You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM BIOPROSES

IMMOBILISASI SEL DAN EVALUASI KINERJA IMMOBILISASI SEL DALAM


REAKTOR KOLOM
SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2014

MODUL
PEMBIMBING

: IMMOBILISASI SEL DAN EVALUASI KINERJA


IMMOBILISASI SEL DALAM REAKTOR KOLOM
: Ir.Unung Leoanggraini, MT
PEMBUATAN : 8 Oktober
2014
PENYERAHAN

: 16

Oleh :
Irma Nurfitriani
131411013
Nenden Kurniasih Anggraeni 131411017
Rima Agustin Merdekawati
1314061
2 A- D3 Teknik Kimia
Kelompok 5

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2014

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM TEKNIK KIMIA
Modul Praktikum
Nama Pembimbing

: IMMOBILISASI SEL DAN EVALUASI KINERJA


REAKTOR IMMOBILISASI SEL
: Ir.Unung Leoanggraini, MT

Tanggal Praktek

: 15 Oktober 2014

Tanggal Penyerahan

: 22 Oktober 2014

I. PENDAHULUAN
I.1 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini adalah mahasiswa diharapkan mampu :

Memahami dan menguasai prosedur pembuatan sel terimmobilisasi


Memahami karakteristik matriks pendukung sel terimmobilisasi
Memahami dan menguasai prosedur penggunaan sel terimmobilisasi dalam proses

fermentasi
Memahami tipe reaktor yang tepat untuk sel immobilisasi
Memahami karakteristik reaktor batch dan kontinu yang menggunakan sel

terimmobilisasi
Mengevaluasi kinerja Reaktor Packed Column

I.2 Teori Dasar


IMMOBILISASI SEL
1. Sel Immobilisasi
Sel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan
tidak larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat.
Dengan sistem ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga
temperatur. Sistem ini juga membantu sel berada di tempat tertentu selama
berlangsungnya reaksi sehingga memudahkan proses pemisahan dan memungkinkan
untuk dipakai lagi di reaksi lain (Sumo dkk., 1993). Sel/enzim tersebut tetap
mempunyai aktivitasnya sebagai biokatalisator/katalis, serta sel/enzim tersebut dapat
dipergunakan

secara

terus

menerus

dan

sangat

penting

untuk

proses

berkesinambungan.

2| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
Immobilisasi sel mikroba dibedakan atas 3 macam yakni:
1. Sel mati: untuk reaksi konversi sederhana (1 tahap)
2. Sel hidup: untuk reaksi konversi yang melibatkan biokatalis heterogen
(multi enzim)/memerlukan ATP atau biokoenzim seperti NADP
atau koenzim A.
3. Sel dalam fase pertumbuhan: keadaan dimana terdapat aktivitas enzim untuk
pertumbuhan.
Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim. Imobilisasi
enzim dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam
air bergerak menjadi keadaan tak begerak yang tidak larut. Imobilisasi mencegah
difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali
enzim tersebut dari aliran produk dengan teknik pemisahan padat/cair yang
sederhana. Imobilisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui
pengikatan kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung, pengikatan silang
intermolekuler sesama enzim, atau dengan cara menjebak enzim di dalam gel atau
membran polimer (Palmer, 1991).
Imobilisasi sel berkembang setelah imobilisasi enzim. Dalam teknologi
imobilisasi enzim terdapat hambatan pada regenerasi koenzim dan keterbatasan
metode yang dapat diterapkan untuk menyusun molekul enzim dalam rangkaian
tertentu, sehingga dapat melakukan tahapan reaksi katalitis enzim yang
berkesinambungan. Untuk mencegah hambatan tersebut dilakukan penelitianpenelitian, sehingga terjadi pengembangan pada imobilisasi sel, yang dapat
digunakan sebagai biokatalis. Hal ini memungkinkan untuk melakukan imobilisasi
seluruh sel dan menjaga sel tetap hidup (viabel). Dalam praktiknya, metode yang
digunakan adalah menjebak sel dalam gel dengan adsorpsi. Selain itu, pengontrolan
perlu dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas metabolisme yang penting,
sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah dan membuat biokatalis
lebih stabil (Sumo dkk., 1993).
Dewasa ini, teknologi immobilisasi memegang peranan penting dalam
perkembangan proses biokimia dalam suatu boreaktor. Sel yang mengalami
immobilisasi (immoblized mivrobial cells) telah banyak diterapkan dalam fermentasi

3| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
misalnya produksi alkohol, asam amino, antibiotik atau pada degradasi polutan
limbah cair.
2. Kelebihan Sel Immobilisasi
Kelebihan penggunaan sel immobilisasi dibandingkan dengan sel bebas antara
lain sebagai berikut:
1. Immobilasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi.
2. Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya
recovery sel dan recycle sel.
3. Immobilisasi mengurangi masalah wash out sel pada laju alir yang tinggi.
4. Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan
wash out) menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.
5. Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan
seperti kontak antar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga
menghasilkan kinerja biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan
yield produk yang lebih tinggi).
6. Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetik.
7. Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel.
3. Kekurangan Sel Immobilisasi
1. Hambatan pada proses difusi baik substrat maupun produk yang terbentuk.
2. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan evolusi gas sering merusak matriks
pendukung sel terimmobilisasi.
3. Kontrol terhadap lingkungan mikro cukup sulit, sehingga menghasilkan
heterogenitas dalam sistem.
4. Substrat yang memiliki berat molekul besar sukar berdifusi ke dalam sel yang
diimmobilisasi.
5. pH optimum akan bergeser karena adanya perubahan elektron/muatan listrik
pada matriks.
4. Jenis-Jenis Immobilisasi sel
Secara umum, ada dua jenis sel immobilisasi yakni:

4| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
1. Immobilisasi Aktif
Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan dan
metoda pengikatan. Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam matriks
pendukung. Matriks pendukung yang bisa digunakan yaitu polimer porous (agar,
alginate, carragenan, polyacrylamide, chitosan, gelatin, collagen), porous metal
screen, polyurethane, silicagel, polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric
beads harus cukup porous untuk keluar masuknya substrat dan produk. Polymeric
beads biasanya dibentuk dengan menggunakan sel hidup di dalamnya.

Gambar.1.
Mekanisme
Penjeratan
Immobilisasi Sel
2.
Immobilisasi Pasif
Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang tumbuh
dan melekat pada permukaan pendukung yang padat. Material pendukung dapat
bersifat inert atau aktif secara biologis. Biological films digunakan pada
pengolahan limbah atau fermentasi mikroba dengan jamur.
5. Metode Immobilisasi
Beberapa ahli menggolongkan metode imobilisasi dengan tiga kelompok,
yaitu: metode carrier binding, metode cross linking, dan metode entrapping (Said,
1987). Pada metode carrier binding, enzim diikatkan pada suatu matriks yang
bersifat tidak larut adalam air. Sebagai matriks dapat digunakan bahan organik
maupun anorganik. Bila menggunakan metode ini, hal yang perlu diperhatikan
adalah pemilihan matriks dan pengikatan enzim pada matriks tersebut. Teknik
5| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
pengikatan enzim pada matriks dapat dilakukan berdasarkan adsorpsi fisik, gaya
elektrostatik atau ikatan kovalen (Chibata, 1978).
Metode cross linking didasarkan pada pembentukan ikatan intermolekuler
antara molekul-molekul enzim. Gugus fungsional dalam molekul enzim yang biasa
digunakan untuk pembentukan ikatan intermolekmuler adalah gugus amino pada
asam amino terminal, gugus amino dari lisin, gugus fenolik dari tirosin, gugus
sulhidril dari sistein dan gugus imidazole dari histidin.
Pada metode entrapping, imobilisasi, enzim/sel didasarkan pada penempatan
enzim di dalam kisi dari suatu polimer atau di dalam membran yang bersifat semi
permiabel. Bila enzim ditempatkan dalam kisi, maka metode yang digolongkan
adalah jenis kisi, sedang bila ditempatkan dalam membran yang bersifat
semipermiabel, maka metodenya digolongkan ke dalam jenis mikrokapsul (Chibata,
1978). Selain itu metode imobilisasi dapat digolongkan sebagai berikut :
Adsorpsi
Penjeratan dalam matriks polimer
Penjeratan dalam membran
Teknik imobilisasi yang paling baik adalah yang memenuhi kriteria utama
tidak terjadi perubahan konformasi enzim dan tidak mengganggu gugus fungsi di
pusat aktif enzim sehingga enzim tetap dapat berfungsi. Metode penjebakan enzim
lebih banyak digunakan karena enzim ada dalam keadaan bebas dan tidak terikat
pada bahan pendukung sehinga secara relatif fungsi katalitik dan struktur alami
molekul enzim tidak mengalami gangguan goncangan (Wirahadikusumah, 1988).
6. Penjerat Atau Pembawa Immobilisasi Sel
Karakteristik yang harus dimiliki oleh penjerat/pembawa immobilisai sel,
antara lain :
a. Mudah digunakan serta ukuran dan porositas media penjerat dapat dikontrol,
terutama pada skala industri.
b. Media penjerat berbentuk matrik stabil pada kondisi fermentasi (temperature dan
pH optimum).
c. Harga murah dan mudah didapat.
6| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
d. Mempunyai sifat mekanik yang stabil, sehingga dapat tahan dalam waktu
yanglama dalam reaktor yang digunakan.
e. Penjerat harus inert terhadap mikrorganisme yang akan dijerat.
f. Substrat, produk, dan metabolisme lain harus dapat berdiffusi secara bebas
dengan media penjerat.
Natrium alginat merupakan bahan yang digunakan sebagai penjerat sel,
spesifikasi sebagai berikut :

Alginat merupakan koloid ganggang (fikokoloid) yang dapat diekstrak dari


ganggang coklat (phasophyceae), terutama anggota laminariates, berbentuk

asam alginat atau natrium alginat.


Asam alginat adalah suatu getah selaput membran (membrane mucilage).
Garam alginat dapat larut dalam air, seperti natrium alginat, potassium alginat,
dan ammonium alginat, sedikit larut dalam air, sedang kalsium alginat tidak

larut dalam air.


Umumnya alginat berbentuk serbuk putih kekuningan dan kadang-kadang
dalam bentuk pasta yang merupakan senyawa organik kompleks dengan
selulosa atau polisakarida. Senyawa alginat dapat dimurnikan sebgai garam
natrium alginat dengan alginat atau garam alginat yang lain.

Karakteristik natrium alginat :

Berbentuk serbuk berwarna putih atau kekuningan, tidak berbau, dan tidan

berasa. Secara umum susut pengeringan tidak lebih dari 22 %.


Larut lambat dalam air membentuk larutan koloid yang kental, berwarna putih
pucat sampai coklat kekuningan. Tidak larut dalam alkohol, kloroform dan
eter,serta larutan air yang mengandung lebih besar dari 30 % alkohol. Variasi
mutu natrium algianat ditentukan oleh variasi viscositas, antara 20-400 cp dari

larutan 1% pada suhu 20o C.


Larutan alginat stabil pada pH 4 sampai 10.
Natrium alginat harus disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya,

bentuk larutan tidak boleh disimpan pada wadah logam.


Alginat sebagai hydrophylic polysakarida menyerap uap air dari udara.

7| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

REAKTOR PADA PROSES FERMENTASI


Proses fermentasi jika ditinjau berdasarkan cara operasinya, dapat dibedakan menjadi dua
(Iman, 2008), diantaranya:
1. Fermentasi Cair
Contoh produk : etanol, protein sel tunggal, antibiotic, pelarut organik, kultur starter,
dekomposisi selulosa, pengolahan limbah cair, beer, glukosa isomerase, dan lain
sebagainya.
2. Fermentasi Padat (solid state fermentation)
Contoh produk : tape, oncom, koji dan lain sebagainya.
Pada proses fermentasi cair dapat dibedakan menjadi dua (Bambang, 2010), diantaranya :
a. Fermentasi bawah permukaan (submerged fermentation)
Contoh produk : etanol, dan lain sebagainya.
b. Fermentasi Fermentasi permukaan (surface fermentation)
Contoh produk : nata de coco, dan lain sebagainya.
Pada sistem fermentasi bawah permukaan (submerged fermentation) dapat digolongkan
lagi menjadi beberapa cara, diantaranya :

1. Batch Process

Pengertian Batch Process

Menurut Iman, 2008 (2008) Batch Process merupakan fermentasi dengan cara memasukan
media dan inokulum secara bersamaan ke dalam bioreactor dan pengambilan produk dilakukan
8| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

pada akhir fermentasi. Pada system batch, bahan media dan inokulum dalam waktu yang hampir
bersamaan di masukan ke dalam bioreactor, dan pada saat proses berlangsung akan terjadi terjadi
perubahan kondisi di dalam bioreactor (nutrient akan berkurang dan produk serta limbah).
Adapun contoh produk yang dapat menggunakan system Batch Process, diantaranya : yang
mungkin dilakukan untuk skala kecil (Bambang, 2010).

Alasan menggunakan System Batch Process

Pada system fermentasi Batch, pada pasarnya prinsipnya merupakan sistem tertutup, tidak
ada penambahan media baru, ada penambahan oksigen (O2) dan aerasi, antifoam dan asam/basa
dengan cara kontrol pH (Iman, 2008).
Batch Fermentation banyak diterapkan dalam dunia industri, karena kemudahan dalam
proses sterilisasi dan pengontrolan alat (Minier and Goma, 1982) dalam Setiyo Gunawan (2010).
Selain itu juga, pada cara batch menurut penelitian yang dilakukan Hana Silviana (2010),
mengatakan bahwa cara batch banyak diaplikasikan di industri etanol karena dapat menghasilkan
kadar etanol yang tinggi.

Keuntungan menggunakan System Batch Process :

Menurut Rommy (2010), Bioreaktor tipe batch Tipe batch memiliki keuntungan yaitu dapat
digunakan ketika bahan tersedia pada waktu waktu tertentu dan bila memiliki kandungan
padatan tinggi (25%) atau bahan berserat / sulit untuk diproses, tipe batch akan lebih cocok
dibanding tipe aliran kontinyu (continuos flow), karena lama proses dapat ditingkatkan dengan
mudah. Bila proses terjadi kesalahan, misalnya karena bahan beracun, proses dapat dihentikan
dan dimulai dengan yang baru.
2. Proses Sinambung (Continues Process)

Pengertian Sinambung (Continues Process)

Pada cara Sinambung (Continues Process), pengaliran substrat dan pengambilan produk
dilakukan secara terus menerus (sinambung) setiap saat setelah diperoleh konsentrasi produk

9| Laporan Praktikum Bioproses

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

10

maksimal atau substrat pembatasnya mencapai konsentrasi yang hampir tetap (Rusmana, 2008).
Dalam hal ini subtrat dan inokulum dapat ditambahkan bersama-sama secara terus menerus
sehingga fase eksponensial dapat diperpanjang.
Ada 2 tipe sistem, yaitu : homogenously mixed bioreactor dan plug flow reactor. Pada tipe
homogenously mixed bioreactor dapat dibagi menjadi 2 macam diantaranya Chemostat dan
Turbidostat (Rusmana, 2008).
Adapun contoh produk yang dapat menggunakan system sinambung (Continues Process)
diantaranya : protein sel tunggal, antibiotic, pelarut organic, kultur starter, dekomposisi selulosa,
pengolahan limbah cair, beer, glukosa isomerase, etanol (Rusmana, 2008).

Alasan menggunakan System Sinambung (Continues Process)

Pada System Sinambung (Continues Process), pada pasarnya prinsipnya merupakan


fermentasi kontinyu dimana pada fermentor sistem terbuka, ada penambahan media baru, ada
kultur yg keluar, volume tetap dan fase fisiologi sel konstan (Iman, 2008).
Dalam hasil penelitian, menurut Reksowardjo (2007), dikatakan bahwa proses fermentasi
kontinyu dengan immobilisasi sel akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
fermentasi batch. Pada fermentasi secara batch untuk fermentasi etanol terjadi kendala yaitu
produktivitas etanol rendah. Rendahnya produktivitas etanol karena pada kondisi tertentu etanol
yang dihasilkan akan menjadi inhibitor, yang akan meracuni mikroorganisme sehingga
mengurangi aktivitas enzim.
3. Gabungan system batch dan kontinyu (Fed-Batch Process)

Pengertian Fed-Batch Process

Sistem fed-batch adalah suatu sistem yang rnenambahkan media baru secara teratur pada
kultur tertutup, tanpa mengeluarkan cairan kultur yang ada di dalam fermentor sehingga volume
kultur makin lama makin bertambah (Tri Widjaja 2010). Menurut Rusmana (2008), pada cara
fed-batch yaitu memasukan sebagian sumber nutrisi (sumber C, N dan lain-lain) ke dalam

10 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

11

bioreactor dengan volume tertentu hingga diperoleh produk yang mendekati maksimal, akan
tetapi konsentrasi sumber nutrisi dibuat konstan.
Pada system fermentasi Fed-Batch Process, menurut Bambang (2010), merupakan
pengembangan sistem batch, adanya penambahan media baru, tidak ada kultur yg keluar dan
yield lebih tinggi dari batch. Contoh produk yang dapat diperoleh pada system Fed-Batch
Process adalah Dekstranase.

Alasan menggunakan System Fed-Batch Process


Proses fed-batch telah diterapkan secara luas dalam berbagai industri fermentasi dan

relatif lebih mudah digunakan untuk perbaikan proses batch dibandingkan dengan proses
kontinyu. Apabila pada fermentasi kontinyu dihasilkan keluaran secara terus-menerus maka pada
fed-batch diperoleh keluaran tunggal pada akhir inkubasi sehingga dapat ditangani dengan cara
yang sama seperti pada proses batch Sinclair & Kristiansen (1987) dalam Budiatman (2009).

Keuntungan menggunakan System Fed-Batch Process :

Keuntungan sistem fed-batch ini menurut penelitian yang dilakukan Rachman (1989) dalam
Budiatman (2009), ialah konsentrasi sisa substrat terbatas dan dapat dipertahankan pada tingkat
yang sangat rendah sehingga dapat mencegah fenomena represi katabolit atau inhibisi substrat.
Proses fermentasi jika ditinjau berdasarkan jenis reaktor
Beberapa konfigurasi reaktor dapat digunakan untuk sistem sel terimmobilisasi. Matriks
pendukung sel immobilisasi umumnya bersifat rapuh, karena itu dipilih bioreaktan yang
memiliki gesekan hidrodinamik yang rendah seperti packed-column, fluidized-bed atau airlift
reactor. Reaktor yang menggunakan pengaduk mekanik dapat digunakan untuk matriks
pendukung yang kuat dan liat. Reaktor tersebut dioperasikan dengan cara mengalirkan larutan
nutrient melewati sel immobilisasi. Skema penggunaan sel immobilisasi sel untuk reactor
packed-column dan fluidized-bed secara batch maupun kontinu.

11 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

12

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

12 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

13

Gambar.2. Jenis Reaktor


Kolom Pada Fermentasi
Menggunakan
Immobilisasi Sel
Fluidized-bed Reactor

Untuk viskositas tinggi & terbentuk gas


Laju fluidisasi perlu diatur agar enzim imobil tak rusak
Laju transfer massa & panas yang lebih baik
Digunakan sel imobil atau enzim imobil
Pencampuran dibantu dengan pompa pada bagian dasar tangki, sehingga katalis yang
telah diimobilisasi bergerak bersama cairan

Reaktor Packed bed/ Fixedbed

Faktor Pola Aliran


Aliran ke bawah tidak banyak digunakan karena pada penggunaannya, enzim
imobil berada pada bagian bawah reaktor yang akan menyebabkan pemampatan reaktor
oleh manik.
Aliran ke atas banyak digunakan karena enzim tidak menghalangi pengeluaran

produk dan dapat langsung kontak dengan substrat.


Faktor Kecepatan alir substrat : mempengaruhi kecepatan penurunan aktivitas enzim.
Penyebab : Kestabilan enzim yang semakin melemah
MENENTUKAN WAKTU (ttinggal) PADA PROSES FERMENTASI

Waktu tinggal (ttinggal) adalah waktu yang dibutuhkan pada proses fermentasi untuk
menghasilkan produk.
1. Menentukan ttinggal Pada Proses Fermentasi Secara Batch
Pada

proses

fermentasi

secara

batch,

waktu

tinggal

dapat

diketahui

secara langsung dari awal fermentasi sampai dengan akhir fermentasi (menghasilkan
produk).

13 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

14

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
2. Menentukan ttinggal Pada Proses Fermentasi Secara Kontinu
Waktu tinggal (ttinggal) pada fermentasi secara kontinu dapat diketahui dengan
membagi volum sel (beads) dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk reaktor.
Dengan perhitungan kinetika reaksi, konversi suatu reaktor dapat diketahui.
Volume beads( mL)
mL
Volumetrik cairan yang masuk (
)
detik

=t (detik )

Dimana :
Volume beads = Volume kolom reaktor] [Volume CaCl 2 (dalam immobilisasi
bakteri Acetobacter Aceti) yang ditambahkan untuk mengisi
rongga-rongga kosong beads dalam kolom reaktor]

PRODUK YANG DIHASILKAN ASAM ASETAT


Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang
dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus
empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau
CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak
berwarna, dan memiliki titik beku 16.7C.
Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam
format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya
terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi
kimia dan bahan

baku industri yang

penting.

Asam

asetat

digunakan

dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat,
maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan
sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan
sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5
14 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

15

juta ton per tahun. 1.5 juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh
dari industri petrokimia maupun dari sumber hayati.
Asam asetat diproduksi baik secara sintetis maupun alami melalui proses
fermentasi. Sekarang hanya 10% dari produksi asam asetat dihasilkan melalui jalur alami,
namun kebanyakan hukum yang mengatur bahwa asam asetat yang terdapat dalam cuka
haruslah berasal dari proses biologis. Dari asam asetat yang diproduksi oleh industri kimia,
75% diantaranya diproduksi melalui karbonilasi metanol. Sisanya dihasilkan melalui
metode-metode alternatif.
Produksi total asam asetat dunia diperkirakan 5 Mt/a (juta ton per tahun), setengahnya
diproduksi di Amerika Serikat. Eropa memproduksi sekitar 1 Mt/a dan terus menurun,
sedangkan Jepang memproduksi sekitar 0.7 Mt/a. 1.51 Mt/a dihasilkan melalui daur ulang,
sehingga total pasar asam asetat mencapai 6.51 Mt/a. Perusahan produser asam asetat
terbesar adalah Celanese dan BP Chemicals. Produsen lainnya adalah

Millenium

Chemicals, Sterling Chemicals, Samsung, Eastman, dan Svensk Etanolkemi.

Karbonilasi metanol
Kebanyakan asam asetat murni dihasilkan melalui karbonilasi. Dalam reaksi
ini, metanol dan karbon monoksida bereaksi menghasilkan asam asetat
CH3OH + CO CH3COOH
Proses ini melibatkan iodometana sebagai zat antara, dimana reaksi itu sendiri terjadi
dalam tiga tahap dengan katalis logam kompleks pada tahap kedua.
(1) CH3OH + HI CH3I + H2O
(2) CH3I + CO CH3COI
(3) CH3COI + H2O CH3COOH + HI
Jika kondisi reaksi diatas diatur sedemikian rupa, proses tersebut juga dapat
menghasilkan anhidrida asetat sebagai hasil tambahan. Karbonilasi metanol sejak lama
merupakan metode paling menjanjikan dalam produksi asam asetat karena baik metanol
15 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

16

maupun

karbon

monoksida

Dreyfus mengembangkan

cikal

merupakan bahan
bakal

pabrik

mentah komoditi. Henry

karbonilasi

metanol

pada

perusahaan Celanese di tahun 1925. Namun, kurangnya bahan-bahan praktis yang dapat
diisi bahan-bahan korosif dari reaksi ini pada tekanan yang dibutuhkan yaitu 200 atm
menyebabkan metoda ini ditinggalkan untuk tujuan komersial. Baru pada 1963 pabrik
komersial pertama yang menggunakan karbonilasi metanol didirikan oleh perusahaan
kimia Jerman, BASF dengan katalis kobalt (Co). Pada 1968, ditemukan katalis
kompleks Rhodium, cis[Rh(CO)2I2] yang dapat beroperasi dengan optimal pada tekanan
rendah tanpa produk sampingan. Pabrik pertama yang menggunakan katalis tersebut adalah
perusahan kimia AS Monsanto pada 1970, dan metode karbonilasi metanol berkatalis
Rhodium dinamakan proses Monsanto dan menjadi metode produksi asam asetat paling
dominan. Pada akhir 1990'an, perusahan petrokimia British Petroleum mengkomersialisasi
katalis Cativa ([Ir(CO)2I2]) yang didukung oleh ruthenium. Proses berbasis iridium ini
lebih efisien dan lebih "hijau" dari metode sebelumnya sehingga menggantikan proses
Monsanto.
Proses produksi Asam asetat:

Oksidasi asetaldehida
Sebelum komersialisasi proses Monsanto, kebanyakan asam asetat diproduksi
melalui oksidasi asetaldehida. Sekarang oksidasi asetaldehida merupakan metoda produksi
asam asetat kedua terpenting, sekalipun tidak kompetitif bila dibandingkan dengan metode
karbonilasi

metanol.

Asetaldehida

yang

digunakan

dihasilkan

melalui

oksidasi butana atau nafta ringan, atau hidrasi dari etilena. Saat butena atau nafta ringan
dipanaskan

bersama

udara

disertai

dengan

beberapa ion logam,

termasuk

ion mangan, kobalt dan kromium, terbentuk peroksidayang selanjutnya terurai menjadi
asam asetat sesuai dengan persamaan reaksi dibawah ini.
2 C4H10 + 5 O2 4 CH3COOH + 2 H2O
Umumnya reaksi ini dijalankan pada temperatur dan tekanan sedemikian rupa sehingga
tercapai suhu setinggi mungkin namut butana masih berwujud cair. Kondisi reaksi pada
16 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

17

umumnya sekitar 150 C and 55 atm. Produk sampingan seperti butanon, etil asetat, asam
format dan asam propionat juga mungkin terbentuk. Produk sampingan ini juga bernilai
komersial dan jika diinginkan kondisi reaksi dapat diubah untuk menghasilkan lebih
banyak produk samping, namun pemisahannya dari asam asetat menjadi kendala karena
membutuhkan biaya lebih banyak lagi.
Melalui

kondisi

dan katalis yang

sama

asetal

dehida

dapat

dioksidasi

oleh oksigen udara menghasilkan asam asetat.


2 CH3CHO + O2 2 CH3COOH
Dengan menggunakan katalis modern, reaksi ini dapat memiliki rasio hasil (yield) lebih
besar

dari

95%.

Produk

samping

utamanya

adalah etil

asetat, asam

format dan formaldehida, semuanya memiliki titik didih yang lebih rendah daripada asam
asetat sehingga dapat dipisahkan dengan mudah melalui distilasi.
Asam

asetat

digunakan

sebagai pereaksi

kimia untuk

menghasilkan

berbagai senyawa kimia. Sebagian besar (40-45%) dari asam asetat dunia digunakan
sebagai bahan untuk memproduksi monomer vinil asetat (vinyl acetate monomer, VAM).
Selain itu asam asetat juga digunakan dalam produksi anhidrida asetat dan juga ester.
Penggunaan asam asetat lainnya, termasuk penggunaan dalam cuka relatif kecil.
II.

METODE PRAKTIKUM
II.1

Alat dan Bahan


IMMOBILISASI SEL

Alat
No
1
2
3

Alat
Erlenmeyer
Spuit (perangkat suntik)steril
Pembakar spirtus

Spesifikasi
250 ml

Bahan
No
1

Bahan
Tabung biakan murni Acetobacter

Jumlah

17 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

18

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
Aceti
Air garam steril
Media aktivasi/starter/pre-culture

2
3

dengan komposisi :
- Bacto pepton 2%
- Ekstrak ragi 0,5%
- Glukosa 2%
- Aquadest

4
5

200 ml
4 gram
1 gram
4 gram
200 ml
1000 ml

Natrium alginat 8%
Larutan CaCl2 2%

EVALUASI KINERJA REAKTOR IMMOBILISASI


Alat
No
1
2
3
4
II.2

Alat
Reaktor Packed Column
Pompa peristaltik
Pembakar spirtus
pHmeter dan etanol sensor

Spesifikasi
1 set

Skema Kerja
IMMOBILISASI SEL
1. Penanaman bakteri pada media aktifasi
Pipet 5 mL air garam steril

Masukkan dan kocok dalam


biakan murni aceetobacter aceti

Tuang air garam berisi bakateri


dalam 400 mL media aktifasi

Inkubasi 3 jam pada suhu 30oC

18 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

19

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
2. Pembuatan Natrium Alginat
Timbang natrium alginat sebanyak 16 gram

Campurkan dengan aquadest sebanyak 200 mL

Aduk hingga megental

Pasteurisasi pada suhu 70-80oC selama 10 menit

3. Pembuatan Beads
Campurkan media aktivasi dan larutan natrium
Suntikkan campuran kedalam
larutan
CaCl2 untuk membentuk beads
Bilas dengan aquadest

EVALUASI KINERJA IMMOBILISASI SEL DALAM REAKTOR KOLOM

19 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

20

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

Gambar.3. Rangkaian Reaktor Packed Column Pada Evaluasi Kinerja Immobilisasi Sel

a. Diagram Alir Pembuatan Media Produksi

20 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

21

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

Semua peralatan disterilkan


menggunakan etanol 70%

Volume kolom reaktor yang


akan digunakan diukur dengan
menyisakan ruang 7 cm dari
atas kolom

Dari 400 mL mengandung


komposisi sebagai berikut :
Glukosa
NH4NO3

:2%
: 2%

KH2PO4

: 0,1%

MgSO4.7H2O

: 0,02%

Diperoleh volume kolom


reaktor 400 mL

Semua komposisi ditimbang


sesuai dengan perhitungan

Semua komposisi dilarutkan


dengan 400 mL aquades

Media produksi tersebut


diinkubasi 2-3 jam pada
temperatur 300C

21 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

22

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
b. Diagram Alir Fermentasi Secara Kontinu
Media produksi asam asetat
ditambahkan alkohol
10%Reaktor dirangkai
seperti pada gambar
(pastikan pemasangan aliran
selang benar)

Media produksi yang sudah


ditambahkan substrat
(alkohol 10%) dimasukkan
ke dalam Recycle Chamber

Semua peralatan disetrilkan


menggunakan etanol 70%

Media produksi asam asetat


ditambahkan alkohol 7-10%

Laju alir diatur pada pompa


peristaltik (pastikan semua
LED off agar pompa
peristaltik memompa ke
kolom bukan memompa dari
kolom dan pastikan pompa
pada posisi tertutup)

Larutan CaCl2 yang baru


dimasukkan ke dalam kolom
reaktor sampai mengisi
rongga-rongga beads dan
tersisa ruang 7 cm dari atas
kolom reaktor (V mL)

Larutan CaCl2 dalam kolom


reaktor dikeluarkan melalui
aliran bawah

Sel terimmobilisasi (dalam


larutan CaCl2) / beads
dimasukkan ke dalam kolom
reaktor sampai tersisa ruang
7 cm dari atas kolom reaktor
(aerob)

Proses fermentasi

30 detik pertama diambil


volume produk ( V/t dalam
mL/menit)

Dilakukan 4x sampling
setiap 2 menit

Pompa dihentikan dan laju


alir diubah (kecepatan
divariasikan)

Pompa dimatikan dan


rangkaian semua alat di lepas

Dilakukan sampling 4x
setiap 2 menit

Pompa dihentikan dan laju


alir diubah kembali
(kecepatan divariasikan

Dilakukan sampling 4x
setiap 2 menit

Diperoleh konsentrasi
sample

Dibuat grafik hubungan


antara konsentrasi dengan
laju alir

Kesimpulan dari kinerja sel


immobilisasi pada proses
fermentasi menggunakan
packed column reactor
secara kontinu

Dilakukan titrasi untuk 12


sample menggunakan NaOH
sebagai titran

22 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

23

III.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Immobilisasi sel adalah suatu proses untuk menghentikan pergerakan dari molekul enzim

atau sel yang ditahan pada tempat tertentu dalam suatu ruang reaksi yang digunakan sebagai
katalis. Bakteri yang digunakan adalah Acetobacter aceti yang memiliki kemampuan
untuk mengkonversi alkohol menjadi asam asetat. Immobilisasi yang dilakukan ialah
immobilisasi fisik, yaitu dengan membungkus bakteri dengan alginate.
a. Pembuatan Media

Tahapan awal yang dilakukan, membuat media aktivasi 400 mL dengan komposisi
sebagai berikut.

Bacto pepton 2%
Yeast ekstract 0,5%
Glukosa 2%
Aquadest 100 mL
Pembuatan media aktifasi untuk bakteri Acetobacter aceti, media aktivasi dari

erlenmeyer yang sudah di sterilisasi diambil secukupnya lalu dimasukan ke media kultur murni
agar miring yang berisi bakteri Acetobacter aceti, kemudian bakteri Acetobacter aceti diambil
dengan cara menggesekkan jarum ose di permukaan saja agar bakteri Acetobacter aceti dapat
larut dengan media aktivasi, lalu tuangkan ke erlenmeyer. Setelah dimasukkan ke dalam media
aktivasi, tumbuhkan bakteri dengan menginkubasinya dalam inkubator selama 2-3 jam pada suhu
30oC. Saat pembuatan inokulum, setiap proses dilakukan secara aseptis. Hal ini harus dilakukan
dengan tujuan agar tidak ada mikroorganisme dari luar yang masuk ke dalam media aktivasi
yang dapat mengakibatkan media terkontaminasi.
Kedua, pembuatan media produksi. Media produksi mempunyai komposisi yang terdiri
dari NH4NO3, KH2PO4, MgSO4.7H2O ,ethanol dan glukosa, setelah dicampurkan lalu
disterilisasi.. Selain pembuatan media diatas, kami pun membuat air garam steril, larutan CaCl 2,
dan natrium alginat 8% dalam 200 ml. Pembuatan air garam steril hanya membutuhkan aquadest
dan garam yang kemudian disterilisasi, air garam steril berfungsi untuk mencuci beads yang akan
dimasukkan ke dalam reaktor kolom. Larutan CaCl 2 merupakan larutan yang terdiri dari serbuk

23 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

24

garam CaCl2 yang dilarutkan dalam aquadest kemudian disterilkan. Larutan CaCl 2 berfungsi
untuk menstabilkan beads yang dibuat dan memperkuat dinding bead. Natrium alginat 8% dalam
200 mL ini dipasteurisasi pada suhu 70-80 oC. Pasterurisasi merupakan suatu bentuk sterilisasi
yang bertujuan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak diinginkan tanpa merusak
komponen komponen yang terdapat dalam natrium alginat.
b. Pembuatan Beads
Pembuatan beads dilakukan dengan cara mencampurkan natirum alginat dengan media
aktivasi berisi bakteri kemudian dimasukkan CaCl2 dengan cara disuntikkan tetes demi tetes.
Beads kemudian akan terbentuk dengan sendirinya. Beads yang baik akan berbentuk bulat
sempurna, berwarna coklat, dan dinding beads akan mengeras dalam larutan CaCl 2. Proses ini
harus dilakukan secara aseptis.

IV.

KESIMPULAN
V.

Berdasarkan

percobaan

yang

telah

dilakukan

dapat

disimpulkan beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:

Imobilisasi sel merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk
membuat

suatu

produk

asam

lemah

seperti

asam

asetat

dengan

menggunakan bakteri seperti Acetobacter aceti.


VI.

VII.

Daftar Pustaka

Rusmana, Iman., 2008. Sistem Operasi Fermentasi, Departemen Biologi FMIPA IPB,
Bogor Jawa Barat.

Purnomo, Bambang., 2010. Asosiasi Pengusaha Bioetanol Indonesia.

Widaja, Tri., dan Budhikarjo, Kusno., 2007. Pengaruh Recycle Rate dan Konsentrasi
Alginat Terhdapat Produktifitas Etanol dengan Proses Fermentasi Ekstraksi,
Laboratorium Perpindahan Masa dan Panas Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi
Industri-Institut Teknologi Surabaya Jawa Timur.

24 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

25

Seminar Teknik Kimia Soehadi Reksowardojo ISSN 0854-7769 2007

Mulyanto., Widjaja, Tri., Hakim, Abdul., dan Frastiawan, Eko., 2010. Produktifitas
Etanol dari Molases dengan Proses Fermentasi Kontinyu Menggunakan Zymomonas
mobilis dengan Teknik Immobilisasi Sel K-Karaginan dalam Bioreaktor Paccked-Bed,
Laboratorium Teknologi Biokimia Jurusan Teknik Kimia FTI-ITS Kampus ITS Sukolilo,
Surabaya Jawa Timur.

Wahyudin., 2009. Proses Produksi Etanol Oleh Saccharomyces Cerevisiae Dengan


Operasi Kontinyu Pada Kondisi Vacum, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Diponegoro, Semarang Jawa Tengah.

Sharifani, Shinta., 2010. Degradasi Biowaste Fase Cair, Slurry dan Padat dalam Reaktor
Batch Anaerob Sebagai Bagian dari Mechanical Biological Treatment (Degradation of
Biowaste in Liquid, Slurry, and Solid Phase in Anaerob Batch Reactor As Part of
Mechanical Biological Treatmen)t, Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Sipil dan
Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Bandung Jawa Barat.

Indriawati., dan Aprilianto, Rommy., 2009. Identifikasi Proses Pada Bioreaktor Anaerob
Untuk Pengolahan Limbah Cair Tahu, Jurusan Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya Jawa Timur.

Widjaja, Tri., Hariani, Natalia., Gunawan, Setio., dan Darmawan, R., 2010. Teknologi
Immobilisasi Sel Ca-Alginat Untuk Memproduksi Etanol Secara Fermentasi Kontinyu
Dengan Zymomonas Mobilis Termutasi, Laboratorium Teknologi Biokimia Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya Jawa Timur.

Puspita, Elok., Silviana, Hana., 2010. Fermentasi Etanol Dari Molasses Pada KKaraginan, Jurusan Teknik Kimia, Fak. Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya Jawa Timur.

25 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia

26

Satiwihardja, Budiatman., Wibisono, Beni., Murdiyatmo, Untung., 2010. Proses


Fermentasi Fed-Batch untuk Produksi Dekstranase dengan Streptococcus sp. B7 (FedBatch Fermentation Processes to Produce Dextranase from of Streptococcus sp. B7),
Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Foleta, Institur Pertanian Bogor, Kampus IPB
Darmaga, Bogor Jawa Barat.

VIII. LAMPIRAN
IX.
N

X.

Gambar

XI.

Keterangan

XII.
1

XIV.

Pembuatan Natrium Alginat 8 %

XIII.
XV.
2

XVII. Pasteurisasi Larutan Natrium Alginat


pada suhu 80oC

XVI.

26 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

27

Immobilisasi Sel Dan Evaluasi Kinerja Reaktor Immobiliasi


Sel| Kelompok 5 D3-Teknik Kimia
XVIII.
3

XX.

Pembentukan beads dengan menyuntikan


media produksi ke dalam larutan CaCl2

XIX.
XXI.

27 | L a p o r a n P r a k t i k u m B i o p r o s e s

You might also like