You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN REPRODUKSI

PADA PASIEN ADNEXITIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Kasiati, S. Kep, Ns, M. Kep

Oleh Kelompok VI
Diala Zahrotul Jannah (1301470002)
Puthut Anami

(1301470009)

Ghina Nisriinaa

(1301470023)

Dadang Wahyu

(1301470025)

Anggina Ayu Dewanti (1301470054)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D-IV KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat serta
Hidayah-Nya, sehingga makalah Asuhan Keperawatan Gangguan Reproduksi Pada
Pasien Adnexitis dapat kami susun.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Maternitas dengan dosen pembimbing Ibu Kasiati, S. Kep, Ns,
M. Kep. Selain itu juga diharapkan bisa memberikan wawasan kepada rekan-rekan
mahasiswa khususnya mahasiswa D-IV Keperawatan Lawang.
Dalam kesempatan ini kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu memberi bimbingan, ilmu, dorongan, serta saran-saran kepada penyusun.
Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amien

Malang, 09 Oktober 2014

Penulis

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk
mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga
seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau
isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati,
masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga.
Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi
dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan
pada organ reproduksi.
Menurut (Winkjosastro, Hanifa. Hal. 396,2007) prevalensi adnexitis di
Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah
melakukan hubungan seksual. Adnexitis bila tidak ditangani dengan baik akan
menyebar keorgan lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses
ovarium, dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya
appendisitis akut dan salpingo ooforitis akut. Maka dari itu sangat diperlukan peran
tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adnexitis dengan baik agar
radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang komprehensif. Beberapa peran perawat diantaranya yaitu
peran perawat sebagai pengelola dimana perawat memiliki beberapa tugas salah
satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini perawat harus menerapkan
manajemen keperawatan pada setiap asuhan keperawatan sesuai fungsi kolaborasi
dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan
tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh
karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang
adnexitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa definisi adnexitis?
1.2.2 Bagaimana klasifikasi dari adnexitis?
1.2.3 Bagaimana etiologi terjadinya adnexitis akut dan kronik?
1.2.4 Bagaimana tanda dan gejala dari adnexitis akut dan kronik?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dari adnexitis?
1.2.6 Bagaimana penatalaksanaan jika wanita menderita adnexitis?
1.2.7 Bagaimana asuhan keperawatan dari adnexitis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui definisi adnexitis.
1.3.2 Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi dari adnexitis
1.3.3 Mahasiswa dapat mengetahui etiologi terjadinya adnexitis akut dan kronik
1.3.4 Mahasiswa dapat mengetahui tanda dan gejala dari adnexitis akut dan
kronik
1.3.5 Mahasiswa dapat memahami patofisiologi dari adnexitis
1.3.6 Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan jika wanita menderita
adnexitis
1.3.7 Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan dari adnexitis

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Adnexitis


Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang
biasanya terjadi bersamaan. Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar
keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.
Adnexitis adalah infeksi atau radang pada adnexa rahim. Adnexa adalah jaringan
yang berada di sekitar rahim, termasuk tuba fallopi dan ovarium. Istilah lain dari
adnexitis antara lain: pelvic inflammatory disease, salpingitis, parametritis, salpingooophoritis.

2.2 Klasifikasi Adnexitis


Penyakit adnexitis terbagi atas :
1. Salpingo adnexitis akut
Salpingo adnexitis akut yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba
dari uterus sampai ke mukosa.Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan
fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium
itu.Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping.Pada
salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang
dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan
negative.Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada
abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat
disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan
anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi
ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe
ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini
timbul salpingitis interstitial akut ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan

menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini
merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana
radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan
lumen tuba.
2. Salpingo adnexitis kronik
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis.Sebagian
dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat
retensi cairan tersebut dalam tuba.Hidrosalping sering kali ditemukan
bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk
keprok.Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping
follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding
tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.
b. Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding
tebal yang berisi nanah.Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan
dengan jaringan disekitarnya.Pada salpingitis interstialis kronik dinding
tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan
nanah sedikit di tengah tengah jaringan otot.
c. Salpingitis interstisialis kronik
Pada salpingitis interstialis kronik dinding tuba menebal dan tampak
fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengahtengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringanjaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.
d. Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium,
sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses
ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut
dapat memasuki stadium menahun.

e. Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis
genetalis.
2.3 Etiologi Adnexitis Akut dan Kronik
a. Etiologi Adnexitis Akut
i; Infeksi oleh neisseria gonorhoe dan chlamydia trachomatis.
ii; Melakukan aktifitas seks tanpa kondom.
iii; Radang atau infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, bisa juga datang
iv;
v;
vi;
vii;
viii;
ix;

dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah.


Infeksi setelah aborsi atau infeksi masa nifas.
Akibat tindakan kerokan (kurretage) laparatomi, pemasangan iud
Perluasan radang dari alat atau organ yang letaknya tidak jauh seperti
appendiks.
Melahirkan dengan alat yang tidak steril
Ganti-ganti pasangan seks
Sebelumnya sudah pernah terkena pelvic inflamatory disease

b. Etiologi Adnexitis kronik


i; Terjadi sebagai lanjutan dari adnexitis akut
ii; Dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa

2.4 Tanda dan Gejala Adnexitis Akut dan Kronik


a. Tanda Gejala Adnexitis Akut
Adnexitis kadang memunculkan gejala kadang pula tidak.
Gejala umumnya adalah :
1. Demam terjadi secara tiba-tiba dan parah terutama akibat gonnorhoe
2. Sakit pada perut bagian bawah atau kram yang tidak berhubungan
dengan haid (bukan premenstuasi syndrom)
3. Nyeri tekan kanan dan kiri di perut bagian bawah
4. Nyeri saat berhubungan seksual
5. Nyeri bak

6. Keluarnya cairan berbau dan berwarna kekuningan dari vagina


7. Menstruasi tidak teratur yaitu perdarahan bercak atau spoting sampai
perdarahan irreguler
8. Nyeri punggung
9. Dismenore
10. Mennoraghie
11. Mual muntah
b. Tanda dan Gejala Adnexitis Kronik
a; Anamnesis telah menderita adnexitis akut
b; Nyeri di perut bagian bawah, nyeri ini bertambah sebelum dan sewaktu

haid, kadang-kadang nyeri di pinggang atau waktu buang air besar


c; Disminorea
d; Mennoragia
e; Infertilitas

2.5 Patofisiologi Adnexitis


Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan.
Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus,
walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan
darah, atau menjalar dari jaringan jaringan sekitarnya.
Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa.
Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada
infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat
kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak
luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa. Dalam hal yang akhir ini
dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan
menyebabkan peradangan di sekitarnya.
Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah
atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik.
Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal

menunjukkan

infiltrasi

leukosit,

tetapi

mukosa

seringkali

normal.

(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).


2.6 Penatalaksanaan Adnexitis
Penanganan utama yang dianjurkan adalah TAH + BSO + OM + APP
(Total Abdominal Hysterectomy + Bilateral Salpingo-Oophorectomy +
Omentectomy + Appendectomy). Dapat dipertimbangkan (optional) instilasi
phosphor-32 radioaktif atau khemoterapi profikalis. Sayatan dinding perut harus
longitidunal di linea mediana, cukup panjang untuk memungkinkan mengadakan
eksplorasi secara gentle (lembut) seluruh rongga perut dan panggul, khususnya di
daerah subdifragmatika dan mengirimkan sampel cucian rongga perut untuk
pemeriksaan sitologi eksfoliatif. Bila perlu dapat dilakukan biopsy pada jaringan
yang dicurigai. Radioaterapi akhir-akhir ini tidak mendapat tempat dalam
penanganan tumor ganas tuba dan ovarium karena sifat biologic tumor dan
menyebar melalui selaput perut (surface spreader). Radiasi ini akan merusak alatalat vital dalam rongga perut, khususnya usus-usus, hati dan ginjal. Dengan
shielding (perlindungan) alat vital tersebut, akan menyebabkan kurangnya dosis
radiasi. Radioterapi hanya dikerjakan pada tumor bed dan pada jenis histologik
keganasan tertentu seperti disgerminoma.
Penyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika. Tergantung
dari derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti
dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari. Beberapa kasus memerlukan
operasi untuk menghilangkan organ sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi
secara konvensional(pemberian antibiotik) tidak berhasil. Jika terinfeksi penyakit
ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus mendapat terapi
pengobatan,

sehingga

tidak

terinfeksi

terus

menerus.

Operasi

radikal

( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang sudah


hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan
yang nyata yang diangkat.

2.7 Asuhan Keperawatan Adnexitis

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Adnexitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya
terjadi bersamaan
3.1.2; Klasifikasi penyakit adnexitis terbagi atas salpingo adnexitis akut dan salpingo

adnexitis kronik
3.1.3; Etiologi adnexitis akut infeksi oleh neisseria gonorhoe dan chlamydia
trachomatis, melakukan aktifitas seks tanpa kondom, radang atau infeksi yang
menjalar ke atas dari uterus, bisa juga datang dari tempat ekstra vaginal lewat
jalan darah. Etiologi adnexitis kronik terjadi sebagai lanjutan dari adnexitis akut
dari permulaan sifatnya kronis seperti adnexitis tuberculosa.
3.1.4; Tanda gejala adnexitis akut yaitu adnexitis kadang memunculkan gejala kadang
pula tidak. Dengan gejala umumnya adalah : demam terjadi secara tiba-tiba dan
parah terutama akibat gonnorhoe, sakit pada perut bagian bawah atau kram yang
tidak berhubungan dengan haid (bukan premenstuasi syndrom), dan nyeri tekan
kanan dan kiri di perut bagian bawah. Sedang tanda dan gejala adnexitis kronik
yaitu anamnesis telah menderita adnexitis akut, nyeri di perut bagian bawah, nyeri
ini bertambah sebelum dan sewaktu haid, kadang-kadang nyeri di pinggang atau
waktu buang air besar, disminorea, mennoragia dan infertilitas.
3.2 Saran
3.2.1 Diharapkan wanita terutama yang beresiko tinggi terkena penyakit tersebut
memahami dan mengerti mengenai penyakit tersebut sehingga bisa dilakukan
penanganan lebih awal dan menghindar terjadinya kegawatan. Wanita yang
tidak beresiko juga menghindari terjangkitnya penyakit ini.
3.2.2 Bidan harus memberikan asuhan yang berkualitas untuk menghindari angka
kesakitan.

DAFTAR PUSTAKA
David, Ovedoff. 1995. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Bina Pura Aksara
Taber, Benzion. 1995. Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Gynekologi. Jakarta :
EGC
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan. Penyakit Kandungan Dan Keluarga Berencana
Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sastrawinata, sulaiman. 1981. Ginekologi. Bandung : Elstar offset
Robin, Cotran, Humar. 1999. Buku Saku Robbins, Dasar Patologi Penyakit. Jakarta :
EGC
http://www.askep-askeb-kita.blogspot.com/

You might also like