You are on page 1of 25

PENETAPAN KADAR PARACETAMOL TOTAL SECARA

SPEKTROFOTOMETRI VISIBEL

A. TUJUAN
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui kadar paracetamol
total secara spektrofotometri visibel.
B. LANDASAN TEORI
Ilmu kimia analisis saat ini memiliki tantangan dalam pengembangan
metode untuk analisisnya dengan bantuan sejumlah teknik analisis yang tersedia
untuk penilaian terhadap obat dan kombinasinya. Analisis monitoring produk
farmasi atau kandungan spesifik di dalam suatu produk diperlukan untuk
memastikan keamanan dan efisiensinya, termasuk penyimpanan, distribusi, dan
pennggunaannya (Kondawar, dkk, 2011).
Analisis farmasi mengacu pada analisis kimia molekul obat atau zat aktif
obat dan metabolitnya. Ini terdiri dari penilaian kualitas dan kuantitas obat dan zat
kimia murni yang digunakan dalam sediaan farmasi (Audu, dkk, 2012).
Metode spektrofotometri derivatif atau metode kurva turunan adalah salah
satu metode spektrofotometri yang dapat digunakan untuk analisis campuran
beberapa zat secara langsung tanpa harus melakukan pemisahan terlebih dahulu
walaupun

dengan

panjang

gelombang

yang

berdekatan.

Penggunaan

spektrofotometri derivatif sebagai alat bantu analisis meningkat seiring dengan


perkembangan dunia elektronik yang pesat terutama teknologi mikrokomputer
dalam tiga puluh tahun terakhir. Akhir-akhir ini penggunaan spektrofotometri

derivatif makin mudah dengan meningkatnya daya pisah instrumen analitik yang
dilengkapi mikrokomputer dengan perangkat lunak yang sesuai sehingga mampu
menghasilkan spectra derivatif secara cepat. Fasilitas ini memungkinkan analisis
multikomponen dalam campuran yang spektranya saling tumpang tindih
(Nurhidayati, 2007).
Pada spektrofotometri konvensional (derivat kenol), spektrum serapan
merupakan plot serapan (A) terhadap panjang gelombang (). Spektrum
elektronik biasanya memperlihatkan pita yang lebar. Pada metode derivatif, plot A
terhadap ini ditransformasikan menjadi plot dA/ d untuk derivatif pertama dan
d2A/d2

terhadap

untuk

derivatif

kedua,

dan

seterusnya.

Metode

spektrofotometri derivatif merupakan metode manipulatif terhadap spektra pada


spektrofotometri ultraviolet dan cahaya tampak (uv-vis). Penentuan panjang
gelombang serapan maksimum yang lebar akan lebih akurat menggunakan
derivatisasi spektra. Proses yang terjadi dalam derivatisasi data spektra adalah
pendiferensialan kurva secara matematis yang tak lain adalah menentukan
kemiringan/gradien

serapan

antara

panjang

gelombang

tertentu

secara

menyeluruh. Metode spektrofotometri derivatif dapat digunakan untuk analisis


kuantitatif zat dalam campuran yang spektrumnya mungkin tersembunyi dalam
suatu bentuk spektrum besar yang saling tumpang tindih dengan mengabaikan
proses pemisahan zat yang bertingkat-tingkat (Nurhidayati, 2007).
Obat yang dianalisis dalam percobaan ini adalah parasetamol. Parasetamol
merupakan bagian obat yang dikenal dengan nama analgetik anilin. Ini hanya
salah satu contoh obat yang sering digunaan saat ini. Menurut beberapa sumber,

obat ini diklasifikasikan dalam obat antiinflamasi non-steroid (NSAID) dan


menurut sumber lain juga tidak diklasifikasikan dalam obat golongan NSAID.
Paracetamol (C8H9NO2) juga disebut asetaminofen adalah 4-hidroksiasetanilida
dan merupakan turunan aniline. Obat ini tersedia dalam formulasi yang berbedabeda dan digunakan secara luas untuk meningkatkan efisiensi dan toleransi,
menurunkan efek yang kurang baik dan toksisitas dari substansi obat lain. Berikut
merupakan gambar struktur parasetamol :

Menurut Farmakope

Amerika

(USP),

sebuah

tablet

parasetamol

seharusnya mengandung tidak kurang dari 90% (450 mg) dan tidak lebih dari
110% (550 mg) parasetamol. Persentase kandungan dari analisis sampel
menggunakan KCKT memiliki rentang 51,04-103,84%, sedangkan menggunakan
UV, rentangnya 50,19-109,2%, yangmengindikasikan tidak ada sampel yang
mengandung kurang dari 50% zat aktifnya (Audu, dkk, 2012).
Paracetamol merupakan obat yang bersifat analgesic (penahan rasa sakit/
nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam) adalah obat yang paling banyak
dikonsumsi oleh masyarakat,

karena obat ini dapat berkhasiat

untuk

menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat
analgetik dan antipiretik ini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau
lebih dikenal dengan nama parasetamol. Obat ini beredar di masyarajat dalam

berbagai macam sediaan tablet, kaplet, kapsul, sirup, dan serbuk (Rachdiati,
2008).
Paracetamol bekerja dengan menghambat sistem siklooksigenase yang
menyebabkan asam arakhidonat dan asam-asam C20 tak jneuh lainnya menjadi
endoperoksida siklik. Endoperoksida siklik merupakan prazat dari prostaglandin.
Prostaglandin merupakan zat yang terlibat dalam terjadinya nyeri dan demam,
serta reaksi-reaksi radang. Parasetamol dimetabolisme oleh tubuh terutama di
dalam hati, di mana sebagian besar (95%) dikonversikan menjadi campuran nonaktif oleh proses konjugasi dengan sulfat dan glukuronida, yang kemudian
dikeluarkan, yang kemudian dikeluarkan oleh ginjal. Hanya sebagian kecil yaitu
kurang dari 5% dosis terapi (disebut metabolit minor) yang dimetabolisme melalui
sistem enzim hepatik sitokrom P450. Metabolit minor yang dihasilkan oleh
Parasetamol, yaitu N-asetil-p-benzokuinon yang bersifat sangat aktif jika dalam
dosis besar sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada hati dan ginjal. Jika
dalam jumlah kecil, metabolit ini dapat dieksresikan melalui ginjal dengan adanya
kosubstrat endogen yang disebut glutation (GSH) yang kerjanya tergantung pada
enzim sitokrom P450 (Rachdiati, 2008).
Beberapa survey literature mengungkapkan metode UV, KCKT, RP
KCKT, densiometri dan polarografi dapat digunakan untuk menentukan formulasi
atau kadar paracetamol dan lornoxicam. Tidak ada metode yang ditawarkan untuk
menentukan dosis paracetamol dan lornoxicam dengan metode panjang
gelombang-ganda. Dalam analisis formulasi yang mengandung dua atau lebih
obat, satu obat dapat mengganggu dalam penilaian obat yang lainnya. Untuk

menghindari hal tersebut, pemisahan komponen campuran dengan ekstraksi yang


biasanya dilakukan membutuhkan waktu yang lebih dan terkadang terdapat
kekurangan ketelitelitian. Yang dilakukan saat ini adalah untuk mengembangkan
metode analisis yang dapat menentukan kombinasi kedua obat tanapa pemisahan
dengan tepat, akurat, sederhana, dapat dipercaya, dan membutuhkan waktu yang
lebih sedikit untuk melakuakn penilaian terhadap obat dalam sediaan tablet
(Kondawarl, dkk, 2011).
Analisis simultan sejumlah komponen di dalam larutan dengan metoda
spektrofotometri, di mungkinkan dengan adanya sifat aditif dari absorbansi
masing-masing komponen yang bersangkutan. Ketelitian penentuan cara ini
bergantung pada ketepatan pemilihan panjang gelombang yang akn memberikan
perbdaan kontras pada masing-masing absorbansi, kecermatan penentuan
konsnetrasi larutan baku dari tiap komponen, dan pemilihan faktor koreksi
terhadap konsentrasi komponen asing yang tidak terukur (Surawidjadja, 1997).
Spektra UV-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan sekaligus
dapat digunakan untuk analisis kuantitatif. Data spektra UV-Vis secara tersendiri
tidak dapat digunakan identifikasi kualitatif obat atau metabolitnya. Akan tetapi
jika digabung dengan cara lain seperti spektroskopi infra merah, resonansi magnet
inti, dan spektroskopi massa, maka dapat digunakan untuk maksud identifikasi/
analisis kualitatif suatu senyawa tersebut. Data yang diperoleh dari spektroskopi
UV dan Vis adalah panjang gelombang maksimal, intensitas, efek pH, dan pelarut,
yang kesemuanya itu dapat diperbandingkan dengan data yang sudah
dipublikasikan. Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat, misalnya serapan

(absorbansi) berubah atau tidak karena peruubahan pH. Jika berubah, bagaimana
perubahannya apakah dari batokromik ke hiposkromik, dan sebagainya; obat-obat
yang netral misalnya kafein, kloramfenikol, atau obat-obat yang berisi auksukrom
yang tidak terkonjugasi seperti amfetamin, siklizin, dan pensilidin (Gandjar dan
Rohman, 2007).
Dalam aspek kuantitatif, suatu berkas radiasi dikenakan pada cuplikan
(larutan sampel) dan intensitas sinar radiasi yang diteruskan, diukur besarnya.
Radiasi yang diserap oleh cuplikan ditentukan dengan membandingkan intensitas
sinar yang diteruskan dengan intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies
penyerap lainnya. Intensitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding dengan
jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang perdetik. Serapan dapat
terjadi jika foton/ radiasi yang mengenai cuplikan memiliki energi yang sama
dengan energi yang dibutuhkan untuk menyebabkan terjadinya perubahan tenaga.
Kekuatan radiasi juga mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan
pemantulan cahaya, akan tetapi penurunan karena hal ini sangat kecil
dibandingkan dengan proses penyerapan (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh
larutan oleh larutan zat penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi
larutan. Dalam larutan-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu: sinar yang
digunakan dianggap monokromatis, penyerapan terjadi dalam suatu volume yang
mempunyai penampang luas yang sama, senyawa yang menyerap dalam larutan
tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut. Tidak terjadi
peristiwa fluoresensi atau fosforisensi, dan indeks bias tidak tergantung pada

konsentrasi larutan. Analisis kuantiatif dengan metode spektrofotometri UV-Vis


dapat digolongkan atas tiga macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu : (1) analisis zat
tunggal atau analisis satu komponen; (2) analisis kuantitatif campuran dua macam
zat atau analisis dua komponen; dan (3) analisis kuantitatif campuran tiga macam
zat atau lebih (analisis multi komponen) (Gandjar dan Rohman, 2007).
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis
antara lain pembentukan molekul yang dapat meyerap sinar UV-Vis, waktu
operasional untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil, pemilihan panjang
gelombang, pembuatan kurva baku, serta pembacaan absorbansi sampel atau
cuplikan. Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah
panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Beberapa alasan
menggunakan panjang gelombang maksimal, yaitu panjang gelombang maksimal
maka kepekaannya juga maksimal, sehingga perubahan absorbansi untuk setiap
satuan konsentrasi adalah yang paling besar; disekitar panjang gelombang
maksimal, bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hukum
Lambert-Beer juga terpenuhi; jika dilakukan pengukuran ulang, maka kesalahan
yang disebabkan oleh pemasangan ulang panjang gelombang akan kecil sekali
ketika menggunakan panjang gelombang maksimal (Gandjar dan Rohman, 2007).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

Gelas kimia

Erlenmeyer

Pipet tetes

Spektrofotometer UV-Vis

Kuvet

Timbangan analitik

Sudip

Batang pengaduk

Botol semprot

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

Paracetamol murni

Bodrex

Mixagrip

Etanol

Akuades

3. Uraian Bahan
a. Bodrex
Komposisi

: Parasetamol 600 mg dan kafein 50 mg

Indikasi

Meringankan SAKIT KEPALA, SAKIT GIGI dan


menurunkan DEMAM

Kontraindikasi

: - Penderita gangguan fungsi hati yang berat


- Penderita Hipersensitif

Efek samping

: Dosis besar dan jangka lama menyebabkan kerusakan


fungsi hati

Penyimpanan

: Pada suhu kamar 30 0 C

b. Kafein
Nama resmi

: Coffeinum

Nama lain

: Kafeina

Rumus molekul/BM : 8H1ON4O2 / 194,19


Rumus struktur

Pemerian

: Serbuk dan hablur bentuk jarum mengkilat


biasanya menggumpal, putih, tidak berbau, dan
rasa pahit.

Kelaruta

Agak sukar larut dalam air dan dalam methanol


(95%) p, mudah larut dalam kloroform p dan
dalam eter p.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik,

Khasiat

: Stimulan syaraf pusat, kardiotonikum.

Dosis

: Sekali 500 mg, sehari 1,5 g

c. Parasetamol
Nama resmi

: Acetaminophenum

Nama lain

: Parasetamol, asetaminofen

Rumus molekul

: C8H9NO2

Rumus struktur

Pemerian

Hablur
putih,

atau serbuk hablur


tidak berbau, rasa

pahit.
Kelarutan

: Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol


(95%) p, dalam 13 bagian aseton p.

Suhu lebur

: 1690-1720

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari


cahaya.

Khasiat

: Analgetikum, antipiretikum

d. Mixagrip
Komposisi

: Parasetamol 600 mg dan CTM

Indikasi

: Untuk meringankan gejala-gejala flu seperti


demam, sakit kepala, hidung tersumbat dan
bersin-bersin yang disertai batuk.

Kontraindikasi

: Penderita hipersensitif terhadap komponen obat

Efek samping

: Gangguan pencernaan, gangguan psikomotor,


takikarot

aritmia,

palpitasi,

retensi

mengantuk
Penyimpanan

: Sampul berisi 4 kaplet dalam aluminum strip

e. CTM
Nama Resmi

: Chlorpheniramini Maleas

Sinonim

: Klorfeniramina maleat

Rumus Molekul

: C16H19ClN2.C4H4O4

Rumus Bangun

Berat molekul

: 390,87 gr/mol

Pemerian

: Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa pahit

urin,

Kelarutan

Larut dalam 4 bagian air, dalam 10 bagian etanol


(95%) P dan dalam 10 bagian kloroform P; sukar
larut dalam eter P

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik bersumbat kaca,


terlindung dari cahaya

Khasiat

: Anestikum umum; pengawet; zat tambahan

f. Phenylpropanolamini hydrochloridum
Nama resmi

: Phenylpropanolamini hydrochloridum

Nama lain

: Fenilpropanolamina hidroklorida

Rumus molekul

: C9H13NOHCL

Berat molekul

: 187,70

Rumus struktur

Pemerian

: Serbuk hablur, putih hingga putih kuning gading,


tidah berbau atau hamper tidak berbau, rasa pahit

Kelarutan

: larut dalam 2,5 bagian air dan dalam 9 bagian


etanol (95 %) p, praktis dalam kloroform p dan
dalam eter p.

Suhu lebur

: 1930 sampai 1960

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup baik

Khasiat

: Simpatomimetikum.

g. Aqua
Nama resmi

: Aqua pro injection

Nama lain

: Aqua, air untuk injeksi

Rumus molekul

: H2O

Pemerian

: Keasaman-kebasahan, ammonium, besi, tembaga,


timbale, klorida, nitrat.

Penyimpanan

: Dalam wadah tertutup kedap

Khasiat

: Untuk pembuatan injeksi

D. PROSEDUR KERJA

1. Pembuatan Larutan Blanko

Alkohol
- Dipipet 5 ml
- Ditambahkan air hingga
100 ml
Hasil Pengamatan .?

2. Pembuatan Larutan Standar


Paracetamol
- Ditimbang 1g, 2 g, 3 g, 4 g, dan 5 g
- Masing-masing ditambahkan alkohol
5 ml
- Ditambahkan akuades hingga 100 ml
- Diaduk dengan batang pengaduk
- Dipipet dan dimasukkan ke dalam
kuvet
- Diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer
visibel
Hasil Pengamatan .?

3. Pembuatan Larutan Sampel

Bodrex
-

Digerus ditimbang 0,1 gram


Ditambahkan alkohol 5 ml
Ditambahkan akuades hingga 100 ml
Diaduk dengan batang pengaduk
Dipipet dan dimasukkan kadalm
kuvet
- Diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer
visibel
Hasil Pengamatan .?

Mixagrip
-

Digerus ditimbang 0,1 gram


Ditambahkan alkohol 5 ml
Ditambahkan akuades hingga 100 ml
Diaduk dengan batang pengaduk
Dipipet dan dimasukkan kadalm
kuvet
- Diukur absorbansinya dengan
menggunakan spektrofotometer
visibel
Hasil Pengamatan .?

E. HASIL PENGAMATAN

1. Tabel Hasil Pengamatan Larutan Standar

No.
1
2
3
4
5

Std. Name
Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5

WL1[310.0nm]
1.565
1.6
1.694
1.785
1.818

ABS
1.565
1.6
1.694
1.785
1.818

Conc(%)
1
2
3
4
5

2. Tabel Hasil Pengamatan Larutan Sampel

No.
1
2

Sample Name
mixagrib
bodrex

WL1[310.0nm]
1.189
1.417

ABS
1.189
1.417

Conc(%)
-4.0836 Low
-0.8699 Low

3. Grafik

Grafik Panjang Gelombang Maksimum


Smooth: 0

ABS

Deri.: 0

2.5

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0

-0.5
200

210

220

230

240

250

260

270

280

290

300

310

320

330

340

350

360

370

380

390

Grafik Absorbansi Larutan Standar dan Larutan Sampel


ABS

2 .5

2 .0

1 .5

1 .0

0 .5

0 .0

%
0 .0

0 .5

1 .0

1 .5

2 .0

2 .5

3 .0

3 .5

4 .0

4 .5

5 .0

5 .5

S t d . C a l. P a ra m e te rs
K1:

