Professional Documents
Culture Documents
HIPERTENSI
Berbagai
faktor
seperti
kecemasan
dan ketakutan
dapat
F. Klasifikasi
Klasifikasi takanan darah untuk dewasa 18 tahun atau lebih menurut Sixth
Report of The Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure (Sylvia Anderson Price, 2005) dan
klasifikasi menurut WHO.
Tabel 1 Klasifikasi menurut Sixth Report of The Joint National Committee
on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (Sylvia
Anderson Price, 2005).
Kategori
Normal
Normal Tinggi
Hipertensi
Tingkat 1 (ringan)
Tingkat 2 (sedang)
Tingkat 3 (berat)
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
<130
130-139
Diastolik (mmHg)
<85
85-89
140-159
160-179
180
90-99
100-109
110
Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
<120
<130
130-139
Diastolik (mmHg)
<80
<85
85-89
Tingkat 1 (hipertensi
ringan)
Sub-grup : perbatasan
Tingkat 2 (Hipertensi
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi
berat)
Sub grup : perbatasan
140-159
90-99
140-149
90-94
160-179
100-109
140
<90
140-149
<90
G. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala paling sering ditemukan pada seseorang yang menderita
hipertensi, diantaranya sakit kepala pada bagian belakang, sulit tidur,
gelisah, cemas, dada berdebar-debar, lemas, sesak napas, dan berkeringat
(Sylvia Anderson Price, 2005). Individu yang menderita hipertensi kadang
tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala timbul jika
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem
organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan
patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia dan azetoma
(peningkatan nitrogen urea darah dan kreatinin. Keterlibatan pembuluh
darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang
bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan (Suzanne C. Smeltzer, 2001).
H. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya, pemeriksaan pada leher,
jantung, ekstremitas dan refleks saraf.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum memulai terapi
bertujuan untuk menentukan adanya kerusakan organ resiko lain atau
mencari
penyebab
hipertensi
sebagai
tambahan
dapat
dilakukan
monosodium glutamat.
Menghindari makanan daging kambing, buah durian, minuman
beralkohol
Melakukan olahraga secara teratur
menghentikan kebiasan merokok (minum kopi)
Menjaga kestabilan berat badan padapenderita hipertensi yang
disertai kegemukan
Menghindari stress
2. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis yang diberikan berupa obat-obatan menurut The
Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of
High Blood Pressure (Sylvia Anderson Price, 2005), diantaranya :
Diuretika, terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosteron
Antagonist
Beta Blocker (BB)
Calcium Chanel Blocker atau Calcium antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzym Inhibitor (ACEI)
K. Komplikasi
Komplikasi yang ditimbulkan dari hipertensi, diantaranya :
1. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau
akibat embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan
tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila
arteri-arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertropi dan
menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang diperdarahinya
berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah
sehingga
meningkatkan
kemungkinan
terbentuknya
Pasien
Nama
: ...
Umur
: ...
Jenis kelamin
: ...
Pendidikan
: ...
Pekerjaan
: ...
Status perkawinan
: ...
Agama
: ...
Suku
: ...
Alamat
: ...
Tanggal masuk
: ...
Tanggal pengkajian
: ...
Sumber Informasi
: ...
Diagnosa masuk
: Hipertensi
Penanggung
Nama
: ...
Menanyakan
tentang
penyakit-penyakit
yang
berhubungan
TD :
Nadi : ...
Suhu : ...
RR : ...
b.
c.
d.
Sistem Pernafasan :
e.
Sistem Kardiovaskular :
Dada berdebar-debar
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
h) Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium yang berhubungan
Pada pasien hipertensi didapatkan hasil laboratorium, diantaranya :
HDL meningkat
tekanan darah sistolik dan diastolic lebih dari 140/90 mmHg
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume
sekuncup ditandai dengan penurunan stroke volume index (SVI).
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak ditandai dengan
hipertensi.
3. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer berhubungan
dengan
D. Evaluasi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan volume
sekuncup ditandai dengan penurunan stroke volume index (SVI).
S : pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan tidak mengalami
keletihan.
O : ekspresi wajah klien tampak lebih baik dan pernapasan klien
tampak normal (16x/menit), Klien tidak tampak kelelahan,
tekanan darah klien 120/80 mmHg.
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi klien
2. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak ditandai dengan
hipertensi.
S : Klien mengatakan bahwa nyeri akibat pusing dan sesak berkurang
serta tidak muntah selama perawatan.
O : ekspresi wajah klien tampak lebih baik dan pernapasan klien
tampak normal (16x/menit), klien tidak tampak kelelahan.
TTV klien dalam keadaan normal :
TD: 120/80 mmHg
RR: 16x/ menit
T: 37o C
N: 65x/menit
A : Tujuan tercapai
P : Pertahankan kondisi klien
3. Ketidakefektifan
perfusi jaringan
perifer berhubungan
dengan
nyeri
dan
menggunakan
analgetik
sesuai
DAFTAR PUSTAKA
Arthur C. Guyton, John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Editor: Yudha, E Komara.
Jakarta: EGC
Johnson, M, dkk . 2004. Nursing Outcome Classification (NOC). Mosby:
Philadelphia.
McCloskey, dkk .2004. Nursing intervention Classification (NIC). Mosby:
Philadelphia.
NANDA. 2012. Diagnosa Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2012-2014.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses
Penyakit. Edisi 6. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC
Rahajeng, Ekowati, dkk. 2009. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di
Indonesia. Jakarta. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC.