You are on page 1of 16

Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri

KONSEP DASAR GANGGUAN KONSEP DIRI


1. Pengertian
Konsep diri adalah semua ide, pikiran, perasaan, kepercayaan dan pendirian yang
diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsp diri berkembang secara
bertahap dimulai dari bayi dapat mengenali dan membedakan orang lain ( Suliswati, dkk,
2005 ).
Konsep diri didefinisikan sebagai semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan
orang lain. Konsep diri tidak berbentuk waktu lahir tetapi dipelajari sebagai hasil pengalaman
unik seseorang dalam dirinya sendiri dengan orang terdekat dan dengan realitas kehidupan
( Stuart, 2006 ).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah adalah perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, hilang kepercayaan diri dan merasa gagal mencapai keinginan ( Sujono dan Teguh,
2009 ).
Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekspresikan
(Townsend, 1998).
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap diri dan
kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak langsung (Schult &
Videbeck, 1998).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri
sendiri, termasuk hilangnya, percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan
(Budi Ana Keliat, 1999).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa harga diri rendah adalah
penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa kesesuaian
antara perilaku dengan ideal diri berupa perasaan negatif terhadap kemampuan diri.

2. Komponen konsep diri


a.

Gambaran diri / Citra tubuh


Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik disadari atau tidak disadari
meliputi persepsi masa lalu atau sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan
dan potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan berubah seiring dengan
persepsi dan pengalaman pengalaman baru ( Suliswati, dkk, 2005 ).
Sikap seseorang terhadap tubuhnya baik secara sadar atau tidak sadar. Persepsi dan
perasaan tentang ukuran dan bentuk, fungsi, penampilan serta potensi tubuh saat ini dan masa
lalu. Jika individu menerima dan menyukai dirinya, merasa aman dan bebas dari rasa cemas
disebut self esteem meningkat ( Kusumawati dan Hartono, 2010 ).
b. Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana dia seharusnya berperilaku berdasarkan standar
pribadi. Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginnkan / disukainnya atau
sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri, akan mewujudkan cita cita atau

pengharapan diri berdasarkan norma norma sosial di masyarakat tempat individu tersevut
melahirkan penyesuaian diri ( Suliswati, dkk, 2005 ).
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walupun melakukan
kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa sebagai orang yang penting dan berharga (
Stuart, 2006 ).
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisis
seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan ideal dirinya. Harga diri diperoleh dari diri
sendiri dan orang lain yaitu dicintai, dihormati dan dihargai. Individu akan merasa harga
dirinya tinggi bila sering mengalami keberhasilan, sebaliknya individu akan merasa harga
dirinya rendah bila sering mengalami kegagalan, tidak dicintai atau tidak diterima lingkungan
( Suliswati, dkk, 2005 ).
d. Performa peran
Serangkain pola perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan
fungsi individu di berbagai kelompok sosial. Peran yang ditetapkan adalah peran yang
dijalani dan seseorang tidak mempunyai pilihan. Peran yang diambil adalah peran yang
terpilih atau dipilih oleh individu ( Stuart, 2006 ).
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan oleh
masyarakat dihubungkan dengan fungsi individu di dalam kelompok sosialnya ( Suliswati,
dkk, 2005 ).
e. Identitas pribadi / identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan,
kesinambungan, konsistensi, dan keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan
otonomi dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan identitas dimulai pada
masa bayi dan terus berlangsung sepanjang kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada
masa remaja ( Stuart, 2006 ).
Identitas diri adalah kesadran tentang diri sndiri yang dapat diperoleh individu
dariobservasi dan penilaian terhadap dirinya, menyadari individu bahwa dirinya berdeba
dengan orang lain ( Suliswati, dkk, 2005 ).
3. Tanda dan gejala
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah ( Stuart, 2006 ) mengemukakan 20 cara
individu mengekspresikan secara langsung harga diri rendah yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri dan orang
b. Penurunan produktivitas
c. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
d. Gangguan dalam berhubungan
e. Rasa diri penting yang berlebihan
f. Perasaan yang tidak mampu
g. Rasa bersalah
h. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
i. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri

j.
k.
l.
m.
n.
o.
p.
q.
r.
s.
a.

b.

c.

d.

Ketegangan peran yang dirasakan


Pandangan hidup yang pesimis
Keluhan fisik
Pandangan hidup yang bertentangan
Penolakan terhadap kemampuan personal
Destruktif terhadap diri sendiri
Pengurangan diri
Menarik diri secara sosial
Penyalahgunaan zat
Menarik diri dari realitas dan khawatir
Berdasarkan komponen konsep diri ( Suliswati, dkk, 2005 ) :
Perubahan perilaku pada gangguan citra tubuh :
Menolak menyentuh atau melihat bagian tubuh tertentu
Menolak bercermin
Tidak mau mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh
Menolak usaha rehabilitasi
Usaha pengobatan mandiri yang tidak tepat
Menyangkal cacat tubuh
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah :
Mengkritik diri sendiri
Merasa bersalah dan khawatir
Merasa tidak mampu
Menunda keputusan
Gangguan berhubungan
Menarik diri dari realita
Merusak diri
Membesar besarkan diri sebagai orang penting
Perasaan negatif terhadap tubuh
Ketegangan peran
Pesimis menghadapi hidup
Keluhan fisik
Penyalahgunaan zat
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan keracunan identitas :
Tidak melakukan kode moral
Kepribadian yang bertentangan
Hubungan interpersonal yang eksploratif
Perasaan hampa
Perasaan mengambang tentang diri
Kekacauan identitas seksual
Kecemasan yang tinggi
Ideal diri tidak realistis
Tidak mampu berempati terhadap orang lain
Perubahan perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :
Afektif :

Kehilangan identitas diri


Merasa asing dengan diri sendiri
Perasaan tidak nyata
Merasa sangat terisolasi
Tidak ada perasaan berkesinambungan
Tidak mampu mencari kesenagan
Persepsi :
Halusinasi pendengaran / penglihatan
Kekacauan identitas seksual
Sulit membedakan diri dengan orang lain
Gangguan citra tubuh
Menjalani kehidupan seperti dalam mimpi
Kognitif :
Bingung
Disorientasi waktu
Gangguan berpikir
Gangguan daya ingat
Gangguan penilaian
Perilaku :
Pasif
Komunikasi tidak sesuai
Kurang spontanitas
Kurang pengendalian diri
Kurang mampu membuat keputusan
Menarik diri dari hubungan sosial

4. Penyebab
a. Faktor predisposisi
1) Biologi :
Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat
atau sakit. Stresor fisik atau jasmani yang lain seperti : suhu dingin atau panas, suara bising,
rasa nyeri atau sakit, kelelahan fisik, lingkungan yg tidak memadai dan pencemaran (polusi)
udara atau zat kimia.
2) Psikologi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang,
kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri
yang tidak realistis. Stressor yang lain adalah konflik, tekanan, krisis dan kegagalan.
3) Sosio kultural
Stereotipi peran gender, tuntutan peran kerja, harapan peran budaya, tekanan dari
kelompok sebaya dan perubahan struktur sosial ( http://digilib.unimus.ac.id diunduh 10 Mei
2012 ).
4) Faktor predisposisi gangguan citra tubuh

Kehilangan / kerusakkan bagian tubuh ( anatomi / fungsi ).


Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh ( akibat pertumbuhan dan perkembangan
atau penyakit ).
Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur maupun fungsi tubuh.
Prosedur pengobatan seperi radiasi, kemoterapi, transplantasi.
5) Faktor predisposisi gangguan harga diri
Penolakan dari orang lain.
Kurang penghargaan.
Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu dituruti, terlalu dituntut dan
tidak konsisten.
Persaingan antar saudara.
Kesalahan dan kegagalan yang berulang.
Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan.
6) Faktor predisposisi gangguan peran
Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan, perubahan situasi dan keadaan
sehat sakit.
Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang bertentangan secara terus
menerus yang tidak terpenuhi.
Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang harapan peran yang spesifik
dan bingung tentang tingkah laku peran yang sesuai.
Peran yang terlalu banyak.
7) Faktor predisposisi gangguan identitas diri
Ketidakpercayaan orang tua pada anak.
Tekanan dari teman sebaya.
Perubahan struktur sosial.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu
( internal or external sources ) yang terdiri dari :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan peristiwa yang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran adalah perasaan frustasi ketika individu merasa tidak adekuat melakukan
peran atau melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau tidak merasa cocok
dalam melakukan perannya. Ada 3 jenis transisi peran :
a) Perkembangan transisi, yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Pertumbuhan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma norma budaya, nilai nilai, serta tekanan untuk menyesuaikan diri.
b) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
peristiwa penting dalam kehidupan individu seperti kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat sakit terjadi akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini dapat dicetuskan oleh :
Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
Perubahan fisik yang berkaitan dengan tumbuh kembang normal.
Prosedur medis dan perawatan.

5. Rentang respon konsep diri

a.
b.

c.
d.

Keterangan:
Aktualisasi diri : Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang
pengalaman nyata sukses dan diterima.
Konsep diri : Apabila individu mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi
diri. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisa seberapa sesuai perilaku dirinya dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah
menolak sesuatu yang berharga dan tidak dapat bertanggung jawab atas kehidupan sendiri
akibat gagal menyesuaikan tingkah laku dengan cita-cita.
Kerancuan identitas : Kegagalan aspek individu mengintegrasikan berbagai identifikasi masa
kanak-kanak ke dalam kepribadian psikososial, kepribadian dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri.
(Stuart, 2006).

6. Mekanisme koping

a.
1)
2)
3)

4)
b.

Individu akan memberikan reaksi yang berbeda-beda untuk mengatasi stres. Proses
koping terhadap stres menjadi pedoman untuk mengatasi reaksi stres. Koping sebagai proses
dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan ( baik
tuntutan itu yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan )
dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi penuh stres
( Gustiarti, 2002 ) .
Mekanisme koping terdiri dari pertahanan jangka pendek atau jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan. Mekanisme koping pada klien dengan gangguan konsep diri
dibagi dua yaitu :
Koping jangka pendek
Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri ( misalnya : konser
musik, bekerja keras, dan obsesi nonton televisi ).
Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya : ikut serta dalam
kelompok sosial, agama, politik, kelompok, gerakan atau genk ).
Aktivitas yang sementara menguatkan atau menigkatkan perasaan diri tak menentu
( misalnya : olah raga yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas ).
Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk membuat identitas diluar dari hidup
yang tidak bermakna saat ini ( misalnya penyalahgunaan obat ).
Koping jangka panjang

Mekanisme jangka panjang meliputi :


1) Penutupan identitas merupakan adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang
terdekat tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
2) Identitas negatif merupakan asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang
diterima masyarakat. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,
isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ), splitting, berbalik marah terhadap diri sendiri,
dan amuk ( Stuart, 2006 ).
c. Mekanisme pertahanan ego, yang sering dipakai :
1) Fantasi, kemampuan mengguanakan tanggapan tanggapan yang sudah ada ( dimiliki )
untuk menciptakan tanggapan baru.
2) Disosiasi, respon yang tidak sesuai dengan stimulus
3) Isolasi, menghindarkan diri dari interaksi dengan lingkungan luar
4) Projeksi, kelemahan dan kekurangan pada diri sendiri dilontarkan pada orang lain
5) Displacement, mengeluarkan perasaan perasaan yang tertekan pada orang yang kurang
mengancam dan kurang menimbulkan reaksi emosi

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN KONSEP DIRI


1. Pengkajian
a.

1)
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
n)
o)
p)
q)
2)
a)

Perilaku
Pengumpulan data yang dilakukan oleh perawat meliputi perilaku yang obyektif dan teramati
serta bersifat subyektif dan dunia dalam pasien sendiri. Perilaku berhubungan dengan harga
diri yang rendah, kerancuan identitas dan depersonalisasi.
Perilaku yang berhubungan dengan harga diri yang rendah :
Mengkritik diri sendiri atau orang lain
Penurunan produktifitas
Destruktif yang di arahkan pada orang lain
Gangguan dalam berinteraksi
Rasa diri penting yang berlebihan
Rasa bersalah
Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
Perasaan negative mengenai tubuhnya sendiri
Ketegangan peran yang di rasakan
Pandangan hidup yang pesimis
Keluhan fisik.
Pandangan hidup yang bertentangan
Penolakan terhadap kemampuan personal
Destruktif terhadap diri sendiri
Menarik diri secara sosial
Menarik diri dari realitas
Khawatir
Perilaku yang berhubungan dengan kerancuan identitas :
Tidak ada kode moral

b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
3)
a)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
b)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
c)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
d)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
b.

Sifat kepribadian yang bertentangan


Hubungan interpersonal eksploitatif
Perasaan hampa
Perasaan mengambang tentang diri sendiri
Kerancuan gender
Tingkat ancietas yang tinggi
Ketidakmampuan untuk empati terhadap orang lain
Kehilangan keautentikan
Masalah intimasi
Perilaku yang berhubungan dengan depersonalisasi :
Afektif
Mengalami kehilangan identitas
Perasaan asing terhadap diri sendiri
Perasaan tidak aman, rendah diri, takut, malu
Perasaan tidak realistis
Rasa terisolasi
Kurang rasa kesinambungan dalam diri
Ketidakmampuan untuk mencari kesenangan atau perasaan untuk mencapai sesuatu ( tidak
ada rasa puas )
Perseptual
Halusinasi penglihatan dan pendengaran
Kebingungan tentang seksual diri sendiri
Kesulitan membedakan diri sendiri dengan orang lain
Gangguan citra tubuh / gambaran diri
Mengalami dunia seperti dalam mimpi
Kognitif
Bingung / kacau
Disorientasi waktu
Gangguan / distorsi berfikir
Gangguan daya ingat
Gangguan penilaian
Adanya kepribadian yang terpisah dalam diri orang yang sama
Perilaku
Afek yang tumpul
Keadaan emosi yang pasif dan tidak berespon
Komunikasi yang tidak serasi atau ideosinkratik
Kurang spontanitas dan animasi
Kehilangan kendali terhadap impuls
Tidak ada inisiatif dan mampu mengaambil keputusan
Menarik diri secara sosial
Faktor predisposisi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang meliputi :

1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lan serta ideal diri yang tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran meliputi streotipik, peran seks, tuntutan peran
kerja dan harapan peran cultural.
3) Faktor yang memepengaruhi identitas personal meliputi ketidak percayaan orang tua,
tekanan dari kelompok sebaya dan perubahan dalam stuktur social.
c. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dapat disebabkan oleh faktor dari dalam atau faktor dari luar individu, yang
dibagi menjadi :
1) Ketegangan peran adalah stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami individu
dalam peran atau posisi yang diharapkan seperti konsep berikut ini :
a) Konflik peran : ketidak sesuaian peran antara yang dijalankan dengan yang diinginkan.
b) Peran yang tidak jelas : kurang pengetahuan individu tentang peran yang dilakukannya.
c) Peran berlebihan : kurang sumber yang adekuat untuk menamppilkan seperangkat peran
yang kompleks.
2) Perkembangan transisi yaitu perubahan norma yang berkaitan dengan individu, termasuk
keluarga dan norma-norma kebudayaan, nilai-nilai untuk menyesuaikan diri.
3) Situasi transisi peran adalah bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang berarti.
4) Transisi peran sehat-sakit yaitu peran yang diakibatkan oleh keadaan sehat atau keadaan
sakit. Transisi ini dapat disebabkan oleh :
a) Kehilangan bagian tubuh.
b) Perubahan ukuran dan bentuk, penampilan atau fungsi tubuh.
c) Perubahan fisik yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
d) Prosedur pengobatan dan perawatan.
5) Ancaman fisik seperti pemakaian oksigen, kelelahan, ketidak seimbangan bio-kimia,
gangguan penggunaan obat, alkohol dan zat.
d. Stressor pencetus
Stressor pencetus ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal :
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam kehidupan.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan dimana individu
mengalaminya sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran :
a) Transisi peran perkembangan yaitu perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan untuk penyesuaian diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui
kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat ke keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh :
(1) Kehilangan bagian tubuh.
(2) Perubahan ukuran, bentuk, penampilan dan fungsi tubuh.
(3) Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang normal.

(4) Prosedur medis dan keperawatan.


e. Sumber-sumber koping
Semua orang yang terganggu perilakunya tetap mempunyai beberapa kelebihan personal
meliputi :
1) Aktivitas olah raga dan aktivitas lain di luar rumah.
2) Hobi dan kerajinan tangan.
3) Seni yang ekspresif.
4) Kesehatan dan perawatan diri.
5) Pekerjaan, vokasi atau posisi.
6) Bakat tertentu.
7) Kecerdasan.
8) Imajinasi dan kreativitas.
9) Hubungan interpersonal.
f.

