You are on page 1of 16

Kata sulit

BPG

: Benzatin benzilpenisilin G atau benzatin penisilin adalah penisilin yang lambat


diserap pada sirkulasi, dimasukkan secara intramuskular atau disuntikkan pada otot,
dan akan terhidrolisa menjadi benzilpenisilin in vivo. Obat ini dipilih ketika
konsentrasi rendah benzilpenisilin diperlukan, memperpanjang kerja antibiotika 2-4
minggu setelah dosis tunggal intramuskular.
Indikasi spesifik untuk benzatin penisilin:
Profilaksis dari demam reumatik
Sifilis awal atau laten

MCH

: Mean Corpuscular Volumeatau volume rata-rata eritrosit yang dinyatakan dalam


femtoliter (fl). Nilai normal : 82-92 fl

MCH

: Mean Corpuscular Haemoglobin atau Hemoglobin Eritrosit, yaitu banyaknya


hemoglobin per eritrosit yang dinyatakan dalam pikogram (pg). Nilai normal : 2731 pg.

MCHC

: Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration atau konsentrasi hemoglobin


eritrosit rata-rata yaitu kadar hemoglobin yang didapat per eritrosit rata-rata yang
dinyatakan dalam persen (%), satuan yang lebih tepat adalah gr/dl. Nilai normal :
32-37%.

Ureum

: Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein. Yang berasal dari asam amino
yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ke ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20
mg 40 mg setiap 100 ccm darah,

Kreatinin

: Kreatinin : hasil katabolisme kreatin. Koefisien kreatinin adalah jumlah mg


kreatinin yang diekskresikan dalam 24 jam/kg BB. Nilai normal pada laki-laki
sekitar 20-26 mg/kg BB. Sedangkan pada wanita sekitar 14-22 mg/kg BB. Ekskresi
kreatinin meningkat pada penyakit otot.

Ht/HMT

: Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah


merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal
hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar
36,1% - 44,3%.

Tes Autoimun ASTO : ASTO ( anti-streptolisin O) merupakan antibodi yang paling dikenal dan
paling sering digunakan untuk indikator terdapatnya infeksi streptococcus. Lebih
kurang 80 % penderita demam reumatik / penyakit jantung reumatik akut
menunjukkan kenaikkan titer ASTO ini; bila dilakukan pemeriksaan atas 3 antibodi
terhadap streptococcus, maka pada 95 % kasus demam reumatik / penyakit
jantung reumatik didapatkan peninggian atau lebih antibodi terhadap
streptococcus. Nilai normal : <200 IU/ml

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA PASIEN DENGAN REUMATIK HEART DISEASE
(RHD)

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi

Penyakit radang berulang akut yang terutama terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun
yang biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). (Robbins;2007)

Penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup jantung akibat serangan karditis
rematik akut yang berulang kali (Mansjoer;2000)

2. Epidemiologi
Reumatik heart disease biasanya terjadi pada anak-anak usia 5-15 tahun dengan
puncaknya pada umur 8 tahun, dan kadang-kadang bisa dapat timbul pada usia 30 tahun
yang biasanya terjadi 1-5 minggu setelah infeksi streptococus (biasanya terjadi radang
tenggorokan). Wanita dan pria mempunyai kemungkinan sama untuk terserang.
Demam reumatik dan penyakit jantung reumatik merupakan penyebab kematian
utama dari kelainan jantung pada umur di bawah 45 tahun dan 25-40% penyakit jantung
disebabkan oleh penyakit jantung reumatik

untuk semua umur. Di Yogyakarta pada

dokumen medis RSUP Dr. Sardjito tahun 1993 di temukan 8,3% penderita RHD dari seluruh
penderita kelainan penyakit jantung.

3. Etiologi
Penyakit jantung reumatik berhubungan erat dengan infeksi saluran nafas bagian atas
oleh Streptococcus Beta Hemolyticus Grup A. Faktor-faktor predisposisi yang berpengaruh
pada timbulnya demam reumatik dan penyakit jantung reumatik kemungkinan terdapat pada
factor individu itu sendiri.
Faktor-faktor pada individu :

Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan
anak laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.

Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya
demam reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai
anak umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa

ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak berumur
3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai dengan insidens
infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz menemukan bahwa
penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur 2-6 tahun.

Keadaan gizi dan lain-lain


Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan
apakah merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya penyakit jantung reumatik.

Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katup jantung.
Kemungkinan ini mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever

4. Patofisiologi terjadinya penyakit


Penyakit jantung reumatik (PJR) adalah kelainan jantung yang terjadi akibat demam
reumatik, atau kelainan karditis reumatik. Penyakit ini disebabkan karena infeksi bakteri
streptokokus beta hemolitikus Grup A. Bakteri ini akan menginfeksi saluran pernapasan atas
yaitu tenggorokan yang nantinya akan menyebabkan peradangan dan infeksi pada
tenggorokan sehingga menyebabkan terjadinya faringitis dan tonsillitis. Akibat peradangan
atau infeksi ini, merangsang terbentuknya antibody sehingga bereaksi dengan antigen
streptokokus yang mengakibatkan terjadinya reaksi antigen-antibodi. Akibat terjadinya reaksi
imunologis ini menyebabkan terjadinya demam reumatik. Demam reumatik bisa bersifat
menetap dan reversible. Reversible terjadi jika pasien dengan demam reumatik memilki
system imun yang baik sehingga dapat disembuhkan. Sebaliknya, bila system imun pasien ini
menurun, maka demam reumatik ini bisa berlanjut (berulang-ulang) dalam jangka waktu
yang lama. Demam reumatik dapat mengakibatkan gejala sisa (sequele), sehingga dalam
serum penderita terdapat antibody anti otot jantung. Antibody ini mengakibatkan terjadinya
respon autoimun dimana antibody ini dianggap sebagai antigen (antigen pada katup
jantung)sehingga terjadi reaksi perlawanan antara antibody yang dihasilkan dalam tubuh
dengan antigen streptokokus dan antigen katup jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya
peradangan pada katup jantung dan dapat pula disertai dengan gejala gejala seperti karditis
(criteria mayor dan criteria minor). Bila terdapat 2 kriteria mayor /1 kriteria mayor disertai
dengan 2 kriteria minor akan mengakibatkan terjadinya pnyakit jantung reumatik (RHD).
(Pohon masalah terlampir)

5. Klasifikasi
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik / penyakit jantung reumatik dapat dibagi
dalam 4 stadium.

Stadium I

Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus Hemolyticus Grup A.
Keluhannya :

Demam
Batuk
Rasa sakit waktu menelan
Muntah
Diare
Peradangan pada tonsil yang disertai eksudat.

Stadium II

Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi streptococcus dengan
permulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini berlangsung 1 - 3 minggu, kecuali
korea yang dapat timbul 6 minggu atau bahkan berbulan-bulan kemudian.

Stadium III

Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik, saat ini timbulnya
berbagai manifestasi klinis demam reumatik /penyakit jantung reumatik. Manifestasi klinis
tersebut dapat digolongkan dalam gejala peradangan umum dan menifestasi spesifik demam
reumatik /penyakit jantung reumatik.
Gejala peradangan umum :

Demam yang tinggi

Lesu

Anoreksia

Lekas tersinggung

Berat badan menurun

Kelihatan pucat

Epistaksis

Athralgia

Rasa sakit disekitar sendi

Sakit perut

Stadium IV

Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik tanpa kelainan
jantung / penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa katup dan tidak menunjukkan
gejala apa-apa. Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan katup
jantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan. Pasa fase ini baik
penderita demam reumatik maupun penyakit jantung reumatik sewaktu-waktu dapat
mengalami reaktivasi penyakitnya.

6. Pemeriksaan Diagnosis
Pemeriksaan laboratorium darah
Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E

Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

7. Manifestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa demam reumatik dapat digunakan Kriteria Jones yaitu :
Kriteria mayor :
1. Poliarthritis
Pasien dengan keluhan sakit pada sendi yang berpindah-pindah, radang sendi-sendi besar
seperti lutut, pergelangan kaki, pergelangan tangan , siku (poliarthritis migrans).
2. Karditis
Peradangan pada jantung (miokarditis, endokarditis).
3. Eritema marginatum
Tanda kemerahan pada batang tubuh dan telapak tangan yang tidak terasa nyeri dan
tidak terasa gatal.
4. Noduli subkutan
Terletak pada ekstensor sendi terutama siku, ruas jari, lutut, persendian kaki, tidak nyeri
tekan dan dapat bebas digerakkan.
5. Korea
Gerakkan yang tidak disengaja /gerakkan yang abnormal, sebagai manifestasi
peradangan pada sistem syaraf pusat.

Kriteria Minor :
Mempunyai riwayat menderita demam reumatik /penyakit jantung reumatik
Athralgia atau nyeri sendi tanpa adanya tanda obyektif pada sendi dan pasien kadangkadang sulit menggerakkan tungkainya
Demam tidak lebih dari 390celcius
Leukositosis
Peningkatan Laju Endap Darah (LED)
C-Reaktif Protein (CRF) positif
P-R interval memanjang
Peningkatan pulse denyut jantung saat tidur (sleeping pulse)
Peningkatan Anti Streptolisin O (ASTO)
Diagnosa ditegakkan bila ada dua kriteria mayor dan dua kriteria minor, atau dua kriteria
minor dan satu kriteria mayor.

8. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan medis adalah :
a.

Memberantas infeksi streptococcus

b.

Mencegah komplikasi karditis

c.

Mengurangi rasa sakit dan demam

Pemberantasan infeksi streptococcus :


Pemberian benzatin penisilin G dengan kriteria sebagai berikut :
Usia < 20 tahun 1,2 juta unit tiap 4 minggu sampai usia 25 tahun
Usia > 20 tahun diberikan selama 5 tahun
Jika kriteri 1 dan 2 sudah terlaksana namunmuncul kekambuhan lagi, maka akan
mendapatkan suntikan yang sama dengan dosis 1,2 juta unit tiap 4 minggu selama 5 tahun
berikutnya. Jika kasusnya berat, diberikan tiap 3 minggu.
Pencegahan komplikasi karditis :
Pemberian penisilin benzatin setiap satu kali sebulan untuk pencegahan sekunder menurut
The American Asosiation
Tirah baring bertujuan untuk mengurangi komplikasi karditis dan mengurangi beban kerja
jantung pada saat serangan akut demam reumatik
Bila pasien ada tanda-tanda gagal jantung maka diberikan terapi digitalis 0,04 0,06 mg/kg
BB.
Mengurangi rasa sakit dan anti radang :
Pasien diberi analgetik untuk mengurangi rasa sakit yang dideritanya. Salisilat diberikan
untuk anti radang dengan dosis 100 mg/kg BB/hari dan 25 mg/kg BB/hari selama satu
bulan.
Prednison diberikan selama kurang lebih dua minggu dan tapering off (dikurangi bertahap).
Dosis awal prednison 2 mg/kg BB/hari.
Diagnosis dibuat berdasarkan kriteria jones yang dimodifikasi dari American Heart
Association. Prognosis tergantung pada beratnya keterlibatan jantung.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


I. Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan terhadap pasien dibagi menjadi dua bagian yaitu: Pengkajian
primer (Primer assessment) dan pengkajian skunder (secondary assessment). Data dapat
diperoleh secara primer (klien) dan secara skunder (keluarga, saksi kejadian/pengirim, tim
kesehatan lain).
a. Primer assessment/primer survey:
1) Data subyektif:
Identitas (pasien dan keluarga/penanggung jawab) meliputi: Nama, umur,jenis
kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat,
dan hubungan pasien dengan keluarga/pengirim).
Keluhan utama: Bagaimana pasien bisa datang ke ruang gawat darurat, apakah
pasien sadar atau tidak, datang sendiri atau dikirim oleh orang lain. biasanya
pasien dengan RHD mengeluh sesak, nyeri pada dada, lemas.
Riwayat penyakit, meliputi waktu mengalami penyakit (hari, tanggal, jam).
(Riwayat penyakit saat ini, riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit
keluarga)

Riwayat alergi dan pengobatan


a) Alergi: makanan, obat-obatan, hay fever, asma
b) Riwayat ada tidaknya alergi pada keluarga
c) Pengobatan yang sedang dijalani (yang diresepkan dan tidak diresepkan
dokter); obat-obatan khusus yang dapat merubah keefektifan atau respon
perawatan seperti: obat-obatan beta blocker, tricyclic antidepressant,
hormone tiroid, beberapa antihistamin.
Data Subjektif
Data Objektif

Breathing
Penggunaan otot bantu pernafasan , contoh : retraksi interkostal, ronchi (+),
nafas cepat dan dangkal, mendengkur.

Blood
Hipotensi, kulit dan membrane mukosa pucat, dingin dan sianosis. Suhu
dapat meningkat

Brain
Agitasi, gelisah, dan perubahan mental (mental lamban).

Bowel
Diare, mual, muntah

Bone
Nyeri pada persendian, kekuatan otot,

a) Pengkajian Sekunder
Five Intervention / Full set of vital sign (F)

Tanda tanda vital : takikardi, terjadi hipotensi

Terjadi hipoksemia, hipoksia

Pemeriksaan Lab :
Analisa gas darah : hipoksemia, hipokapnea, hiperkapnea. Alkalosis
respiratorik pada awal proses, akan berganti menjadi asidosis
respiratorik.
Leukositosis (pada sepsis), Pemeriksaan laboratorium darah
Foto rontgen menunjukkan pembesaran jantung
Elektrokardiogram menunjukkan aritmia E
Echokardiogram menunjukkan pembesaran jantung dan lesi

Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST)

Adanya nyeri pada otot, seperti tertekan, terjadi pada saat bernapas.
Head to toe (H)
Daerah kepala dan leher : mukosa pucat
Daerah dada :

Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan cepat, mendengkur,


dangkal, penggunaan otot bantu pernapasan , pernapasan cuping hidung.

Auskultasi : suara napas krekels dan ronchi, bunyi jantung normal

Daerah abdomen : Daerah ekstrimitas : sianosis.


Insfect the posterior surface (I) : -

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan oksigen menuju paru-paru.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan disfungsi miokardium.
3. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder akibat
inflamasi.
4. Hypertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi penyakit.
5. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan penimbunan asam laktat pada sendi.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan metabolisme basal terganggu

B. Rencana Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


No
1.

Diagnosa

Tujuan / kriteria

keperawatan

hasil

Intervensi

Pola nafas tidak

Setelah

diberikan Mandiri

efektif

askep selama 2x24 - Evaluasi frekuensi

berhubungan

jam

dengan

diharapkan

Rasional
Mandiri
- Respon pasien bervariasi.

pernapasan dan

Kecepatan dan upaya

pola nafas efektif

kedalaman. Catat upaya

mungkin meningkat karena

ketidakadekuatan

dengan

pernapasan, contoh

nyeri, takut, demam,

oksigen menuju

hasil :

adanya dispnea,

penurunan volume sirkulasi

paru-paru

Pasien tidak

penggunaan otot bantu

(kehilangan darah atau

sesak nafas

pernapasan, pelebaran

cairan), akumulasi secret,

nasal.

hipoksia atau distensi

kriteria

Frekuensi
pernapasan

gaster. Penekanan

normal (16-24

pernapasan (penurunan

kali permenit)

kecepatan) dapat terjadi dari


penggunaan analgesic
berlebihan. Pengenalan dini
dan pengobatan ventilasi
abnormal dapat mencegah
komplikasi.
- Auskultasi bunyi napas.
Catat area yang menurun

- Auskultasi bunyi napas


ditujukan untuk mengetahui

atau tidak adanya bunyi

adanya bunyi napas

napas dan adanya bunyi

tambahan.

napas tambahan, contoh


krekels atau ronki
Kolaborasi

Kolaborasi

- Bantu dalam

- Reekspansi paru dengan

pemasangan kembali

pelepasan akumulasi darah

selang dada atau

atau udara dari tekanan

torakosentesis bila

negative pleural.

diindikasikan
2.

Penurunan curah

Setelah diberikan

Mandiri

Mandiri

jantung

askep selama 3x24

- Kaji/pantau tekanan

- Perbandingan dari tekanan

berhubungan

jam diharapkan

darah. Ukur pada kedua

memberikan gambaran yang

dengan disfungsi

curah jantung

tangan /paha untuk

lebih lengkap tentang

miokardium

normal. Dengan

evaluasi awal. Gunakan

keterlibatan/bidang masalah

kriteria hasil :

ukuran manset yang

vaskular. Hipertensi berat

pasien tidak

tepat dan teknik yang

diklarifikasikan pada orang

akurat.

dewasa sebagai peningkatan

mudah lelah
Pasien tidak

tekanan diastolik sampai


130; hasil pengukuran

sesak napas
Tekanan darah

diastolik diatas 130

normal yaitu

dipertimbangkan sebagai

sistolik

peningkatan pertama,

(100-140)mmHg

kemudian maligna.

dan diastolik (60-

Hipertensi sistolik juga

90)mmHg

merupakan faktor resiko

Nadi normal (60-

yang ditentukan untuk

100 kali

penyakit serebrovaskular

permenit)

dan penyakit iskemi jantung


bila tekanan diastolik 90

Tidak ada

sampai 115.

sianosis
Tidak ada edema

- Catat keberadaan,

- Denyutan karotis, jugularis,

kualitas denyutan sentral

radialis, dan femoralis

dan perifer.

mungkin teramati/
terpalpasi. Denyut pada
tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari
vasokontriksi (peningkatan
SVR), dan kongesti vena.

