Professional Documents
Culture Documents
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif
Disusun oleh :
Kelompok 6
Anania Daely
(1110002)
Ayu Rahayu
(1110004)
Ilham Taofik
(1110016)
Risma Riana S
(1110059)
Wilitari
(1110034)
Wulan Winingsih
(1110067)
Yenny Carolina
(1110069)
2. Pengertian
a. Spiritual
Spiritualitas (spirituality) merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam
hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang menimbulkan suatu
kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan permohonan maaf atas segala
kesalahan yang pernah diperbuat (Alimul, 2006).
b. Kondisi Terminal
Penyakit terminal adalah suatu penyakit yag tidak bisa disembuhkan lagi. Kematian
adalah tahap akhir kehidupan. Kematian bisa datang tiba-tiba tanpa peringatan atau
mengikuti priode sakit yang panjang.Terkadang kematian menyerang usia muda tetapi
selalu menunggu yang tua.
Kondisi Terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan
melalui suatu tahapan proses penurunan fisik , psikososial dan spiritual bagi individu.
(Carpenito ,1995 ).
Klien Terminal adalah : Klien klien yang dirawat , yang sudah jelas bahwa mereka
akan meninggal atau keadaan mereka makin lama makin memburuk. (P.J.M. Stevens,
dkk ,hal 282, 1999 )
Kematian adalah suatu pengalaman tersendiri, dimana setiap individu akan
mengalami atau menghadapinya seorang diri, sesuatu yang tidak dapat dihindari, dan
merupakan suatu kehilangan.
Jadi, aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk klien terminal yang didiagnose
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut. Orang yang mengalami
penyakit terminal dan menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit psi
kososial, krisis spiritual, dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat klien
menjelang ajal perlu mendapatkan perhatian khusus.
Klien terminal biasanya mengalami rasa depresi yang berat, perasaan marah akibat
ketidakberdayaan dan keputusasaan. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan spiritual dapat
meningkatkan semangat hidup klien yang didiagnosa harapan sembuhnya tipis dan dapat
mempersiapkan diri klien untuk menghadapi alam yang kekal.
ibadah secara tertulis. Dengan bimbingan itu diharapkan dapat membantu proses kesembuhan
klien.
(membimbing
sebagaimana
Rasulullah
dengan
melafalkan
mengajarkan
secara
dalam
berulang-ulang),
Hadist
Riwayat
Muslim Talkinkanlah olehmu orang yang mati diantara kami dengan kalimat
Laailahaillallah karena sesungguhnya seseorang yang mengakhiri ucapannya
dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya sesungguhnya seseorang yang
mengakhiri ucapannya dengan itu ketika matinya maka itulah bekalnya menuju
surgaSelanjutnya Umar Bin Ktahab berkata Hindarilah orang yang mati
diantara kami dan dzikirkanlah mereka dengan ucapan Laailahaillahllah, maka
sesungguhnya mereka (orang yang meninggal) melihat apa yang tidak bisa, kamu
lihat. Para ulama berpendapat, Apabila telah membimbing orang yang akan
meninggal dengan satu bacaan talqin, maka jangan diulangi lagi. Kecuali apabila
ia berbicara dengan bacaan-bacaan atau materi pembicaraan lain. Setelah itu
barulah diulang kembali, agar bacaan La Ilaha Illallha menjadi ucapan terakhir
ketika menghadapi kematian. Para ulama mengarahkan pada pentingnya
menjenguk orang sakaratul maut, untuk mengingatkan, mengasihi, menutup
kedua matanya dan memberikan hak-haknya. (Syarhu An-nawawi Ala Shahih
Muslim : 6/458)
3) Berbicara yang Baik dan Doa untuk jenazah ketika menutupkan matanya.
Di
samping
berusaha
memberikan
sentuhan
perawat
muslim
perlu
yang diterima dalam Sakramen Baptis dan Sakramen Penguatan. Terkadang, jika
memang berguna bagi keselamatan, sakramen akan memulihkan kembali kesehatan
jasmani si sakit. Tak peduli dampaknya yang kelihatan pada kesehatan jasmani si sakit,
Sakramen Pengurapan Orang Sakit senantiasa menganugerahkan rahmat pertolongan
Tuhan atas siapa saja yang menerimanya dengan penuh iman.
Semoga karena pengurapan suci ini Allah yang Maharahim menolong Saudara
dengan rahmat Roh Kudus,
Semoga Tuhan membebaskan Saudara dari dosa dan membangunkan Saudara
di dalam rahmat-Nya.
Sakramen juga merupakan tanda persatuan kita dengan anggota Gereja yang
lainnya, maka keluarga si sakit yang diurapi, sahabat serta mereka yang terlibat dalam
perawatan si sakit hendaknya diundang untuk ikut ambil bagian dalam Sakramen
Pengurapan ini.
Sakramen Pengurapan Orang Sakit dapat diterima oleh mereka yang
kesehatannya terganggu secara serius akibat penyakit atau usia lanjut, dan dapat
diulang jika keadaan klien bertambah parah.
5. Skenario kasus
Tn. A (50 tahun) dan Ny. N (45 tahun) sudah 35 tahun menikah dan menganut
agama Islam. Mereka dikaruniai dua orang anak perempuan yang semuanya sudah berumah
tangga dan memberikan dua orang cucu. Kondisi ekonomi keluarga Tn. A cukup baik,
memiliki dua perusahaan yang berjalan dengan baik. Tn. A dan Ny.N cukup dikenal di
lingkungannya karena keduanya aktif dalam kegiatan sosial, bahkan Tn. A menjadi salah satu
donatur tetap pada sebuah panti asuhan.Walaupun sebelumnya Tn. A adalah perokok berat,
namun sudah sejak 5 tahun terakhir ini berhenti total merokok. Karena Tn. A perokok hebat,
ia didiagnosa menderita kanker paru-paru stadium akhir dan bermestastase ke tulang.
Pola makan Tn. A kurang terpenuhi karena pasien sering mengeluh mual karena efek
kemoterapi sehingga nafsu makan pasien berkurang. Status cairan terpenuhi dengan minum 8
gelas sehari.
Akibat penyakitnya itu Tn.A terlihat lemas, wajah pucat, batuk-batuk, badan terlihat
kurus, kepala selalu pusing dan sakit didaerah leher. Dalam hal spiritual semenjak sakit Tn.A
marah karena merasa Tuhan tidak adil terhadap penyakit yang di deritanya. Dan Tn. A merasa
sedih atas penyakit yang di deritanya, istrinya pun menyatakan bahwa ia belum siap bila
ditinggal suaminya untuk selamanya.
Dalam menghadapi semuanya Tn.A selalu bercerita kepada istrinya tentang keluhan
dan perasaan yang dialaminya, namun tetap saja Tn.A merasa tidak tenang dan putus asa
dalam menghadapi penyakitnya. Tn.A mengatakan hidupnya sudah tidak berarti lagi bagi
keluarga dan lingkungannya karena merasa Tuhan tidak adil. Mimpi akan kematian selalu
hadir dalam mimpinya setiap malam. Jika kematian cepat menjemputnya Tn.A mengatakan
agar istri dan keluarga dapat tabah dan ikhlas menerima kenyataan.
Untuk biaya perawatan Tn.A dan keluarga tidak merasa terbebani begitupun dengan
kondisi penyakitnya.
6. Asuhan Keperawatan Paliatif pada Klien Tn. A dengan Gangguan Spiritual
A. Pengkajian (4 Dimensi)
1) Fisik
a)
b)
c)
3) Spiritual
a) Arti kehidupan dan kematian
Menurut Tn. A Tuhan itu tidak adil karena merasa hidupnya tidak berarti.
b) Agama
Tn. A menganut dan mempercayai ajaran agama islam
c) Arti sebuah harapan
Tn. A berharap jika ia meninggal, keluarga bisa tabah dan ikhlas menerima
kenyataan.
4) Sosial
a) Merasa sendiri
Tn. A tidak merasa sendiri karena selalu ada istri dan keluarga yang selalu
menemani.
b) Keadaan ekonomi (biaya)
Biaya rumah sakit dan perawatan lainnya tidak menjadi beban keluarga.
c) Beban keluarga atau pengasuh
Keluarga tidak merasa terbebani dengan penyakit yang di derita Tn. A
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Menurut Teori :
1) Ansietas / cemas berhubungan dengan rasa takut
2) Isolasi sosial berhubungan dengan menarik diri
3) Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan nyeri fisiologi atau emosional
4) Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan denial
5) Takut ( kamatian atau katidaktahuan ) berhubungan dengan tidak memprediksi masa
depan.
6) Putus harapan berhubungan dengan perubahan fungsi
7) Potensial self care defisit berhubungan dengan meningkatnya ketergantungan pada
orang lain tentang perawatan
8) Gangguan self konsep berhubungan dengan kehilangan fungsi fisik / mental
9) Distress spiritual
Diagnosa Keperawatan
Rencana Keperawatan
Rasional
Selama dilakukan
berhubungan dengan
diharapkan disstres
pendukung keagamaan,
spiritual berkurang,
menghadapi ancaman
menghadapi kematian
kematian.
berkurang.
2. Klien merasa lebih
tenang.
3. Semangat hidup klien
dan kekuatan.
2. Ajak pasien untuk berdiskusi tentang
menghadapi kematian
bertambah.
4. Ibadah klien lebih
khusu.
5. Rasa depresi terhadap 3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan
penyakit berkurang.
nyaman
3. Privasi
dan
ketenangan
refresi
dan
berdoa
dengan keluarga
bersama
DAFTAR PUSTAKA
http://mausehatdong.blogspot.com/2009/10/askep-jiwa-dengan-penyakit-terminal.html
http://nurse-smw.blogspot.com/2009/05/asuhan-keperawatan-pada-klien-terminal_08.html
Hamid, Achir Yani. 1999. Buku Ajar Aspek Spiritual Dalam Keperawatan.Widya Medika:
Jakarta.
Lampiran 1
(pertanyaan)
1. Bagaimana memberikan pelayanan spiritual pada pasien terminal dalam keadaan koma,
baik secara agama Islam dan Kristen? (Pertanyaan dari Sri Komalasari Kelompok 4).
Jawaban :
Pada pasien dalam keadaan terminal, perawat memfasilitasi untuk memenuhi kebutuhan
spiritual pasien dan seorang perawat juga melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak lain
yang dirasa bisa mendukung upaya pemenuhan kebutuhan spiritual klien (keluarga, ahli
agama, kelompok pendukung).
Pada dasarnya semua agama memberikan bimbingan doa namun caranya berbeda-beda
sesuai dengan aturan dalam keyakinan yang dianut setiap pasien.
2. Hal apa saja yang harus diprioritaskan perawat dalam pelayanan spiritual? ( Pertanyaan
dari Sri Sulastri Kelompok 3).
Jawaban :
a. Memberikan lingkungan yang nyaman dan tenang agar layanan spiritual dapat diberikan secara
maksimal.
b. Harus ada rohaniawan untuk membimbing pasien.
Lampiran 2
( Observasi jalannya persentasi )
Observer : Dewi Puspitas Sari dari kelompok 3
1. Dalam power point tidak disebutkan pembagian tugas masing-masing dalam kelompok
( ketua, sekretaris, dan anggota).
2. Materi yang disampaikan dapat dimengerti.
3. Persentan kurang jelas dan kurang menguasai dalam memberikan materi.
4. Audiens cukup baik dalam mengikuti dan menyimak jalannya presentasi.
Lampiran 3
Moderator : Nurul H. Abdulah dari kelompok 1
Pembukaan
: 5 menit
Lamanya Presentasi
: 10 menit
Diskusi
: 20 menit
Observer
: 5 menit
: 5 menit