You are on page 1of 2

ABSTRAK

Latar Belakang: Gangguan pada sistem pernapasan merupakan penyebab


kesakitan dan kematian. Infeksi pada saluran pernapasan jauh lebih sering terjadi
jika dibandingkan dengan infeksi pada sistem organ tubuh. Insiden penyakit
pernapasan kronik, terutama emfisema dan bronkitis kronik semakin meningkat
dan merupakan penyebab utama gangguan serta cacat kronik pada pria.
Penambangan belerang di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi sangat berbahaya
bagi kesehatan pekerja akibat gas H2S yang beracun. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan faal paru
pada penambang belerang.
Metode: Penelitian analitik dengan metode cross sectional, sampel 192 orang
yang bekerja sebagai penambang belerang. Variabel terikat adalah gangguan faal
paru, variabel bebas adalah lama paparan gas H2S, perilaku merokok, usia, dan
lama bekerja. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi dan pemeriksaan
spirometri.
Hasil: Subyek yang mengalami gangguan faal paru sebanyak 126 orang, 38 orang
gangguan obstruktif dan 88 orang gangguan restriktif. Hasil uji t tidak
berpasangan diketahui terdapat perbedaan rerata faal paru penambang belerang
yang bekerja 5 tahun dan <5 tahun untuk VEP1 (p=0,0001) dan KVP
(p=0,0001), berusia 40 tahun dengan berusia <40 tahun untuk VEP1 (p=0,0001)
dan KVP (0,0001), dan uji kruskal wallis perokok aktif (p=0,01). Analisis
multivariabel dengan uji interaksi diketahui ada interaksi lama paparan gas H2S
dan usia dengan nilai VEP1/KVP (%) bermakna secara statistik dengan p=0,045,
nilai R-square=0,07.
Kesimpulan: Terjadi gangguan faal paru pada penambang belerang yang bekerja
5 tahun dan berusia 40 tahun di Kawah Ijen Kabupaten Banyuwangi tahun
2013. Interaksi lama paparan gas H2S dan usia dapat mempengaruhi nilai
VEP1/KVP (%) sebesar 7%.
Kata Kunci: Gangguan Faal Paru, Penambang Belerang, Hidrogen Sulfida, Cross
Sectional

xiii

ABSTRACT
Background: Disorder of the respiratory system is a cause of morbidity and
mortality. Infections of the respiratory tract is much more common than infections
of the body's organ systems. The incidence of chronic respiratory diseases,
especially emphysema and chronic bronchitis has increased and becomes a major
cause of chronic disability and disorders in men. Sulphur mining activities done at
Ijen Crater of Banyuwangi District is very dangerous to the health of the workers
due to poisonious H2S gas. This study was conducted to determine factors
associated with lung function disorder of sulphur miners.
Methods: An analytical study using cross sectional methods, a sample of 192
people working as sulphur miners. The dependent variable is lung function
disorder, the independent variables are the length of exposure to H2S gas, smoking
behavior, age, and length of work. Data were collected by conducting interviews,
observation and examination of spirometry.
Findings: Subjects with lung function disorder is as many as 126 people, 38
people with obstructive lung function disorder and 88 others with restrictive lung
function disorder. From the results of unpaired t-test, the mean differences in
pulmonary function of sulphur miners working 5 years and <5 years for FEV1 (p
= 0.0001) and FVC (p=0.0001), aged 40 years and aged <40 years for FEV1 (p=
0.0001) and FVC (p=0.0001), and kruskall wallis test active smokers (p=0.01)
were revealed. Multivariable analysis with interaction test revealed long exposure
to H2S gas and age with statistically significant value (%)of FEV1/FVC with
p=0.045, R-square value =0.07
Conclusions: Disorder of lung function occurred to sulphur miners of
Banyuwangi District who worked 5 years and aged 40 years old in 2013.
Interaction between length of exposure to H2S gas and age could affect the value
(%) of FEV1/FVC by 7%.
Keywords: Lung Function, Sulphur Miners, Hydrogen Sulfide, Cross Sectional

xiv

You might also like