You are on page 1of 17

Treatment of burns in the first 24 hours: simple

and practical guide by answering 10 questions in a


step-by-step form
Ziyad Alharbi1*, Andrzej Piatkowski1,2, Rolf Dembinski3, Sven Reckort1,4, Gerrit
Grieb1, Jens Kauczok1 and Norbert Pallua1

Abstrak
Residen dalam pelatihan, mahasiswa kedokteran dan staf lainnya di bidang bedah,
instalasi gawat darurat (IGD) dan unit perawatan intensif (ICU) maupun unit luka bakar
menghadapi bertubi-tubi pertanyaan mengenai perawatan luka bakar. Perawatan luka bakar
tidak selalu mudah. Terlebih lagi panduan nasional dan internasional berbeda dari satu
wilayah dengan wilayah lainnya. Di satu sisi penting untuk mengerti patofisiologi, klasifikasi
luka bakar, perawatan bedah dan ilmu terkini dalam luka bakar. Di sisi lain situasi klinik
dalam menangani kasus seperti ini membutuhkan panduan yang jelas supaya bisa menangani
seluruh aspek prosedur perawatan. Karena itu, 10 pertanyaan telah disusun dan didiskusikan
secara langkah per langkah agar bisa mencapai kesempurnaan dalam pendidikan dan
perawatan optimal luka bakar pada 24 jam pertama. 10 pertanyaan ini akan mendiskusikan
secara jelas kriteria merujuk ke unit luka bakar, survey primer dan sekunder, perkiraan luas
permukaan area luka bakar (%TBSA/total burned surface area) dan derajat luka bakar
sekaligus cara melakukan resusitasi, intervensi rutin, pemeriksaan laboratorium, indikasi
bronkoskopi dan penanganan khusus trauma inhalasi, konsultasi cepat dan rujukan,
pembedahan darurat dan melakukan rawat inap. Mengerti dan menjawab kesepuluh
pertanyaan ini tidak hanya meliputi proses penanganan luka bakar dalam 24 jam pertama
namun juga menjadi panduan yang jelas untuk proses pembelajaran.
Kata kunci: perawatan luka bakar, pembedahan luka bakar, unit luka bakar, resusitasi luka
bakar, panduan perawatan luka bakar
Pendahuluan
Selama rotasi ke instalasi gawat darurat (IGD), bagian bedah maupun luka bakar, residen
dalam pelatihan harus memperhatikan patofisiologi dan klasifikasi luka bakar, perawatan dan
ilmu terkini pada luka bakar termasuk prognosis [1]. Menangani luka bakar pada 24 jam
pertama merupakan salah satu tantangan terbesar pada perawatan luka bakar dan dapat
menjadi acuan derajat morbiditas dan mortalitas. Karena itu, panduan perawatan luka bakar

dalam 24 jam pertama akan sangat membantu. Banyak panduan terpercaya mengenai hal ini
terbit seperti panduan American Burn Association untuk rujukan ke pusat perawatan luka
bakar dan panduan operasi di unit luka bakar. Lebih lanjut, harus diketahui bahwa
International society for Burn injuries (ISBI) bekerja dengan baik dengan menyediakan
pendidikan dan beberapa panduan bersama dengan World Health Organisations dan banyak
organisasi Eropa seperti European Burn Association, German Society for Burn Treatment dan
British Burn Association for the treatment of Burn injuries.
Panduan praktis ini dibuat untuk memudahkan residen, mahasiswa kedokteran dan staf
medis mengerti prinsip dasar penanganan yang harus dilakukan pada semua kasus luka bakar
dalam 24 jam pertama. Semua pihak harus mengerti benar tanggung jawab masing-masing
terhadap semua pasien yang berbeda dan harus bisa mengidentifikasi proses penanganan
secara komprehensif. Jadi tidak hanya bermaksud merawat seluruh lukanya namun juga harus
bisa memulihkan kembali pasien termasuk faktor psikologis, sosial dan tentu saja secara fisik.
Tujuan
Artikel ini terutama ditulis untuk tujuan pendidikan. Kami percaya bahwa informasi yang
baik dan jelas akan meningkatkan kualitas perawatan walaupun tanpa fasilitas lengkap. Target
populasi adalah semua dokter, dokter bedah, residen, koass, mahasiswa kedokteran dan
semua pihak yang bertanggung jawab terhadap pasien luka bakar di bagian bedah, instalasi
gawat darurat (IGD) dan ruang rawat intensif (ICU) atau unit luka bakar.
Metode
Sebuah panduan yang jelas telah disusun untuk target populasi di atas, yang meliputi 10
pertanyaan yang harus ditanyakan dan dijawab dengan baik untuk mengerti penanganan
pasien luak bakar pada 24 jam pertama. Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan yang
dimaksud:
1. Apakah pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk ke unit luka bakar?
2. Bagaimana melakukan survey primer dan sekunder?
3. Bagaimana memperkirakan luas permukaan area luka bakar (%TBSA)?
4. Apa aspek utama resusitasi?
5. Apa intervensi rutin yang harus dilakukan pada setiap kasus luka bakar yang dibawa
ke unit luka bakar?
6. Pemeriksaan laboratorium apa yang harus diperiksa?

7. Apakah pasien menderita trauma inhalasi dan apakah bronkoskopi harus dilakukan
terhadap semua pasien?
8. Konsultasi apa yang harus segera dilakukan?
9. Apakah pasien memerlukan operasi darurat atau tidak?
10. Rawat inap macam apa yang harus diberi?
Lebih lanjut lagi, artikel ini tidak hanya menguraikan panduan yang harus diikuti tetapi juga
menjelaskan setiap poin dan juga memperkirakan bahwa tidak semua rumah sakit di dunia
memiliki unit luka bakar khusus dan kebanyakan perawatan terjadi di instalasi gawat darurat
(IGD). Lebih lanjut, panduan internasional mengenai perawatan luka bakar juga telah dibahas
dalam literatur.
10 pertanyaan sebagai panduan praktis:
1. Apakah pasien memenuhi kriteria untuk dirujuk ke unit luka bakar?
Jawaban yang jelas harus diberikan dalam situasi sebelum masuk ke rumah sakit. Ini
harus dilakukan oleh orang yang melakukan rujukan atau dokter yang menyertai.
Pasien luka bakar tidak selalu harus langsung dibawa ke unit luka bakar. Pada situasi
dimana sebuah pusat luka bakar tidak mampu menerima pasien, perawatan awal dapat
dilakukan di instalasi gawat darurat (IGD) sampai pemindahan ke unit luka bakar
dapat dilakukan. Kriteria utama melakukan rujukan ke unit luka bakar adalah seperti
berikut [2]:

Luka bakar derajat dua dan tiga lebih dari 10% TBSA pada pasien berumur
kurang dari 10 tahun dan lebih dari 50 tahun.

Luka bakar derajat dua dan tiga lebih dari 20%

Luka bakar derajat tiga lebih dari 5%

Luka bakar pada wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum dan sendi utama

Luka bakar listrik (termasuk tersambar petir)

Luka bakar kimia

Trauma inhalasi

Pasien yang memang sedang sakit

Luka bakar derajat tiga yang mengelilingi ekstremitas atau dada

Luka bakar dengan trauma konkomitan dengan resiko morbiditas dan mortalitas
tinggi (ex trauma ledakan)

2. Bagaimana melakukan survey primer dan sekunder?


Luka bakar itu sendiri memiliki peran sekunder saat melakukan survey primer. Saat
pasien masuk ruangan, panduan Advanced Trauma Life Support (ATLS) harus
dilakukan dan poin-poin berikut harus di periksa:
Airway: pengenalan adanya kelainan airway secara dini yang diikuti dengan intubasi
yang cepat dapat menyelamatkan nyawa [3]. Jika ada abu bekas pembakaran dalam
mulut, pertimbangkan intubasi dini walau pasien dapat bernapas secara normal.
Breathing: perkirakan apakah pasien mengsirkulasikan udara atau tidak
Circulation: dapatkan akses vaskuler yang baik dan alat monitor untuk mengendalikan
denyut jantung dan tekanan darah
Disability: periksa apakah ada manifestasi klinis lain seperti fraktur dan deformitas,
cedera abdomen maupun defisit neurologis
Exposure: pasien harus terekspos seluruhnya dan harus lepas dari pakaian. Seluruh
orifisium harus terekspos saat ini.
Fluid resuscitaion: tindakan wajib pada penanganan. Poin ini dibahas pada pertanyaan
ke-3 setelah perhitungan luas permukaan area luka bakar (%TBSA) tetapi panduan
Acute Trauma Life Support (ATLS) harus diikuti untuk menjaga sirkulasi.
Perlu dicatat bahwa pada anak-anak rentan terjadi hipotermia karena tingginya rasio
luas permukaan dan volume serta rendahnya massa lemak. Suhu ruangan harus
berkisar antara 28C dan 32C (82F dan 90F). Suhu tubuh pasien harus selalu dijaga
di atas 34C.
Survey sekunder diciptakan sebagai survey khusus luka bakar. Dilakukan saat pasien
masuk unit luka bakar. Riwayat lengkap harus didapat, meliputi:

Deteksi mekanisme cedera

Waktu kejadian

Kemungkinan penyiksaan [4]

Tinggi badan dan berat badan

Kemungkinan adanya intoksikasi karbon monooksida berdasarkan luka bakar


pada tempat tertutup dan adanya abu bekas luka bakar dalam mulut dan hidung [5]

Luka bakar pada wajah

Pemeriksaan kornea juga penting dilakukan, juga pemeriksaan telinga pada cedera
ledakan. Pemeriksaan menyeluruh secara sistemik harus dilakukan pada saat ini
termasuk pemeriskaan abdomen, area genital, ekstremitas atas dan bawah (coba: Xray, C-spine, thoraks dan pelvis). Jika pasien adalah anak-anak cari tanda-tanda
penyiksaan.
3. Bagaimana memperkirakan total luas permukaan luka bakar (%TSBA) dan derajat
luka bakar?
Luas permukaan tubuh total (TSBA) merupakan ukuran peniaian luka bakar pada
kulit. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar.1, pada dewasa rule of nine digunakan
untuk menentukan persentasi total daerah yang tekena luka bakar untuk setiap bagian
utama tubuh [6,7]. Namun, aturan ini tidak dapat digunakan untuk luka bakar anak.
Diagram Lund-Browder merupakan salah satu metode yang paling akurat untuk
memperkirakan tidak hanya ukuran area luka bakar tetapi juga derajat luka bakar di
setiap masing-masing bagian tubuh. Penggunaan diagram ini memperlihatkan cara
yang mudah dan cepat dibaca dalam praktek klinis serta dapat digunakan pada luka
bakar anak [7]. Diagram ini tersedia di berbagai pusat dan juga secara online. Perlu
diketahui bahwa alamat internet telah dimasukkan dalam artikel ini agar dapat diakses
untuk tujuan pendidikan. Penilaian yang akurat harus dilakukan untuk memperkirakan
jumlah cairan intravena, indikasi untuk merujuk ke unit luka bakar dan indikasi
pembedahan serta untuk menentukan prognosis. Derajat luka bakar dihitung untuk
mempekirakan prognosis serta jenis pengobatan dan jenis pembedahan yang harus
dilakukan. Luka bakar diklasifikasikan menjadi :

Derajat I : kemerahan khas dan nyeri pada kulit yang terkena. Kerusakan kecil
dari epitel terjadi tanpa bula. Biasanya seperti terbakar sinar matahari.

Derajat II :
o Superficial : kerusakan seluruh epitel dan hanya terjadi kerusakan papiler
kulit. Derajat ini tidak menyebabkan kerusakan neuroovaskular. Dengan
demikian, luka itu menyebabkan nyeri, perdarahan dan menimbulkan
bula. Perbaikan epitel terjadi dalam waktu 14 hari. Hal ini sebagian besar
tidak meninggalkan bekas luka setelah penyembuhan. Terkadang ada
perbedaan warna pada kulit yang sudah sembuh.

o Profunda : kerusakan seluruh epitel dan kerusakan retikular dermis.


Disertai dengan kerusakan neurovaskular. Dengan demikian, secara umum
tanpa perdarahan atau sensasi dan tampak berwarna putih. Terdapat bula
yang lebih besar dibandingkan dengan derajat luka bakar yang superficial.
Penyembuhan terjadi dalam waktu yang lama, lebih dari 14 hari dan
meninggalkan bekas luka.

Derajat III : mengenai epidermis, dermis dan jaringan subkutan. Kulit tampak
kasar terdiri dari gumpalan trombus (Gambar.2)

Derajat IV : melibatkan fascia, otot dan tulang

Superficial burn injury (derajat I)


Superficial partial-thickness burn ( derajat II-superficial)
Deep partial-thickness burn (derajat II-profunda)
Full thickness burn (derajat III)
Luka bakar derajat IV (klasifikasi ini diperdebatkan karena beberapa referensi
tidak menyetujui derajat ini)
Gambar.1

Gambar.2

4. Apa saja aspek utama dari resusitasi?


Perhitungan dari total daerah yang terbakar (% TBSA) merupakan hal yang mendasar
pada resusitasi. Charles Baxter, MD, di Parkland Hospital, Southwester University
Medical Centre, dirancang pada tahun 1960 [8,9], yaitu Parkland formula yang
berguna untuk menghitung kebutuhan cairan tubuh untuk 24 jam pertama. Meskipun
telah banyak dilakukkan perubahan pada formula ini, namun formula ini masih
merupakan salah satu cara yang paling mudah untuk menghitung jumlah cairan pada
pasien-pasien dengan luka bakar.
4 mL x Berat badan pasien x TBSA = jumlah cairan yang diberikan pada 24 jam
pertama

50% dari jumlah cairan ini diberikan secara intravena pada 8 jam pertama, mulai dari
waktu pertama pasien terluka bakar, dan 50% sisanya secara intravena juga selama 16
jam terakhir pada hari pertama.
Tipe cairan yang diberikan masih dalam perdebatan.Ringer laktat biasanya yang
paling banyak digunakan sekarang. Beberapa menyarankan balanced electrolyte
solutions seperti ringer-asetat untuk mencegah tingginya kadar laktat pada pemberian
cairan. Menurut pengalaman dan pengetahuan yang selama ini didapatkan peneliti,
peneliti percaya bahwa balanced electrolyte solution merupakan pilihan yang aman
dan direkomendasikan oleh pusat penelitian. Lagi pula, penduduk dengan luka
terbakar biasanya membutuhkan volume cairan resusitasi yang lebih banyak sekitar
30-40% lebih tinggi (mendekati 5,7 mL/kg/%TBSA) dari prediksi oleh formula
parkland [10,11].Klein dkk mengusulkan bahwa pasien-pasien sekarang mendapatkan
lebih banyak cairan dibandingkan dulu.Tujuannya adalah untuk menemukan
signifikan

predictor

pada

kemungkinan

negative

setelah

resusitasi.Mereka

menyimpulkan bahwa lebih tinggi cairan yang diberikan, maka lebih tinggi juga
resiko terjadinya komplikasi, seperti komplikasi pada paru-paru [12, 13].Hasil-hasil
tersebut mendukung bahwa pemberian cairan yang berlebihan pada jam-jam pertama
penanganan pada luka bakar mungkin menyebabkan terjadinya oedem yang tidak
seharusnya terjadi. Secara klinis, kebutuhan cairan secara individu, setelah pemberian
cairan dengan menggunakkan beberapa formula yang disarankan, setidaknya harus
dimonitor oleh beberapa fakto penting diantaranya urin output, tekanan darah, tekanan
vena central. Pokok penting dan pertimbangan untuk tercapainya tujuan resusitasi
adalah untuk menjaga urin output kira-kira 0,5 ml/kg/jam pada orang dewasa dan 0,51,0 ml/kg/jam pada pasien dengan berat badan kurang dari 30 kg [15].Kegagalan
untuk mencapai tujuan tersebut harus ditujukan dengan kenaikan pemberian cairan
secara hati-hati dengan rata-rata kenaikan sebanyak 25% [16].
Berdasarkan pada kebocoran kapiler, pusat-pusat penelitian menyarankan untuk tidak
menggunakan cairan koloid dan produk darah lainnya pada 24 jam pertama [17]. Jika
digunakkan pada fase awal (sampai 12 jam), akan menyebabkan oedem jaringan dan
komplikasi pada paru-paru. Lagi pula cairan koloid tidak berhubungan dengan
peningkatan angka kehidupan, dan harganya lebih mahal dibandingkan dengan cairan
kristaloid. [18]. Liberati dkk mendukung bahwa tidak ada bukti bahwa produk-produk
darah (termasuk albumin) menurunkan angka kematian jika dibandingkan dengan

alternative yang lebih murah seperti saline [19]. Dosis pemeliharaan diberikan pada
24 jam pertama. Dapat dihitung berdasarkan [1, 20]:

100 ml/kg : untuk 10 kg pertama


50 ml/kg : untuk 10 kg kedua
20 ml/kg : untuk setiap kg diatas 20 kg
untuk anak-anak:
formula Parkland yang dimodifikasi :
4 mL x Berat badan x TBSA x maintenance fluid = jumlah cairan yang diberikan pada
24 jam pertama
5. Apa saja intervensi rutin yang harus dilakukkan utnutk setiap kasus luka bakar
selama berada di Burn Unit?
Setiap pasien dengan luka bakar mempunyai luas dan kedalaman yang berbeda-beda.
Kondisi pasien sebelumnya mempunyai peranan penting pada fase ini. Kateter vena
central dan arterial line dilakukan jika pasien dalam kondisi hemodinamik yang tidak
stabil atau analisis gas darah secara rutin dibutuhkan. Lagi pula, Nasogastric tubedan
urinary catheter diindikasikan pada pasien dengan TBSA 20% atau lebih. Nasogastric
tube akan menginisiasi pemasukan makanan yang segera dan mengurangi
kemungkinan terjadinya ileus atau aspirasi. Urinary catheter yang dilengkapi dengan
pengukur suhu lebih diutamakan.
Sebelum mencuci luka, swabs untuk pemeriksaan mikrobiologi harus diambil dari
daerah-daerah yang berbeda termasuk daerah yang terbakar, mulut, hidung dan daerah
inguinal. Harus ditekankan bahwa luka pasien dicuci dengan menggunakan air hangat
dan di evaluasi lebih lanjut sehubungan dengan total daerah yang terbakar (TBSA)
sama baiknya dengan derajat luka bakar. Evaluasi yang pasti dari total daerah yang
terkena (TBSA) hanya dapat dibuat saat pasien seluruhnya tercuci dan luka-luka dapat
dinilai. Pada fase ini, indikasi untuk pembedahan dilakukan termasuk diantaranya
escharotomy, debridemen dan dalam situasi tertentu dilakukan skin grafting.hal ini
akan didiskusikan pada pertanyaan ke 9.
6. Apa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan ?

Pemeriksaan laboratorium dasar yagn dilakukan diantaranya:

Hitung jenis darah lengkap dan analisis gas darah

Garam dan elektrolit

Prothrombin time (PT) / Partial thrombin time (PTT) dan International


Normalized Ration (INR)

Kultur sputum dan sensitifitas

Creatine Kinase (CK) dan C-reactive protein (CRP)

Glukosa darah

Urine drug test

Human chorionic gonadotropin (B-HCG): jika pasien perempuan,

Albumin

Thyroid values dan myoglobin measures

7. Apakah pasien mempunyai luka pada saluran pernafasan dan apakah bronchoscopy
diindikasikan untuk semua pasien?
Luka bakar terjadi pada daerah yang tertutup dan semua luka bakar yang mengenai
kepala secara subjektif mempunyai luka pada saluran pernafasan [22,23]. Jika
dicurigai ada intoksikasi karbon monoksida, dilakukan analisis gas darah untuk
mendeteksi adanya carboxyhemoglobin (COHb), dengan segera berikan oksigen
100%, tes foto thorax dan pertimbangkan kemungkinan dilakukannya terapi
hyperbaric oxygen (HBO). Kadar COHb lebih tinggi dari 20% atau disertai dengan
deficit neurologic merupakan indikasi absolut untuk terapi HBO, mengingat jumlah
COHb 10% atau lebih merupakan indikasi relative untuk terapi HBO. Secara
keseluruhan, pasien yang terintubasi memberikan akses yang baik untuk dilakukan
bronchoscopy. Pada kasus ini, fiberoptic bronchoscopy dapat digunakan untuk
mengevaluasi oedem saluran pernafasan secara lebih luas dan proses inflamasi yang
disebabkan oleh segala bentuk luka saluran pernafasan termasuk intoksikasi karbon
monoksida [22,23]. Pada sebagian lain, penggunaan bronchoscopy masih dalam
perbebatan dalam penatalaksanaan mengingat bronchoscopy merupakan prosedur
invasive.
8. Apa konsultasi yang harus dilakukan dan diperhatikan sesegera mungkin?

Berdasarkan survey tambahan, beberapa konsultasi mungkin dibutuhkan. Seperti


dalam kasus luka bakar pada muka, diantaranya :

Departemen Otolaryngology (ENT): untuk menyingkirkan kemungkinan adanya


luka bakar pada saluran pernafasan bagian atas, oedem laring, atau pada kasus
dimana terjadi rupture membrane timpani

Opthalmology: untuk menyingkirkan adanya erosi atau ulcerasi kornea

Mengikuti prosedur yang sama seperti pada survey yang utama. Berdasarkan Advance
Trauma Life Support (ATLS), konsul dilakukan bila terjadi:

Trauma pembedahan

Pembedahan abdomen

Pembedahan saraf

9. Apakah pasien memerlukan operasi darurat atau tidak?


Debridement :
Istilah debridement bukan hanya sekedar prosedur bedah. Debridement dapat
dilakukan oleh bedah, kimia, mekanik atau prosedur autolitik. Modalitas bedah
termasuk permulaan eksisi tangensial (necrotomy) dari jaringan yang terbakar dan
penutupan luka awal dengan skin grafts meyebabkan peningkatan signifikan tingkat
kematian dan biaya yang jauh lebih rendah untuk pasien [25,26]. Selanjutnya, dalam
beberapa keadaan, escharotomy atau fasciotomy harus dilakukan.
Indikasi debridement bedah:
1) Luka bakat derajat kedua profunda
2) Luka bakar atau jenis lainnya yang sangat terkontaminasi
3) Luka bakar derajat tiga yang melingkar dan dicurigai kompartemen sindrom
(pikirkan escharotomy)
4) Luka bakar yang melingkar sekitar pergelangan tangan (pikirkan kemungkinan
Carpal Tunnel)
Manfaat debridement :
1) Mengurangi jumlah jaringan nekrotik (bermanfaat untuk prognosis)
2) Mendapatkan contoh untuk tujuan diagnosis (jika diperlukan)

Komplikasi debridement :
1) Nyeri
2) Perdarahan
3) Infeksi
4) Risiko terangkatnya jaringan yang sehat
Kontaindikasi debridement :
1) Suhu tubuh inti < 34oC
2) Ketidakstabilan kardiovaskular dan sistem pernapasan
Setiap peserta pelatihan harus mengetahu hal berikut :

Eksisi tangensial : eksisi tangensial dari bagian kulit yang superfisial

Eksisi epifisial : teknik ini digunakan untuk luka bakar yang luas sampai tingkat
subkitikular

Eksisi subfasial : diindikasikan ketika luka bakar sangat dalam dan mencapai
fascia serta otot. Hal ini diperlukan hanya dalam kasus-kasus khusus

Escharotomy : diindikasikan untuk luka bakar derajat tiga dan derajat dua yang
melingkar ke kulit dalam. Ini digunakan untuk mencegah jaringan lunak
kompartemen sindrom, karena bengkak setelah luka bakar yang dalam.
Escharotomy dilakukan dengan membuat sayatan menembus eschar untuk
membuka jaringan lemak di bawahnya. Diilustasikan dalam gambar 3.
Perhatikan garis escharotomy pada ibu jari dan kelingking, sebagai standar
internasional, harus selalu dilakukan pada sisi radial dan bukan pada sisi ulnar.
Insisi escharotomy untuk jari telunjuk, jari tengah dan jari manis dilakukan
seanjang sisi ulnar

Fasciotomy : prosedur yang digunakan untuk mengobati kompartemen sindrom


akut. Sayatan dibuat pada kulit sampai fascia dimana akan mengurangi tekanan.
Perlu diperhatikan bahwa Carpal Tunnel Syndrom (CTS) dapat mengakibatkan
luka bakar yang melingkar pada pergelangan tangan disertai pembengkakan
yang melingkar.
Setelah pemilihan prosedur dari kategori di atas, luka yang dibuat harus ditutup.
Autografts yaitu split-thickness skin grafts (autulogous skin transfer), tetap
menjadi andalan pengobatan untuk banyak pasien (Gambar 4a-d dan 5)

Pengganti kulit atau matiks dapat digunakan jika luas permukan luka bakar besar.
Berikut beberapa contoh :

Biobrane : balutan luka biosintetik terdiri dari film silicone dengan kain nilon

Suprathel : pengganti kulit inovatif terbuat dari polylactide untuk pengobatan


luka kulit yang dangkal terutama luka bakar derajat dua yang superfisial

Alloderm : kultur dan produk kulit yang digunakan dibawah skin grafts untuk
menghasilkan struktur berlapis dari dermis dan epidermis pada graft

Integra : luka matriks bilayer terdiri dari matriks berpori cross-linked kolagen
tendon sapi dan glikosaminoglikan dan lapisan semi-permeable polisiloksan
(silikon). Harus digunakan dalam two step-procedure [27].

Matriderm : matirks tiga dimensi yang terdiri dari kolagen dan elastin. Panduan
penggunaan autologous cell untuk membentuk neo-dermis [28,29]. Dapat
digunakan dalam satu langkah serta prosedur dua langkah
Perhatikan bahwa dalam banyak kesempatan, cakupan langsung dari luka tidak
dapat dicapai. Dalam hal ini, cakupan sementara disukai. Setalah menstabilkan
pasien dan luka di tempat tidur, direncanakan rekontruksi untuk menutup luka
secara permanen. Pada kondisi ini, beberapa metode dapat dilakukan termasuk :
o Allografts : kulit cadaver yang diigunakan untuk penutup sementara
o Xenografts : graft diambil dari spesies lain (sapi atau babi) dapat digunkan
sebagai penutup sementara

Gambar.3

10. Apakah macam rawat inap yang harus diberi?


Pengecekan rutin rawat inap meliputi :

Tanda-tanda vital : pemantauan berlanjut denyut jantung, tekanan darah, tekanan


nadi, irama pernapasan, suhu dan tekanan vena sentral

Riwayat alergi

Diet : Nil per os (NPO) jika luka bakar > 30% selama 24 jam pertama.
Nasogastric tube segera dipasang untuk makan dan mengurangi kemungkinan
ileus atau aspirasi

Cairan I.V : mengikuti formula Parkland

Tindakan pencegahan dekubitus

Konsultasi : psychiatry atau psychology (hanya jika pasien sadar)

Multivitamin dan zat-zat lain : vitamin C, ZnSO4, selenium dan vitamin E

Profilaksis tetanus

Profilaksis ulkus

Analgesik : pilihan tergantung pada ukuran luka bakar, kedalaman, umur, dan faktor
trauma lainnya seperti trauma tumpul dan patah tulang.
Obat tambahan (ventilasi mekanik untuk dewasa dengan cedera inhalasi akibat
rokok) : nebulasi heparin sulfate dicampur dalam 3 ml saline normal setiap 4 jam
dan 3 ml 20% nebulasi N-acetylcystein ditambah 0,5 ml albuterol sulfate setiap 4
jam untuk 7 hari [30].

Gambar. 4a-d

Gambar. 5

Diskusi
Ada beberapa guidelines yang berhubungan dengan penanganan luka bakar. Jurnal ini
termasuk salah satu dari guidelines yang tersusun oleh organisasi dan dokter-dokter atau
peneliti-peneliti di lapangan. Kis dkk telah mencari literature-literatur antara tahun 1990
sampai tahun 2008 dan mendapatkan 546 penghargaan, dimana 24 diantaranya adalah clinical
practice guidelines pada penanganan regular dan intensif pada pasien dengan luka bakar.
Semua pokok pembicaraan utama tentang luka bakar diambil berdasarkan setidaknya satu
guideline, tetapi tidak ada satu guideline yang menunjukkan semua daerah penting
berdasarkan hasil pemilihan [31]. Sebagai contoh, Alsbjoem B dkk menyusun guideline
untuk penanganan tetapi lebih mengutamakan pada penanganan luka daripada penanganan
secara komprehensif [32].
Salah satu guideline terkenal disusun oleh International Society for Burn Injuries (ISBI)
dan The American Burns Association. Guideline IBSI tidak mendiskusikan mengenai semua
aspek dalam penanganan pada fase akut. Tidak ada keraguan bahwa guidelines dan faktorfaktor lain termasuk perkembangan peningkatan teknologi-teknologi dalam penanganan luka
bakar mempertinggi kualitas dari penanganan untuk pasien dengan luka bakar pada sepuluh
tahun terakhir. Bagaimanapun, beberapa guideline tersebut dibuat terutama untuk bedah
plastik dan menunjukkan terlalu banyak informasi yang berhubungan dengan penanganan
luka dan rencana bedah rekonstruksi jangka lama.
Membandingkan dengan guideline-guideline yang telah dibahas diatas, artikel ini
membahas mengenai penanganan luka bakar pada 24 jam pertama dan termasuk tidak hanya
penanganan bedah tapi juga protokol polytrauma sebagaimana seperti rencana penanganan
dasar intensif untuk pasien-pasien tersebut.

Artikel ini ditulis tanpa adanya maksud untuk menutupi terapi pada luka bakar akibat
trauma elektrik dan luka bakar akibat zat kimia. Kami percaya bahwa luka bakar akibat
trauma elektrik dan zat kimia membutuhkan evaluasi khusus dan penanganan yang berbeda
dibandingkan dengan luka bakar thermal. Secara keseluruhan, luka bakar thermal lebih sering
terjadi jika dibandingkan dengan dua tipe luka bakar terakhir, dan artikel ini lebih membahas
mengenai luka bakar thermal. Lagi pula, artikel ini mengambil pertimbangan bahwa
informasi haruslah secara sederhana namun efektif dengan penjelasan yang baik agar
memudahkan untuk dimengerti dengan cepat.
Kesimpulan
Mengetahui dan menjawab 10 pertanyaan diatas tidak hanya membantu proses
penatalaksanaan luka bakar dalam 24 jam pertama, tetapi juga dapat menjadi panduan yang
baik dan jelas untuk tujuan pendidikan. Kejadian luka bakar dapat benar-benar berbeda,
dengan demikian mahasiswa kedokteran dan personalia dari sektor bedah, Instalasi Gawat
Darurat (IGD), dan Intensive Care Unit (ICU) atau Burn Unit menghadapi banyak pertanyaan
yang berhubungan dengan pasien dengan keadaan darurat. Kami menemukan bahwa metode
ini memberikan hasil dengan tujuan yang bagus dan menambah bukan hanya kualitas dari
penanganan tetapi juga mempertinggi edukasi. Oleh karena itu artikel ini merupakan alasan
yang bagus dan motifasi yang positif untuk kita untuk menyusun 10 pertanyaan lain sebagai
pedoman yang membantu penanganan luka bakar pada 24 jam pertama sampai selesai.

You might also like