You are on page 1of 55

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atresia bilier merupakan inflamasi dan obliterasi system bilier
ekstrahepatik pada neunatus.Kelainan dapat mengakibatkan icterus dan
dapat menimbulkan serosis yang cukup berat sehingga memerlukan
transplatasi hati jika tidak terdeteksi secara dini. Terapi berupa
pembedahan: prosedur Kasai,yaitu mengangkat saluran yang mengalami
obliterasi dan menghubungkan kembali duodenum dengan hati untuk
menormalkan aliran getah empedu. Kedekatan usus dengan hati pasca
pembedahan dapat menimbulkan infeksi (Kolangitis asenden).(Berkowitz,
Aaron. 2013)
Penyebab atresia bilier belum dapat dipastikan. Atresia bilier akan
mengakibatkan fibrosis dan sirosis hati pada usia yang sangat dini, bila
tidak ditangani segera. Jika operasi tidak dilakukan, maka angka
keberhasilan hidup selama 3 tahun hanya berkisar 10% dan rata - rata
meninggal pada usia 12 bulan. Di dunia secara keseluruhan dilaporkan
angka kejadian atresia bilier berkisar 1:10.000-15.000 kelahiran hidup,
lebih sering pada wanita dari pada laki-laki. Rasio atresia bilier antara
anak perempuan dan laki-laki 1,4:1, dan angka kejadian lebih sering pada
bangsa Asia. Kolestasis ekstrahepatik sekitar 25-30% disebabkan oleh
atresia billier.(4-7) Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
penyebab kolestasis obstruktif yang paling banyak dilaporkan (>90%)
adalah atresia bilier.
Deteksi dini kemungkinan adanya atresia bilier sangat penting,
sebab keberhasilan pembedahan hepato-portoenterostomi (Kasai) akan
menurun apabila dilakukan setelah umur 2 bulan. Keberhasilan operasi
sangat ditentukan terutama oleh usia saat dioperasi, yaitu bila dilakukan
sebelum usia dua bulan, keberhasilan mengalirkan empedu lebih 80%,
sementara bila sesudah usia tersebut hasilnya kurang dari 20%.
(Julinar,Yusri Dianne Jurnalis, Yorva Sayoeti, 2009)

Padamakalah ini akan dibahas tentang pengertian atresia bilieri,


klasifikasi,

etiologi,

patofisiologi,

patogenesis,

penatalaksanaan,

pemeriksaan diagnostik, komplikasi, dan proses keperawatan pada klien


atresia bilier.
B. Tujuan
1. Membahas anatomi fisiologi saluran empedu
2. Membahas pengertian dari atresia bilier
3. Membahas klasifikasi dari atresia bilier
4. Membahas atiologi dari atresia bilier
5. Membahas patofisiologi dari atresia bilier
6. Membahas gambran klinis dari atresia bilier
7. Membahas patologi dati atresia bilier
8. Membahas pathogenesis dari atresia bilier
9. Membahas komplikasi dari atresia bilier
10. Membahas pemeriksaan dari atresia bilier
11. Membahas penatalaksanaan dari atresia bilier
12. Membahas prognosis dari atresia bilier
13. Membahas tentang komplikasi pasca pembedahan dari atresia bilier
14. Membahas tentang asuhan keperawatan pada atresia bilier
C. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan materi pembelajaran mahasiswa khususnya
mengetahui tentang konsep dan asuhan keperawatan pada anak dengan
atresia bilier.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Pembuatan kasus pembelajaran mahasiswa dapat memacu inovasi
dan daya pikir kritis mahasiswa dalam memecahkan masalah
keperawatan asuhan keperawatan endokrin tentang atresia bilier.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi

Gambar 1 (Principles of anatomy and physiology, Gerard J. Tortora, Bryan


Derrickson, 2008, John Wiley & Sons)
Empedu diproduksi oleh sel hepatosit sebanyak 500-1500 mL per
hari. Diluar waktu makan, empedu disimpan untuk sementara dikandung
empedu, dan disini mengalami pemekatan sekitar 50%. Pengaliran cairan
empedu diatur oleh tiga faktor, yaitu sekresi empedu oleh hati, kontraksi
kandung empedu, dan tahanan sfingter koledokus. Dalam keadaan puasa,
empedu yang diproduksi akan dialih-alihkan kedalam kandung empedu.
Setelah makan, kandung empedu berkontraksi, sfingter berelaksasi, dan
empedu mengalir kedalam duodenum. Aliran tersebut sewaktu-waktu
seperti disemprotkan karena secara intermiten tekanan saluran empedu
akan lebih tinggi daripada tahanan sfingter.
Kolesistokinin (CCK), hormon sel APUD dari mukosa usus halus,
dikeluarkan atas rangsangan makanan berlemak atau produksi lipolitik
didalam lumen usus. Hormon ini merangsang nervus vagus sehingga
terjadi kontraksi kandung empedu. Dengan demikian, CCK berperan besar
terhadap

terjadinya

kontraksi

kandung

empedu

( Sjamsuhidajat, De Jong. 2013. Buku Ajar Ilmu Bedah )


Fungsi utama sistem bilier yang meliputi:

setelah

makan.

a. Untuk mengeringkan produk limbah dari hati ke duodenum.


b. Untuk membantu dalam pencernaan dengan pelepasan terkontrol
empedu.
Empedu merupakan cairan kehijauan-kuning (terdiri dari produkproduk limbah, kolesterol, dan garam empedu) yang disekresikan oleh selsel hati untuk melakukan dua fungsi utama, termasuk yang berikut:
a. Untuk membawa pergi limbah.
b. Untuk memecah lemak selama pencernaan.
Garam empedu adalah komponen aktual yang membantu memecah
dan menyerap lemak. Empedu, yang dikeluarkan dari tubuh dalam bentuk
kotoran, adalah apa yang memberikan kotoran warna gelapnya coklat.

B. Definisi
Atresia bilier adalah obstruksi duktus bilier progresif yang
merupakan hasil akhir proses destruksi serta inflamasi yang bermula dari
duktus bilier ekstrahepatik dan disebut juga kolangiopati obliteratif
progresif (progressive obliterative cholangiopathy) yang tidak diketahui
penyebabnya. (Ali, Sulaiman. 2007)
Atresia bilier merupakan proses inflamasi progresif yang
menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik maupun ekstrahepatik
sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran empedu. (Wong.
2009)
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses
inflamasi

progresif

yang

menyebabkan

fibrosis

saluran

empedu

intrahepatik maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi


obstruksi saluran tersebut. (Donna L. Wong 2008: 1028)
Atersia biliaris merupakan kelainan anatomis yang sering
menyebabkan hepatomegali. Indikator klinis lain adalah ikterus, feses
akolik, dan biliuria. Modalitas diagnostik utama adalah biopsi hati dan
skintografi hepatobiliar dalam menggunakan diisopropyl iminodiacetic

acid (DISIDA).Atresia billier terjadi pada kira kira 1 dalam 14.000 bayi
dan merupakan satu satunya penyebab terseringnya kematian ana yang
berhubungan dengan kelainan hati di UK. (Schawartz, M William. 2005)
C. Klasifikasi
Beberapa klasifikasi dari atresia bilier adalah :
1. Tipe I Atresia sebagian atau totalis yang disebut duktus hepatikus
komunis, segmen proksimal paten
2. Tipe IIa Obliterasi duktus hepatikus komunis (duktus billiaris
komunis, duktus sistikus, dan kandung empedu semuanya)
3. Tipe IIb Obliterasi duktus bilierkomunis, duktus sistikus, duktus
hepatikus komunis, kandung empedu normal
4. Tipe III Obliterasi pada semua system duktus billier ekstrahepatik
sampai ke hilus.Tipe I dan II merupakan jenis atresia yang dapat di
operasi (correctable), sedangkan bentuk atresia yang tidak dapat di
operasi (non correctable) adalah tipe III, bila sirosis telah terjadi maka
dilakukan transpalantasi hati. (Soetikno,D.Rista,2012).

(Gambar 2: Klasifikasi Atresia, sumber : Soetikno,D.Rista,2012)


D. Etiologi
Penyebab dari Atresia bilier tidak diketahui dengan pasti.
Mekanisme auto imun mungkin merupakan sebagian penyebab terjadinya
progresivitas dari Atresia bilier.Dua tipe dari atresia biliaris adalah bentuk
fetal dan terjadi selama masa fetus dan timbul ketika lahir, serta bentuk
perinatal lebih spesifik dan tidak terlihat pada minggu kedua sampai
minggu keempat kehidupan.
Penelitian terbaru mengatakan infeksi virus pada bayi sangat
sugestif merupakan penyebab dari Atresia bilier. Kurang lebih 10 % dari

Atresia bilier terutama bentuk fetal bersama sama dengan kelainan


kongenital

lainnya

seperti

kelainan

jantung,

limpa

dan

usus.

(Soetikno,D.Rista , 2012)
Atresia bilier kemungkinan memiliki banyak penyebab, meskipun
tidak ada yang belum terbukti.Atresia bilier bukan merupakan penyakit
yang diturunkan. Oleh karena itu, orang yang selamat dari atresia bilier
tidak berisiko untuk melewati gangguan kepada anak-anak mereka.Atresia
bilier kemungkinan besar disebabkan oleh sebuah peristiwa dalam rahim
atau sekitar waktu kelahiran. Kemungkinan pemicu acara dapat mencakup
satu atau lebih hal berikut:
1. Infeksi virus atau bakteri setelah lahir, seperti cytomegalovirus,
reovirus, atau rotavirus.
2. Masalah sistem kekebalan tubuh, seperti ketika sistem kekebalan
tubuh menyerang hati atau saluran empedu untuk alasan yang tidak
diketahui .
3. Mutasi genetik, yang merupakan perubahan permanen dalam
struktur gen.
4. Masalah selama hati dan empedu pembangunan saluran di dalam
Rahim
5. Paparan zat-zat beracun.
(National Institutes of Health,2012)
E. Patofisiologi
Obstruksi pada saluran empedu ekstrahepatik ( sfingter oddi,
duktus sistikus, duktus hepatikus kanan dan kiri, duktus komunis
hepatikus) menyebabkan obstruksi aliran normal empedu ke luar hati dan
ke dalam kantong empedu dan usus. Akhirnya terbentuk sumbatan dan
menyebabkan empedu balik ke hati.Dan apabila asam empedu tertumpuk
dapat merusak hati yaitu menyebabkan peradangan, edema dan degenerasi
pada hati bahkan fibrosis dan sirosis hati serta hipertensi portal sehingga
akan mengakibatkan gagal hati. Degerasi secara gradual

pada hati

menyebabkan jaundice, ikterik dan hepatomegali. Karena tidak ada

empedu dalam usus, lemak tidak dapat diabsorbsi dan kekurangan vitamin
larut lemak yaitu vitamin A, D,E,Kdan gagal tumbuh. (Corwin, 2009)
Selain itu jika cairan empedu tersebar ke dalam darah dan kulit,
akan menyebabkan rasa gatal. Vitamin A, D, E, K larut dalam lemak
sehingga memerlukan lemak agar dapat diserap oleh tubuh. Kelebihan
vitamin-vitamin tersebut akan disimpan dalam hati dan lemak didalam
tubuh, kemudian digunakan saat diperlukan. Tetapi mengkonsumsi
berlebihan vitamin yang larut dalam lemak dapat membuat anda keracunan
sehingga menyebabkan efek samping seperti mual, muntah, dan masalah
hati dan jantung
F. Gambaran Klinis
Bayi dengan atresia bilier biasanya muncul sehat ketika mereka
lahir.Gejala penyakit ini biasanya muncul dalam dua minggu pertama
setelah kelahiran. Gejala-gejala tersebut antara lain:
1. Ikterus, kekuningan pada kulit dan mata karena tingkat bilirubin yang
sangat tinggi (pigmen empedu) dalam aliran darah.
2. Jaundice disebabkan oleh hati yang belum dewasa adalah umum pada
bayi baru lahir. Ini biasanya hilang dalam minggu pertama sampai 10
hari dari kehidupan. Seorang bayi dengan atresia bilier biasanya
tampak normal saat lahir, tapi ikterus berkembang pada dua atau tiga
minggu setelah lahir.
3. Urin gelap yang disebabkan oleh penumpukan bilirubin (produk
pemecahan dari hemoglobin) dalam darah. Bilirubin kemudian
disaring oleh ginjal dan dibuang dalam urin.
4. Tinja berwarna pucat, karena tidak ada empedu atau pewarnaan
bilirubin yang masuk ke dalam usus untuk mewarnai feses. Juga, perut
dapat menjadi bengkak akibat pembesaran hati.
5. Penurunan berat badan, berkembang ketika tingkat ikterus meningkat.
6. Degenerasi secara gradual pada liver menyebabkan jaundice, ikterus,
dan hepatomegali, Saluran intestine tidak bisa menyerap lemak dan
lemak yang larut dalam air sehingga menyebabkan kondisi malnutrisi,
defisiensi lemak larut dalam air serta gagal tumbuh.
Pada saat usia bayi mencapai 2-3 bulan, akan timbul gejala berikut:
1. Gangguan pertumbuhan yang mengakibatkan gagal tumbuh dan
malnutrisi.
8

2. Gatal-gatal, dimana disebabkan jika cairan empedu tersebar ke dalam


darah dan kulit.
3. Rewel disebabkan karena ketidaknyamanan akibat distensi abdomen
yang dialami oleh bayi tersebut.
4. Splenomegali menunjukkan sirosis yang progresif dengan hipertensi
portal / Tekanan darah tinggi pada vena porta (pembuluh darah yang
mengangkut darah dari lambung, usus dan limpa ke hati).
Gejala klinis dan patologik atresia saluran ekstrahepatik
bergantung pada proses berawalnya penyakit, apakah embrional atau jenis
perinatal, dan bergantung pada saat diagnosisnya.
1. Jenis embrional atau fetal
Ikterus neonatorum fisiologik (dua minggu pertama kelahiran).
Pada pembedahan tidak ditemukan sisa saluran empedu di dalam
ligamentum hepatoduodenale.
Ditemukan Malrotasi usus atau pancreas ektopik.
2. Jenis kedua adalah jenis perinatal
Icterus muncul kembali secara progresif setelah icterus fisiologis

hilang beberapa waktu.


Pada saat pembedahan dapat ditemukan sisa saluran empedu di
dalam ligamentum hepatoduodenale tanpa adanya malformasi
organ lain yang berdekatan.

G. Komplikasi
1. Kadar protombin menurun, karena menurunnya absorpsi vitamin K
sehingga dapat terjadi perdarahan.
2. Dapat terjadi rikets karena menurunnya absorpsi vitamin D yang larut
dalam lemak.
3. Lemak yang menumpuk dalam usus bersama-sama dengan kalsium
dapat menyebabkan osteoporosis.
4. Kadang-kadang terlihat santoma pada kulit, sebagai manifestasi tingkat
lanjut. (Gulton, Eric. 2012)
H. Pemeriksaan
Tidak ada tes tunggal definitif dapat mendiagnosa atresia bilier,
sehingga serangkaian tes diperlukan. Semua bayi yang masih memiliki
penyakit kuning 2 sampai 3 minggu setelah lahir, atau yang memiliki tinja

abu-abu atau putih setelah 2 minggu setelah kelahiran, harus diperiksa


untuk kerusakan hati.
Bayi dengan dugaan kerusakan hati dirujuk ke:
1. Dokter yang mengkhususkan diri dalam penyakit pencernaan anakanak.
2. Dokter yang mengkhususkan diri dalam penyakit hati anak-anak.
3. Dokter yang mengkhususkan diri dalam operasi pada hati anakanak dan saluran empedu.
(National Institutes of Health,2012)
Jika atresia bilier masih dicurigai setelah pengujian, langkah
berikutnya adalah operasi diagnostik untuk konfirmasi.
1. Tes fungsi hati
Langkah awal adalah menentukan gejala kuning yang ada harus
dibedakan apakah kuning karena unconjugated bilirubin dan
conjugated bilirubin. Ditentukan dengan pemeriksaan bilirubin, bila
terdapat peningkatan bilirubin direk harus dicurigai conjugated
bilirubinemia atau terdapat sumbatan di sistem saluran hati dan
empedu termasuk diantaranya atresia bilier.
Pemeriksaan darah dengan peningkatan bilirubin terkonjugasi
(kadar > 1,5-2 mg/dL) atau hiperbilirubinemia terkonjugasi. Ikterus
akan nampak pada serum bilirubin > 2mg/dL. Nilai normal: bilirubin
indirek 0,3 1,1 mg/dl, bilirubin direk 0,1 0,4 mg/dl.
Syarat penentuan atresia bilier :
a. Ikterus terjadi dalam 24 jam pertama.
b. Kadar bilirubin melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan atau
melebihi 12,5 mg% pada neonatus kurang bulan.
c. Peningkatan bilirubin lebih dari 5 mg% perhari.
d. Ikterus menetap sesudah 2 minggu pertama.
e. Kadar bilirubin direk melebihi 1 mg%.
f. Mempunyai hubungan dengan proses hemolitik. (Staf Pengajar
IKA FKUI, 1995)

10

2. Hitung darah lengkap standar dengan pemeriksaan apusan perifer


secara luas mengecualikan penyebab hematologis pada kolestasis.
3. X ray perut.
Rontgen perut digunakan untuk memeriksa pembesaran hati dan
limpa.
4. USG.
Gambaran USG dapat menunjukkan apakah hati atau saluran empedu
yang membesar dan apakah tumor atau kista yang menghalangi aliran
empedu.USG tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis atresia bilier,
tapi itu tidak membantu menyingkirkan penyebab umum lainnya
penyakit kuning.

Gambar : USG pada pasien dengan atresia bilier


11

5. Scan hati.
Tes dapat menunjukkan jika dan di mana aliran empedu
diblokir.Penyumbatan mungkin disebabkan oleh atresia bilier.
6. Biopsi hati.
Sebuah biopsi hati dapat menunjukkan apakah atresia bilier
kemungkinan. Biopsi juga dapat membantu menyingkirkan masalah
hati lain, seperti hepatitis-iritasi dari hati yang kadang-kadang
menyebabkan kerusakan permanen.
7. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan urobilinogen penting artinya pada pasien yang
mengalami ikterus.Tetapi urobilin dalam urine negatif.Hal ini
menunjukkan adanya bendungan saluran empedu total.
8. MRI
Dapat melihat dengan jelas duktus biliaris ekstra hepatal untuk
menentukan ada tidaknya atresia bilier
9. Pemeriksaan feces
Warna

tinja

pucat

karena

yang

memberi

warna

pada

tinja/stercobilin dalam tinja berkurang karena adanya sumbatan pada


saluran empedu.
10. Operasi diagnostik.
Selama operasi diagnostik, ahli bedah anak membuat sayatan, atau
dipotong, di perut untuk langsung memeriksa hati dan saluran

12

empedu. Jika ahli bedah menegaskan bahwa atresia bilier adalah


masalahnya, prosedur Kasai biasanya akan dilakukan segera.
(National Institutes of Health,2012)
a. Kholangiografi
Intra operatif atau perkutaneus kholangiografi melalui kandung
empedu yang terlihat :
1) Gambaran atresia bilier bervariasi.
2) Pengukuran dari hilus hepar jika atresia dikoreksi
secara pembedahan dengan menganastomosis duktus
biliaris yang intak (Soetikno,D.Rista,2012)
b. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
Dengan menyuntik senyawa penontras dapat dilihat langsung
keadaan duktus biliaris ekstra hepatal seperti:
a. Obstruksi duktus kholedokus.
b. Dapat melihat distal duktus biliaris ekstra hepatal distal
dari duktus hepatikus komunis.
c. Dapat melihat kebocoran dari sistim bilier ekstra
hepatal daerah porta hepatis (Soetikno,D.Rista,2012)

Gambar : ERCP Atresia Bilier


I. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis
1. Memperbaiki aliran bahan-bahan yang dihasilkan oleh hati
terutama asam empedu (asamlitokolat), dengan memberikan :
- Fenobarbital 5 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis, per
oral.Fenobarbital

13

akan

merangsang

enzimglukuronil

transferase (untuk mengubah bilirubin indirek menjadi


bilirubin direk); enzimsitokrom P-450 (untuk oksigenisasi
toksin),
-

enzim

Na+

K+

ATPase

(menginduksi

aliranempedu).
Kolestiramin 1 gram/kgBB/hari dibagi 6 dosis atau sesuai
jadwal pemberian susu. Kolestiraminmemotong siklus

enterohepatik asam empedu sekunder


Asam ursodeoksikolat, 310 mg/kgBB/hari, dibagi 3 dosis,
per oral untuk melindungi hati dari zat toksik. Asam
ursodeoksikolatmempunyai daya ikat kompetitif terhadap
asam litokolat yang hepatotoksik.

2. Operasi
Atresia bilier yang tidak ditangani dengan baik akan
menimbulkan sirosis progresif dan kematian pada sebagian
besar anak usia dua tahun. Prosedur kasai benar-benar dapat
memperbaiki

prognosis

namun

bukan

tindakan

yang

menyembuhkan. Kerap kali drainase getah empedu dapat


dicapai jika pembedahan dilakukaan sebelum saluran empedu
intrahepatik mengalami kerusakan yang biasanya terjadi pada
usia 8 tahun ( Wong, Donna L.2008).
Tujuan pembedahan adalah menegakan suatu lintasan bagi
empedu, jika tidak, maka prognosis adalah buruk, dan
kematian dapat terjadi dalam 2 tahun kehidupan.
Pembedahan dilakukan dengan indikasi operasi minimal,
antara lain (Halimun EM, 2003):
1) Ikterus semakin progresif
2) Tinja tetap seperti dempul setelah pengobatan fenobarbital
10 hari
3) Bilirubin total, terutama bilirubin direk ikterus meningkat
4) Gambaran histologist hati sesuai bendungan.
Bila tindakan bedah dilakukan pada usia 8 minggu, angka
keberhasilannya adalah 86%, tetapi bila pembedahan
dilakukan

pada

14

usia

>

minggu

maka

angka

keberhasilannya hanya 36%. Oleh karena itu diagnosis


atresia bilier hams ditegakkan sedini mungkin, sebelum
usia 8 minggu.
Atresia bilier yang dirawat dengan operasi, yang disebut
prosedur Kasai, atau transplantasi hati.

a) Prosedur Kasai
Prosedur Kasai, dinamai ahli bedah yang menemukan
operasi, biasanya pengobatan pertama untuk atresia bilier.
Selama prosedur Kasai, ahli bedah pediatrik menghilangkan
saluran empedu yang rusak bayi dan membawa loop usus
untuk menggantikan mereka. Akibatnya, empedu mengalir
langsung ke usus halus.
Sementara operasi ini tidak menyembuhkan atresia bilier,
dapat mengembalikan aliran empedu dan memperbaiki
banyak masalah yang disebabkan oleh atresia bilier. Tanpa
operasi, bayi dengan atresia bilier tidak mungkin untuk
hidup usia 2. melewati prosedur ini paling efektif pada bayi
berusia lebih muda dari 3 bulan, karena mereka biasanya
belum mengembangkan kerusakan hati permanen. Beberapa
bayi dengan atresia bilier yang menjalani prosedur Kasai
berhasil mendapatkan kembali kesehatan yang baik dan
tidak lagi memiliki penyakit kuning atau masalah hati besar.

15

Jika

prosedur

Kasai

tidak

berhasil,

bayi

biasanya

membutuhkan transplantasi hati dalam waktu 1 sampai 2


tahun.Bahkan setelah operasi yang sukses, sebagian lama
bertahun-tahun dan memerlukan transplantasi hati masa
dewasa.
b) Transplantasi hati
Transplantasi hati adalah pengobatan definitif untuk
atresia bilier, dan tingkat kelangsungan hidup setelah
operasi telah meningkat secara dramatis dalam beberapa
tahun terakhir.Akibatnya, sebagian besar bayi dengan
atresia bilier sekarang bertahan hidup.Kemajuan dalam
operasi transplantasi juga telah meningkatkan penggunaan
ketersediaan dan efisien hati untuk transplantasi pada anakanak, sehingga hampir semua bayi yang membutuhkan
transplantasi dapat menerima satu.
Dalam beberapa tahun terakhir, ukuran transplantasi
liver harus sesuai dengan ukuran hati bayi.Dengan
demikian, hanya hati dari anak-anak kecil yang baru saja
meninggal dapat dipindahkan ke bayi dengan atresia
bilier.Metode

baru
16

sekarang

memungkinkan

untuk

transplantasi sebagian dari hati orang dewasa almarhum ke


bayi.Jenis operasi ini disebut pengurangan ukuran atau
transplantasi split-hati.
Bagian dari hati hidup dewasa donor juga dapat
digunakan untuk transplantasi.Jaringan hati yang sehat
tumbuh dengan cepat; Oleh karena itu, jika bayi menerima
bagian dari hati dari donor hidup, baik donor dan bayi dapat
tumbuh hati lengkap dari waktu ke waktu.
Bayi dengan atresia bilier janin lebih cenderung
membutuhkan transplantasi dan hati biasanya lebih cepat
dari pada bayi dengan bentuk perinatal lebih umum.
Tingkat kerusakan juga dapat mempengaruhi seberapa
cepat bayi akan membutuhkan transplantasi hati. (National
Institutes of Health,2012).
2. Penatalaksanaan Non Medis
Terapi yang bertujuan untuk memungkinkan anak tumbuh dan
berkembang seoptimal mungkin, yaitu :
a) Pemberian makanan yang mengandung medium chain triglycerides
(MCT) untuk mengatasi malabsorpsi lemak dan mempercepat
metabolisme. Disamping itu, metabolisme yang dipercepat akan
secara efisien segera dikonversi menjadi energy untuk secepatnya
dipakai oleh organ dan otot, ketimbang digunakan sebagai lemak
dalam tubuh. Bahan makanan yang mengandung MCT antara lain
seperti lemak mentega, minyak kelapa, dan lainnya. Contoh
makanan yang menggandung MCT yaitu bubur Promina Bubur
Khusus: untuk Gangguan Pencernaan Bayi, Milna Penambah
Berat Badan 6 Bulan, dan lain lain.
Bayi dengan atesia bilier sering mengalami defisiensi nutrisi dan
membutuhkan diet khusus selama mereka tumbuh.Mereka mungkin
membutuhkan diet dengan kalori lebih tinggi, karena atresia bilier
menyebabkan metabolisme menjadi lebih cepat.Penyakit ini juga
mencegah mereka mencerna lemak daan menyebabkan defisiensi

17

protein dan vitamin. Suplemen vitamin mungkin disarankan,


bersamaan dengan penambahan makanan berminyak trigliserida
rantai-sedang, cairan, dan susu formula bayi. Minyak tersebut
menambah kalori dan lebih mudah dicerna tanpa empedu daripada
tipe lemak lain. Jika bayi atau anak terlalu sakit untuk makan,
selang makan mungkin direkomendasikan untuk menyediakan
makanan cair tinggi-kalori.Sesudah transplantasi hati, sebagian
besar bayi dan anak dapat kembali pada diet mereka yang biasa.
Suplemen vitamin mungkin masih dibutuhkan karena obat-obatan
yang digunakan untuk menjaga tubuh dari penolakan terhadap hati
baru dapat mempengaruhi kadar kalsium dan magnesium.
b) Penatalaksanaan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak. Seperti
vitamin A, D, E, K
J. Komplikasi Pasca Pembedahan
Setelah prosedur Kasai, beberapa bayi terus memiliki masalah hati
dan, bahkan dengan kembalinya aliran empedu, beberapa bayi
mengembangkan sirosis.Kemungkinan komplikasi setelah prosedur Kasai
meliputi ascites, kolangitis bakteri, hipertensi portal, dan pruritus.
1. Asites.
Masalah dengan fungsi hati dapat menyebabkan cairan menumpuk
di bagian perut, yang disebut ascites.Ascites dapat menyebabkan
peritonitis bakteri spontan, infeksi serius yang memerlukan perhatian
medis segera.Asites biasanya hanya berlangsung beberapa minggu.
Jika ascites berlangsung lebih dari 6 minggu, sirosis mungkin hadir
dan bayi mungkin akan membutuhkan transplantasi hati.
2. Cholangitis bakteri.
Kolangitis bakteri adalah infeksi saluran empedu yang diobati
dengan obat antibakteri yang disebut antibiotik.
3. Hipertensi portal.
Vena portal membawa darah dari perut, usus, limpa, kandung
empedu, dan pankreas ke hati. Pada sirosis, jaringan parut sebagian
blok dan memperlambat aliran normal darah, yang meningkatkan

18

tekanan

dalam

portal.Hipertensi

vena

portal.

portal

Kondisi

dapat

ini

disebut

menyebabkan

hipertensi
perdarahan

gastrointestinal yang mungkin memerlukan operasi dan transplantasi


hati akhirnya.
4. Pruritus.
Pruritus disebabkan oleh empedu penumpukan dalam darah dan
iritasi ujung saraf di kulit.Resep obat dapat direkomendasikan untuk
pruritus, termasuk resin yang mengikat empedu dalam usus dan
antihistamin yang mengurangi sensasi kulit gatal.(National Institutes of
Health,2012)

K. PERAWATAN PALIATIF DAN SUPORTIF


1. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif sesuai definisi dari WHO adalah perawatan aktif,
total untuk pasien dengan penyakit yang sudah tidak bisa berespon
terhadap perawatan kuratif dan bertujuan meningkatkan kualitas hidup
mereka dan keluarga mereka. Perawatan paliatif saat ini sudah
dispesialiasikan dengan jelas baik untuk pengobatan medis maupun
keperawatan, berfokus pada pengontrolan nyeri dan simptom-simptom
lain meringankan penderitan dan meningkatan kalitas dalam sisa hidup
mereka. Keperawatan paliatif mengintregasikan aspek perawatan
psikologis dan spiritual supaya pasien mampu untuk bertahan hidup
dengan harga diri dn juga memberika dukungan kepada keluarga baik
selama pasien menderita penyakit tersebut maupun kehilangan
sesudahnya yang dialami keluarga (Marie Curie Cancer Care, 1995).
Pada pasien atresia bilier perlu dilakukan home care untuk
meningkatkan drainase empedu dengan mempertahankan fungsi hati
dan mencegah komplikasi kegagalan hati.
2. Perawatan Suportif
- Manajement perdarahan dengan pemberian vitamin K yang
berperan dalam pembekuan darah dan apabila kekurangan vitamin
K dapat menyebabkan perdarahan berlebihan dan kesulitan dalam
19

penyembuhan. Ini bisa ditemukan pada selada, kubis, kol, bayam,


kangkung, susu, dan sayuran berdaun hijau tua adalah sumber
-

terbaik vitamin ini.


Terapi ini diberikan karena klien dengan atresia bilier mengalami
obstruksi aliran dari hati ke dalam usus sehingga menyebabkan
lemak dan vitamin larut lemak tidak dapat diabsorbsi. Oleh karena
itu

diberikan

makanan

yang

mengandung

medium

chain

triglycerides (MCT) seperti minyak kelapa.


Perlindungan kulit bayi secara teratur akibat dari akumulasi toksik
yang menyebar ke dalam darah dan kulit yang mengakibatkan gatal

(pruiritis) pada kulit.


Pemberian health edukasi dan emosional support, keluarga juga
turut membantu dalam memberikan stimulasi perkembangan dan
pertumbuhan klien.

L. Prognosis
Prognosisnya tergantung dari usia saat dioperasi. Bila operasi
Kasai dilakukan sebelum berusia 60 hari, maka keberhasilan aliran
empedu sesudah operasi mencapai 91% dan angka ini akan berkurang
sampai 56% bila operasi dilakukan antara 61-70 hari dan 31% bila operasi
diakukan pada 71-90 hari dan hanya 17% bila operasi sesudah berumur 91
hari. Bila operasi Kasai berhasil, 5 tahun survival mencapai 47-60% dan
10 tahun sebanyak 25-35%, dan dilaporkan ada yang survive tanpa
transplantasi sampai berumur 20-30 tahun, tapi dengan berbagai
komplikasi.Komplikasi yang mungkin terjadi adalah kolangitis (3060%).Hipertensi portal (lebih dari 60%), sindrom hepatopulmonal atau
keganasan. Pada operasi Kasai yang tidak berhasil mengalirkan empedu
akan berlanjut menjadi sirosis bilier yang memerlukan transplantasi hati
yang biasanya dikerjakan pada umur sekitar dua tahun bahkan mungkin
pada usia yang lebih muda pada umur lebih dari enam bulan. Faktor-faktor
yang dapat digunakan untuk memprediksi prognosis jangka panjang
sesudah operasi portoenterostomi Kasai adalah: usia saat operasi,
gambaran histologi hati, dan ukuran sisa duktus biliaris sebelum operasi.
Giant cells sinsitial, nekrosis fokal, bridging necrosis, dan kolangitis

20

berhubungan dengan prognosis yang buruk. Prognosis lebih baik bila tidak
ada sirosis, hipertensi portal dan kelainan ekstrahepatik lain, pengalaman
tim ahli bedah, dan menghilangkannya ikterik sesudah operasi. Pada yang
tidak dilakukan operasi, biasanya penderita meninggal akibat pendarahan,
gagal hati kronik, sepsis atau bronkopneumonia pada sekitar umur dua
tahun.Beberapa bayi meninggal pada umur delapan bulan.
Faktor lain yang mempengaruhi prognosis adalah :
Umur pada waktu dioperasi ,lebih awal lebih baik (60-80 hari )setelah

lahir
Gambaran anatomi duktus biliaris ekstra hepatal
Ukuran duktus biliaris daerah ekstra hepatal
Ada tidaknya Cirrhosis hepatis
Adanya Kolangitis
Kemungkinan
dapat
dilakukannya

transplantasi

(Soetikno,D.Rista,2012)

M. Hospitalisasi Pada Anak


Suatu proses karena suatu alasan darurat atau berencana mengharuskan
anak untuk tinggal di rumah sakit menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan kembali kerumah. Selama proses tersebut bukan saja anak tetapi
orang tua juga mengalami kebiasaan yang asing,lingkunganya yang
asing,orang tua yang kurang mendapat dukungan emosi akan menunjukkan
rasa cemas.Rasa cemas pada orang tua akan membuat stress anak
meningkat.Dengan demikian asuhan keperawatan tidak hanya terfokus pada
anak tetapi juga pada orang tuanya
a. Reaksi Anak Terhadap Hospitalisasi
Reaksi tersebut bersifat individual dan sangat tergantung pada usia
perkembangan anak,pengalaman sebelumnya terhadap sakit,sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya,pada
umumnya,reaksi anak terhadap sakit adalah kecemasan karena
perpisahan,kehilangan, perlukaan tubuh,dan rasa nyeri.

Reaksi anak pada hospitalisasi :

21

1) Masa bayi(0-1 th)


Dampak perpisahan
Pembentukan rasa P.D dan kasih sayang
Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety /cemas
- Menangis keras
- Pergerakan tubuh yang banyak
- Ekspresi wajah yang tak menyenangkan
2) Masa todler (2-3 th)
Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan. Disini respon
perilaku anak dengan tahapnya.
Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
Putus

asa

menangis

berkurang,anak

tak

menunjukkan minat bermain, sedih, apatis


Pengingkaran/ denial
-

Mulai menerima perpisahan

Membina hubungan secara dangkal

Anak mulai menyukai lingkungannya

3) Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )


-

Menolak makan

Sering bertanya

Menangis perlahan

Tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan

22

aktif,kurang

Perawatan di rumah sakit :


-

Kehilangan kontrol

Pembatasan aktivitas
Sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman.
Sehingga ada perasaan malu, takut sehingga menimbulkan reaksi
agresif, marah, berontak,tidak mau bekerja sama dengan perawat.

4) Masa sekolah 6 sampai 12 tahun


Perawatan di rumah sakit memaksakan meninggalkan lingkungan
yang dicintai , klg, klp sosial sehingga menimbulkan kecemasan.
Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dlm klg,
kehilangan klp sosial, perasaan takut mati,kelemahan fisik. Reaksi
nyeri bisa digambarkan dgn verbal dan non verbal
5) Masa remaja (12 sampai 18 tahun )
Anak

remaja

begitu

percaya

dan

terpengaruh

kelompok

sebayanya . Saat MRS cemas karena perpisahan tersebut


Pembatasan aktifitas kehilangan kontrol.
Reaksi yang muncul :
Menolak perawatan / tindakan yang dilakukan
Tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan

sakit

akibat

respon :
-

bertanya-tanya

menarik diri

23

perlukaan

menimbulkan

menolak kehadiran orang lain

b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi


Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi
Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi Kehilangan anak yang
dicintainya:
-

Prosedur yang menyakitkan

Informasi buruk tentang diagnosa medis

Perawatan yang tidak direncanakan

Pengalaman perawatan sebelumnya & Perasaan sedih: Kondisi


terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain

Perasaan frustasi:Kondisi yang tidak mengalami perubahan


Perilaku tidak kooperatif,putus asa, menolak tindakan

Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS: Marah,


cemburu, benci, rasa bersalah

c. Intervensi Perawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi


Fokus intervensi keperawatan adalah
-

meminimalkan stressor

memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan


psikologis pada anggota keluarga

mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress


Dapat dilakukan dengan cara :
-

Mencegah atau mengurangi dampak perpisahan


24

Mencegah perasaan kehilangan kontrol

Mengurangi / meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh


dan rasa nyeri

Upaya mencegah / meminimalkan dampak perpisahan


1. Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak
2.

Modifikasi ruang perawatan

3. Mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah


-

Surat menyurat, bertemu teman sekolah

Mencegah perasaan kehilangan kontrol:


-

Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif.

Bila anak diisolasi lakukan modifikasi lingkungan

Buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain

Memberi

kesempatan

anak

mengambil

keputusan

dan

melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan


Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri
-

Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan

prosedur yang menimbulkan rasa nyeri

Lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak

Menghadirkan orang tua bila memungkinkan

Tunjukkan sikap empati

Pada tindakan elektif bila memungkinkan menceritakan


tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar. Perlu

25

dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak


menerima informasi ini dengan terbuka
Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak
-

Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan


orang tua untuk belajar .

Memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang


penyakit anak.

Meningkatkan kemampuan kontrol diri.

Memberi kesempatan untuk sosialisasi.

Memberi support kepada anggota keluarga.

Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit


-

Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak.

Mengorientasikan

situasi

rumah

Pada hari pertama lakukan tindakan :

Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya

Kenalkan pada pasien yang lain.

Berikan identitas pada anak.

Jelaskan aturan rumah sakit.

Laksanakan pengkajian.

Lakukan pemeriksaan fisik.

Pengertian bermain

26

sakit.

Cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam


dirinya yang tidak disadari

Kegiatan yang dilakukan sesuai dengan keinginan sendiri untuk


memperoleh kesenangan.

Bermain merupakan kegiatan


-

Menyenangkan / dinikmati

Fisik.

Intelektual.

Emosi.

Sosial.

Untuk belajar.

Perkembangan mental.

Bermain dan bekerja

Tujuan bemain di rumah sakit


-

Untuk dapat melanjutkan tumbuh kembang yang normal


selama di rawat

Untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan dan fantasinya


melalui permainan

Prinsip bermain di rumah sakit


-

Tidak membutuhkan banyak energy

Waktunya singkat.

Mudah dilakukan

Aman

27

Kelompok umur.

Tidak bertentangan dengan terapi.

Melibatkan keluarga.

Fungsi bermain
-

Aktifitas sensori motorik

Perkembanga kognitif

Sosialisasi

Kreatifitas

Perkembangan moral therapeutic

Komunikasi.

Klasifikasi bermain
-

Isi permainan
1. Sosial affective play
Belajar memberi respon terhadap lingkungan
* Orang tua berbicara/memanjakan
tersenyum, mengeluarkan suara, dll

- anak senang,

2. Sense of pleasure play

Anak memperoleh kesenangan dari suatu obyek


disekitarnya

Bermain air/pasir

3. Skill play

Anak memperoleh keterampilan tertentu

28

mengendarai sepeda, memindahkan balon, dll


4. Dramatic play/tole play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu
>Berperan sebagai: Perawat, dokter, ayah, ibu, dll
Karakteristik Sosial
1. Solitary play
Dilakukan oleh balita ( todler)
Bermain dalam kelompok 1 thn merupakan asyik dengan
permainannya sendiri yang berlainan
-

Dilakukan oleh balita atau pre school

Bermain

dalam

kelompok,

permainan

sejenis,tak

ada

interaksi,tak tergantung
-

Bermain

dalam

kelompok,aktivitas

sama,tetapi

belum

terorganisasi dengan baik


-

Belum

ada

pembagian

tugas,

bermain

sesuai

dengan

sama,tetapi

belum

keinginannya
-

Bermain

dalam

kelompok,aktivitas

terorganisasi dengan baik


-

Belum

ada

pembagian

tugas,

bermain

sesuai

dengan

keinginannya
-

School age/ adolescent


Permainan terorganisasi terencana,ada aturan-aturan tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi bermain


1. Tahap perkembangan anak
29

2. Status kesehatan
3. Jenis kelamin
4. Alat permain

BAB III
30

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
a.
b.
c.
1)

Anamnesa
Identitas Klien:
Identitas penanggung
Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Biasannya keluhan utama klien adalah nyeri, pembesaran abdomen, dan

ikterus.
2) Riwayat kesehatan dahulu
Apakah ada tanda-tanda infeksi dahulu pada ibu, apakah ibu pernah
mengkonsumsi obat-obatan yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Pada umumnya bayi masuk rumah sakit dengan keluhan bayi rewel akibat
nyeri

abdomen,

tubuh

berwarna

kuning,

jaundice,

feses

berwarna

putih/dempul, urin berwarna gelap dan ada rasa gatal-gatal dari tubuh bayi.
4) Riwayat keluarga
Apakah aggota keluarga ada yang mengalami gangguan hati dan empedu.
2. Pemeriksaan fisik:
B1 :

sesak nafas, RR meningkat

B2 :

takikardi, berkeringat, kecenderungan perdarahan (kekurangan


vitamin K)

B3 :

gelisah atau rewel

B4 :

urine warna gelap dan pekat

B5 :

distensi abdomen, kaku pada kuadran kanan, asites, feses warna


pucat, anoreksia, mual, muntah, regurgitasi berulang, berat badan
menurun, lingkar perut meningkat

B6 :

ikterik pada sclera kulit dan membrane mukosa, kulit berkeringat


dan gatal (pruritus), oedem perifer, kerusakan kulit, otot lemah

B. Diagnosa Keperawatan
1. Pre Operasi
a. Ketidakefektifan
pola
hiperventilasi

31

napas

berhubungan

dengan

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan


cairan aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi
nutrient
d. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan
perawatan tidak adekuat
e. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan status metabolic
f. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
g. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan.
2. Post Operasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pembedahan
C. Intervensi
Pre Operasi
No.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan
hiperventilasi
Batasan
karakteristik:
Perubahan
kedalaman
pernapasan
Perubahan
ekskursi
dada
Penurunan
teanan
ekspirasi
Penurunan
kapasitas
vital
Peningkatan
diameter
anterior dan
posterior
Pernapasan
cuping
hidung
Fase
ekspirasi

Tujuan dan Kriteria


Hasil
NOC
Respiratory
status:
ventilation
Respiratory
status: airway
patency
Setelah dilakukan
tindakan
Keperawatan selama
1x24 jam pasien
menunjukkan
keefektifan pola
nafas, dibuktikan
dengan kriteria hasil:
Menunjukkan jalan
napas yang paten
(klien tidak
merasa tercekik,
irama napas,
frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas tambahan)
Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal
32

Intervensi
NIC
Airway management
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara nafas
tambahan
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen therapy
Bersihkan mulut,
hidung dan secret
trakea
Pertahankan jalan
napas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Pertahankan posisi
pasien
Observasi adanya
tanda-tanda
hipoventilasi
Monitor adanya
kecemasan pasien

memanjang
Pernapasan
bibir
Penggunaan
otot aksesori
untuk
bernapas

2.

Kekurangan
volume cairan
berhubungan
dengan
kehilangan
cairan aktif
Batasan
karakteristik:
Penurunan
tekanan nadi
Penurunan
turgor kulit
Pengeluaran
haluaran
urine
Membran
mukosa
kering
Kulit kering
Peningkatan
hematokrit
Peningkatan
suhu tubuh
Peningkatan
frekuensi
nadi
Peningkatan
konsentrasi
urine
Penurunan
berat badan
kelemahan

NOC
Fluid balance
Hydration
Nutritional
status: food and
fluid intake
Kriteria hasil: setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
2x24 jam pasien
menunjukkan
peningkatan volume
cairan yang ditandai
dengan
Mempertahankan
urine output
sesuai dengan
usia, dan BB, BJ
urine normal
Nadi, suhu, dalam
batas normal
Tidak ada tandatanda dehidrasi

3.

Ketidakseimban
gan nutrisi

NOC

terhadap oksigenasi
Vital sign monitoring
Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
Monitor suara paru
Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
Monitor sianosis
perifer
NIC
Fluid management
Timbang popok jika
diperlukan
Pertahankan catatan
intake dan output
yang akurat
Monitor vital sign
Monitor masukan
cairan dan hitung
intake kalori harian
Kolaborasi emberian
cairan IV
Monitor status
nutrisi
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat HB
dan HCT
Monitor vital sign
Monitor berat badan
Monitor respon
pasien terhadap
pemambahan cairan

NIC
Nutrition
33

kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan
Ketidak
mampuan untuk
mengabsorbsi
nutrient
Batasan
karakteristik:
Berat badan
20% atau
lebih
dibawah
berat badan
ideal
membran
mukosa
pucat
tonus otot
menurun
ketidakmamp
uan menyusu
kelemahan
otot untuk
menelan

4.

Management
Kaji adanya alergi
makanan
Berikan makanan
terpilih (sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam
batas normal
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor interaksi
anak selama
konsumsi susu
Monitor lingkungan
selama konsumsi
susu
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor mual dan
muntah
Keterlambata
Setelah dilakukan tindakan
Terapi Nutrisi
keperawatan dan kolaborasi
n
Peningkatan
selama 7x24 jam perawat
pertumbuhan
perkembangan
mampu menangani dan
dan
anak
meminimalkan gangguan
perkembanga
Beri diit tinggi nutrisi
keterlambatan
n berhubungan
yang seimbang untuk
pertumbuhan dan
dengan
mencapai
Perawatan tidak perkembangan:
pertumbuhan
yang
Pertumbuhan
adekuat
adekuat
Perkembangan anak:
Batasan
Pantau tinggi dan
neonatus, infant, toddler,
karakteristik
berat badan, untuk
preschool, usia sekolah,
Gangguan
menentukan
remaja
pertumbuhan
kecenderungan
Anak mencapai
fisik
pertumbuhan

Nutritional
status: food and
fluid intake
Nutritional
status: nutrient
intake
Kriteria Hasil: setelah
dilakukan tindakan
keperawatan selama
7x24 jam adanya
peningkatan status
nutrisi ditandai
dengan:
Adanya
peningktan berat
badan sesuai
dengan tujuan
Tidak ada tandatanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
pengecapan dari
menelan
Tidak terjadi
penurununan
berat badan yang
berarti

34

Penurunan
waktu respon
Afek datar
Lesu/tidak
bersemangat

pertumbuhan yang
adekuat
Anak melakukan
aktifitas sesuai usia
Anak tidak
mengalami isolasi
social

35

Dapat
memberikan
suplemen besi untuk
mengatasi
anemia
bila di anjurkan
Identifikasi
kebutuhan kusus dan
adaptasi anak
Ajarkan pada orang
tua
perkembangan
dan
tingkah
laku
anak yang sesuai
usia
Anjurkan
dan
fasilitasi
anak
bersosialisasi dengan
kelompok usianya
Ajarkan anak untuk
merawat
dirinya
sendiri(sikat
gigi,
makan
minum,
toileting, cuci tangan,
berpakaian).
Anjurkan
aktifitas
yang sesuai usia
Tekankan
bahwa
anak
mempunyai
kebutuhan
yang
sama
terhadap
sosialisasi
seperti
anak yang lain
Izinkan anak untuk
menata ruangan nya
sendiri dan batasan
aktifitas karena anak
akan beristirahat bila
lelah
Ajak
anak
mendengarkan
musik,
menyanyi,
menari,
bercerita
bersama
Berikan
terapi
bermain sesuai usia
Kelola
pemberian
obat jika perlu

5.

Kerusakan
integritas kulit
berhubungan
dengan gangguan
status metabolic
Batasan
karakterisitik:
Kerusakan lapisan
kulit
Gangguan
permukaan kulit

Hipertermi
berhubungan
dengan
penyakit/trauma

Integritas jaringan:kulit
dan membrane mukosa
Penyembuhan luka:
primer
Penyembuhan luka:
sekunder
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 7x24
jam, kerusakan integritas
kulit klien teratasi dengan
kriteria hasil:
Integritas kulit klien
yang baik bisa
dipertahankan.
Perfusi jaringan baik.
Tidak ada luka/lesi
pada kulit
Ketebalan dan tekstur
jaringan normal

Perawatan Luka
Singkirkan plester
dan debris
Catat karakteristik
luka
Bersihkan area luka
dengan agen
antibakterial
Lakukan perawatan
pada daerah insersi
iv line
Lakukan perawatan
luka di kulit
Massase area di
sekitar luka untuk
meningkatkan
sirkulasi
Berikan salep yang
sesuai pada
kulit/luka
Bandingkan dan
catat perubahan
pada luka secara
teratur
Posisikan untuk
mengurangi tekanan
pada luka
Ajarkan pada pasien
dan keluarga tentang
prosedur perawatan
luka

Termoregulasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24
jam hipertermi klien
teratasi, dengan kriteria
hasil :
Suhu tubuh klien
dalam kisaran 36,5
37 , 5 C
Nadi klien dalam
kisaran :
0 3 bln : 85 -200
x/mt
3 bl-2 th : 100

Penanganan Demam
Berikan medikasi
antipiretik
Berikan pengobatan
pada penyebab
demam
Lakukan water tepid
sponge
Dorong peningkatan
intake cairan dan
berikan cairan iv
Tingkatkan sirkulasi
udara misalnya
dengan kipas.

36

190x/mt
2th-10 th : 60-140
x/mt
>10 th : 60-100
x/mnt
Respirasi Rate dalam
kisaran :
< 1 th
30
-40x/ mt
2 th - 5 th
20-30
x/mt
5 th-12 th
15 -20
x/mt
> 12 th
12 16
x/mt
Tidak ada perubahan
warna kulit
Tidak terjadi nyeri
kepala dan otot
Tidak terjadi
penurunan kesadaran
Hidrasi adekuat
Klien melaporkan
kenyamanan
Defisiensi
Setelah dilakukan asuhan
pengetahuan
keperawatan
berhubungan
selama ..............................
deengan kurang
kurang pengetahuan teratasi
pajanan
dengan kriteria hasil:
Data subyektif
Pengetahuan : proses
Mengungkap penyakit.
Keluarga familier
kan adanya
masalah.
dengan
nama
penyakit.
Data obyektif
Keluarga
mampu
Ketidakakur
menjelaskan proses
atan
penyakit, penyebab,
mengikuti
faktor resiko, efek
instruksi.
penyakit, tanda dan
gejala, cara untuk
meminimalkan
perburukan
Perilaku
penyakit,
berlebihan
komplikasi, tanda
atau
tidak
dan
gejala
sesuai
komplikasi,
serta
pencegahan

37

Berikan oksigen
(jika perlu).
Monitor temperatur,
warna kulit, suhu,
dan IWL
Monitor tekanan
darah, nadi, RR
Monitor penurunan
tingkat kesadaraan,
aktivitas kejang
Monitor nilai AL, Hb,
dan Hmt serta
abnormalitas
elektrolit
Monitor intake dan
output
Monitor
ketidakseimbangan
asam basa

Teaching : disease Process

Berikan penilaian tentang


tingkat
pengetahuan
keluarga tentang proses
penyakit yang spesifik
Jelaskan patofisiologi dari
penyakit yang dialami oleh
klien
Gambarkan tanda dan
gejala yang biasa muncul
pada penyakit, dengan cara
yang tepat
Gambarkan
proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
Sediakan informasi pada
keluarga tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
Hindari harapan yang

komplikasi.

kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi
tentang
kemajuan pasien dengan
cara yang tepat
Diskusikan
perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan
untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
Dukung keluarga untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan
second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan
keluarga
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

Post Operasi
No.
1.

Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut
berhubungan dengan
Agen injuri fisik
Batasan karakteristik:
Perubahan selera
makan
Perubahan
tekanan darah
Perubahan
frekuensi jantung
Perubahan
frekuensi
pernapasan

Tujuan dan Kriteria


Intervensi
Hasil
Manajemen nyeri :
Kontrol nyeri
Tingkat kenyamanan
Lakukan pengkajian
Setelah dilakukan
komprehensif
intervensi keperawatan
terhadap nyeri
selama 2x24 jam, klien
(PQRST), observasi
dapat mengontrol nyeri dan
tanda nonverbal
mencapai tingkat
adanya
kenyamanan, ditandai
ketidaknyamanan
dengan:
Gunakan
teknik
Ekspresi wajah postur
komunikasi
tubuh rilek
terapeutik
untuk
Klien menunjukkan
mengetahui
skala nyeri berkurang
pengalaman nyeri
38

Diaphoresis
Gangguan tidur

Klien mengekpresikan
Kaji latar belakang
kepuasan dengan control
budaya
yang
nyeri
mempengaruhi
respon nyeri
TTV dbn
Tentukan dampak
nyeri terhadap
kualitas hidup (ex:
tidur, selera makan,
aktivitas, kognisi,
mood, dll)
Sediakan informasi
tentang nyeri,
misalnya penyebab,
onset dan durasi
nyeri, antisipasi
ketidaknyamanan
karena prosedur
tertentu
Kontrol factor
lingkungan yang
dapat
mempengaruhi
respon klien
terhadap
ketidaknyamanan
(ex: suhu ruang,
kebisingan, cahaya)
Ajarkan teknik
nonfarmakologi (ex:
biofeedback, TENS,
hypnosis, relaksasi,
guided imagery,
terapi music,
distraksi, terapi
bermain, terapi
aktivitas,
acupressure,
aplikasi
panas/dingin, dan
massase).
Tingkatkan istirahat
dan tidur.
Monitor kepuasan
pasien dengan
manajemen nyeri
yang dilakukan

39

2.

Risiko infeksi
Factor risiko:
Penyakit kronik
Imunitas didapat
tidak adekuat
Pertahanan
primer tidak
adekuat (kulit
rusak, trauma
jaringan, stasis
cairan tubuh,
perubahan
sekresi pH,
gangguan
peristalsis)
Pertahanan
sekunder tidak
adekuat
(penurunan Hb,
leucopenia,
respon inflamasi
ditekan)
Peningkatan
paparan
lingkungan
(pathogen)
Imunosupresi
Prosedur
invasive

Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
Evaluasi
pengalaman nyeri
masa lampau
Evaluasi efektivitas
intervensi
Kolaborasikan
pemberian analgetik
Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
keperawatan selama 1x4
Terapkan
unversal
jam risiko infeksi teratasi,
precaution
dengan kriteria hasil:
Batasi
pengunjung
Status imun
bila perlu
Pengetahuan : kontrol
Beri higiene yang baik
infeksi
Monitor tanda dan
Kontrol resiko
gejala infeksi (local
Klien bebas dari tanda
dan sistemik)
dan gejala infeksi
Ajarkan teknik cuci
Klien menunjukkan
tangan pada keluarga
kemampuan untuk
Ajarkan
keluarga
mencegah timbulnya
tentang tanda dan
infeksi
gejala
infeksi
dan
Jumlah leukosit normal
kapan
harus
melaporkannya
Status imun,
kepada petugas
gastrointestinal,
Genitourinaria normal Kolaborasi dokter
bila ada tanda infeksi
Proteksi infeksi
Ganti letak IV perifer
dan dressing
sesuai dengan
petunjuk umum
Gunakan
kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
Tingkatkan cairan dan
nutrisi
Inspeksi
kulit
dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Pertahankan
teknik
aseptic dalam tiap
40

tindakan
Ganti
peralatan
perawatan pasien per
prosedur protocol
Tingkatkan intake
nutrisi dan cairan
Tingkatkan tidur dan
istirahat
Kelola pemberian
antibiotic
Ajarkan dan keluarga
cara menghindari
infeksi
Monitor tanda dan
gejala infeksi
sistemik dan lokal

D. Dokumentasi
Daftar Periksa pendokumentasian
Selama perawatan di rumah sakit, catatan berikut telah dibuat:
-

Status bayi dan temuan hasil pengkajian pada saat pendaftaran


Perubahan dalam status bayi
Hasil diagnostic dan uji laboratorium yang relevan
Asupan dan haluaran cairan
Asupan nutrisi
Status pertumbuhan dan perkembangan
Respons bayi terhadap terapi
Reaksi orang tua terhadap penyakit bayi dan hospitalisasi
Pedoman penyuluhan keluarga
Pedoman penyuluhan pemulangan.
(Speer, Kathleen Morgan. 2008)

41

BAB IV
PEMBAHASAN KASUS
A. TINJAUAN KASUS
Seorang ibu NY. S usia 25 tahun memiliki bayi perempuan yang
bernama bayi Z usia 3 bulan 4 hari dengan riwayat penyakit singkat
sebagai berikut :
Ibu klien mengatakan pagi ini bayinya kelihatan sesak
dan susah untuk bernafas, demam tinggi, mual dan muntah terus lebih dari 5 x
sehari sejak 2 hari yang lalu dan hari ini

tidak mau menyusu,beraknya

berwarna putih pucat keabu - abuan , dan air kencing berwarna gelap seperti
teh, dan makin hari mata dan kulitnya bertambah kekuningan,karena cemas
oleh keluarga segera dibawa berobat ke puskesmas B dan dianjurkan
untuk segera dirujuk ke RSUD B tgl 28 September 2015 jam 09.00 MRS
IGD dibawa dengan ambulance oleh keluarga dan perawat puskesmas, dengan
kondisi umum klien : kesadaran somnolen, gerak lemah, tangis lemah, UUB
cekung,nafas spontan dengan oksigen 1l/m, RR : 45 x/m, sat 97%,pernafasan
abdominal dan cuping hidung ( + ),akral dingin daerah perifer, perabaan nadi
lemah,CRT 2 detik,TD 90/ 40 mmhg, N : 150 x/m, T : 39 C.membaran
mukosa bibir kering.Abdomen distended,icterik dan jaundice ( + ).terpasang
IVFD kaen3B 19 tpm makro taki.
B. PENGKAJIAN ANAK
Anamnesa
Data Demografi klien :
Nama

: An. Z

42

Usia

: 3 bulan

Jenis Kelamin

: Perempuan

Alamat

: Bontang

Agama

: Islam

Tanggal MRS

: 28 september 2015

Jam MRS

: 09.00 WIB

Suku / bangsa

: Jawa/ Indonesia

Diagnosa

: Atresia bilier

Identitas Penanggung Jawab :


Nama

: Tn. D

Umur

: 30 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Pendidikan/ pekerjaan

: SLTA/ wiraswasta

Hubungan dg klien

: ayah klien

Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan pagi ini bayinya kelihatan sesak, susah untuk bernafas dan
demam tinggi
Riwayat Penyakit Sekarang
Ibu klien mengatakan pagi ini bayinya kelihatan sesak
dan susah untuk bernafas, demam tinggi, mual dan muntah terus dari 5 x sehari,
pagi hari ini

tidak mau menyusu, perut bertambah besar,beraknya seperti

dempul,kencingnya seperti teh dan warna kulitnya bertambah kekuningan, karena


cemas oleh keluarga segera dibawa berobat ke puskesmas B dan dianjurkan
untuk segera dirujuk ke RSUD B tgl 28 September 2015 jam 09.00 MRS IGD
dibawa dengan ambulance oleh keluarga dan perawat puskesmas, dengan kondisi
umum klien : kesadaran somnolen, gerak lemah, tangis lemah, UUB cekung,nafas
spontan dengan oksigen 1l/m, RR : 45 x/m, sat 97%,pernafasan abdominal dan
cuping hidung ( + ),akral dingin daerah perifer, perabaan nadi lemah,CRT 3
detik,TD 90/ 40 mmhg, N : 150 x/m, T : 39 C.membaran mukosa bibir kering,
abdomen distended,ictrerik dan jaundice . Terpasang IVFD kaen 3B 19 tpm
( makro ) di tangan kiri dari puskesmas

43

Riwayat Penyakit sebelumnya :


Ibu klien mengatakan semenjak kelahiran bayinya dan dibawa pulang kerumah
bayinya kelihatan aktif dan tampak sehat, kurang lebih sejak

usia 1 bulan

bayinya mulai tampak kekuningan dan makin hari bertambah makin kuning,oleh
keluarga dibawa ke tempat praktek bidan W dan dianjurkan untuk sering
dijemur saja.Menjelang usia 2 bulan kulit dan mata bertambah kuning, perut
membesar, beraknya seperti dempol dan kencingnya seperti teh, karena cemas
dibawa ke periksa ke puskesmas setempat dan dianjurkan untuk segera berobat
dan dirujuk ke RSUD B namun keluarga menolak dan meminta pulang saja
sementara kara keterbatasan biaya dan belum punya kelengkapan surat untuk
mengurus jaminan.
Riwayat Tumbuh Kembang anak :
Ibu mengatakan bayinya lahir normal ditolong oleh bidan puskesmas setempat
dengan BB bayi lahir 2,8 kg dan panjang 49 cm. dan saat ini BB bayinya 4,5 kg.
Imunisasi yang sudah didapat BCG ketika baru lahir, DPT 1 dan polio di usia 2
bulan
Riwayat Kesehatan Keluarga:
Didalam keluarga bayi Z saat kecil tidak pernah ada yang menderita penyakit
yang sama dengan klien.kakaknya laki laki berusia 4 tahun tumbuh sehat seperti
biasa.
Riwayat psikologis keluarga :
Ibu klien mengatakan tidak tahu tentang penyakit anaknya dan berharap untuk
segera sembuh dan bisa berkumpul dengan keluarga dirumah kembali.Ibu klien
tampak sedih dan menangis. Orangtua kooperatif dalam setiap tindakan
pengobatan dan perawatan.
3.1.2

Pemeriksaan Fisik
a. B1 (breath) :
Nafas spontan adekuat dengan oksigenasi 1 l/m, RR : 45 x/m, saturasi
95 %, pernafasan abdominal ( + ), cuping hidung ( + ), suara nafas
vesikuler lobus paru kanan dan kiri, tidak ada suara nafas tambahan.
b. B2 (blood) :
Akral hangat daerah badan, dan dingin daerah perifer, perabaan nadi
lemah, CRT 3 detik,TD : 90/ 40 mmhg, N : 156 x/m, febris : 39 C,
44

c. B3(brain) :
Kesadaran somnolen, gerak lemah, tangis lemah,pupil isokor 3/2
(kanan), 3/2 ( kiri ). Reflek cahaya ( + ) / ( + ). Mata cowong, Sclera
Mata ikterik kanan (
+),kiri ( + ),conjungtiva putih pucat ( + ),UUB cekung
d. B4 ( Blader ) :
BAK spontan via pempers dengan produksi 50 cc dalam waktu 4 jam
semenjak pempers dipakaikan jam 06.00 dari puskesmas sampai jam
09.00 di IGD, warna pekat seperti teh.
Balance cairan selama 4 jam ( 06.00 09.00 ) :
Input IVFD kaen3B 19 tpm makro x 4 jam = 76 cc
Ouput urine = 50 cc, IWL selama 4 jam = 22,5 cc
Jadi balance cairanya = ( 76 50 13,5 ) = 12,5 cc
e. B5 ( Bowel ) :
Abdomen distended, BU ( + ) 5 x/m, LP : 49 cm, teraba keras
pembesaran hepar di bagian abdomen kuadran kanan atas, mual ( + ),
muntah 1x di IGD ( + ),diet sementara dipuasakan untuk rencana
pemasangan NGT,membrane mukosa bibir kering, BAB 1x,
konsisitensi cair + ampas dengan warna seperti dempul, putih pucat
ke abuan, status gizi kurang : BB 4,5 kg di usia 3 bulan berada pada -2
SD.
f. B6 ( Bone ) :
Kekuatan tonus otot menurun

4 4
4 4
Integumenya : warna kulit kekuningan ( jaundice ), pucat daerah
perifer,
KETERANGAN TAMBAHAN
3.1.3 Pemeriksaan Penunjang
Darah :
WBC : 15.000 mg/dl
Eritrosit : 5000
Hb : 9 g/dl

Nilai normal :
4,0-10x103 /uL
4,7-6,1x106 /uL
Lk :13,5-17,5 & Pr : 11,5-13,5
g/dl

45

150-400x103/uL
Lk : < 38 & Pr : < 32 U/L
Lk : < 41 & Pr : < 31

Trombosit : 242.000
SGOT : 190 U/L
SGPT : 200 U/L

U/L
< 0,25 mg/dL
0,5 mg/dL
< 1,1 mg/dL
3,8-4,4 g/dL
10-50 mg/dL
5-23 mg/dL
Nilai normal :
(-)
(-)
(7,37-7,43)

Bilurubin direct : 7,6 mg/dl


Bilurubin indirect : 2,3 mg/dl
Bilurubun total : 9,9 mg/dl
Albumin : 3,0 g/dl
Ureum : 31,9
BUN : 20
Urine :
Glukosa 0
Bilirubin +3
pH 7,3
Leukosit (-)
Protein0
Nitrogen 0
Feses :
Feses lunak, warna pucat
seperti
dempul,
tidak
berlendir dan berlemak,
secaranmikroskopis tidak
ditemukan
leukosit,
eritrosit,
parasit
dan
amoeba.
Hasil USG Abdomen :

terdapat pembesaran hati dan kandung empedu mengecil < 1,5 cm.
tidak terlihat pelebaran duktus billiaris intra hepatal
Tatalaksana medis :
Hasil consul dr.F ked r.M sp.A :
1) Perhitungan cairan rumatan untuk 48 jam dengan cairan IFVD RL :
Dehidrasi sedang ( 10 % ) = 10 x 4,5 = 450 ml/24 jam jumlah ini dibagi
rata dalam 48 jam.
Cairan rumatan 100 ml x 4,5 = 450 ml/24 jam, 450 x 2 = 900 ml/48 jam
Dengan demikian jumlah cairan yang diberikan saat mulai resusitasi
adalah :
450 + 900 =1350 ml / 48 jam atau 675 ml / jam.
IVFD RL loading dulu 20 cc/kg/bb dalam jam = 90 cc
Transfuse FWB 45 cc dalam 4 jam
Jadi Mantenen cairanya RL ( 675 90 45 ) = 540 /24 jam

46

2) Injeksi antibiotic cefotaxim 3 x 75 mg


3) Oral :
Asam ursodeoksikolat 3 x 465 mg
Sistenol 3 x 45 mg ( puyer )
4) Diet : ASI eksklusif per oral bila memungkinkan , jika distress nafas
rencanakan per NGT.
5) Pertahankan pemberian oksigenasi 1- 2l/m
6) Jika kondisi sudah stabil rencanakan untuk segera di konsulkan dan
dirujuk ke dr.spesialis bedah anak di RSUD AWS .
C. ANALISA DATA
No
.
1

Data subyektif dan data obyektif


DS :
Ibu klien mengatakan pagi ini
bayinya kelihatan sesak,susah
untuk bernafas

Etiologi

Problem

Hiperventilasi

Ketidakefektifan
pola napas

Kehilangan cairan aktif

Kurang volume
cairan

DO :
Nafas spontan adekuat dengan
oksigenasi 1 l/m, RR : 45 x/m,
saturasi
95 %, pernafasan
abdominal( + ), cuping hidung ( +
), suara nafas vesikuler lobus paru
kanan dan kiri, tidak ada suara
nafas tambahan.
2

DS :
Ibu klien mengatakan bayinya
mual dan muntah terus lebih dari
5 x sehari sejak 2 hari yang lalu
dan hari ini tidak mau menyusu
DO :
Akral dingin daerah perifer,
perabaan nadi lemah, CRT 3
detik,TD : 90/40 mmhg, N : 156
x/m, febris : 39 C,
UUB cekung, mata
cowong,membrane mukosa bibir
kering,
BAK spontan via pempers
dengan produksi 50 cc dalam
waktu 4 jam semenjak pempers
dipakaikan jam 06.00 dari
puskesmas sampai jam 09.00 di
47

IGD, warna pekat seperti teh.


Balance cairan selama 4 jam
( 06.00 09.00 ) :
Input IVFD kaen3B 19 tpm
makro x 4 jam = 76 cc
Ouput urine = 50 cc, IWL selama
4 jam = 22,5 cc
Jadi balance cairanya = ( 76 50
13,5 ) = 12,5 cc
3

DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
demam
DO :
Akral teraba hangat daerah
badan,dingin daerah perifer.
TTV N : 156 x/m,
RR : 45 x/menit,
T : 39 C

Penyakit

DS :
Ibu klien mengatakan anaknya
mual dan muntah terus,dan tidak
mau menyusu.
DO :
Abdomen distended, BU ( + ) 5
x/m, LP : 49 cm.mual ( + ),
muntah1x di IGD ( + ),diet
sementara dipuasakan untuk
rencana pemasangan NGT, BAB
saat di IGD ( + ) konsistensi encr
berampas dengan warna seperti
dempul.
Status gizi : kurang BB 4,5 kg
berada pada -2 SD
DS :
Ibu klien mengatakan tidak tahu
tentang penyakit anaknya dan
berharap untuk segera sembuh
dan bisa berkumpul dengan
keluarga dirumah.
DO :
Ibu klien tampak sedih dan
menangis.
Orangtua kooperatif dalam setiap
tindakan perawatan dan
pengobatan yang dilakukan.

Ketidakmampuan untuk
mengabsorsi nutrient

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

Kurang pajanan

Defisiensi
pengetahuan

48

Hipertermi

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidak mampuan untuk mengabsorbsi nutrient
d. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit.
e. Difisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan.
E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No
.
1.

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan pola
napas berhubungan
dengan hiperventilasi
ditandai dengan :
DS :
Ibu klien mengatakan
pagi ini bayinya kelihatan
sesak,susah untuk
bernafas
DO :
Nafas spontan adekuat
dengan oksigenasi 1 l/m,
RR : 45 x/m, saturasi 95
%, pernafasan abdominal(
+ ), cuping hidung ( + ),
suara nafas vesikuler
lobus paru kanan dan kiri,
tidak ada suara nafas
tambahan

Tujuan dan Kriteria Hasil


NOC

Respiratory status:
ventilation
Respiratory status:
airway patency

Setelah dilakukan tindakan


Keperawatan selama 2 x24
jam diharapkan pasien
menunjukkan keefektifan
pola nafas, dibuktikan
dengan
kriteria hasil :
Menunjukkan jalan
napas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama
napas, frekuensi
pernafasan dalam
rentang normal,
tidak ada suara
nafas tambahan)
Tanda-tanda vital
dalam rentang
normal

Intervensi
NIC
Airway management
Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventilasi
Auskultasi suara
napas, catat
adanya suara nafas
tambahan
Monitor respirasi
dan status O2
Oxygen therapy
Pertahankan jalan
napas yang paten
Atur peralatan
oksigenasi
Pertahankan posisi
pasien

Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi

Vital sign monitoring


Monitor , nadi,
dan RR
Monitor suara
paru
Monitor sianosis
perifer

49

Kurangan volume cairan


berhubungan dengan
kehilangan cairan aktif
ditandai dengan :
DS :
Ibu klien mengatakan
bayinya mual dan
muntah terus lebih dari 5
x sehari sejak 2 hari yang
lalu dan hari ini tidak
mau menyusu
DO :
Akral dingin daerah
perifer, perabaan nadi
lemah, CRT 3 detik,TD :
90/40 mmhg, N : 156
x/m, febris : 39 C,
UUB cekung, mata
cowong,membrane
mukosa bibir kering,
BAK
spontan
via
pempers dengan produksi
50 cc dalam waktu 4 jam
semenjak
pempers
dipakaikan jam 06.00 dari
puskesmas sampai jam
09.00 di IGD, warna
pekat seperti teh.
Balance cairan selama 4
jam ( 06.00 09.00 ) :
Input IVFD kaen3B 19
tpm makro x 4 jam = 76
cc
Ouput urine = 50 cc, IWL
selama 4 jam = 22,5 cc
Jadi balance cairanya =
( 76 50 13,5 ) = 12,5
cc

Hipertermi berhubungan
dengan penyakit ditandai
dengan :

NOC

Fluid balance
Hydration
Nutritional status:
food and fluid
intake

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama 2 x 24
jam diharapkan pasien
menunjukkan peningkatan
volume cairan yang
ditandai dengan criteria
hasil :
Mempertahankan
urine output sesuai
dengan usia, dan
BB, BJ urine
normal
Nadi, suhu, dalam
batas normal
Tidak ada tandatanda dehidrasi

NIC
Fluid management
Timbang popok
Pertahankan
catatan intake dan
output yang akurat
Monitor vital sign
Monitor masukan
cairan dan hitung
intake kalori
harian
Kolaborasi
emberian cairan
IV
Observasi tanda
dehidrasi turgor
kulit
jelek,membran
mukosa mulut
kering,rasa
haus,nadi lemah
cepat, BB turun
kg/hari
Kolaborasi
pemberian terapi
parenteral atau
NGT bila perlu
Hypovolemia
Management
Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
Pelihara IV line
Monitor tingkat
HB dan HCT
Monitor vital sign
Monitor berat
badan
Monitor respon
pasien terhadap
pemberian cairan

Termoregulasi
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24

50

Penanganan Demam
Berikan medikasi
antipiretik

DS :
Ibu klien mengatakan
anaknya demam
DO :
Akral
teraba
hangat
daerah
badan,dingin
daerah perifer.
TTV N : 156 x/m,
RR : 45 x/menit,
T : 39 C

jam hipertermi klien


teratasi, dengan kriteria
hasil :
Suhu tubuh klien
dalam kisaran 36,5
37 , 5 C
Nadi klien dalam
kisaran :
0 3 bln : 85 -200
x/mt
Respirasi Rate dalam
kisaran :
< 1 th
30
-40x/ mt
Tidak terjadi penurunan
kesadaran
Hidrasi adekuat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Ketidak mampuan untuk
mengabsorbsi nutrient
ditandai dengan :
DS :
Ibu klien mengatakan
anaknya mual dan
muntah terus,dan tidak
mau menyusu.
DO :
Abdomen distended, BU
( + ) 5 x/m, LP : 49
cm.mual ( + ), muntah1x
di IGD ( + ),diet
sementara
dipuasakan
untuk
rencana
pemasangan NGT, BAB

NOC

Nutritional status:
food and fluid
intake
Nutritional status:
nutrient intake

Setelah dilakukan tindakan


keperawatan selama satu
minggu diharapkan adanya
peningkatan status nutrisi
ditandai dengan criteria
hasil :
Adanya peningktan
berat badan sesuai
dengan tujuan
Tidak ada tandatanda malnutrisi
Menunjukkan
peningkatan fungsi
51

Berikan pengobatan
pada penyebab
demam
Lakukan water tepid
sponge
Dorong peningkatan
intake cairan dan
berikan cairan iv
Tingkatkan sirkulasi
udara misalnya
dengan kipas.
Berikan oksigen (jika
perlu).
Monitor temperatur,
warna kulit, suhu, dan
IWL
Monitor tekanan
darah, nadi, RR
Monitor penurunan
tingkat kesadaraan,
aktivitas kejang
Monitor nilai AL, Hb,
dan Hmt serta
abnormalitas
elektrolit
Monitor intake dan
output.
NIC
Nutrition Management
Kaji adanya alergi
makanan
Berikan diet susu
sesuai yang
(sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Monitor jumlah
intake nutrisi dan
kandungan kalori.
Nutrition Monitoring
Monitor adanya
penurunan berat
badan
Monitor interaksi
anak selama
konsumsi susu

saat di IGD ( + )
konsistensi
encr
berampas dengan warna
seperti dempul.
Status gizi : kurang BB
4,5 kg berada pada -2 SD

pengecapan dari
menelan

Tidak terjadi
penurununan berat
badan yang berarti

Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan
kurang pajanan
ditandai dengan :

Setelah dilakukan asuhan


keperawatan selama 1 2
jam
diharapkan
ad
peningkatan pengetahuan
keluarga
ditunjukkan
dengan kriteria hasil:
Pengetahuan : proses
penyakit.
Keluarga familier
dengan
nama
penyakit.
Keluarga
mampu
menjelaskan proses
penyakit, penyebab,
faktor resiko, efek
penyakit, tanda dan
gejala, cara untuk
meminimalkan
perburukan
penyakit,
komplikasi, tanda
dan
gejala
komplikasi,
serta
pencegahan
komplikasi.

Teaching : disease Process

52

Monitor
lingkungan selama
konsumsi susu
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam
pemberian diet.
Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
Monitor turgor
kulit
Monitor mual dan
muntah

Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan keluarga
tentang proses penyakit
yang spesifik
Jelaskan patofisiologi
dari penyakit yang
dialami oleh klien
Gambarkan tanda dan
gejala
yang
biasa
muncul pada penyakit,
dengan cara yang tepat
Gambarkan
proses
penyakit, dengan cara
yang tepat
Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
Sediakan
informasi
pada keluarga tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
Hindari harapan yang
kosong
Sediakan bagi keluarga
informasi
tentang
kemajuan
pasien
dengan cara yang tepat

53

Diskusikan perubahan
gaya
hidup
yang
mungkin
diperlukan
untuk
mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan
pilihan
terapi atau penanganan
Dukung keluarga untuk
mengeksplorasi
atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang
tepat
atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
Instruksikan keluarga
mengenai tanda dan
gejala
untuk
melaporkan
pada
pemberi
perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Atresia bilier atau atresia biliaris ekstrahepatik merupakan proses
inflamasi progresif yang menyebabkan fibrosis saluran empedu intrahepatik
maupun ekstrahepatik sehingga pada akhirnya akan terjadi obstruksi saluran
tersebut.
Fungsi dari sistem empedu adalah membuang limbah metabolik dari hati
dan mengangkut garam empedu yang diperlukan untuk mencerna lemak di
dalam usus halus.
Atresia bilier terjadi karena adanya perkembangan abnormal dari saluran
empedu di dalam maupun diluar hati.Tetapi penyebab terjadinya gangguan
perkembangan saluran empedu ini tidak diketahui secara pasti tetapi
kemungkinan infeksi virus dalam intrauterine.
Unutuk mengatasi atresia bilier yaitu dengan menggunakan prosedur
pembedahan Kasai.Dimana pada prosedur ini dilakukan pembedahan dan
langsung menghubungkan hati dengan usus halus.Pembedahan akan berhasil
jika dilakukan sebelum bayi berusia 8 minggu. Biasanya pembedahan ini hanya
merupakan pengobatan sementara dan pada akhirnya perlu dilakukan
pencangkokan hati.
Diagnosa keperawatan yang muncul dalam kasus atresia bilier antara lain:
Pola nafas tidak efektif
volume

cairan

berhubungan dengan hiperventilasi, Kekurangan

berhubungan

dengan

kehilangan

cairan

aktif,

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan dalam mengabsorbsi nutrient, hipertermi berhubungan
dengan proses penyakit dan defisiensi pengetahuan berhubungan kurang
pajanan.

54

B. Saran
Pada kasus kasus atresia bilier perlu adanya bagaimana cara mendeteksi
dini terkait kasus tersebut agar dapat diberikan penatalaksaan medis maupun
non medis yang tepat, sehingga dapat memperpanjang harapan hidup
penderita..Selain itu perlu diberikan informasi terkait atresia bilier agar mereka
dapat dengan cepat membawa anaknya ke pelayanan kesehatan terdekat.

55

You might also like