- Amati warna kulit,

- Adanya pucat, dingin, kulit

kelembaban, suhu, dan

lembab dan masa pengisian

masa pengisian kapiler.

kapiler lambat mungkin


berkaitan dengan
vasokontriksi atau
mencerminkan
dekompensasi /penurunan
curah jantung.

- Catat edema
umum/tertentu.

- Dapat mengindikasikan
gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskular.

- Anjurkan teknik

-Dapat menurunkan

relaksasi, panduan

rangsangan yang

imajinasi, aktivitas

menimbulkan stres,

pengalihan.

membuat efek tenang,


sehingga akan menurunkan
TD.
- Dapat mengindikasikan
gagal jantung, kerusakan
ginjal atau vaskuler.
- Dapat menurunkan
rangsangan yang
menimbulakan stres,
membuat efek tenang,
sehingga akan menurunkan
TD.

- Pantau respon terhadap

- Respon terhadap terapi obat

obat untuk mengontrol

steppen (yang terdiri atas

tekanan darah.

neureting, inhibitor simpatis


dan vasodilator) tergantung
pada individu dan efek
sinergis obat. Karena efek
samping tersebut, maka
penting untuk menggunakan
obat dalam jumlah paling
sedikit dan dosis paling
rendah

Kolaborasi

Kolaborasi

- Berikan pembatasan

- Pembatasan ini dapat

cairan dan diet natrium

menangani retensi cairan

sesuai indikasi

dengan respon hipertensif,


dengan demikian
menurunkan beban gagal
jantung.

3.

Gangguan
perfusi

Setelah

diberikan

jaringan askep selama 3x24

berhubungan

diharapkan

- Selidiki perubahan tiba-

Mandiri
- Perfusi serebral secara

tiba atau gangguan

langsung sehubungan

dengan gangguan tidak ada gangguan

mental kontinyu,

dengan curah jantung dan

aliran

darah perfusi

jaringan

contoh: cemas, bingung,

juga dipengaruhi oleh

sekunder

akibat dengan

kriteria

letargi, pingsan.

elektrolit atau variasi asam

inflamasi

jam

Mandiri

hasil :

basa, hipoksia, atau emboli

Pasien tidak

sistemik.

merasa nyeri

- Lihat pucat, sianosis,

- Vasokontriksi sistemik

Tidak ada

belang, kulit dingin atau

diakibatkan oleh penurunan

sianosis

lembab. Catat kekuatan

curah jantung mungkin

nadi perifer.

dibuktikan oleh penurunan

Pasien tidak

perfusi kulit dan penurunan

pucat
Tidak ada edema

nadi.
- Kaji tanda edema.

- Indikator trombosis vena


dalam.

- Pantau pernapasan, catat


kerja pernapasan.

- Pompa jantung gagal dapat


mencetuskan distress
pernapasan. Namun dispnea
tiba-tiba atau berlanjut
menunjukkkan komplikasi
tromboemboli paru.

Kolaborasi
- Pantau data
laboratorium,

Kolaborasi
- Indikator perfusi atau
fungsi organ.

contoh: GDA, BUN,


creatinin, dan
elektrolit.
4.

Hypertermi

Setelah diberikan

Mandiri

berhubungan

askep selama 1x24

- Pantau suhu pasien

- Suhu 38,9o 41,1o C

dengan

jam diharapkan

(derajat dan pola)

menunjukan proses

kerusakan

suhu tubuh kembali

perhatikan menggigil

penyakit infeksius akut.

atau diaforesis.

Pola demam dapat

kontrol
sekunder

suhu normal dengan out


akibat come :

Mandiri

membantu dalam diagnosis

infeksi penyakit

Suhu tubuh

; misal kurva demam lanjut

pasien normal

berakhir lebih dari 24 jam

(36,8 -37,2 ) C

menunjukkan pneumonia

Pasien tidak

pnuemokokal, demam
scarlet atau tifoit ; demam

menggigil

remiten (bervariasi hanya


beberapa derajat pada arah
tertentu) menunjukan
infeksi paru ; kurva
intermiten atau demam
yang kembali normal
sekali dalam periode 24
jam menunjukan episode
septic, endokarditis septic,
atau TB. Menggigil sering
mendahului puncak suhu.
Catatan : penggunaan
antipirektik mengubah pola
demam dan dapat dibatasi
sampai diagnosis dibuat
atau bila demam tetap lebih
besar dari 38,9o C.
- Berikan kompres mandi

- Dapat membantu

hangat ; hindari

mengurangi demam.

penggunan alcohol.

