You are on page 1of 6

MOOD STABILIZER

Litium
Litium karbonat dikenal sebagai antimania, atau sebagai mood stabilizer
karena kerjanya terutama mencegah naik turunnya mood pada pasien
dengan gangguan bipolar (manik-depresif). Obat lain yang belakangan juga
diketahui efektif adalah karbamazepin, asam valproat dan antipsikosis
atipikal olanzapin yang ternyata juga efektif sebagai antimania dan mood
stabilizer.
Farmakokinetik
Absorbsi lengkap dalam 6-8 jam, kadar plasma dicapai dalam 30 menit 2
jam. Volume distribusi 0,5 L/kg, eksresi terutama lewat urin, dengan waktu
paruh eliminasi 20 jam.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja yang pasti dari litium sampai saat ini masih dalam
penelitian, tetapi diperkirakan bekerja atas dasar :
1. Efek pada elektrolit dan transpor ion yaitu litium dapat mengganti
natrium dalam membantu suatu potensial aksi sel neuron, tetapi litium
bukan merupakan substrat yang adekuat untuk pompa Na
2. Efek pada neurotransmitter, diperkirakan litium menurunkan
pengeluaran norepinefrin dan dopamin, menghambat supersensitivitas
dopamin, juga meningkatkan sintesis asetilkolin
3. Efek pada second messengers, yakni litium menghambat konversi IP2
menjadi IP1 (inositol monofosfat) dan konversi IP menjadi inositol
Indikasi
Sampai saat ini litium karbonat dikenal sebagai obat untuk gangguan bipolar
terutama pada fase manik dan untuk pengobatan penunjang. Pengobatan

jangka panjang terbukti menurunkan insidens percobaan bunuh diri.


Belakangan, dengan diindikasikannya valproat dan olanzapin untuk indikasi
ini, litium juga dikombinasikan dengan obat tersebut. Hal ini terjadi karena
mula kerja yang lama dari litium sehingga membutuhkan kombinasi dengan
obat lain. Biasanya setelah keadaan manik terkontrol, antipsikosis bisa
perlahan dihentikan, dilanjutkan dengan litium sebagai terapi pemeliharaan.
Pada fase depresif gangguan bipolar, litium sering dikombinasi dengan
antidepresi.
Efek samping
Indeks terapi litium rendah, maka untuk pemberian yang aman perlu
dilakukan pemantauan kadar dalam plasma atau serum. Pemeriksaan ini
dilakukan 10-12 jam setelah dosis terakhir.
Efek samping yang terjadi terutama pada saraf yaitu tremor,
koreatetosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria, dan afasia.
Litium juga dapat menurunkan fungsi tiroid, tetapi biasanya efek ini
bersifat reversibel. Di anjurkan pemeriksaan TSH tiap 6-12 bulan selama
penggunaan.
Pada ginjal, litium dapat menyebabkan nefrogenik diabetes insipidus
yang menyebabkan polidipsi dan poliuria, selain itu juga dapat menyebabkan
nefritis interstisial kronik dan glumerulopati minimal. Pasien yang mendapat
litium harus menghindari keadaan dehidrasi yang dapat meningkatkan
nefrotoksisitasnya.
Dosis dan Sediaan
Litium diberikan dalam dosis terbagi untuk mencapai kadar yang dianggap
aman, yaitu berkisar antara 0,8 dan 1,25 mEq per liter. Ini dicapai dengan
pemberian 900-1500 mg litium karbonat sehari pada pasien berobat jalan
dan 1200-2400 mg sehari pada pasien yang dirawat.

Asam Valproat dan Karbamazepin


Asam valproat, ternyata menunjukkan efek antimania. Efikasinya pada
minggu pertama pengobatan seperti litium, tetapi asam valproat ternyata
efektif untuk pasien yang gagal dengan terapi litium. Efek samping tersering
adalah mual.
Karbamazepin, juga digunakan sebagai alternatif terapi gangguan bipolar
maupun untuk terapi profilaksis. Obat ini juga sering dikombinasi dengan
litium. Dosis yang digunakan sebagai mood stabilizer seperti dosis untuk
antikonvulsi. Belum ada bukti bahwa pengobatan jangka panjang dengan
asam/ garam valproat atau karbamazepin menurunkan resiko percobaan
bunuh diri pada pasien gangguan bipolar.

Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, dkk. Farmakologi dan terapi. Jakarta :


FKUI ; 2009 .h. 177-8

Lanjutan katsung
Kemungkinan terkait dengan beberapa efek lithium pada retensi natrium.
Walaupun peningkatan berat badan sudah diduga pada pasien-pasien yang
mengalami edema, namun retensi air tidak meningkatkan berat badan pada
30% pasien yang mendapat lithium.

E. Efek-efek yang tidak diinginkan pada jantung : sindroma bradikarditakikardi (sick sinus) adalah kontraindikasi mutlak penggunaan lithium
karena ion lithium menekan lenih jauh nodus sinus. Gelombang T yang datar
sering tampak pada ECG tetapi masih tetap meragukan.

F. Penggunaan Selama Kehamilan : Klirens ginjal dari lithium selama


kehamilan meningkat dan kembali pada tingkat lebih rendah segera setelah
melahirkan. Pasien yang konsentrasi serum lithiumnya pada rentang
terapeutik yang baik selama kehamilan dapat berkembang menjadi kadar
toksik setelah melahirkan. Perawatan khusus dalam pemantauan kadar
lithium dibutuhkan pada saat-saat seperti ini. Lithium ditransfer pada bayi
yang menyusui melalui susu ibu, yang konsentrasinya sekitar sepertiga
sampai dengan setengah dari serum. Toksisitas lithium pada bayi baru lahir
dimanifestasikan di dalam letargi, sianosis, refleks moro dan isapan yang
kurang, dan mungkin hepatomegali.
Isu adanya dismorfogenesis tidak pasti. Laporan terdahulu menyatakan
peningkatan frekuensi kelainan jantung, khususnya anomali Ebstein pada
bayi-bayi lithium, tetapi data terbaru menunjukkan bahwa lithium membawa
resiko efek teratogenik yang relatif rendah.
G. Efek yang tidak diinginkan lainnya : erupsi jerawat sementara dalam
perawatan lithium telah dicatat pada awal pengobatan. Beberapa
diantaranya hilang dengan penghentian sementara pengobatan dan tidak
berulang pada penggunaannya kembali. Folikulitis kurang dramatis dan
mungkin lebih sering terjadi. Leukositosis selalu ada selama perawatan
dengan lithium, yang barangkali merefleksikan efek langsung pada
peukopoiesis daripada mobilisasi dari kumpulan marginal. efek yang tidak
diinginkan (adverse) ini telah menjadi efek terapeutik pada pasien dengan
hitung leukosit rendah.

Overdosis
Overdosis terapeutik ternyata umum terjadi dibandingkan dengan overdosis
yang disebabkan mengonsumsi obat dengan sengaja ataupun tidak sengaja.
Overdosis terapeutik biasanya disebabkan oleh akumulasi lithium yang

ditimbulkan oleh perubahan tertentu dalam keadaan pasien, seperti natrium


serum berkurang, pemakaian diuretik, fluktuasi fungsi ginjal, atau kehamilan.
Oleh karena jaringan-jaringan telah berekuilibrasi dengan darah, maka
konsentrasi dari lithium plasma mungkin tidak terlalu tinggi dalam proporsi
tingkat toksisitasnya. Nilai apapun diatas 2 meq/L harus dianggap
diindikasikan kemungkinan toksisitas. Karena lithium merupakan suatu ion
kecil, maka lithium itu sangat mudah didialisis. Peritoneal dialisis dan
hemodialisis keduanya sama-sama efektif, meskipun hemodialisis lebih
disukai. Dialisis harus dilanjutkan sampai konsentrasi plasma turun dibawah
rentang terapi pada umumnya.

Valproic Acid / Asam Valproat


Valproic Acid (valproate), yang dibahas secara detail di bagian lain
sebagai suatu antiepilepsi, telah terbukti memiliki efek-efek antimania dan
yang sekarang sangat banyak digunakan untuk indikasi ini di Amerika
Serikat. Secara menyeluruh, valproic acid menunjukkan kemanjuran yang
ekuivalen dengan lithium pada minggu-minggu awal pengobatan. Akhir-akhir
ini, valproic acid dievaluasi untuk terapi pemeliharaan. Lebih penting lagi
adalah, valproic acid manjur untuk pasien-pasien tertentu yang gagal
memberikan respons terhadap lithium. Kelebihannya lagi, profil efek
sampingnya adalah sedemikian rupa sehingga dokter dapat dengan cepat
meningkatkan dosisnya selama beberapa hari untuk menghasilkan kadar
darah dalam rentang terapi yang jelas, dan satu-satunya faktor yang harus
diperhatikan pada pasien-pasien tertentu adalah mual. pemberian dosis awal
adalah sebesar 750 mg/hari, yang dinaikkan dengan cepat sampai pada
rentang 1500-2000 mg dengan rekomendasi dosis maksimum 60 mg/kg/hari.
Kombinasi valproic acid dengan pengobatan psikotropika lainnya cenderung
dipakai dalam pengelolaan kedua fase penyakit bipolar yang pada umumnya
ditoleransi dengan baik. Valproic acid semakin dikenal sebagai suatu

pengobatan baris pertama yang tepat untuk mania, meskipun tidak jelas
apakah seefektif lithium sebagai terapi pemeliharaan untuk semua subset
pasien. Sebagian besar dokter menolak mengombinasi valproic acid dan
lithium untuk pasien-pasien yang tidak memberikan respons sepenuhnya
pada salah satu agen saja.
Carbamazepine
Carbamazepine telah dianggap sebagai suatu alternatif yang pantas selain
lithium bila lithium tidak memberikan keberhasilan optimal. Carbamazepine
dapat digunakan untuk mengobati mania akut dan juga dipakai sebagai
terapi profilaksis. Efek-efek yang tidak diinginkan biasanya tidak sebesar
efek-efek yang dihubungkan dengan lithium dan kadang-kadang bahkan
lebih rendah dari itu. Carbamazepine dapat digunakan sendiri atau pada
pasien refrakter, dikombinasi dengan lithium, atau meskipun jarang dengan
valproic acid. Cara kerja carbamazepine tidak jelas, tetapi agen ini dapat
mengurangi sensitisasi otak terhadap episode-episode perubahan mood.
Mekanisme seperti itu agak mirip dengan efek antikonvulsinya.
Pemakaian carbamazepin sebagai suatu stabilator mood serupa dengan
pemakaiannya sebagai suatu antikonvulsan. Dosis diberikan mulai dari 200
mg dua kali sehari, dan semakin dinaikkan apbila diperlukan. Pemberian
dosis pemeliharaan serupa dengan yang dipakai dalam pengobatan epilepsi,
yaitu 800-1200 mg/hari. Konsentrasi plasma antara 3 dan 14 mg/L dianggap
cukup, meskipun tidak ada rentang terapi ditentukan. Walaupun diskrasia
darah merupakan efek tidak diinginkan yang paling menonjol pada
carbamazepine saat digunakan sebagai antikonvulsan, efek-efek tersebut
tidak menjadi masalah utama dengan penggunaannya sebagai stabilator
mood.

You might also like