Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Latar Belakang : Serumen obturans adalah serumen yang tidak berhasil dikeluarkan dan
Kesimpulan : Pada penelitian ini gejala serumen obturans yang paling sering ditemukan
adalah rasa penuh, nyeri dan berdenging. Sedangkan keluhan gatal dan vertigo lebih jarang
ditemukan. Pada masing masing telinga yang ditemukan serumen obturans menunjukan hasil
gangguan pendengaran (tuli konduktif). Serumen obturans disebabkan oleh kebiasaan
penderita yang tidak benar dalam membersihkan telinga. Penelitian menemukan 96,9%
penderita membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud. Dokter dan tenaga
kesehatan lainnya perlu mengedukasi penderita tentang perilaku membersihkan telinga yang
benar sehingga kejadian serumen obturans menurun.
Kata Kunci : Gejala serumen obturans, perilaku membersihkan telinga
Pendahuluan
Serumen secara umum dapat
ditemukan di kanalis akustikus eksternus.1
Serumen adalah campuran sekresi (sekret
kelenjar sebasea dan kelenjar serumen)
yang ada di kulit sepertiga liang telinga.2
Bila serumen tidak berhasil dikeluarkan
maka akan menimbulkan sumbatan pada
kanalis akustikus eksternus atau sumbatan
yang terdapat dikulit sepertiga luar liang
telinga. Hal ini disebut dengan serumen
prop (serumen obturans).3
Penumpukan
serumen
sering
disebabkan oleh produksi kotoran telinga
yang
berlebihan
sehingga
akan
menimbulkan gejala seperti: rasa nyeri
karena terjadi penekanan pada kulit liang
telinga, berdenging, rasa penuh, gatal dan
penurunan pendengaran. Serumen dapat
menghambat penghantaran suara dari
liang telinga luar ke liang telinga dalam
sehingga
menyebabkan
gangguan
4,5
pendengaran yaitu tuli konduktif.
Sumbatan serumen ini memiliki
prevalensi yang cukup tinggi di dunia.
Berdasarkan laporan Karlsmose B dalam
penelitian ACTA Otorhinolaryngologica
Italica tahun 2009 mengatakan bahwa dari
1.507 pasien yang diskrining mengalami
(accidental)
ini
dilakukan
dengan
mengambil kasus atau responden yang
kebetulan ada atau tersedia.
Instrument
pengumpulan
data
dilakukan dengan menggunakan alat ukur
berupa kuesioner. Kuesioner ini disebarkan
kepada seluruh sampel dimana terdiri dari
97 penderita serumen obturans yang
datang ke poliklinik THT RSUD Raden
Mattaher
Jambi.
Kuesioner
yang
digunakan dalam penelitian ini sebelumnya
telah disetujui oleh pembimbing substansi
(Sp.THT) yang disebut dengan content
validity.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian ini dilakukan
pada seluruh penderita yang
mengalami serumen obturans di
Bagian Poliklinik THT RSUD
Raden Mattaher Jambi pada bulan
Februari Maret 2013 sebanyak 97
orang. Dimana 97 orang penderita
ini sebelumnya sudah didiagnosis
mengalami serumen obturans oleh
dokter yang memeriksa di Bagian
Poliklinik THT RSUD Raden
Mattaher Jambi.
Z2 x P (1-P)
n=
d2
Berdasarkan rumus diatas dapat dihitung
jumlah sampel yakni:
Z2 x P (1-P)
n=
d2
2
97
Sampel
diambil
dengan
menggunakan teknik accidental sampling.
Pengambilan sampel secara aksidental
Umur.
No
.
1.
Keterangan
Frekuensi
Persen
tase %
Jenis kelamin
a) Laki laki
b) Perempuan
53
44
54,6
45,4
2.
Umur ( tahun )
a) 11 - 20
b) 21 - 30
c) 31 - 40
d) 41 - 50
e) 51 - 60
f) 61 70
33
26
16
5
9
8
34,0
26,8
16,5
5,2
9,3
8,2
Keteranga
n
Rasa penuh
Nyeri
Berdenging
Gatal
Vertigo
Frekuens
i
72
46
43
24
7
Persentas
e
74,2
47,4
44,3
24,7
7,2
Untuk
mengetahui
persentase membersihkan telinga,
pada
penelitian
ini
peneliti
menanyakan kepada penderita
frekuensi membersihkan telinga
dengan menggunakan panduan
kuesioner. Pada hasil frekuensi
membersihkan telinga didapatkan
hasil:
Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan
Frekuensi Membersihkan Telinga.
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Keterangan
Sekali seminggu
Jarang dibersihkan
Duakali seminggu
Sekali dua minggu
Tidak teratur
Dibersihkan kalau gatal
Frekuensi
57
12
10
8
6
4
Keterangan
Cotton bud
Benda kecil dari logam
Lainnya :
Terapi lilin
Frekuensi
94
2
1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
dan pembahasan yang telah
diuraikan sesuai dengan analisa
pada penelitian ini tentang Gejala
Serumen Obturans dan Perilaku
Penderita Terhadap Membersihkan
Telinga di Bagian Poliklinik THT
RSUD Raden Mattaher Provinsi
Jambi pada bulan Februari Maret
tahun 2013 didapatkan hasil
sebagai berikut :
Gejala Serumen Obturans
Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui bahwa sebagian besar 74,2%
penderita yang mengalami gejala terasa
penuh/pengap, 47,4% penderita yang
mengalami gejala nyeri, 44,3% penderita
yang mengalami berdenging, 24,7%
penderita yang mengalami gatal dan 7,2%
penderita yang mengalami vertigo.
Berdasarkan
gejala
tersebut,
penderita
yang
di
diagnosis
serumen
obturans
menunjukkan hasil tuli konduktif,
dimana di dapatkan tuli konduktif
pada telinga kiri sebanyak 50,5%
(49 penderita), tuli konduktif pada
telinga kanan sebanyak 45,4% (44
penderita), dan 4,1% (4 penderita)
menderita tuli konduktif pada kedua
telinga.
Perilaku
Penderita
Membersihkan Telinga
Terhadap
Saran
Dari hasil pembahasan penelitian,
penderita serumen obturans memiliki
perilaku yang buruk dalam membersihkan
telinga. Untuk itu diharapkan bagi institusi
RSUD Raden Mattaher khususnya tenaga
kesehatan
bagian
Poliklinik
THT
memberikan informasi atau edukasi yang
efektif kepada penderita baik melalui
penyuluhan
maupun
memberikan
pendidikan
kesehatan
langsung
ke
penderita serta dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan pada penderita
serumen obturans.
Daftar Pustaka
1. George.L, Adams. Lawrence.R, Boies.
Peter A, Higher. Boies buku ajar
penyakit THT (boies fundamentals of
otolaryngology).
Edisi
keenam.
Jakarta: EGC. 1997. hal 76-77
2. Beatrice, F. S. Bucolo, R. Cavallo.
Earwax, clinical practice. Acta
Otorhinolaryngology Italica. 2009.
1-20
3. Nagel, Patrick; Gurkov, Robert.
Serumen obsturan. Dalam dasardasar ilmu THT. Edisi Kedua.
Jakarta: EGC. 2012. Hal 8
4. Aziz, Sriana. dkk. Kembali sehat
dengan obat. Edisi kesatu. Jakarta:
Pustaka popular obor. 2004. hal
151
5. Swart, Mark H. Buku ajar
diagnostik fisik. Edisi Kesatu.
Jakarta: EGC. 1995. hal 123-124
6. J. F., Guest M. J. Greener, Robinson
A.
C.,
Impacted
Cerumen:
compotition,
production,
practice
guideline:
Cerumen
Impaction. Otolaryngology-Head
and Neck Surgery. 2008
11.
Elrahem. A, Abd et al. study of
ear wax. Faculty of medicine elminia university. 2004
12. Maharddhika, Manggala. Faktorfaktor
yang
mempengaruhi
pembentukan serumen obturans.
Studi kasus pada siswa SD Kelas V
di Kota Semarang. Karya tulis
ilmiah. Fk UNDIP. 2010
13. Soepardi EA, Iskandar dkk. Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung
tenggorokan kepala dan leher. Edisi
Keenam. Cetakan keempat. Jakarta:
balai pustaka FKUI. 2010