1)
2)
3)
4)

1)
2)

Mekanisme koping
Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang serta
penggunaan mekanisme pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan jangka pendek meliputi :
Aktivitas yang dapat memberikan pelarian sementara dari krisis identitas misalnya konser
musik, bekerja keras, dan menonton televisi secara obsesif.
Aktivitas yang dapat memberikan identitas pengganti sementara misalnya ikut serta dalam
aktivitas social, agama, klub politik, kelompok atau geng.
Aktivitas yang secara sementara menguatkan perasaan diri misalnya olah raga yang
kompetitif, pencapaian akademik, konteks untuk mendapatkan popularitas.
Aktivitas yang mewakili upaya jangka pendek untuk membuat masalah identitas menjadi
kurang berarti dalam kehidupan individu misalnya penyalahgunaan obat.
Pertahanan jangka panjang meliputi :
Penutupan identitas, adopsi identitas prematur yang diinginkan oleh orang yang penting baik
individu tanpa memperhatikan keinginan, aspirasi dan potensi diri individu tersebut.
Identitas negative, asumsi identitas yang tidak wajar untuk dapat diterima oleh nilai dan
harapan masyarakat.

2. Diagnosa keperawatan
Masalah-masalah konsep diri berkaitan dengan perasaan-perasaan ansietas,
bermusuhan dan rasa bersalah. Perasaan ini sering menimbulkan proses penyebaran diri dan
sirkuler bagi individu yang dapat menimbulkan respon koping maladaptif yang paling hebat.
Respon dapat terlihat dalam berbagai pengalaman yang mengancam integritas fisik dan
integritas system diri seseorang.
Pengkajian keperawatan yang lengkap mencakup semua respon maladaptive pasien.
Banyak masalah keperawatan tambahan akan diidentifikasi berdasarkan bagaimana konsep
diri dipengaruhi oleh berbagai area kehidupan.

a.
1)
2)
3)
4)
5)
b.
1)
c.
d.
1)
2)
3)
4)
5)
6)

Diagnosa Keperawatan Nanda yang berhubungan dengan respon konsep diri :


Gangguan citra tubuh
Komunikasi,kerusakan verbal
Koping, individu inefektif
Gangguan penyaluran energi
Berduka, disfungsi
Keputusasaan
Gangguan identitas personal
Ketidakberdayaan.
Penampilan peran, perubahan
1) Defisit perawatan diri
Gangguan harga diri
Perubahan persepsi sensoris
Pola seksualitas, perubahan
Interaksi sosial
Distress spiritual kesejahteraan spiritual, potensi untuk di tingkatkan.
Proses pikir, perubahan
Amuk, resiko terhadap

DIAGNOSA MEDIS DSM-IV YANG BERHUBUNGAN DENGAN RESPON


KONSEP DIRI
Diagnosa DSM-IV
Gambaran Penting
Masalah Identitas
Ketidakpastian tentang banyak masalah
yang terkait dengan identitas seperti
tujuan jangka panjang, pilihan karir,
pola persahabatan, orientasi dan
perilaku seksual, nilai moral, dan
loyalitas kelompok.
Amnesia Disosiatif
Gangguan yang utama yaitu adanya
satu
atau
lebih
episode
ketidakmampuan untuk mengingat
kembali informasi personal yang
penting, biasanya bersifat traumatis
atau menimbulkanstres, yang terlalu
ekstensif untuk di jelaskan oleh
seseorang yang asalnya pelupa.
Fuga Disosiatif
Gangguan utama terjadi secara tibatiba, melakukan perjalanan jauh dari
rumah atau ke tempat biasa bekerja
tanpa
direncanakan,
dengan
ketidakmampuan untuk mengingat yang
lalu. Bingung tentang identitas personal
atau mengasumsi identitas baru.
Identitas Disosiatif ( Kelainan
Adanya dua atau lebih identitas atau
Kepribadian Ganda )
keadaan kepribadian (tiap kepribadian
mempunyai
pola
persepsi,
berhubungan, dan berpikir tentang didi
sendiri dan lingkungan yang berbeda).
Sedikitnya dua identitas atau keadaan
kepribadian mengendalikan perilaku
seseorang. Ketidakmampuan untuk
mengingat informasi personal yang
terlalu ekstensif untuk dijelaskan oleh
seorang asalnya biasa.
Kelainan Depersonalisasi
Pengalaman yang timbul kembali atau
menetap berupa perasaan terpisah dari
proses kejiwaan atau tubuh seseorang
dan sepertinya berada dalam posisi
pengamat (misal : perasaan seperti
sedang bermimpi). Selama mengalami
depersonalisasi, uji realitas tetap utuh.
Depersonalisasi menyebabkan distress
klinis atau kerusakan fungsi yang
bermakna.

3. Perencanaan Keperawatan

juan Umum : Meningkatkan aktualisasi diri pasien dengan membantu menumbuhkan, mengembangkan,
menyadari potensi sambil mencari kompensasi ketidak mampuan.
juan Khusus : Pasien dapat mengenal dukungan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang
berhubungan dengan konsep diri dan membantu pasien agar lebih mengerti akan dirinya
secara tepat.
RENCANA PENYULUHAN PASIEN HUBUNGAN KELUARGA
Isi
Aktivitas Instruksional
Evaluasi
Definisikan
konsep Bahas perbedaan antara Pasien mengidentifikasi
tentang perbedaan diri tingkat perbedaan diri tingkat fungsi asalnya.
pada dalam keluarga asal yang tinggi dan rendah.
individu.
Minta
pasien
untuk
mengidentifikasi tingkat
fungsi antara anggota
keluarga.
Uraikan
karakteristik
1. Analisa jenis dan pola
1. Pasien menguraikan pola
penyatuan emosi, jalan hubungan keluarga.
interaksi dalam keluarga
pintas
emosi
dan
2. Gunakan kertas dan sendiri.
triangulasi.
pensil untuk menggambar
2. Pasien mengidentifikasi
diagram pola keluarga.
peran dan perilakunya.
Bahas
peran
1. Buat pasien agar peka
1. Pasien
mengenali
pembentukan
dan terhadap
dinamika konstribusi
keluarga
pembawa gejala dalam keluarga dan manifestasi terhadap
stres
yang
keluarga.
stres.
dialami oleh anggota
2. Dukung
komunikasi keluarga.
keluarga.
2. Pasien
menghubungi
anggota keluarga.
Uraikan
genogram
1. Gunakan papan tulis
1. Pasien
memperoleh
keluarga dan perlihatkan untuk menggambarkan informasi
yang
bagaimana membuatnya. genogram keluarga.
sesungguhnya
tentang
2. Tugaskan
genogram keluarga.
keluarga.
2. Pasien
menyusun
genogram keluarga.
Analisa kebutuhan akan
1. Bermain peran interaksi Pasien
menunjukkan
obyektivitas
dan dengan berbagai anggota tingkat perbedaan yang
tanggung jawab untuk keluarga.
tinggi
dari
keluarga
mengubah
perilaku
2. Dukung uji coba cara asalnya.
sendiri
dan
bukan berinteraksi yang baru
perilaku orang lain.
dengan anggota keluarga.

4. Implementasi

a.
b.
c.
d.
e.

Intervensi keperawatan membantu pasien memeriksa penilaian kognitif dirinya terhadap


situasi yang berhubungan dengan perasaan untuk membantu pasien meningkatkan
penghayatan diri dan kemudian melakukan tindakan untuk mengubah perilaku. Pendekatan
penyelesaian masalah ini memerlukan tingkat intervensi yang progresif meliputi :
Memperluas kesadaran diri.
Eksplorasi diri.
Evaluasi diri.
Perencanaan yang realistis.
Komitmen atau bertanggung jawab terhadap tindakan.

Prinsip
Rasional
Tujuan : Memperluas Kesadaran Diri Pasien
Bina
hubungan Kurangi ancaman yang
1.
terbuka, saling percaya terlihat dalam sikap
perawat
terhadap
2.
pasien, bantu pasien
3.
untuk meluaskan dan
menerima semua aspek
4.
kepribadian
5.

Bekerja
dengan Kekuatan ego tingkat
1.
kemampuan
yang tertentu,
seperti
dimiliki pasien.
kapasitas untuk uji
2.
realitas, control diri atau
tingkat integritas ego,
dibutuhkan
sebagai
a.
dasar
asuhan
keperawatan kemudian.b.

c.
d.

e.
f.
g.
h.
i.
j.

k.
l.
Memaksimalkan peran Timbal balik diperlukan
1.
serta pasien dalam bagi
pasien
untuk
hubungan terapeutik
menerima
tanggung
jawab terhadap perilaku
dan respon kopingnya
yang maladaptif.
2.

Intervensi Keperawatan
Tawarkan penerimaan tanpa
syarat.
Dengarkan pasien.
Dukung pembahasan tentang
pikiran dan perasaan pasien.
Berespon tanpa mendakwa.
Sampaikan bahwa pasien
adalah
seseorang
yang
berharga dan bertanggung
jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri.
Identifikasi kekuatan ego
pasien.
Arahkan
pasien
sesuai
dengan
kemampuan
minimal :
Mulai dengan meyakinkan
identitas pasien.
Berikan dukungan untuk
mengurangi
tingkat kepanikan (cemas).
Dekati pasien dengan cara
tidak menuntut.
Terima
dan
upayakan
klarifikasi komunikasi verbal
dan non verbal.
Cegah
pasien
dari
pengisolasian diri.
Bina rutinitas yang sederhana
bagi pasien.
Tetapkan
batasan
untuk
perilaku yang tidak tepat.
Orientasi pasien terhadap
realitas.
Kuatkan
perilaku
yang
sesuai.
Tingkatkan aktivitas dan
tugas yang dapat memberikan
pengalaman positif secara
bertahap.
Bantu dalam kebersihan dan
kecantikan diri.
Dukung pasien dalam asuhan
mandiri.
Tingkatkan peran serta pasien
secara
bertahap
dalam
membuat keputusan yang
berkaitan dengan asuhan
dirinya.
Sampaikan bahwa pasien
adalah
individu
yang

5. E

va
lu
as
i
a. A
pakah

b.
c.
d.
e.

ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien telah menurun dalam sifat, jumlah,
asal atau waktu ?
Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri dan persetujuan diri yang
lebih besar ?
Apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara adekuat ?
Apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan eksplorasi serta evaluasi diri ?
Apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif ?

You might also like

  • Tes Mantoux
    Tes Mantoux
    Document2 pages
    Tes Mantoux
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • LP Adhf
    LP Adhf
    Document11 pages
    LP Adhf
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Sap TBC
    Sap TBC
    Document14 pages
    Sap TBC
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Diagnosa Adhf
    Diagnosa Adhf
    Document3 pages
    Diagnosa Adhf
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • An Tropo Metri
    An Tropo Metri
    Document3 pages
    An Tropo Metri
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Standar Operasional Perosedur Memasang Ogt
    Standar Operasional Perosedur Memasang Ogt
    Document3 pages
    Standar Operasional Perosedur Memasang Ogt
    Iip Sanes Saepudin
    No ratings yet
  • Asuhan Keperawatan Teoritis
    Asuhan Keperawatan Teoritis
    Document9 pages
    Asuhan Keperawatan Teoritis
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • LP Difteri Tonsil
    LP Difteri Tonsil
    Document24 pages
    LP Difteri Tonsil
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
    Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
    Document19 pages
    Proposal Terapi Aktivitas Kelompok
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Leaflet
    Leaflet
    Document2 pages
    Leaflet
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Tumbuh Kembang Bahasa
    Tumbuh Kembang Bahasa
    Document13 pages
    Tumbuh Kembang Bahasa
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • LP Isos
    LP Isos
    Document14 pages
    LP Isos
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Satuan Acara Penyuluhan
    Satuan Acara Penyuluhan
    Document1 page
    Satuan Acara Penyuluhan
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Kesan Pesan
    Kesan Pesan
    Document1 page
    Kesan Pesan
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    100% (1)
  • Latihan Baru
    Latihan Baru
    Document45 pages
    Latihan Baru
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Sap Halusinasi
    Sap Halusinasi
    Document10 pages
    Sap Halusinasi
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    Document15 pages
    Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
    DyanaHarun
    No ratings yet
  • Kebersihan Rambut
    Kebersihan Rambut
    Document11 pages
    Kebersihan Rambut
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    100% (1)
  • Proposal Ade
    Proposal Ade
    Document4 pages
    Proposal Ade
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Lembar Observasi
    Lembar Observasi
    Document2 pages
    Lembar Observasi
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Pengertian Narkoba
    Pengertian Narkoba
    Document14 pages
    Pengertian Narkoba
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Cover KD1
    Cover KD1
    Document1 page
    Cover KD1
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Benar 2
    Benar 2
    Document2 pages
    Benar 2
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document2 pages
    Daftar Isi
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Analisa Univariat
    Analisa Univariat
    Document6 pages
    Analisa Univariat
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Bab I
    Bab I
    Document38 pages
    Bab I
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Eeee
    Eeee
    Document19 pages
    Eeee
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Formulir Pendaftaran
    Formulir Pendaftaran
    Document1 page
    Formulir Pendaftaran
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Amelia Fitri
    Amelia Fitri
    Document3 pages
    Amelia Fitri
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet
  • Dokumentasi Keperawatan
    Dokumentasi Keperawatan
    Document19 pages
    Dokumentasi Keperawatan
    Ruri Marhamah Vina Salsabila
    No ratings yet