Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. M
Umur
: 41 tahun
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Swasta
Status
: Menikah
Alamat
No.RM
: 079869
: Anyelir
2.2 ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan muntah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh muntah kurang lebih 1 minggu muntah bisa 5 kali sehari,
muntah keluar cairan warna hijau tidak ada lendir, tidak ada buih, tidak disertai
darah, muntah bercampur dengan makanan, volumenya kurang lebih 1 gelas
blimbing. Pasien juga mengeluh nyeri perut diulu ati bertambah berat jika
melakukan aktivitas dan berkurang jika di seko botol air hangat yang
ditempelkan di perut. Nafsu makan dan minum menurun, mual (-), demam (-),
BAK dbn, BAB sebelum masuk ke klinik Graha Syifa berwarna hitam dan
kecil kecil.
Pasien sudah berobat ke RS Ken Saras dirawat inap selama 1 minggu dengan
diagnosa dispepsia dan membaik, 1 minggu kemudian pasien mengeluh nyeri
perut dan di rawat diGraha Syifa 1 minggu dengan gastritis berulang dan belum
membaik, akhirnya dirujuk ke RSUD Ambarawa, di klinik graha syifa diberi
obat Sucralfat syr, inj. Ranitidine, Inj. Ondaserton dan Inf RL. Waktu di rawat
inap di RS ken saras sudah dilakukan gastrocopy dengan kesan ulkus gaster dan
terdapat baketri H. Pylori.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit
RR: 23 x/menit
Suhu : 36 C
Saturasi : 99%
Status Generalis
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak. Palpasi : ictus cordis teraba.
Perkusi : batas atas kiri ICS II LPS sinistra, batas atas kanan ICS II LPS
dekstra, batas bawah kiri ICS V LMC sinistra, batas bawah kanan ICS IV
LPS dextra. Auskultasi : S1-S2 reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru
Inspeksi : bentuk normal, pergerakan simetris saat statis dan dinamis.
Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri. Perkusi : Sonor.
Auskultasi: vesikular breath sound (+), rhonkhi (-), wheezing (-)
Abdomen
Inspeksi : supel (+), Auskultasi : BU (+) normal. Palpasi : hepar dan lien
tidak teraba. Perkusi : timpani (+),
Ekstremitas
Superior : akral hangat, udema (-/-), capillary refill <2 detik
Inferior : akral hangat, udema (-/-), capillary refill < 2 detik
Pemeriksaan
H
a
s
i
l
Nil
ai
Ruj
uka
n
Satuan
DARAH LENGKAP
Hemoglobin
1
3
,
7
12,
5
15,
5
g/d
L
Leukosit
1
0
4
10
Rib
u
Eritrosit
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Trombosit
Limfosit
Monosit
Eosinofil
,
4
4
,
3
7
4,5
5,4
3
8
,
7
9
0
,
8
3
1
,
4
3
4
,
5
1
2
,
4
35
47
82
98
27
pg
32
36
g/d
L
10
16
6
,
6
2
3
7
1
,
4
0
,
1
711
150
400
1,0
4,5
0,2
1,0
Juta
Mik
ro
m3
Mik
ro
m3
Rib
u
103 /
mik
ro
103 /
mik
ro
0,0
103 /
,
0
40,8
mik
ro
Basofil
Neutrofil
Limfosit %
Monosit %
Eosinofil %
Basofil %
Neutrofil %
0
,
0
9
,
0
00,2
1,87,5
25
40
2
8
2 4
0 1
50
70
103 /
mik
ro
103 /
mik
ro
1
3
,
1
L
0
,
5
L
0
,
2
0
,
1
8
6
,
1
H
PCT
0
,
1
5
5
0,2
0,5
KIMIA KLINIK
Total Protein
6
,
3
6
6 8
g/d
L
Albumin
Globulin
Cholesterol
Natrium
Kalium
3,4
4,8
g/d
L
2,0
4,0
g/d
L
<200
Dianjurk
an
200-239
Resiko
Sedang
240
Resiko
Tinggi
136-146
mg/
dL
mm
ol/L
3,5-5,1
mm
ol/L
89-106
mm
ol/L
3
,
8
6
2
,
5
0
1
2
9
1
0
9
,
2
L
2
,
1
4
L
Clorida
5
3
,
7
L
Multiple lesi opak para vertebra kanan setinggi VL 1-2 curiga batu ginjal
dd/ cholelitiasis
Multiple lesi opak para vertebra kiri VL 2-3 curiga batu ginjal kanan
2.5 DIAGNOSIS
Sindrom dispepsia
2.6 PENATALAKSANAAN
1. Infus RL 20 tpm
2. Inj. Ketorolac 3x30 mg
3. Inj. Ceftriaxone 2 x 1 gr
4. Inj. Ranitidine 2 x 1 amp
5. Inj. Ondanserton 3x4 mg
6. KSR tab 3x1
7. Sucarlfat syr 3x1 C
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di ulu hati, kembung, mual,
muntah, sendawa, rasa cepat kenyang, perut rasa penuh atau begah.1
dengan gastritis. Hal ini sebaiknya dihindari karena gastritis adalah suatu
diagnosa patologik, dan tidak semua dispepsia disebabkan oleh gastritis dan
tidak semua kasus gastritis yang terbukti secara patologi anatomik disertai gejala
dispepsia. Karena dispepsia dapat disebabkan oleh banyak keadaan maka dalam
menghadapi sindrom klinik ini penatalaksanaannya seharusnya tidak seragam.3
2. Dispepsia non organik atau dispepsia fungsional, atau dispesia non ulkus,
bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan
atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium,
radiologi, dan endoskopi setelah 3 bulan dengan gejala dispepsia.7
Manifestasi Klinis
dominan, membagi
a.
b.
c.
d.
Mudah kenyang
Perut cepat terasa penuh saat makan
Mual
Muntah
e.Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
Rasa tak nyaman bertambah saat makan
2.2 ETIOLOGI
yang tidak terbukti adanya kelainan atau gangguan organic atau structural
biokimia, yaitu dispepsia fungsional atau dispepsia non ulkus.1
1. Obat-obatan
metronidazole),
Kortikosteroid,
Besi,
KCl,
Levodopa,
Digitalis,
Niacin,
Estrogen,
Gemfibrozil,
Etanol
(alkohol),
Narkotik,
Quinidine,
Theophiline.8-10
2. Idiosinkrasi makanan (intoleransi makanan)
a. Alergi susu sapi, putih telur, kacang, makanan laut, beberapa jenis produk
kedelai dan beberapa jenis buah-buahan
b. Non-alergi
penyakit dasarnya, misalnya pada penyakit pankreas dan empedu tidak bisa
mentoleransi makanan berlemak, jeruk dengan pH yang relatif rendah sering
memprovokasi gejala pada pasien ulkus peptikum atau esophagitis.10
3. Kelainan struktural
a. Penyakit oesophagus
Akhalasia
Obstruksi esophagus
Karsinoma gaster
Kholesistitis
d. Penyakit pankreas
Pankreatitis
Karsinoma pankreas
e. Penyakit usus
Malabsorbsi
Angina abdominal
Karsinoma kolon
5. Lain-lain
a. Penyakit jantung iskemik
b. Penyakit kolagen5-11
Dispepsia fungsional
organik
atau
metabolik
tetapi
merupakan
kelainan
fungsi
dari
saluran
dispepsia fungsional.12
Gastralgia
Dispepsia karena asam lambung
Dispepsia flatulen
Dispepsia alergik
Dispepsia essensial
Pseudoobstruksi intestinal kronik
Kelainan susunan saraf pusat (CVD, epilepsi).
Psikogen : Histeria, psikosomatik
lambung
berperan
sebagai
pembunuh
mikroorganisme
dan
Fase
Sekresi
Sefalik
diatur
sepenuhnya
melalui
saraf.
Penginderaan penciuman dan rasa akan menimbulkan impuls saraf aferen, yang
di sistem saraf pusat akan merangsang serabut vagus. Stimulasi nervus vagus
akan menyebabkan dibebaskannya asetilkolin dari dinding lambung. Ini akan
menyebabkan stimulasi langsung pada sel parietal dan sel epitel serta akan
membebaskan gastrin dari sel G antrum. Melalui aliran darah, gastrin akan
sampai pada sel parietal dan akan menstimulasinya sehingga sel itu membebaskan asam klorida. Pada sekresi asam klorida ini, histamin juga ikut
berperan. Histamin ini dibebaskan oleh mastosit karena stimulasi vagus (gambar
3). Secara tak langsung dengan pembebasan histamin ini gastrin dapat bekerja.13
Rangsang
bau dan
rangsang
Degranulasi
mastosit
Pembebasan
Rangsang
n. Vagus
Rangsang
Lokal
(makanan
Rangsang
Ganglion
Stimulasi
sel G
Pembeb
asan
asethilk
Pembebasa
Pembebasan
Stimulasi
Sel
2.4 PATOFISIOLOGI
distensi gaster atau intestinum, oleh karena itu mungkin akibat: makanan yang
sedikit mengiritasi seperti makanan pedas, distensi udara, gangguan kontraksi
gaster intestinum atau distensi dini bagian Antrum postprandial dapat
menginduksi nyeri pada bagian ini.10
morbiditas psikiatri lebih tinggi secara bermakna pada pasien dispepsia non
ulkus daripada subyek kontrol yang sehat.Banyak pasien mengatakan bahwa
stres mencetuskan keluhan dispepsia. Beberapa studi mengatakan stres yang
lama menyebabkan perubahan aktifitas vagal, berakibat gangguan akomodasi
dan motilitas gaster.Kepribadian dispepsia non ulkus menyerupai pasien
Sindrom Kolon Iritatif dan dispepsia organik, tetapi disertai dengan tanda
neurotik, ansietas dan depresi yang lebih nyata dan sering disertai dengan
keluhan non-gastrointestinal ( GI ) seperti nyeri muskuloskletal, sakit kepala dan
mudah letih. Mereka cenderung tiba-tiba menghentikan kegiatan sehari-harinya
akibat nyeri dan mempunyai fungsi sosial lebih buruk dibanding pasien
dispepsia organik. Demikian pula bila dibandingkan orang normal. Gambaran
psikologik dispepsia non ulkus ditemukan lebih banyak ansietas, depresi dan
neurotik.5
fungsional GI, termasuk di sini Sindrom Kolon Iritatif, nyeri dada non-kardiak
dan nyeri ulu hati fungsional. Lebih dari 80% dengan Sindrom Kolon Iritatif
menderita dispepsia dan lebih dari sepertiga pasien dengan dispepsia kronis juga
mempunyai gejala Sindrom Kolon Iritatif. Pasien dengan kelainan seperti ini
sering ada gejala extra GI seperti migrain, myalgia dan disfungsi kencing dan
ginekologi. Pada anamnesis dispepsia jangan lupa menanyakan gejala Sindrom
yang
terjadi karena kandungan asam dalam obat tersebut bersifat korosif, sehingga
merusak sel-sel epitel mukosa. Pemberian aspirin juga dapat menurunkan sekresi
bikarbonat dan mukus oleh lambung, sehingga kemampuan faktor defensif
terganggu.13
mukosa
Aspirin, alkohol, garam empedu dan zat zat lain yang merosak
lambung
mengubah
permeabilitas
sawar
epitel,
sehingga
fundus. Selain itu, kadar asam yang rendah dalam analisis lambung pada
penderita ulkus peptikum diduga disebabkan oleh meningkatnya difusi balik dan
bukan disebabkan oleh produksi yang berkurang. 13
dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut
dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin
disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa
penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan
bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun,
mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).6
Dispepsia Organik
a. Dispepsia Ulkus
negara negara barat prevalensi ulkus lambung lebih rendah dibandingkan dengan
ulkus duodeni. Sedang di negara berkembang termasuk Indonesia frekuensi ulkus
lambung lebih tinggi. Ulkus lambung biasanya diderita pada usia yang lebih tinggi
dibandingkan ulkus duodeni.4
Gejala utama dari ulkus peptikum adalah hunger pain food relief. Untuk
ulkus duodeni nyeri umumnya terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan, dan penderita
sering terbangun di tengah malam karena nyeri. Tetapi banyak juga kasus kasus
yang gejalanya tidak jelas dan bahkan tanpa gejala. Pada ulkus lambung seringkali
gejala hunger pain food relief tidak jelas, bahkan kadang kadang penderita justru
merasa nyeri setelah makan.15
infeksi H. pylori, dan ternyata sedikitnya 95% kasus ulkus duodeni adalah H. pylori
positif, sedang hanya 70% kasus ulkus lambung yang H. pylori positif.13
b.
GERD
Dahulu GERD dimasukkan dalam dispepsia fungsional tetapi setelah
ditemukan dasar-dasar organik maka GERD dimasukan kedalam dispepsia organik.
Penyakit
ini
disebabkan
Inkompetensi/relaksasi
sphincter
cardia
yang
o
o
o
o
o
Heart Burn
Rasa panas di epigastrium
Rasa nyeri retrosternal
Regurgitasi asam
Pada kasus berat : ada gangguan menelan
o Nafas pendek
o Wheezing
o Batuk-batuk
Gambaran Endoskopi:
Didapatkan lesi berupa robekan pada daerah spinter esophagus yang dibagi
menjadi 4 derajat (Pembagian Los Angeles) :
Grade A :
Grade B :
Ada robekan mukosa yang lebih dari 5 mm dan kalau ada robekan mukosa di
tempat lain tidak berhubungan dengan robekan mukosa yang pertama.
Grade C :
Grade D :
Dispepsia Fungsional
atau anamnesis dengan lengkap. Berapa sering terjadi keluhan dispepsia, sejak
kapan terjadi keluhan, adakah berkaitan dengan konsumsi makanan? Adakah
pengambilan obat tertentu dan aktivitas tertentu dapat menghilangkan keluhan
atau memperberat keluhan? Adakah pasien mengalami nafsu makan menghilang,
muntah, muntah darah, BAB berdarah, batuk atau nyeri dada?11
alkohol dan jamu yang dijual bebas di masyarakat perlu ditanyakan dan kalau
mungkin harus dihentikan. Hubungan dengan jenis makanan tertentu
perlu
Pasien ulkus peptikum biasanya berumur lebih dari 45 tahun, merokok dan nyeri
berkurang dengan mencerna makanan tertentu atau antasid. Nyeri sering
membangunkan pasien pada malam hari banyak ditemukan pada ulkus
duodenum. Gejala esofagitis sering timbul pada saat berbaring dan
membungkuk setelah makan kenyang yaitu perasan terbakar pada dada, nyeri
dada yang tidak spesifik (bedakan dengan pasien jantung koroner), regurgitasi
dengan gejala perasaan asam pada mulut. Bila gejala dispepsia timbul segera
setelah makan biasanya didapatkan pada penyakit esofagus, gastritis erosif dan
karsinoma. Sebaliknya bila muncul setelah beberapa jam setelah makan sering
terjadi pada ulkus duodenum. Pasien dispepsia non ulkus
lebih sering
mengeluhkan gejala di luar GI, ada tanda kecemasan atau depresi, atau
mempunyai riwayat pemakaian psikotropik. 2, 6-11
atau intra lumen yang padat misalnya tumor, organomegali, atau nyeri tekan
sesuai dengan adanya ransang peritoneal/peritonitis.1
paru
untuk
mengetahui
konsolidasi.
Perhatikan
dan
lakukan
2. Barium enema untuk memeriksa esophagus, Lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan
berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
seperti terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari
intestin terutama di jejunum yang disebut sentina loops.1
.10
2.9 DIAGNOSIS
keluhan atau gejala dan bukan merupakan suatu diagnosis. Diferensial diagnosis
dyspepsia adalah seperti box 1. Sangat penting mencari clue atau penanda akan
gejala dan keluhan yang merupakan etiologi yang bisa ditemukan berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. 50%60% kasus, didapati tidak ada penyebab
yang terdeteksi di mana pasien dikatakan merupakan dispepsia fungsional.
Prevalensi ulkus peptikum adalah 15%- 25% dan prevalensi esofagitis adalah
5%-15%. Kanker digestif bagian atas < 2%. Disebabkan kanker digestif bagian
atas jarang pada umur <50 tahun, pemeriksaan endoskopi direkomendasi pada
pasien yang berusia > 50 tahun. Juga direkomendasi pada pasien yang
mangalami penurunan berat badan yang signifikan, terjadi pendarahan, dan
digoxin.
Malabsorbsi Karbohidrat (lactose, fructose, sorbitol).
Cholelithiasis or choledocholithiasis.
Pankreatitis Kronik.
Penyakit sistemik (diabetes, thyroid, parathyroid, hypoadrenalism, connective
tissue disease).
Parasit intestinal.
Keganasan abdomen (terutama kanser pancreas dan gastrik).
2.11 PENATALAKSANAAN
1. Antasid
2. Antikolinergik
Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang
agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang
dapat menekan seksresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga
memiliki efek sitoprotektif.10
3. Antagonis reseptor H2
organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan
antagonis reseptor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan
famotidin.10,15
akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI
adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol. Waktu paruh PPI adalah
~18jam ; jadi, bisa dimakan antara 2 dan 5 hari supaya sekresi asid gastrik
kembali kepada ukuran normal. Supaya terjadi penghasilan maksimal,
digunakan sebelum makan yaitu sebelum sarapan pagi kecuali omeprazol.15
5. Sitoprotektif
(PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh
sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen,
yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus
dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif
(site
protective),
yang
bersenyawa
dengan
protein
sekitar
lesi mukosa saluran cerna bagian atas. Toksik daripada obat ini jarang, bisa
menyebabkan konstipasi (23%). Kontraindikasi pada pasien gagal ginjal
kronik. Dosis standard adalah 1 g per hari.15
6. Golongan prokinetik
antibiotik seperti
Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmakoterapi (obat antidepresi dan cemas) pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak
jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti
cemas dan depresi.2,6-12
1. Farmakologis
Reassurance
Edukasi mengenai penyakitnya
2. Psikoterapi
Dianjurkan makan dalam porsi yang lebih kecil tetapi lebih sering.
Makanan tinggi lemak dihindarkan
dengan sama ada dengan acid suppressive therapy, prokinetic agents, atau 5-HT 1
agonists. Metoclopramide dan domperidone menunjukkan antara obat placebo
dalam pengobatan dispepsia fungsional.16
2.12 PENCEGAHAN
Makan secara benar. Hindari makanan yang dapat mengiritasi terutama makanan
yang pedas, asam, gorengan atau berlemak. Yang sama pentingnya dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat bagi kesehatan adalah bagaimana cara
memakannya. Makanlah dengan jumlah yang cukup, pada waktunya dan
dengan dokter mengenai metode yang dapat membantu untuk berhenti merokok.
Lakukan olah raga secara teratur. Aerobik dapat meningkatkan kecepatan
pernapasan dan jantung, juga dapat menstimulasi aktifitas otot usus sehingga
bernutrisi, istirahat yang cukup, olah raga teratur dan relaksasi yang cukup.
Ganti obat penghilang nyeri. Jika dimungkinkan, hindari penggunaan OAINS,
obat-obat golongan ini akan menyebabkan terjadinya peradangan dan akan
membuat peradangan yang sudah ada menjadi lebih parah. Ganti dengan
2.13 PROGNOSIS
Statistik
menunjukkan
sebanyak
20%
pasien
dispepsia
contohnya penyakit ulkus lambung yang parah. Tak jarang, dispepsia disebabkan
karena kanker lambung, sehingga harus diatasi dengan serius. Ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan bila terdapat salah satu dari tanda ini, yaitu:
Usia 50 tahun ke atas, kehilangan berat badan tanpa disengaja, kesulitan
menelan, terkadang mual-muntah, buang air besar tidak lancar dan merasa penuh
di daerah perut.
BAB III
KESIMPULAN
bagian atas jarang pada umur <50 tahun, pemeriksaan endoskopi direkomendasi
pada pasien yang berusia > 50 tahun. Juga direkomendasi pada pasien yang
mangalami penurunan berat badan yang signifikan, terjadi pendarahan, dan
muntah yang terlalu teruk. Penatalaksanaan dispepsia adalah meliputi pola hidup
sehat, berpikiran positif dan pemakanan yang sehat dan seimbang, selain
daripada pengobatan. Pengobatan dispepsia adalah antaranya seperti antasid,
antikolinergik, antagonis reseptor histamin2, Proton Pump Inhibitor, sitoprotektif,
golongan prokinetik, antibiotik untuk infeksi Helicobacter pylori dan kadang
kadang diperlukan psikoterapi.
DAFTAR PUSTAKA
2007.
Edisi
2010.
Diunduh
dari,
http://library.usu.ac.id/index.php/index.php?option=com_journal_review&id.
5. Citra JT. Perbedaan depresi pada pasien dispepsia organik dan fungsional.
Bagian Psikiatri FK USU 2003.
6. Dyspepsia. Edition 2010. Available from: http://www.mayoclinic.org/dyspepsia/.
Edition
2001.
Available
http://mercyweb.org/MICROMEDEX/health_information.
from: