Professional Documents
Culture Documents
HERPES ZOSTER
Oleh:
I Kadek Ludi Junapati
G99142020
Pembimbing:
Suci Widhiati, dr., Sp.KK, M.Sc
STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing
Nama Mahasiswa
NIM
: G99142020
HERPES ZOSTER
I. PENDAHULUAN
Herpes Zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Varisela Zoster yang menyerang kulit dan mukosa. Infeksi ini terjadi akibat
reaktivasi yang terjadi setelah infeksi primer. Di kalangan umum sering kali
orang menyebutnya dengan dampa atau cacar ular.
II. BATASAN
Herpes Zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus
Varisela Zoster yang sifatnya localized, terutama menyerang orang dewasa. 14
Ciri khas berupa nyeri unilateral, vesikel atau bula yang terbatas pada
dermatom sesuai yang dipersarafi oleh ganglion sensorik.6
Nyeri pada HZ diperkirakan terjadi akibat kerusakan saraf akibat
penyebaran virus ke kulit melalui saraf perifer. Terjadi reaksi peradangan
yang menyebabkan pembentukan jaringan parut disaraf perifer dan ganglion
radiks dorsalis.15 HZ adalah reaktivasi dari virus varisela zoster yang
menyebar dari satu ganglion saraf yang terkena. 3
III. EPIDEMIOLOGI
A. Insiden dan Prevalensi Penyakit
Herpes Zoster mempengaruhi sekitar 1 juta orang di Amerika
Serikat per tahun .dengan kebanyakan pasien adalah di atas usia 60 atau
immunocompromised. Kejadian tahunan zoster adalah sekitar 5-6,5 per
1000 individu pada usia 60 , meningkat menjadi 8-11 per 1000 pada usia
70. 4
Tidak seperti varicella , yang terjadi terutama di musim semi , tidak
ada predileksi musiman untuk zoster . Perkembangan zoster dapat dilihat
pada individu imunodefisiensi , mulai dari penurunan alami kekebalan
tubuh sel spesifik dipengaruhi oleh usia , defisit kekebalan tubuh yang
lebih serius terlihat pada pasien kanker dan penerima transplantasi, dan
akhirnya pada pasien dengan AIDS . Tidak mengherankan , jika di zoster
muda , orang yang sehat mungkin merupakan manifestasi pertama infeksi
HIV . 4
Di Amerika Serikat hampir 100% positif untuk antibodi VZV
sehingga berisiko untuk reaktivasi VZV laten. HZ berulang lebih sering
terjadi pada individu imunocompromise dan imunisasi untuk VZV di
masa kecil akan mengubah epidemiologi HZ. 5
B. Usia
VI.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik dari herpes zoster ini tergantung pada fase-fasenya.
1.
Fase prodromal : mirip gejala flu pada umumnya. Namun lebih
didominasi rasa nyeri ataupun rasa terbakar yang terasa dalam jangka
waktu 2-3 minggu (86% kasus). Nyeri yang dirasakan seperti terbakar,
tertusuk, tajam, disertai dengan rasa terbakar pada area dermatom dari
erupsi disertai hipersensitivitas rangsangan sensoris.
2.
Fase infeksi akut : muncul lesi berupa vesikel atau bula disertai
gatal namun nyeri sedikit berkurang. Fase ini sekitar 3-5 hari. Setelah
terbentuk vesikel, akan terbentuk krusta dalam jangka waktu sekitar 2-3
minggu.
3.
B. Pemeriksaan Fisik
Dari pemeriksaan fisik akan didapatkan pada 24 jam pertama akan
muncul papul, kemudian akan terbentuk vesikel dan bula pada 48 jam
berikutnya. Setelah itu akan muncul pustul dalam 96 jam kemudian, dan
diakhiri dengan krusta 7-10 hari berikutnya.
Lesi baru akan hilang dalam waktu sampai 1 minggu . Vesikel dan
bula yang muncul berdasar eritem dan edematous, dan kadang disertai
perdarahan. 5
Vesikel yang mengalami erosi kemudian akan membentuk krusta.
Jaringan nekrotik kadang terbentuk, dan setelah penyembuhan akan
muncul skar.
Lesi terdistribusi unilateral dan sesuai dermatom, 2 atau lebih
dermatom yang berdekatan mungkin dapat terlibat. Jarang pada dermatom
yang tidak berhubungan ataupun menyebar secara hematogen ke kulit
lainnya. (10% kasus) 5
Predileksi herpes zoster terutama pada dermatom torakal (>50%),
trigeminal (10-20%), lumbosakral dan cervikal (10-20%) 5
Membran mukosa yang dapat terserang yakni pada mulut, vagina,
maupun kandung kemih tergantung pada dermatom yang terkena.
VIII.
IX. KOMPLIKASI
Neuralgia pasca herpetik dapat timbul di atas usia 40 tahun,
presentasenya 10-15%. Makin tua makin tinggi presentasenya.
Pada
Aciklovir dapat mengurangi nyeri akut jika diberikan <48 jam dari munculnya
kemerahan.
b. Valasiklovir : 1000mg PO 3 kali sehari, selama 7 hari
c. Famsiklovir : 500 mg PO 3 kali sehari selama 7 hari
4. Tatalaksana nyeri : Gabapentin 300 mg 3 kali sehari, Antidepresan trisiklik
: Doxepin 10-100mg PO sebelum tidur, topikal anestetik maupun dengan
analgesik.5
5. Topikal:
10
XIII.
PROGNOSIS
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Handoko R. 2011. Penyakit virus dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Edisi 6. Jakarta: FKUI, hlm: 110112
2. Kawai K. Systematic review of incidence and complications of herpes zoster:
towards
global
perspective.
BMJ
Open.
2014;4:e004833.
doi:10.1136/bmjopen-2014-004833
3. Dworkin, H.R. et al. 2007. Recommendations for the Management of Herpes
Zoster. Clinical Infectious Diseases. p; 44:S126
4. Mueller, H.N. et al. 2008. Varicella Zoster Virus Infection: Clinical Features,
Molecular Pathogenesis of Disease, and Latency. Neurol Clin. 2008 August ;
26(3): 675viii. doi:10.1016/j.ncl.2008.03.011
5. Wolf K, Johnson R. A. 2009. Viral infections of skin and mucosa in:
Fitzpatricks Color Atlas & Synopsis Clinical of Dermatology. Ed. 6. New
York: McGraw-Hill; h.837-845.
6. Gerberding, J.L. Prevention of Herpes Zoster. www.cdc.gov/mmwr. June 6,
2008 / Vol. 57 / RR-5
7. Steain, M. Analysis of T Cell Responses during Active Varicella-Zoster Virus
Reactivation in Human Ganglia. Journal of Virology. p: 27042716. March
2014 Volume 88 Number 5
8. Wood M. Understanding Pain in Herpes Zoster: An Essential for Optimizing
Treatment. The Journal of Infectious Disease. 2002;186(Suppl 1):878-82
9. Wehrhahn MC, Dwyer DE. Herpes zoster: epidemiology, clinical features,
treatment and prevention. Aust Prescr 2012;35:143-7
10. Kumar SP. et al. Varicella zooster virus-its pathogenesis, latency & cellmediated immunity. Oral & Maxillofacial Pathology Journal. Vol. 4. No.2.
July- Dec. 2013
12
11. Gershon AA, Gershon MD. Pathogenesis and current approaches to control of
varicella-zoster virus infections. Clinical Microbiology Reviews. Vol. 26. No.
4. p. 728-743. October 2013
12. Siregar RS. 2004. Herpes zoster dalam: Atlas berwarna saripati penyakit
kulit. Ed. 2. Jakarta: EGC, p: 84-86
13. PERDOSKI. 2014. Herpes zoster dalam: Panduan layanan klinis dokter
spesialis dermatologi dan venereologi. Jakarta, p: 38-40
14. Barakbah J, dkk. Herpes zoster dalam: Atlas Penyakit Kulit & Kelamin.
Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga
University Press, p:14-19
15. Goodheart HP. 2013. Herpes zoster dalam: Diagnosis Fotografik &
Penatalaksanaan Penyakit Kulit. Ed. 3. Jakarta:EGC, p: 162-166
13
LAPORAN KASUS
HERPES ZOSTER
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Umur
: 48 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Alamat
: Surakarta
Tanggal Periksa
: 30 September 2015
No. RM
: 01315462
2. KELUHAN UTAMA
Plenting berair disertai nyeri pada dada, lengan dan punggung kiri
3. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Sejak 10 hari yang lalu, pasien mengeluhkan timbulnya plenting
berisi air, banyak dan bergerombol disertai rasa gatal namun nyeri
disangkal. Awal mula muncul di punggung, kemudian menyebar ke lengan
dan dada kiri. Sebelumnya pasien juga mengalami demam, batuk dan
diare. Pasien lalu membeli obat herbal virugon salep yang dioleskan ke
plenting tersebut, namun plenting pecah dan mengeluarkan cairan. 2 hari
kemudian pasien berobat ke puskesmas dan diberi acyclovir oral (3x400
mg) dan salep namun pasien tidak mengkonsumsi obat secara teratur.
Pasien juga berobat ke pengobatan tradisional namun tidak membaik.
Pasien mulai merasa nyeri di daerah sekitar plenting satu hari SMRS dan
memutuskan untuk memeriksakan diri ke RSUD dr. Moewardi
14
: disangkal
Riwayat atopik
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: (+)
: disangkal
Riwayat atopik
: disangkal
: disangkal
Riwayat DM
: disangkal
Vital Sign
:T
N
: 140/80 mmHg
Rr : 20 x/menit
: 88 x/menit
Kepala
Wajah
Leher
Mata
Telinga
Axilla
Truncus anterior
: 36.7o C
Abdomen
Truncus posterior
Inguinal
Ekstremitas Atas
Ekstremitas Bawah
2. STATUS DERMATOLOGIS
Regio truncus anterior et posterior et axilla sinistra
Patch eritema unilateral dengan erosi dan krusta kehitaman diatasnya
sesuai dermatom torakal 1-3
16
C. DIAGNOSIS BANDING
Herpes Zoster
Dermatitis Venenata
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
E. DIAGNOSIS
Herpes zoster setinggi dermatom torakal 1-3
F. TERAPI
1. NON MEDIKAMENTOSA
a. Minum obat rutin
b. Menjaga daya tahan tubuh
2. MEDIKAMENTOSA
a.
b.
c.
d.
e.
G. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
17