Catatan : penggunaan air es


atau alcohol mungkin
menyebabkan kedinginan,
peningkatan suhu secara
actual. Selain itu, alcohol
dapat mengeringkan kulit.

Kolaborasi

Kolaborasi

- Berikan antipiretik,

- Digunakan untuk

misalnya : ASA

mengurangi demam dengan

(aspirin), asetaminofen

aksi sentralnya pada

(Tylenol).

hipotalamus, meskipun
demam mungkin dapat
berguna dalam membatasi
pertumbuhan organisme,
dan meningkatkan

outodestruksi dari sel-sel


yang terinfeksi.
5.

Gangguan rasa

Setelah

diberikan Mandiri

nyaman (nyeri)

askep selama 2x24 - Ketahui adanya nyeri.

berhubungan

jam,

dengan

pasien

penimbunan

nyaman

asam laktat pada

kriteria hasil :

tindakan yang tepat untuk

sendi

Tidak ada nyeri

mengatasi nyeri.

diharapkan

Mandiri
- Dengan mengetahui dan

Dengarkan dengan

mendengarkan penuh

merasa

penuh perhatian

perhatian mengenai nyeri,

dengan

mengenai nyeri.

akan dapat dilakukan

Pasien tidak
meringis

- Beri tahu teknik untuk

- Teknik penurunan

menurunkan ketegangan

ketegangan otot rangka

otot rangka, yang dapat

dapat menurunkan intensitas

menurunkan intensitas

nyeri.

nyeri.
- Ajarkan strategi
relaksasi khusus (missal:

- Strategi relaksasi dapat


meningkatkan rasa nyaman

bernafas perlahan,
teratur atau nafas dalam
kepalkan tinju
menguap).
6.

Intoleransi

Setelah diberikan

Mandiri

Mandiri

aktivitas

askep selama 2x24

- Periksa tanda vital

- Hipertensi ortostatik dapat

berhubungan

jam, diharapkan

sebelum dan segera

terjadidengan aktivitas

dengan

pasien dapat

setelah aktivitas,

karena efek obat

metabolisme

melakukan

khususnya bila pasien

(vasodilasi), perpindahan

basal terganggu

aktivitas dengan

menggunakan

cairan (diuretik) atau

mandiri dengan

vasolidator, diuretik,

pengaruh fungsi jantung

kriteria hasil :

penyekat beta.

Pasien tidak
mudah lelah
Pasien tidak
nyeri
Pasien tidak
meringis
Pasien tidak
lemas
Pasien tidak
pucat

- Catat respon

- Penurunan

kardiopulmonal terhadap

/ketidakmampuan

aktifitas, catat takikardi,

miokardium untuk

disritmia, dispnea,

meningkatkan volume

berkeringat, pusat.

sekuncup selama aktivitas,


dapat menyebabkan
peningkatan segera pada
frekuensi jantung dan
kebutuhan oksigen, juga
peningkatan kelelahan dan
kelemahan.

- Kaji presipitator

- Kelemahan adalah efek

/penyebab kelemahan

samping dari beberapa obat

contoh pengobatan,

(beta bloker, traquilizer dan

nyeri, obat.

sedatif). Nyeri dan program


penuh stres juga
memerlukan energi dan
menyebabkan kelemahan.

- Evaluasi peningkatan
intoleran aktivitas.

- Dapat menunjukkan
peningkatan dekompensasi
jantung daripada kelebihan
aktivitas.

- Berikan bantuan dalam

- Pemenuhan kebutuhan

aktivitas perawatan diri

perawatan diri pasien tanpa

sesuai indikasi. Selingi

mempengaruhi stres

periode aktivitas dengan

miokard/ kebutuhan oksigen

periode istirahat.

berlebihan.

Kolaborasi

Kolaborasi

- Implementasikan

- Peningkatan bertahap pada

program rehabilitasi

aktivitas menghindari kerja

jantung/aktifitas.

jantung/konsumsi oksigen
berlebihan. Penguatan dan
perbaikan fungsi jantung
dibawah stres, bila disfungsi
jantung tidak dapat
membaik kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J. 2003. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Robbin, 2007. Basic Pathology 8th Edition.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3 Revisi. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius

Sudoyo, S. 2001. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI

You might also like