Professional Documents
Culture Documents
pengharapan diri berdasarkan norma norma sosial di masyarakat tempat individu tersevut
melahirkan penyesuaian diri ( Suliswati, dkk, 2005 ).
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walupun melakukan
kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga (
Stuart, 2006 ).
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga
dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga
dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan
( Suliswati, dkk, 2005 ).
d. Performa peran
Serangkain pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang
dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang
terpilih atau dipilih oleh individu ( Stuart, 2006 ).
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya ( Suliswati,
dkk, 2005 ).
e. Identitas pribadi / identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan
otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada
masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada
masa remaja ( Stuart, 2006 ).
Identitas diri adalah kesadran tentang diri sndiri yang dapat diperoleh individu
dariobservasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berdeba
dengan orang lain ( Suliswati, dkk, 2005 ).
3. Tanda dan gejala
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah ( Stuart, 2006 ) mengemukakan 20 cara
individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri dan orang
b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa diri penting yang berlebihan
f. Perasaan yang tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
i. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
a.
b.
c.
d.
4. Penyebab
a. Faktor predisposisi
1) Biologi :
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat
atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising,
rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi)
udara atau zat kimia.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri
yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
3) Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial ( http://digilib.unimus.ac.id diunduh 10 Mei
2012 ).
4) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
a.
b.
c.
d.
Keterangan:
Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata sukses dan diterima.
Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah
menolak sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri
akibat gagal menyesuaikan tingkah laku dengan cita-cita.
Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial, kepribadian dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri.
(Stuart, 2006).
6. Mekanisme koping
a.
1)
2)
3)
4)
b.
Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi stres. Proses
koping terhadap stres menjadi pedoman untuk mengatasi reaksi stres. Koping sebagai proses
dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan ( baik
tuntutan itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan )
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stres
( Gustiarti, 2002 ) .
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri
dibagi dua yaitu :
Koping jangka pendek
Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri ( misalnya : konser
musik, bekerja keras, dan obsesi nonton televisi ).
Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya : ikut serta dalam
kelompok sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk ).
Aktivitas yang sementara menguatkan atau menigkatkan perasaan diri tak menentu
( misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas ).
Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup
yang tidak bermakna saat ini ( misalnya penyalahgunaan obat ).
Koping jangka panjang
1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
2)
a)
Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang obyektif dan teramati
serta bersifat subyektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga
diri yang rendah, kerancuan identitas dan depersonalisasi.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah :
Mengkritik diri sendiri atau orang lain
Penurunan produktifitas
Destruktif yang di arahkan pada orang lain
Gangguan dalam berinteraksi
Rasa diri penting yang berlebihan
Rasa bersalah
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri
Ketegangan peran yang di rasakan
Pandangan hidup yang pesimis
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang bertentangan
Penolakan terhadap kemampuan personal
Destruktif terhadap diri sendiri
Menarik diri secara sosial
Menarik diri dari realitas
Khawatir
Perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas :
Tidak ada kode moral
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
3)
a)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
c)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
d)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
b.
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lan serta ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran meliputi streotipik, peran seks, tuntutan peran
kerja dan harapan peran cultural.
3) Faktor yang memepengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam stuktur social.
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu, yang
dibagi menjadi :
1) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
a) Konflik peran : ketidak sesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.
b) Peran yang tidak jelas : kurang pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
c) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menamppilkan seperangkat peran
yang kompleks.
2) Perkembangan transisi yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan individu, termasuk
keluarga dan norma-norma kebudayaan, nilai-nilai untuk menyesuaikan diri.
3) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
4) Transisi peran sehat-sakit yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan
sakit. Transisi ini dapat disebabkan oleh :
a) Kehilangan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan.
5) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak seimbangan bio-kimia,
gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
d. Stressor pencetus
Stressor pencetus ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
(1) Kehilangan bagian tubuh.
(2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
(3) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.
1)
2)
3)
4)
1)
2)
Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi :
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas misalnya konser
musik, bekerja keras, dan menonton televisi secara obsesif.
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara misalnya ikut serta dalam
aktivitas social, agama, klub politik, kelompok atau geng.
Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri misalnya olah raga yang
kompetitif, pencapaian akademik, konteks untuk mendapatkan popularitas.
Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan individu misalnya penyalahgunaan obat.
Pertahanan jangka panjang meliputi :
Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting baik
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
Identitas negative, asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.
2. Diagnosa keperawatan
Masalah-masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan-perasaan ansietas,
bermusuhan dan rasa bersalah. Perasaan ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan
sirkuler bagi individu yang dapat menimbulkan respon koping maladaptif yang paling hebat.
Respon dapat terlihat dalam berbagai pengalaman yang mengancam integritas fisik dan
integritas system diri seseorang.
Pengkajian keperawatan yang lengkap mencakup semua respon maladaptive pasien.
Banyak masalah keperawatan tambahan akan diidentifikasi berdasarkan bagaimana konsep
diri dipengaruhi oleh berbagai area kehidupan.
a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
3. Perencanaan Keperawatan
juan Umum : Meningkatkan aktualisasi diri pasien dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan,
menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidak mampuan.
juan Khusus : Pasien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan konsep diri dan membantu pasien agar lebih mengerti akan dirinya
secara tepat.
RENCANA PENYULUHAN PASIEN HUBUNGAN KELUARGA
Isi
Aktivitas Instruksional
Evaluasi
Definisikan
konsep Bahas perbedaan antara Pasien mengidentifikasi
tentang perbedaan diri tingkat perbedaan diri tingkat fungsi asalnya.
pada dalam keluarga asal yang tinggi dan rendah.
individu.
Minta
pasien
untuk
mengidentifikasi tingkat
fungsi antara anggota
keluarga.
Uraikan
karakteristik
1. Analisa jenis dan pola
1. Pasien menguraikan pola
penyatuan emosi, jalan hubungan keluarga.
interaksi dalam keluarga
pintas
emosi
dan
2. Gunakan kertas dan sendiri.
triangulasi.
pensil untuk menggambar
2. Pasien mengidentifikasi
diagram pola keluarga.
peran dan perilakunya.
Bahas
peran
1. Buat pasien agar peka
1. Pasien
mengenali
pembentukan
dan terhadap
dinamika konstribusi
keluarga
pembawa gejala dalam keluarga dan manifestasi terhadap
stres
yang
keluarga.
stres.
dialami oleh anggota
2. Dukung
komunikasi keluarga.
keluarga.
2. Pasien
menghubungi
anggota keluarga.
Uraikan
genogram
1. Gunakan papan tulis
1. Pasien
memperoleh
keluarga dan perlihatkan untuk menggambarkan informasi
yang
bagaimana membuatnya. genogram keluarga.
sesungguhnya
tentang
2. Tugaskan
genogram keluarga.
keluarga.
2. Pasien
menyusun
genogram keluarga.
Analisa kebutuhan akan
1. Bermain peran interaksi Pasien
menunjukkan
obyektivitas
dan dengan berbagai anggota tingkat perbedaan yang
tanggung jawab untuk keluarga.
tinggi
dari
keluarga
mengubah
perilaku
2. Dukung uji coba cara asalnya.
sendiri
dan
bukan berinteraksi yang baru
perilaku orang lain.
dengan anggota keluarga.
4. Implementasi
a.
b.
c.
d.
e.
Prinsip
Rasional
Tujuan : Memperluas Kesadaran Diri Pasien
Bina
hubungan Kurangi ancaman yang
1.
terbuka, saling percaya terlihat dalam sikap
perawat
terhadap
2.
pasien, bantu pasien
3.
untuk meluaskan dan
menerima semua aspek
4.
kepribadian
5.
Bekerja
dengan Kekuatan ego tingkat
1.
kemampuan
yang tertentu,
seperti
dimiliki pasien.
kapasitas untuk uji
2.
realitas, control diri atau
tingkat integritas ego,
dibutuhkan
sebagai
a.
dasar
asuhan
keperawatan kemudian.b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
Memaksimalkan peran Timbal balik diperlukan
1.
serta pasien dalam bagi
pasien
untuk
hubungan terapeutik
menerima
tanggung
jawab terhadap perilaku
dan respon kopingnya
yang maladaptif.
2.
Intervensi Keperawatan
Tawarkan penerimaan tanpa
syarat.
Dengarkan pasien.
Dukung pembahasan tentang
pikiran dan perasaan pasien.
Berespon tanpa mendakwa.
Sampaikan bahwa pasien
adalah
seseorang
yang
berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.
Identifikasi kekuatan ego
pasien.
Arahkan
pasien
sesuai
dengan
kemampuan
minimal :
Mulai dengan meyakinkan
identitas pasien.
Berikan dukungan untuk
mengurangi
tingkat kepanikan (cemas).
Dekati pasien dengan cara
tidak menuntut.
Terima
dan
upayakan
klarifikasi komunikasi verbal
dan non verbal.
Cegah
pasien
dari
pengisolasian diri.
Bina rutinitas yang sederhana
bagi pasien.
Tetapkan
batasan
untuk
perilaku yang tidak tepat.
Orientasi pasien terhadap
realitas.
Kuatkan
perilaku
yang
sesuai.
Tingkatkan aktivitas dan
tugas yang dapat memberikan
pengalaman positif secara
bertahap.
Bantu dalam kebersihan dan
kecantikan diri.
Dukung pasien dalam asuhan
mandiri.
Tingkatkan peran serta pasien
secara
bertahap
dalam
membuat keputusan yang
berkaitan dengan asuhan
dirinya.
Sampaikan bahwa pasien
adalah
individu
yang
5. E
va
lu
as
i
a. A
pakah
b.
c.
d.
e.
ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah,
asal atau waktu ?
Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri yang
lebih besar ?
Apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat ?
Apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan eksplorasi serta evaluasi diri ?
Apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif ?