkemihan; retensi urine (distensi kandung kencing dan urine out put tidak
ada/oliguria)
f.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spame otot pernafasan.
10
b. Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan nafas terganggu akibat spasme
otot-otot pernafasan.
c. Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan dengan efeks toksin
(bakterimia)
d. Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot
pengunyah
e. Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering kejang
f.
j.
3. INTERVENSI
Dx.1.Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sputum
pada trakea dan spame otot pernafasan, ditandai dengan ronchi, sianosis, dyspneu,
batuk tidak efektif disertai dengan sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab,
Analisa Gasa Darah abnormal (Asidosis Respiratorik)
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria :
- Klien tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
- Pernafasan 16-18 kali/menit
11
Intervensi
Bebaskan
Rasional
jalan
nafas
denganSecara
anatomi
posisi
kepala
ekstensi
lancar
dengan
menyingkirkan
Pemeriksaan
fisik
dengan
caraRonchi
menunjukkan
adanya
gangguan
yang
menutupi
sebagian
dari
saluran
sekret
dan
lendir
denganmengeluarkan
sekret,
sehingga
melakukan suction
Oksigenasi
dan
memberikan
cadangan
mencegah
terjadinya
sehingga
hipoksia.
5
sianosis
merupakan
tanda
capilary
refill
time
yang
tubuh
dalam
proses
memanjang/lama.
6
Ketidakmampuan
12
Kolaborasi
dalam
pemberian
pengencer sekresi(mukolitik)
yang
kental
sehingga
mempermudah
Intervensi
Rasional
adanya
penyimpangan
atau
Sianosis
merupakan
salah
satu
tanda
. Oksigenasi
dan
memberikan
cadangan
oksigen,
sehingga
mencegah
terjadinya
hipoksia
5
sianosis
merupakan
tanda
capilary
refill
time
yang
tubuh
dalam
proses
memanjang/lama.
6
Ketidakmampuan
tubuh
terhadap
gangguan
Intervensi
Rasional
Iklim
lingkungan
dapat
mempengaruhi
proses
adaptasi
melalui
proses
membantu
menyegarkan
lukan
mengeleminasi
.
Berikan
kompres dingin
bila
Laksanakan
program
bekerja
sebagai
proses
Kolaboratif
dalam
pemeriksaan
leukosit.
pengobatan
diprogramkan
15
yang
No.
Intervensi
Rasional
dalam
dari
tetanus
adalah
adanya
makan
pengetahuan
yang
adequat
Kolaboratif :
Rasional
16
Catat penyebab mulai terjadinya kejang Pendokumentasian yang akurat, memudahkan pengontrolan dan identifikasi kejang
Dx.6 .Defisit velume cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat
Tujuan : Anak tidak memperlihatkan kekurangan velume cairan yang dengan
kriteria:
- Membran mukosa lembab, Turgor kulit baik
No. Intervensi
Rasional
Memberikan
cairan
informasi
/volume
sirkulasi
tentang
status
dan kebutuhan
penggantian
2
hidrasi seluler
NGT
disesuaikan
40
cc/4
dengan
jam)
dan
perkembangan
kondisi pasien
4
Monitor
berat
jenis
urine
17
danMempertahankan
intake
nutrisi
untuk
pengeluarannya
kebutuhan tubuh
Penurunan
keluaran
peningkatan
berat
urine
jenis
pekat
urine
diduga
18
dan