Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia bilier merupakan inflamasi dan obliterasi system bilier
ekstrahepatik pada neunatus.Kelainan dapat mengakibatkan icterus dan
dapat menimbulkan serosis yang cukup berat sehingga memerlukan
transplatasi hati jika tidak terdeteksi secara dini. Terapi berupa
pembedahan: prosedur Kasai,yaitu mengangkat saluran yang mengalami
obliterasi dan menghubungkan kembali duodenum dengan hati untuk
menormalkan aliran getah empedu. Kedekatan usus dengan hati pasca
pembedahan dapat menimbulkan infeksi (Kolangitis asenden).(Berkowitz,
Aaron. 2013)
Penyebab atresia bilier belum dapat dipastikan. Atresia bilier akan
mengakibatkan fibrosis dan sirosis hati pada usia yang sangat dini, bila
tidak ditangani segera. Jika operasi tidak dilakukan, maka angka
keberhasilan hidup selama 3 tahun hanya berkisar 10% dan rata - rata
meninggal pada usia 12 bulan. Di dunia secara keseluruhan dilaporkan
angka kejadian atresia bilier berkisar 1:10.000-15.000 kelahiran hidup,
lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Rasio atresia bilier antara
anak perempuan dan laki-laki 1,4:1, dan angka kejadian lebih sering pada
bangsa Asia. Kolestasis ekstrahepatik sekitar 25-30% disebabkan oleh
atresia billier.(4-7) Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
penyebab kolestasis obstruktif yang paling banyak dilaporkan (>90%)
adalah atresia bilier.
Deteksi dini kemungkinan adanya atresia bilier sangat penting,
sebab keberhasilan pembedahan hepato-portoenterostomi (Kasai) akan
menurun apabila dilakukan setelah umur 2 bulan. Keberhasilan operasi
sangat ditentukan terutama oleh usia saat dioperasi, yaitu bila dilakukan
sebelum usia dua bulan, keberhasilan mengalirkan empedu lebih 80%,
sementara bila sesudah usia tersebut hasilnya kurang dari 20%.
(Julinar,Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, 2009)
etiologi,
patofisiologi,
patogenesis,
penatalaksanaan,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
terjadinya
kontraksi
kandung
empedu
setelah
makan.
B. Definisi
Atresia bilier adalah obstruksi duktus bilier progresif yang
merupakan hasil akhir proses destruksi serta inflamasi yang bermula dari
duktus bilier ekstrahepatik dan disebut juga kolangiopati obliteratif
progresif (progressive obliterative cholangiopathy) yang tidak diketahui
penyebabnya. (Ali, Sulaiman. 2007)
Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang
menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik
sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran empedu. (Wong.
2009)
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses
inflamasi
progresif
yang
menyebabkan
fibrosis
saluran
empedu
acid (DISIDA).Atresia billier terjadi pada kira kira 1 dalam 14.000 bayi
dan merupakan satu satunya penyebab terseringnya kematian ana yang
berhubungan dengan kelainan hati di UK. (Schawartz, M William. 2005)
C. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi dari atresia bilier adalah :
1. Tipe I Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus
komunis, segmen proksimal paten
2. Tipe IIa Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris
komunis, duktus sistikus, dan kandung empedu semuanya)
3. Tipe IIb Obliterasi duktus bilierkomunis, duktus sistikus, duktus
hepatikus komunis, kandung empedu normal
4. Tipe III Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik
sampai ke hilus.Tipe I dan II merupakan jenis atresia yang dapat di
operasi (correctable), sedangkan bentuk atresia yang tidak dapat di
operasi (non correctable) adalah tipe III, bila sirosis telah terjadi maka
dilakukan transpalantasi hati. (Soetikno,D.Rista,2012).
lainnya
seperti
kelainan
jantung,
limpa
dan
usus.
(Soetikno,D.Rista , 2012)
Atresia bilier kemungkinan memiliki banyak penyebab, meskipun
tidak ada yang belum terbukti.Atresia bilier bukan merupakan penyakit
yang diturunkan. Oleh karena itu, orang yang selamat dari atresia bilier
tidak berisiko untuk melewati gangguan kepada anak-anak mereka.Atresia
bilier kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah peristiwa dalam rahim
atau sekitar waktu kelahiran. Kemungkinan pemicu acara dapat mencakup
satu atau lebih hal berikut:
1. Infeksi virus atau bakteri setelah lahir, seperti cytomegalovirus,
reovirus, atau rotavirus.
2. Masalah sistem kekebalan tubuh, seperti ketika sistem kekebalan
tubuh menyerang hati atau saluran empedu untuk alasan yang tidak
diketahui .
3. Mutasi genetik, yang merupakan perubahan permanen dalam
struktur gen.
4. Masalah selama hati dan empedu pembangunan saluran di dalam
Rahim
5. Paparan zat-zat beracun.
(National Institutes of Health,2012)
E. Patofisiologi
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik ( sfingter oddi,
duktus sistikus, duktus hepatikus kanan dan kiri, duktus komunis
hepatikus) menyebabkan obstruksi aliran normal empedu ke luar hati dan
ke dalam kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan empedu balik ke hati.Dan apabila asam empedu tertumpuk
dapat merusak hati yaitu menyebabkan peradangan, edema dan degenerasi
pada hati bahkan fibrosis dan sirosis hati serta hipertensi portal sehingga
akan mengakibatkan gagal hati. Degerasi secara gradual
pada hati
empedu dalam usus, lemak tidak dapat diabsorbsi dan kekurangan vitamin
larut lemak yaitu vitamin A, D,E,Kdan gagal tumbuh. (Corwin, 2009)
Selain itu jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit,
akan menyebabkan rasa gatal. Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak
sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan
vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak didalam
tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi
berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat membuat anda keracunan
sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan masalah
hati dan jantung
F. Gambaran Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka
lahir.Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama
setelah kelahiran. Gejala-gejala tersebut antara lain:
1. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang
sangat tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah.
2. Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada
bayi baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10
hari dari kehidupan. Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya
tampak normal saat lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau tiga
minggu setelah lahir.
3. Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk
pemecahan dari hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian
disaring oleh ginjal dan dibuang dalam urin.
4. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan
bilirubin yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut
dapat menjadi bengkak akibat pembesaran hati.
5. Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.
6. Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus,
dan hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan
lemak yang larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi,
defisiensi lemak larut dalam air serta gagal tumbuh.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
1. Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan
malnutrisi.
8
G. Komplikasi
1. Kadar protombin menurun, karena menurunnya absorpsi vitamin K
sehingga dapat terjadi perdarahan.
2. Dapat terjadi rikets karena menurunnya absorpsi vitamin D yang larut
dalam lemak.
3. Lemak yang menumpuk dalam usus bersama-sama dengan kalsium
dapat menyebabkan osteoporosis.
4. Kadang-kadang terlihat santoma pada kulit, sebagai manifestasi tingkat
lanjut. (Gulton, Eric. 2012)
H. Pemeriksaan
Tidak ada tes tunggal definitif dapat mendiagnosa atresia bilier,
sehingga serangkaian tes diperlukan. Semua bayi yang masih memiliki
penyakit kuning 2 sampai 3 minggu setelah lahir, atau yang memiliki tinja
10
5. Scan hati.
Tes dapat menunjukkan jika dan di mana aliran empedu
diblokir.Penyumbatan mungkin disebabkan oleh atresia bilier.
6. Biopsi hati.
Sebuah biopsi hati dapat menunjukkan apakah atresia bilier
kemungkinan. Biopsi juga dapat membantu menyingkirkan masalah
hati lain, seperti hepatitis-iritasi dari hati yang kadang-kadang
menyebabkan kerusakan permanen.
7. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada pasien yang
mengalami ikterus.Tetapi urobilin dalam urine negatif.Hal ini
menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total.
8. MRI
Dapat melihat dengan jelas duktus biliaris ekstra hepatal untuk
menentukan ada tidaknya atresia bilier
9. Pemeriksaan feces
Warna
tinja
pucat
karena
yang
memberi
warna
pada
12
13
akan
merangsang
enzimglukuronil
enzim
Na+
K+
ATPase
(menginduksi
aliranempedu).
Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai
jadwal pemberian susu. Kolestiraminmemotong siklus
2. Operasi
Atresia bilier yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan sirosis progresif dan kematian pada sebagian
besar anak usia dua tahun. Prosedur kasai benar-benar dapat
memperbaiki
prognosis
namun
bukan
tindakan
yang
pada
14
usia
>
minggu
maka
angka
a) Prosedur Kasai
Prosedur Kasai, dinamai ahli bedah yang menemukan
operasi, biasanya pengobatan pertama untuk atresia bilier.
Selama prosedur Kasai, ahli bedah pediatrik menghilangkan
saluran empedu yang rusak bayi dan membawa loop usus
untuk menggantikan mereka. Akibatnya, empedu mengalir
langsung ke usus halus.
Sementara operasi ini tidak menyembuhkan atresia bilier,
dapat mengembalikan aliran empedu dan memperbaiki
banyak masalah yang disebabkan oleh atresia bilier. Tanpa
operasi, bayi dengan atresia bilier tidak mungkin untuk
hidup usia 2. melewati prosedur ini paling efektif pada bayi
berusia lebih muda dari 3 bulan, karena mereka biasanya
belum mengembangkan kerusakan hati permanen. Beberapa
bayi dengan atresia bilier yang menjalani prosedur Kasai
berhasil mendapatkan kembali kesehatan yang baik dan
tidak lagi memiliki penyakit kuning atau masalah hati besar.
15
Jika
prosedur
Kasai
tidak
berhasil,
bayi
biasanya
baru
16
sekarang
memungkinkan
untuk
17
18
tekanan
dalam
portal.Hipertensi
vena
portal.
portal
Kondisi
dapat
ini
disebut
menyebabkan
hipertensi
perdarahan
diberikan
makanan
yang
mengandung
medium
chain
L. Prognosis
Prognosisnya tergantung dari usia saat dioperasi. Bila operasi
Kasai dilakukan sebelum berusia 60 hari, maka keberhasilan aliran
empedu sesudah operasi mencapai 91% dan angka ini akan berkurang
sampai 56% bila operasi dilakukan antara 61-70 hari dan 31% bila operasi
diakukan pada 71-90 hari dan hanya 17% bila operasi sesudah berumur 91
hari. Bila operasi Kasai berhasil, 5 tahun survival mencapai 47-60% dan
10 tahun sebanyak 25-35%, dan dilaporkan ada yang survive tanpa
transplantasi sampai berumur 20-30 tahun, tapi dengan berbagai
komplikasi.Komplikasi yang mungkin terjadi adalah kolangitis (3060%).Hipertensi portal (lebih dari 60%), sindrom hepatopulmonal atau
keganasan. Pada operasi Kasai yang tidak berhasil mengalirkan empedu
akan berlanjut menjadi sirosis bilier yang memerlukan transplantasi hati
yang biasanya dikerjakan pada umur sekitar dua tahun bahkan mungkin
pada usia yang lebih muda pada umur lebih dari enam bulan. Faktor-faktor
yang dapat digunakan untuk memprediksi prognosis jangka panjang
sesudah operasi portoenterostomi Kasai adalah: usia saat operasi,
gambaran histologi hati, dan ukuran sisa duktus biliaris sebelum operasi.
Giant cells sinsitial, nekrosis fokal, bridging necrosis, dan kolangitis
20
berhubungan dengan prognosis yang buruk. Prognosis lebih baik bila tidak
ada sirosis, hipertensi portal dan kelainan ekstrahepatik lain, pengalaman
tim ahli bedah, dan menghilangkannya ikterik sesudah operasi. Pada yang
tidak dilakukan operasi, biasanya penderita meninggal akibat pendarahan,
gagal hati kronik, sepsis atau bronkopneumonia pada sekitar umur dua
tahun.Beberapa bayi meninggal pada umur delapan bulan.
Faktor lain yang mempengaruhi prognosis adalah :
Umur pada waktu dioperasi ,lebih awal lebih baik (60-80 hari )setelah
lahir
Gambaran anatomi duktus biliaris ekstra hepatal
Ukuran duktus biliaris daerah ekstra hepatal
Ada tidaknya Cirrhosis hepatis
Adanya Kolangitis
Kemungkinan
dapat
dilakukannya
transplantasi
(Soetikno,D.Rista,2012)
21
asa
menangis
berkurang,anak
tak
Menolak makan
Sering bertanya
Menangis perlahan
22
aktif,kurang
Kehilangan kontrol
Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi
agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.
remaja
begitu
percaya
dan
terpengaruh
kelompok
sakit
akibat
respon :
-
bertanya-tanya
menarik diri
23
perlukaan
menimbulkan
meminimalkan stressor
Memberi
kesempatan
anak
mengambil
keputusan
dan
25
Mengorientasikan
situasi
rumah
Laksanakan pengkajian.
Pengertian bermain
26
sakit.
Menyenangkan / dinikmati
Fisik.
Intelektual.
Emosi.
Sosial.
Untuk belajar.
Perkembangan mental.
Waktunya singkat.
Mudah dilakukan
Aman
27
Kelompok umur.
Melibatkan keluarga.
Fungsi bermain
-
Perkembanga kognitif
Sosialisasi
Kreatifitas
Komunikasi.
Klasifikasi bermain
-
Isi permainan
1. Sosial affective play
Belajar memberi respon terhadap lingkungan
* Orang tua berbicara/memanjakan
tersenyum, mengeluarkan suara, dll
- anak senang,
Bermain air/pasir
3. Skill play
28
Bermain
dalam
kelompok,
permainan
sejenis,tak
ada
interaksi,tak tergantung
-
Bermain
dalam
kelompok,aktivitas
sama,tetapi
belum
Belum
ada
pembagian
tugas,
bermain
sesuai
dengan
sama,tetapi
belum
keinginannya
-
Bermain
dalam
kelompok,aktivitas
Belum
ada
pembagian
tugas,
bermain
sesuai
dengan
keinginannya
-
2. Status kesehatan
3. Jenis kelamin
4. Alat permain
BAB III
30
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
a.
b.
c.
1)
Anamnesa
Identitas Klien:
Identitas penanggung
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasannya keluhan utama klien adalah nyeri, pembesaran abdomen, dan
ikterus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada tanda-tanda infeksi dahulu pada ibu, apakah ibu pernah
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya bayi masuk rumah sakit dengan keluhan bayi rewel akibat
nyeri
abdomen,
tubuh
berwarna
kuning,
jaundice,
feses
berwarna
putih/dempul, urin berwarna gelap dan ada rasa gatal-gatal dari tubuh bayi.
4) Riwayat keluarga
Apakah aggota keluarga ada yang mengalami gangguan hati dan empedu.
2. Pemeriksaan fisik:
B1 :
B2 :
B3 :
B4 :
B5 :
B6 :
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Ketidakefektifan
pola
hiperventilasi
31
napas
berhubungan
dengan
Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
Batasan
karakteristik:
Perubahan
kedalaman
pernapasan
Perubahan
ekskursi
dada
Penurunan
teanan
ekspirasi
Penurunan
kapasitas
vital
Peningkatan
diameter
anterior dan
posterior
Pernapasan
cuping
hidung
Fase
ekspirasi
Intervensi
NIC
Airway management
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara nafas
tambahan
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen therapy
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
napas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien
memanjang
Pernapasan
bibir
Penggunaan
otot aksesori
untuk
bernapas
2.
Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan aktif
Batasan
karakteristik:
Penurunan
tekanan nadi
Penurunan
turgor kulit
Pengeluaran
haluaran
urine
Membran
mukosa
kering
Kulit kering
Peningkatan
hematokrit
Peningkatan
suhu tubuh
Peningkatan
frekuensi
nadi
Peningkatan
konsentrasi
urine
Penurunan
berat badan
kelemahan
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional
status: food and
fluid intake
Kriteria hasil: setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2x24 jam pasien
menunjukkan
peningkatan volume
cairan yang ditandai
dengan
Mempertahankan
urine output
sesuai dengan
usia, dan BB, BJ
urine normal
Nadi, suhu, dalam
batas normal
Tidak ada tandatanda dehidrasi
3.
Ketidakseimban
gan nutrisi
NOC
terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Monitor suara paru
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
NIC
Fluid management
Timbang popok jika
diperlukan
Pertahankan catatan
intake dan output
yang akurat
Monitor vital sign
Monitor masukan
cairan dan hitung
intake kalori harian
Kolaborasi emberian
cairan IV
Monitor status
nutrisi
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat HB
dan HCT
Monitor vital sign
Monitor berat badan
Monitor respon
pasien terhadap
pemambahan cairan
NIC
Nutrition
33
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
Ketidak
mampuan untuk
mengabsorbsi
nutrient
Batasan
karakteristik:
Berat badan
20% atau
lebih
dibawah
berat badan
ideal
membran
mukosa
pucat
tonus otot
menurun
ketidakmamp
uan menyusu
kelemahan
otot untuk
menelan
4.
Management
Kaji adanya alergi
makanan
Berikan makanan
terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor interaksi
anak selama
konsumsi susu
Monitor lingkungan
selama konsumsi
susu
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor mual dan
muntah
Keterlambata
Setelah dilakukan tindakan
Terapi Nutrisi
keperawatan dan kolaborasi
n
Peningkatan
selama 7x24 jam perawat
pertumbuhan
perkembangan
mampu menangani dan
dan
anak
meminimalkan gangguan
perkembanga
Beri diit tinggi nutrisi
keterlambatan
n berhubungan
yang seimbang untuk
pertumbuhan dan
dengan
mencapai
Perawatan tidak perkembangan:
pertumbuhan
yang
Pertumbuhan
adekuat
adekuat
Perkembangan anak:
Batasan
Pantau tinggi dan
neonatus, infant, toddler,
karakteristik
berat badan, untuk
preschool, usia sekolah,
Gangguan
menentukan
remaja
pertumbuhan
kecenderungan
Anak mencapai
fisik
pertumbuhan
Nutritional
status: food and
fluid intake
Nutritional
status: nutrient
intake
Kriteria Hasil: setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
7x24 jam adanya
peningkatan status
nutrisi ditandai
dengan:
Adanya
peningktan berat
badan sesuai
dengan tujuan
Tidak ada tandatanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi
penurununan
berat badan yang
berarti
34
Penurunan
waktu respon
Afek datar
Lesu/tidak
bersemangat
pertumbuhan yang
adekuat
Anak melakukan
aktifitas sesuai usia
Anak tidak
mengalami isolasi
social
35
Dapat
memberikan
suplemen besi untuk
mengatasi
anemia
bila di anjurkan
Identifikasi
kebutuhan kusus dan
adaptasi anak
Ajarkan pada orang
tua
perkembangan
dan
tingkah
laku
anak yang sesuai
usia
Anjurkan
dan
fasilitasi
anak
bersosialisasi dengan
kelompok usianya
Ajarkan anak untuk
merawat
dirinya
sendiri(sikat
gigi,
makan
minum,
toileting, cuci tangan,
berpakaian).
Anjurkan
aktifitas
yang sesuai usia
Tekankan
bahwa
anak
mempunyai
kebutuhan
yang
sama
terhadap
sosialisasi
seperti
anak yang lain
Izinkan anak untuk
menata ruangan nya
sendiri dan batasan
aktifitas karena anak
akan beristirahat bila
lelah
Ajak
anak
mendengarkan
musik,
menyanyi,
menari,
bercerita
bersama
Berikan
terapi
bermain sesuai usia
Kelola
pemberian
obat jika perlu
5.
Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan gangguan
status metabolic
Batasan
karakterisitik:
Kerusakan lapisan
kulit
Gangguan
permukaan kulit
Hipertermi
berhubungan
dengan
penyakit/trauma
Integritas jaringan:kulit
dan membrane mukosa
Penyembuhan luka:
primer
Penyembuhan luka:
sekunder
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 7x24
jam, kerusakan integritas
kulit klien teratasi dengan
kriteria hasil:
Integritas kulit klien
yang baik bisa
dipertahankan.
Perfusi jaringan baik.
Tidak ada luka/lesi
pada kulit
Ketebalan dan tekstur
jaringan normal
Perawatan Luka
Singkirkan plester
dan debris
Catat karakteristik
luka
Bersihkan area luka
dengan agen
antibakterial
Lakukan perawatan
pada daerah insersi
iv line
Lakukan perawatan
luka di kulit
Massase area di
sekitar luka untuk
meningkatkan
sirkulasi
Berikan salep yang
sesuai pada
kulit/luka
Bandingkan dan
catat perubahan
pada luka secara
teratur
Posisikan untuk
mengurangi tekanan
pada luka
Ajarkan pada pasien
dan keluarga tentang
prosedur perawatan
luka
Termoregulasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam hipertermi klien
teratasi, dengan kriteria
hasil :
Suhu tubuh klien
dalam kisaran 36,5
37 , 5 C
Nadi klien dalam
kisaran :
0 3 bln : 85 -200
x/mt
3 bl-2 th : 100
Penanganan Demam
Berikan medikasi
antipiretik
Berikan pengobatan
pada penyebab
demam
Lakukan water tepid
sponge
Dorong peningkatan
intake cairan dan
berikan cairan iv
Tingkatkan sirkulasi
udara misalnya
dengan kipas.
36
190x/mt
2th-10 th : 60-140
x/mt
>10 th : 60-100
x/mnt
Respirasi Rate dalam
kisaran :
< 1 th
30
-40x/ mt
2 th - 5 th
20-30
x/mt
5 th-12 th
15 -20
x/mt
> 12 th
12 16
x/mt
Tidak ada perubahan
warna kulit
Tidak terjadi nyeri
kepala dan otot
Tidak terjadi
penurunan kesadaran
Hidrasi adekuat
Klien melaporkan
kenyamanan
Defisiensi
Setelah dilakukan asuhan
pengetahuan
keperawatan
berhubungan
selama ..............................
deengan kurang
kurang pengetahuan teratasi
pajanan
dengan kriteria hasil:
Data subyektif
Pengetahuan : proses
Mengungkap penyakit.
Keluarga familier
kan adanya
masalah.
dengan
nama
penyakit.
Data obyektif
Keluarga
mampu
Ketidakakur
menjelaskan proses
atan
penyakit, penyebab,
mengikuti
faktor resiko, efek
instruksi.
penyakit, tanda dan
gejala, cara untuk
meminimalkan
perburukan
Perilaku
penyakit,
berlebihan
komplikasi, tanda
atau
tidak
dan
gejala
sesuai
komplikasi,
serta
pencegahan
37
Berikan oksigen
(jika perlu).
Monitor temperatur,
warna kulit, suhu,
dan IWL
Monitor tekanan
darah, nadi, RR
Monitor penurunan
tingkat kesadaraan,
aktivitas kejang
Monitor nilai AL, Hb,
dan Hmt serta
abnormalitas
elektrolit
Monitor intake dan
output
Monitor
ketidakseimbangan
asam basa
komplikasi.
kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi
tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan
perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan
untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung keluarga untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan
keluarga
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
Post Operasi
No.
1.
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan dengan
Agen injuri fisik
Batasan karakteristik:
Perubahan selera
makan
Perubahan
tekanan darah
Perubahan
frekuensi jantung
Perubahan
frekuensi
pernapasan
Diaphoresis
Gangguan tidur
Klien mengekpresikan
Kaji latar belakang
kepuasan dengan control
budaya
yang
nyeri
mempengaruhi
respon nyeri
TTV dbn
Tentukan dampak
nyeri terhadap
kualitas hidup (ex:
tidur, selera makan,
aktivitas, kognisi,
mood, dll)
Sediakan informasi
tentang nyeri,
misalnya penyebab,
onset dan durasi
nyeri, antisipasi
ketidaknyamanan
karena prosedur
tertentu
Kontrol factor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
respon klien
terhadap
ketidaknyamanan
(ex: suhu ruang,
kebisingan, cahaya)
Ajarkan teknik
nonfarmakologi (ex:
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
guided imagery,
terapi music,
distraksi, terapi
bermain, terapi
aktivitas,
acupressure,
aplikasi
panas/dingin, dan
massase).
Tingkatkan istirahat
dan tidur.
Monitor kepuasan
pasien dengan
manajemen nyeri
yang dilakukan
39
2.
Risiko infeksi
Factor risiko:
Penyakit kronik
Imunitas didapat
tidak adekuat
Pertahanan
primer tidak
adekuat (kulit
rusak, trauma
jaringan, stasis
cairan tubuh,
perubahan
sekresi pH,
gangguan
peristalsis)
Pertahanan
sekunder tidak
adekuat
(penurunan Hb,
leucopenia,
respon inflamasi
ditekan)
Peningkatan
paparan
lingkungan
(pathogen)
Imunosupresi
Prosedur
invasive
Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi efektivitas
intervensi
Kolaborasikan
pemberian analgetik
Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
keperawatan selama 1x4
Terapkan
unversal
jam risiko infeksi teratasi,
precaution
dengan kriteria hasil:
Batasi
pengunjung
Status imun
bila perlu
Pengetahuan : kontrol
Beri higiene yang baik
infeksi
Monitor tanda dan
Kontrol resiko
gejala infeksi (local
Klien bebas dari tanda
dan sistemik)
dan gejala infeksi
Ajarkan teknik cuci
Klien menunjukkan
tangan pada keluarga
kemampuan untuk
Ajarkan
keluarga
mencegah timbulnya
tentang tanda dan
infeksi
gejala
infeksi
dan
Jumlah leukosit normal
kapan
harus
melaporkannya
Status imun,
kepada petugas
gastrointestinal,
Genitourinaria normal Kolaborasi dokter
bila ada tanda infeksi
Proteksi infeksi
Ganti letak IV perifer
dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan
kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan cairan dan
nutrisi
Inspeksi
kulit
dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Pertahankan
teknik
aseptic dalam tiap
40
tindakan
Ganti
peralatan
perawatan pasien per
prosedur protocol
Tingkatkan intake
nutrisi dan cairan
Tingkatkan tidur dan
istirahat
Kelola pemberian
antibiotic
Ajarkan dan keluarga
cara menghindari
infeksi
Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal
D. Dokumentasi
Daftar Periksa pendokumentasian
Selama perawatan di rumah sakit, catatan berikut telah dibuat:
-
41
BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS
Seorang ibu NY. S usia 25 tahun memiliki bayi perempuan yang
bernama bayi Z usia 3 bulan 4 hari dengan riwayat penyakit singkat
sebagai berikut :
Ibu klien mengatakan pagi ini bayinya kelihatan sesak
dan susah untuk bernafas, demam tinggi, mual dan muntah terus lebih dari 5 x
sehari sejak 2 hari yang lalu dan hari ini
berwarna putih pucat keabu - abuan , dan air kencing berwarna gelap seperti
teh, dan makin hari mata dan kulitnya bertambah kekuningan,karena cemas
oleh keluarga segera dibawa berobat ke puskesmas B dan dianjurkan
untuk segera dirujuk ke RSUD B tgl 28 September 2015 jam 09.00 MRS
IGD dibawa dengan ambulance oleh keluarga dan perawat puskesmas, dengan
kondisi umum klien : kesadaran somnolen, gerak lemah, tangis lemah, UUB
cekung,nafas spontan dengan oksigen 1l/m, RR : 45 x/m, sat 97%,pernafasan
abdominal dan cuping hidung ( + ),akral dingin daerah perifer, perabaan nadi
lemah,CRT 2 detik,TD 90/ 40 mmhg, N : 150 x/m, T : 39 C.membaran
mukosa bibir kering.Abdomen distended,icterik dan jaundice ( + ).terpasang
IVFD kaen3B 19 tpm makro taki.
B. PENGKAJIAN ANAK
Anamnesa
Data Demografi klien :
Nama
: An. Z
42
Usia
: 3 bulan
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Bontang
Agama
: Islam
Tanggal MRS
: 28 september 2015
Jam MRS
: 09.00 WIB
Suku / bangsa
: Jawa/ Indonesia
Diagnosa
: Atresia bilier
: Tn. D
Umur
: 30 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Pendidikan/ pekerjaan
: SLTA/ wiraswasta
Hubungan dg klien
: ayah klien
Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan pagi ini bayinya kelihatan sesak, susah untuk bernafas dan
demam tinggi
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan pagi ini bayinya kelihatan sesak
dan susah untuk bernafas, demam tinggi, mual dan muntah terus dari 5 x sehari,
pagi hari ini
43
usia 1 bulan
bayinya mulai tampak kekuningan dan makin hari bertambah makin kuning,oleh
keluarga dibawa ke tempat praktek bidan W dan dianjurkan untuk sering
dijemur saja.Menjelang usia 2 bulan kulit dan mata bertambah kuning, perut
membesar, beraknya seperti dempol dan kencingnya seperti teh, karena cemas
dibawa ke periksa ke puskesmas setempat dan dianjurkan untuk segera berobat
dan dirujuk ke RSUD B namun keluarga menolak dan meminta pulang saja
sementara kara keterbatasan biaya dan belum punya kelengkapan surat untuk
mengurus jaminan.
Riwayat Tumbuh Kembang anak :
Ibu mengatakan bayinya lahir normal ditolong oleh bidan puskesmas setempat
dengan BB bayi lahir 2,8 kg dan panjang 49 cm. dan saat ini BB bayinya 4,5 kg.
Imunisasi yang sudah didapat BCG ketika baru lahir, DPT 1 dan polio di usia 2
bulan
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Didalam keluarga bayi Z saat kecil tidak pernah ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien.kakaknya laki laki berusia 4 tahun tumbuh sehat seperti
biasa.
Riwayat psikologis keluarga :
Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya dan berharap untuk
segera sembuh dan bisa berkumpul dengan keluarga dirumah kembali.Ibu klien
tampak sedih dan menangis. Orangtua kooperatif dalam setiap tindakan
pengobatan dan perawatan.
3.1.2
Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) :
Nafas spontan adekuat dengan oksigenasi 1 l/m, RR : 45 x/m, saturasi
95 %, pernafasan abdominal ( + ), cuping hidung ( + ), suara nafas
vesikuler lobus paru kanan dan kiri, tidak ada suara nafas tambahan.
b. B2 (blood) :
Akral hangat daerah badan, dan dingin daerah perifer, perabaan nadi
lemah, CRT 3 detik,TD : 90/ 40 mmhg, N : 156 x/m, febris : 39 C,
44
c. B3(brain) :
Kesadaran somnolen, gerak lemah, tangis lemah,pupil isokor 3/2
(kanan), 3/2 ( kiri ). Reflek cahaya ( + ) / ( + ). Mata cowong, Sclera
Mata ikterik kanan (
+),kiri ( + ),conjungtiva putih pucat ( + ),UUB cekung
d. B4 ( Blader ) :
BAK spontan via pempers dengan produksi 50 cc dalam waktu 4 jam
semenjak pempers dipakaikan jam 06.00 dari puskesmas sampai jam
09.00 di IGD, warna pekat seperti teh.
Balance cairan selama 4 jam ( 06.00 09.00 ) :
Input IVFD kaen3B 19 tpm makro x 4 jam = 76 cc
Ouput urine = 50 cc, IWL selama 4 jam = 22,5 cc
Jadi balance cairanya = ( 76 50 13,5 ) = 12,5 cc
e. B5 ( Bowel ) :
Abdomen distended, BU ( + ) 5 x/m, LP : 49 cm, teraba keras
pembesaran hepar di bagian abdomen kuadran kanan atas, mual ( + ),
muntah 1x di IGD ( + ),diet sementara dipuasakan untuk rencana
pemasangan NGT,membrane mukosa bibir kering, BAB 1x,
konsisitensi cair + ampas dengan warna seperti dempul, putih pucat
ke abuan, status gizi kurang : BB 4,5 kg di usia 3 bulan berada pada -2
SD.
f. B6 ( Bone ) :
Kekuatan tonus otot menurun
4 4
4 4
Integumenya : warna kulit kekuningan ( jaundice ), pucat daerah
perifer,
KETERANGAN TAMBAHAN
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Darah :
WBC : 15.000 mg/dl
Eritrosit : 5000
Hb : 9 g/dl
Nilai normal :
4,0-10x103 /uL
4,7-6,1x106 /uL
Lk :13,5-17,5 & Pr : 11,5-13,5
g/dl
45
150-400x103/uL
Lk : < 38 & Pr : < 32 U/L
Lk : < 41 & Pr : < 31
Trombosit : 242.000
SGOT : 190 U/L
SGPT : 200 U/L
U/L
< 0,25 mg/dL
0,5 mg/dL
< 1,1 mg/dL
3,8-4,4 g/dL
10-50 mg/dL
5-23 mg/dL
Nilai normal :
(-)
(-)
(7,37-7,43)
terdapat pembesaran hati dan kandung empedu mengecil < 1,5 cm.
tidak terlihat pelebaran duktus billiaris intra hepatal
Tatalaksana medis :
Hasil consul dr.F ked r.M sp.A :
1) Perhitungan cairan rumatan untuk 48 jam dengan cairan IFVD RL :
Dehidrasi sedang ( 10 % ) = 10 x 4,5 = 450 ml/24 jam jumlah ini dibagi
rata dalam 48 jam.
Cairan rumatan 100 ml x 4,5 = 450 ml/24 jam, 450 x 2 = 900 ml/48 jam
Dengan demikian jumlah cairan yang diberikan saat mulai resusitasi
adalah :
450 + 900 =1350 ml / 48 jam atau 675 ml / jam.
IVFD RL loading dulu 20 cc/kg/bb dalam jam = 90 cc
Transfuse FWB 45 cc dalam 4 jam
Jadi Mantenen cairanya RL ( 675 90 45 ) = 540 /24 jam
46
Etiologi
Problem
Hiperventilasi
Ketidakefektifan
pola napas
Kurang volume
cairan
DO :
Nafas spontan adekuat dengan
oksigenasi 1 l/m, RR : 45 x/m,
saturasi
95 %, pernafasan
abdominal( + ), cuping hidung ( +
), suara nafas vesikuler lobus paru
kanan dan kiri, tidak ada suara
nafas tambahan.
2
DS :
Ibu klien mengatakan bayinya
mual dan muntah terus lebih dari
5 x sehari sejak 2 hari yang lalu
dan hari ini tidak mau menyusu
DO :
Akral dingin daerah perifer,
perabaan nadi lemah, CRT 3
detik,TD : 90/40 mmhg, N : 156
x/m, febris : 39 C,
UUB cekung, mata
cowong,membrane mukosa bibir
kering,
BAK spontan via pempers
dengan produksi 50 cc dalam
waktu 4 jam semenjak pempers
dipakaikan jam 06.00 dari
puskesmas sampai jam 09.00 di
47
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
demam
DO :
Akral teraba hangat daerah
badan,dingin daerah perifer.
TTV N : 156 x/m,
RR : 45 x/menit,
T : 39 C
Penyakit
DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
mual dan muntah terus,dan tidak
mau menyusu.
DO :
Abdomen distended, BU ( + ) 5
x/m, LP : 49 cm.mual ( + ),
muntah1x di IGD ( + ),diet
sementara dipuasakan untuk
rencana pemasangan NGT, BAB
saat di IGD ( + ) konsistensi encr
berampas dengan warna seperti
dempul.
Status gizi : kurang BB 4,5 kg
berada pada -2 SD
DS :
Ibu klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakit anaknya dan
berharap untuk segera sembuh
dan bisa berkumpul dengan
keluarga dirumah.
DO :
Ibu klien tampak sedih dan
menangis.
Orangtua kooperatif dalam setiap
tindakan perawatan dan
pengobatan yang dilakukan.
Ketidakmampuan untuk
mengabsorsi nutrient
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Kurang pajanan
Defisiensi
pengetahuan
48
Hipertermi
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient
d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
e. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
.
1.
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola
napas berhubungan
dengan hiperventilasi
ditandai dengan :
DS :
Ibu klien mengatakan
pagi ini bayinya kelihatan
sesak,susah untuk
bernafas
DO :
Nafas spontan adekuat
dengan oksigenasi 1 l/m,
RR : 45 x/m, saturasi 95
%, pernafasan abdominal(
+ ), cuping hidung ( + ),
suara nafas vesikuler
lobus paru kanan dan kiri,
tidak ada suara nafas
tambahan
Respiratory status:
ventilation
Respiratory status:
airway patency
Intervensi
NIC
Airway management
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Auskultasi suara
napas, catat
adanya suara nafas
tambahan
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen therapy
Pertahankan jalan
napas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Pertahankan posisi
pasien
Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
49
Hipertermi berhubungan
dengan penyakit ditandai
dengan :
NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional status:
food and fluid
intake
NIC
Fluid management
Timbang popok
Pertahankan
catatan intake dan
output yang akurat
Monitor vital sign
Monitor masukan
cairan dan hitung
intake kalori
harian
Kolaborasi
emberian cairan
IV
Observasi tanda
dehidrasi turgor
kulit
jelek,membran
mukosa mulut
kering,rasa
haus,nadi lemah
cepat, BB turun
kg/hari
Kolaborasi
pemberian terapi
parenteral atau
NGT bila perlu
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat
HB dan HCT
Monitor vital sign
Monitor berat
badan
Monitor respon
pasien terhadap
pemberian cairan
Termoregulasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
50
Penanganan Demam
Berikan medikasi
antipiretik
DS :
Ibu klien mengatakan
anaknya demam
DO :
Akral
teraba
hangat
daerah
badan,dingin
daerah perifer.
TTV N : 156 x/m,
RR : 45 x/menit,
T : 39 C
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Ketidak mampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan :
DS :
Ibu klien mengatakan
anaknya mual dan
muntah terus,dan tidak
mau menyusu.
DO :
Abdomen distended, BU
( + ) 5 x/m, LP : 49
cm.mual ( + ), muntah1x
di IGD ( + ),diet
sementara
dipuasakan
untuk
rencana
pemasangan NGT, BAB
NOC
Nutritional status:
food and fluid
intake
Nutritional status:
nutrient intake
Berikan pengobatan
pada penyebab
demam
Lakukan water tepid
sponge
Dorong peningkatan
intake cairan dan
berikan cairan iv
Tingkatkan sirkulasi
udara misalnya
dengan kipas.
Berikan oksigen (jika
perlu).
Monitor temperatur,
warna kulit, suhu, dan
IWL
Monitor tekanan
darah, nadi, RR
Monitor penurunan
tingkat kesadaraan,
aktivitas kejang
Monitor nilai AL, Hb,
dan Hmt serta
abnormalitas
elektrolit
Monitor intake dan
output.
NIC
Nutrition Management
Kaji adanya alergi
makanan
Berikan diet susu
sesuai yang
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Monitor jumlah
intake nutrisi dan
kandungan kalori.
Nutrition Monitoring
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor interaksi
anak selama
konsumsi susu
saat di IGD ( + )
konsistensi
encr
berampas dengan warna
seperti dempul.
Status gizi : kurang BB
4,5 kg berada pada -2 SD
pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi
penurununan berat
badan yang berarti
Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurang pajanan
ditandai dengan :
52
Monitor
lingkungan selama
konsumsi susu
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
pemberian diet.
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor mual dan
muntah
Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan keluarga
tentang proses penyakit
yang spesifik
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit yang
dialami oleh klien
Gambarkan tanda dan
gejala
yang
biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Gambarkan
proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
Sediakan
informasi
pada keluarga tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien
dengan cara yang tepat
53
Diskusikan perubahan
gaya
hidup
yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan
pilihan
terapi atau penanganan
Dukung keluarga untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang
tepat
atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Instruksikan keluarga
mengenai tanda dan
gejala
untuk
melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses
inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik
maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran
tersebut.
Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati
dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di
dalam usus halus.
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran
empedu di dalam maupun diluar hati.Tetapi penyebab terjadinya gangguan
perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui secara pasti tetapi
kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine.
Unutuk mengatasi atresia bilier yaitu dengan menggunakan prosedur
pembedahan Kasai.Dimana pada prosedur ini dilakukan pembedahan dan
langsung menghubungkan hati dengan usus halus.Pembedahan akan berhasil
jika dilakukan sebelum bayi berusia 8 minggu. Biasanya pembedahan ini hanya
merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan
pencangkokan hati.
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus atresia bilier antara lain:
Pola nafas tidak efektif
volume
cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan
aktif,
54
B. Saran
Pada kasus kasus atresia bilier perlu adanya bagaimana cara mendeteksi
dini terkait kasus tersebut agar dapat diberikan penatalaksaan medis maupun
non medis yang tepat, sehingga dapat memperpanjang harapan hidup
penderita..Selain itu perlu diberikan informasi terkait atresia bilier agar mereka
dapat dengan cepat membawa anaknya ke pelayanan kesehatan terdekat.
55