Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Ulkus kornea termasuk kasus kegawat daruratan pada penyakit mata dimana mata
terancam akan kehilangan fungsi penglihatan atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan
tindakan ataupun pengobatan secepatnya. Kebanyakan gangguan penglihatan ini dapat
dicegah, namun hanya bila diagnosis penyebabnya ditetapkan secara dini dan diobati
secara memadai sehingga penatalaksanaan yang tepat akan dapat mengurangi komplikasi
yang dapat ditimbulkan.1
Dalam keadaan normal kornea adalah transparan. Transparansi ini disebabkan oleh tidak
adanya pembuluh darah dan jaringan kornea yang strukturnya seragam serta berfungsinya
mekanisme pompa oleh endotel. Penyakit kornea adalah penyakit yang serius karena
penanganan yang tidak sempurna atau terlambat akan mengakibatkan gangguan
penglihatan permanen berupa peglihatan yang kabur ringan hingga kebutaan.2
Ulkus biasanya terbentuk akibat infeksi oleh bakteri, jamur virus atau protozoa, selain itu
dapat disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi, penyakit kolagen vaskuler, kekurangan
vitamin A atau protein, dan mata kering. Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah
cedera mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. DEFINISI
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea
akibat kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang
tepat dan cepat uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti
desmetokel, perforasi, endoftalmitis.1,2
B. ETIOLOGI
Penyakit kornea adalah penyakit mata yang serius karena menyebabkan gangguan tajam
penglihatan, bahkan dapat menyebabkan kebutaan. Ulkus kornea merupakan hilangnya
sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea. Ulkus biasanya terbentuk
akibat infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus, pseudomonas, atau pneumokokus),
jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba, selain itu ulkus kornea
disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen vaskuler. Kekurangan
vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup secara sempurna
dan melembabkan kornea). Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera mata,
ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.3
Penyebab ulkus kornea antara lain sebagai berikut :
1. Infeksi bakteri
Bakteri yang sering menyebabkan ulkus kornea adalah Streptokokus alfa hemolitik,
Stafilokokus aureus, Moraxella likuefasiens, Pseudomonas aeroginosa, Nocardia
asteroids, Alcaligenes sp, Streptokokus anaerobic, Streptokokus beta hemolitik,
Enterobakter hafniae, Proteus sp, Stafilokokus epidermidis, infeksi campuran Erogenes
dan Stafilokokus aureus.
2. Infeksi jamur
Disebabkan oleh Candida, Fusarium, Aspergilus, Cephalosporium, dan spesies mikosis
fungoides.
3. Infeksi virus
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat
diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan
ulkus. Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian
sentral. Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).
4. Defisiensi vitamin A
Ulkus kornea akibat defisiensi vitamin A terjadi karena kekurangan vitamin A dari
makanan atau gangguan absorbsi di saluran cerna dan ganggun pemanfaatan oleh tubuh.
5. Lagophtalmus akibat parese N. VII dan N.III
6. Trauma yang merusak epitel kornea 1,2
7. Idiopatik , misal ulkus Mooren 4
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kornea merupakan membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju
retina. Kornea meliputi seperenam dari permukaan anterior bola mata. Kelengkungannya
lebih besar dibandingkan permukaan mata lainnya. Perbatasan antara kornea dan sklera
disebut sebagai limbus (ditandai dengan adanya sulkus yang dangkal sulkus sklera).
Kornea terdiri dari 3 lapisan yaitu epitel, substansi propria atau stroma dan endotel.
Diantara epitel dan stroma terdapat lapisan atau membran Bowman dan diantara stroma
dan endotel terdapat membran descemet.1,2
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam
tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54
mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang
bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran
Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau
kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.2
Gambar 1. Struktur Kornea3
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel
a. Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling tumpang
tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.
b. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan menjadi
lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya melalui desmosom dan
macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa yang
merupakan barrier.
c. Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi
Ulserasi aktif merupakan hasil dari nekrois dan pengelupasan epitel, membran Bowman,
dan stroma yang terlibat. Selama fase ulserasi aktif terjadi hiperemia yang mengakibatkan
akumulasi eksudat purulen di kornea. Jika organisme penyebab virulensinya tinggi atau
pertahanan tubuh host lemah akan terjadi penetrasi yang lebih dalam selama fase ulserasi
aktif.
3. Fase Regresi
Regresi ditimbulkan oleh sistem pertahanan natural (antibodi humoral dan pertahanan
seluler) dan terapi yang memperbesar respon host normal. Garis batas yang merupakan
kumpulan leukosit mulai timbul di sekitar ulkus, lekosit ini menetralisir bahkan
memfagosit organisme debris seluler. Proses ini disertai vaskularisasi superfisial yang
yang meningkatkan respon imun humoral dan seluler. Ulkus mulai menyembuh dan epitel
mulai tumbuh dari tepi ulkus.
4. Fase Sikatrisasi
Pada fase ini penyembuhan berlanjut dengn epitelisasi progresif yang membentuk sebuah
penutup permanen. Di bawah epitel baru terbentuk jaringan fibrosa yang sebagain berasal
dari fibroblas kornea dan sebagian lagi berasal dari sel endotel pembuluh darah baru.
Stroma menebal dan mendorong permukaan epitel ke anterior. Derajat sikatrik bervariasi,
jika ulkus sangat superfisial dan hanya melibatkan epitel maka akan menyembuh
sempurna tanpa bekas. Jika ulkus melibatkan memran Bowman dan sedikit lamela stroma
superficial maka akan terbentuk sikatrik yang disebut nebula. Apabila ulkus melibatkan
hingga lebih dari sepertiga stroma akan membentuk makuladan leukoma.4
a. Fase Infiltrasi progresif
b. Fase ulserasi aktif
c. Fase regresi
d. Fase sikatrisasi
Gambar 3. Diagram ulkus kornea tanpa perforasi4
A. B.
C. D.
Gambar 4. Fase sikatrisasi
A. nebular B. macular C. leucoma D. adherent leucoma4
Ulkus kornea dengan perforasi terjadi jika proses ulserasi berlanjut lebih dalam dan
mencapai membran Descemet, membran ini akan mengeras dan membengkak ke luar
menjadi desmatokel. Pada fase ini semua pengerahan tenaga pada pasien seperti saat
batuk, bersin, dll. akan membuat perforasi. Segera setelah terjadi perforasi cairan aqueous
akan keluar, tekanan intra okuler akan turun dan diafragma iris-lensa akan lepas.4
Gambar 5. Desmatokel4
Gambar 6. Ulkus kornea perforasi dengan prolaps iris4
Efek perforasi bergantung pada posisi dan ukuran perforasi. Jika perforasi kecil dan
berlawanan dengan jaringan iris, biasanya akan disumbat oleh jaringan sikatrik dengan
cepat dan menyembuh. Hasil paling umum dari proses ini adalah leukoma adherent.4
E. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu:
a. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus Mooren
c. Ulkus cincin (ring ulcer)2
1. Ulkus Kornea Sentral
a. Ulkus Kornea Bakterialis
1) Ulkus Streptokokus
Khas sebagai ulcus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea (serpinginous). Ulkus
bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus yang menggaung.
Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi kornea, karena eksotoksin
yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.
2) Ulkus Stafilokokus
Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik kekuningan disertai infiltrat berbatas
tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara adekuat, akan terjadi abses
kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit. Walaupun terdapat hipopion
ulkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.
3) Ulkus Pseudomonas
Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. ulkus sentral ini dapat menyebar
ke samping dan ke dalam kornea. Penyerbukan ke dalam dapat mengakibatkan perforasi
kornea dalam waktu 48 jam. gambaran berupa ulkus yang berwarna abu-abu dengan
kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang bentuk ulkus ini seperti
cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang banyak.2
Gambar 7. Ulkus kornea bakteri dengan hipopion7
Gambar 8. Ulkus kornea bakteri tanpa hipopion4
4) Ulkus Pneumokokus
Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus akan terlihat
menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik yang disebut
Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna kekuningkuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan
di daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.
b. Ulkus Kornea Fungi
Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat
bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas
irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu
daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit
disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada
infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi
neovaskularisasi akibat rangsangan radang serta terdapat injeksi siliar disertai
hipopion.1,2
Gambar 9. Ulkus kornea jamur7
c. Ulkus Kornea Virus
1. Ulkus Kornea Herpes Zoster
Biasanya diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3
hari sebelum timbulnya gejala kulit. Pada mata ditemukan vesikel dan edem palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit herpes simplex.
Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea
hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea biasanya disertai
dengan infeksi sekunder.
2. Ulkus Kornea Herpes simplex
Infeksi primer yang disebabkan oleh virus herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala
klinik. Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai
terdapatnya suatu dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit
atau bintang infiltrasi. terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh.
Terdapat pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.1,2
Gambar 10. Ulkus kornea herpes simplek 3
d. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya, kemerahan dan
fotofobia. Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat
perineural.7
Gambar 11. Ulkus kornea acanthamoeba7
2. Ulkus Kornea Perifer
a. Ulkus Marginal
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus
superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau
alergi dan gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan
lain-lain. Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada
penderita leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.
Gambar 12. Ulkus Marginal 4
b. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif, kronik, yang menyerang stroma kornea perifer
dan epitel. Biasanya ulkus berjalan dari perifer kornea kearah sentral, menyebar secara
sirkumferensial dan sentripetal. Penyebab ulkus mooren sampai sekarang belum
diketahui. Banyak teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas
tuberculosis, virus, alergi dan autoimun. Gejala klinis antara lain nyeri pada mata,
fotofobia dan mata sering berair. Ulkus Mooren unilateral biasanya menyerang orang
berusia lanjut sedang ulkus bilateral lebih umum pada populasi di Afrika dengan
progresifitas cepat dan berespon jelek pada intervensi medis maupun bedah.5
Gambar 13. Ulkus Mooren5
Gambar 14. Ulkus Mooren4
c. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk
melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang
timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu
menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan
konjungtivitis kataral.4
Gambar 15. Ring ulcer4
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa :
a. Gejala Subjektif
a. Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
b. Sekret mukopurulen
c. Merasa ada benda asing di mata
d. Pandangan kabur
e. Mata berair
f. Bintik putih pada kornea, sesuai lokasi ulkus
g. Silau
h. Nyeri
i. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer
kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
b. Gejala Objektif
a. Injeksi siliar
b. Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya infiltrat
c. Hipopion1
G. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda
asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat
infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi
bagi penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi
imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh
terapi imunosupresi khusus.2,8
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis
yang disertai dengan hipopion. 6
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti :
1. Ketajaman penglihatan
2. Tes refraksi
3. Tes air mata
4. Pemeriksaan slit-lamp
5. Keratometri (pengukuran kornea)
6. Respon reflek pupil
7. Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
8. Pada pewarnaan akan tampak defek epitel pada kornea yang dilihat dengan cobalt blue
light 3
9. Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH). Pada jamur
dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari dasar dan tepi ulkus
dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih baik lagi
dengan biopsi jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.2
H. PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar
tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus kornea
tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung antibiotik, anti
virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan dengann steroid. Pasien
dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat memberi obat sendiri, tidak
terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.1
1. Penatalaksanaan medikamentosa
a. Antibiotik topikal
Terapi inisial (sebelum didapatkan hasil kultur dan tes sensitivitas) hendaknya diberikan
antibiotik spektrum luas. Dianjurkan tetes mata gentamycin (14 mg/ml) atau tobramycin
(14mg/ml) bersama dengan cephazoline (50mg/ml), setiap setengah hingga satu jam
untuk beberapa hari pertama kemudian dikurangi menjadi per dua jam . Setelah respon
yang diinginkan tercapai, tetes mata dapat diganti dengan Ciprofloxacin (0.3%),
Ofloxacin (0.3%), atau Gatifloxacin (0.3%).
b. Antibiotik sistemik
Biasanya tidak diperlukan. Akan tetapi, cephalosporine dan aminoglycoside atau oral
ciprofloxacin (750 mg dua kali sehari) dapat diberikan pada kasus berat dengan perforasi
atau jika sklera ikut terkena.
c. Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang
tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi :
menutup sempurna.
3. Berhati hati jika menggunakan lensa kontak :
a. Selalu mencuci tangan sebelum memegang lensa kontak
b. Melepas lensa kontak setiap malam dan membersihkan lensa kontak dengan hati hati
dengan pembersih khusus
c. Jangan pernah tidur dengan menggunakan lensa kontak
d. Menyimpan lensa kontak di tempat khusus dengan direndam larutan desinfektan
semalaman
e. Segera melepas lensa kontak jika mata teriritasi dan tidak memakainya hinggga kondisi
mata membaik
f. Membersihkan tempat penyimpanan lensa kontak secara reguler. 10
K. PROGNOSIS
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang
timbul. Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena
jaringan kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya
mendapat pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih
buruk. Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat.
Dalam hal ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan
antibiotika maka dapat menimbulkan resistensi.
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian
terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari
konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode
yang pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan
fibroblas dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik. 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta :FKUI.
2. Vaughan, D. 2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika.
3. Olver, J dan Cassidy, L. 2005. Ophthalmology at A Glance. Massachusetts : Blackwell
Science.
4. Khurana, A.K. 2007. Comprehensive Ophthalmology. 4th Edition. New Delhi : New
Age International Ltd.
5. Sutphin, John E. 2008. Section 8: External Disease and Cornea in Basic and Clinical
Science Course. San Francisco : American Academy of Ophthalmology.
6. Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia. 2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran.Edisi ke 2. Jakarta :
Sagung Seto.
7. Lang, Gerhard K. 2000. Ophthalmology : A Short Text Book. New York : Thieme
Stuttgart
8. Suharjo, Fatah Widido. 2007. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai
Tempat Pelayanan Mata Tertier.
http:// http://www.tempo.co.id. (diakses 26 Oktober 2011)
9. Lopez, Fernando H Murillo. 2010. Corneal ulcer
http://emedicine.medscape.com/article/1195680-overview (diakses 26 oktober 2011)
(diakses
26
Oktober
A. PENGERTIAN
Keratitis ulseratif yang lebih dikenal sebagai ulserasi kornea yaitu terdapatnya
destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea.
(Darling,H Vera, 2000, hal 112).
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibatkematian
jaringan kornea.
(Arif mansjoer, DKK, 2001, hal 56)
Klasifikasi
Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea , yaitu :
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)
Tepi lesi berbatas tegas irregular dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian
epitel yang baik. Terlihat suatu daerah tempat asal penyebaran di bagian sentral
sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak kadang-kadang dalam, seperti
tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk tukak lonjong dengan
permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan radang.
Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
c. Ulkus Kornea Virus
1). Ulkus Kornea Herpes Zoster : Biasanya diawali rasa sakit pada kulit
dengan perasaan lesu. Gejala ini timbul satu 1-3 hari sebelum timbulnya gejala
kulit. Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva
hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya infiltrat subepitel dan stroma.
Infiltrat dapat berbentuk dendrit yang bentuknya berbeda dengan dendrit
herpes simplex. Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor dengan fluoresin
yang lemah. Kornea hipestesi tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada
kornea biasanya disertai dengan infeksi sekunder.
2). Ulkus Kornea Herpes simplex : Infeksi primer yang diberikan oleh virus
herpes simplex dapat terjadi tanpa gejala klinik. Biasanya gejala dini dimulai
dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu dataran sel di
permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.
terdapat hipertesi pada kornea secara lokal kemudian menyeluruh. Terdapat
pembesaran kelenjar preaurikel. Bentuk dendrit herpes simplex kecil, ulceratif,
jelas diwarnai dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya.
B. ETIOLOGI
Faktor penyebabnya antara lain:
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata,
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa:3
1. Gejala subjektif
Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
Sekret mukopurulen
D. PATOFISIOLOGI
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan
seratnya tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di
permukaan anterior dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea,
segera mengganggu pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya
kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang
hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. Karena kornea avaskuler, maka
pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang, seperti pada jaringan lain yang
mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea, wandering cell dan sel-sel lain
yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai makrofag, baru kemudian
disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus dan tampak sebagai
injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel mononuclear, sel
plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya infiltrat,
yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus
kornea. Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea
baik superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa
sakit juga diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior)
pada kornea dan menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris,
yang meradang dapat menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada
ujung saraf kornea merupakan fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya
dilatasi pada pembuluh iris. Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk
jaringan parut. Infiltrat sel leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif.
Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul
kecil dan superficial maka akan lebih cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi
bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran Bowman dan sebagian stroma
maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan menyebabkan terjadinya sikatrik.
E. PATHWAYS
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Hipersensitivitas
Menginfeksi kornea
Terpajannya reseptor nyeri
Ulkus
nyeri
Perforasi kornea
Rupture kornea
TIO meningkat
Pengelihatan terganggu
Resiko cidera
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kartu mata/ snellen telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan
)
b. Pengukuran tonografi : mengkaji TIO, normal 15 - 20 mmHg
c. Pemeriksaan oftalmoskopi
d. Pemeriksaan Darah lengkap, LED
e. Pemeriksaan EKG
f. Tes toleransi glukosa
H. PENATALAKSANAAN
Ulkus kornea adalah keadan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis
mata agar tidak terjadi cedera yang lebih parah pada kornea. Pengobatan pada ulkus
kornea tergantung penyebabnya, diberikan obat tetes mata yang mengandung
antibiotik, anti virus, anti jamur, sikloplegik dan mengurangi reaksi peradangan
dengann steroid. Pasien dirawat bila mengancam perforasi, pasien tidak dapat
memberi obat sendiri, tidak terdapat reaksi obat dan perlunya obat sistemik.
a. Penatalaksanaan ulkus kornea di rumah
1) Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
2) Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
3)
1. Pengobatan konstitusi
Oleh karena ulkus biasannya timbul pada orang dengan keadaan umum
yang kurang dari normal, maka keadaan umumnya harus diperbaiki dengan
makanan yang bergizi, udara yang baik, lingkungan yang sehat, pemberian
roboransia yang mengandung vitamin A, vitamin B kompleks dan vitamin C. Pada
ulkus-ulkus yang disebabkan kuman yang virulen, yang tidak sembuh dengan
pengobatan biasa, dapat diberikan vaksin tifoid 0,1 cc atau 10 cc susu steril yang
disuntikkan intravena dan hasilnya cukup baik. Dengan penyuntikan ini suhu
badan akan naik, tetapi jangan sampai melebihi 39,5C. Akibat kenaikan suhu
tubuh ini diharapkan bertambahnya antibodi dalam badan dan menjadi lekas
sembuh.
2. Pengobatan lokal
Benda asing dan bahan yang merangsang harus segera dihilangkan. Lesi
kornea sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.
Konjungtuvitis, dakriosistitis harus diobati dengan baik. Infeksi lokal pada
hidung, telinga, tenggorok, gigi atau tempat lain harus segera dihilangkan.
Infeksi pada mata harus diberikan :
Analgetik.
Untuk menghilangkan rasa sakit, dapat diberikan tetes pantokain, atau
Antibiotik
Anti biotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum
luas diberikan sebagai salap, tetes atau injeksi subkonjungtiva. Pada pengobatan
ulkus sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat
penyembuhan dan juga dapat menimbulkan erosi kornea kembali.
Anti jamur
Terapi medika mentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat
komersial yang tersedia berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa
dibagi :
1)
2)
3)
4)
Anti Viral
Untuk herpes zoster pengobatan bersifat simtomatik diberikan streroid lokal
untuk mengurangi gejala, sikloplegik, anti biotik spektrum luas untuk infeksi
sekunder analgetik bila terdapat indikasi.
Untuk herpes simplex diberikan pengobatan IDU, ARA-A, PAA, interferon
inducer.
Perban tidak seharusnya dilakukan pada lesi infeksi supuratif karena dapat
menghalangi pengaliran sekret infeksi tersebut dan memberikan media yang baik
terhadap perkembangbiakan kuman penyebabnya. Perban memang diperlukan
pada ulkus yang bersih tanpa sekret guna mengurangi rangsangan.
Untuk menghindari penjalaran ulkus dapat dilakukan :
1) Kauterisasi
a) Dengan zat kimia : Iodine, larutan murni asam karbolik, larutan murni
trikloralasetat 20.
b) Dengan panas (heat cauterisasion) : memakai elektrokauter atau
termophore. Dengan instrumen ini dengan ujung alatnya yang
mengandung panas disentuhkan pada pinggir ulkus sampai berwarna
keputih-putihan.
2) Pengerokan epitel yang sakit
Parasentesa dilakukan kalau pengobatan dengan obat-obat tidak
menunjukkan perbaikan dengan maksud mengganti cairan coa yang lama
dengan yang baru yang banyak mengandung antibodi dengan harapan
luka cepat sembuh. Penutupan ulkus dengan flap konjungtiva, dengan
melepaskan konjungtiva dari sekitar limbus yang kemudian ditarik
menutupi ulkus dengan tujuan memberi perlindungan dan nutrisi pada
I. PENGKAJIAN FOKUS
1. Pengkajian :
1) Aktifitas istirahat
Gejala : perubahan aktifitas sehubungan dengan gangguan penglihatan
Gangguan istirahat karena nyeri dan ketidaknyamanan.
2)
Intregitas ego
Kecemasan tentang status kesehatan dan tindakan pengobatan.
3)
Neurosensor
Gejala: gangguan penglihatan, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap tentang penglihatan perifer dan lakrimasi.
Tanda: kornea keruh, iris, dan pupil tidak kelihatan serta peningkatan air mata.
4) Keamanan
Terjadi trauma karena penurunan penglihatan.
5) Nyeri
Gejala;: ketidak nyamanan ringan, mata berair dan merak, myeri berat disertai
tekanan pada sekitar bola mata dan menyebabkan sakit kepala.
6) Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala : Riwayat keluarga glukoma, DM, gangguan sustem vaskuler, riwayat
stress, alergi, ketidak seimbangan endokrin, terpajan pada radiasi,polusi,
steroid.
7) Rencana pemulangan
Memerlukan bantuan tranportasi, penyediaan makanan, perawatan diri,
pemeliharaan rumah.
(Doenges, 2000)
2. Pemeriksaan fisik
1. Insfeksi
Amati :
1)
2)
3)
4)
5)
Kornea. Apakah ada arkus senilis (cincin abu abu dipinggir luar
kornea),edema/ keruh /menebalnya kornea atau adanya ulkus kornea.
6)
Pupil. Apakah besarnya normal (3-5 mm/ isokor), atau amat kecil (pin
point), miosis (< 2 mm), midriasis (>5mm)
7)
2. Palpasi
Setelah inspeksi, lakukan palpasi pada mata dan struktur yang
berhubungan. Digunakan untuk menentukan adanya tumor. Nyeri tekan dan
keadaan tekanan intraokular (TIO). Mulai dengan palpasi ringan pada kelopak
airmata
berlebihan
yang
merupakan
indikasi
hambatan
duktus
nasolakrimalis.
J.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1)
2)
Nyeri b.d trauma, peningkatan TIO, inflamasi intervensi bedah atau pemberian
tetes mata dilator
3)
4)
5)
6)
K. FOKUS INTERVENSI
1.
2.
4.
5.
1) Beri instruksi pada pasien atau orang terdekat mengenai tanda dan gejala,
komplikasi yang harus segera dilaporkan pada dokter
2) Berikan instruksi lisan dan tertulis untuk pasien dan orang yang berarti
mengenai teknik yang benar dalam memberikan obat
3) Evaluasi perlunya bantuan setelah pemulangan
4) Ajari pasien dan keluarga teknik panduan penglihatan
6.
DAFTAR PUSTAKA