1 4 .0 8 2 8

K0:

-2 0 .8 3 7 9

R:

0 .9 8 5 9

R 2:

0 .9 7 2 0

nm
400

4. Kadar Parecetamol Dalam Sampel


Dengan menggunakan persamaan pada grafik di atas, yaitu :
=( 1

)+ 0

Kadar Paracetamol dalam Bodrex :


= (14,0828 1,147) 20,8379 = 0,8699 /
Kadar Paracetamol dalam Mixagrip :
= (14,0828 1,189) 20,8379 = 4,0836 /

F. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar paracetamol dalam dua
sampel obat generik yang umum digunakan oleh masyarakat, yaitu bodrex dan
mixagrip dengan menggunakan metode spektrofotometri visibel. Paracetamol
merupakan salah satu obat yang diguanakan sebagai obat antipiretik (menurunkan
panas) dan analgesik (menghilangkan nyeri). Parasetamol sebagian besar, yakni
sekitar 95% mengalami proses metabolisme di hati, sehingga tidak dianjurkan
untuk dikonsumsi oleh penderita yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal,
glaukoma, hipertrofi prostat, hipertiroid, retensi urin, serta seseorang yang
mengkonsumsi alkohol karena dapat meningkaatkan resiko kerusakan hati dan
ginjal.
Adapun kadar suatu obat dalam suatu sediaan farmasi mempengaruhi efek
terapi yang diharapkan, namun juga kadar yang tidak sesuai dengan kadar yang
telah ditetapkan pada suatu senyawa obat tertentu juga dapat berefek buruk, baik
ditunjukkan dengan timbulnya efek samping yang tidak diharapkan ataupun
timbulnya efek toksisitas. Kadar atau konsentrasi paracetamol dalam berbagai
jenis merk obat generik yang dijual di pasaran umumnya sama, yakni 500 mg.
Dalam percobaan ini, digunakan paracetamol murni sebagai larutan
standar dengan konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4%, dan 5% yang diukur absorbansinya
kemudian dibandingkan dengan absorbansi dan kadar paracetamol yang
terkandung dalam dua sampel obat generik yang umum dijual di pasaran, yakni
bodrex dan mixagrip. Pengukuran atau penentuan kadar dilakukan dengan metode

spektrofotometri visibel dengan prinsip dasar penyerapan dalam emisi radiasi oleh
molekul dalam senyawa obat yang diidentifikasi. Secara eksperimental, dilakukan
pengukuran terhadap banyaknya sinar yang diserap terhadap frekuensi atau
panjang gelombang yang digunakan sinar dan dinyatakan sebagai suatu spekrta
absorpsi. Spektra absorpsi tersebut kemudian dapat dijadikan sebagai bahan
informasi dalam analisis kualitatif dan kuantitaif kadar obat yang diamati, dalam
hal ini ialah kadar paracetamol. Panjang gelombang yang digunakan merupakan
panjang gelombang maksimum dalam pengukuran larutan standar paracetamol
dengan konsentrasi tertinggi (paracetamol 5%), yaitu 310 nm. Pertimbangan
penggunaan panjang gelombang maksimum dalam pengukuran absorbansi ialah
karena pada panjang gelombang maksimum, kepekaan larutan sampel yang
diidentifikasi juga lebih maksimal dibanding pada panjang gelombang yang lain.
Di samping itu, pada panjang gelombang maksimum, pembacaan absorbansi
sampel dapat memenuhi hukum Lamber-Beer yang digunakan sebagai dasar
dalam perhitungan matematis dengan menggunakan alat spektrofotometer.
Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan standar paracetamol 1%, 2%,
3%, 4%, dan 5%, menunjukkan nilai absorbansi yang meningkat secara berturutturut. Hasil yang sama ditunjukkan pula pada grafik. Hal tersebut menunjukkan
bahwa peningkatan absorbansi larutan standar paracetamol berbanding lurus
dengan nilai konsnetrasinya. Semakin besar konsentrasi, maka nilai serapan
(absorbansi) juga semakin besar. Akan tetapi, hasil yang berbeda ditunjukkan
pada nilai konsentrasi paracetamol dalam larutan sampel, yaitu bodrex dan
mixagrip. Dalam obat bodrex, nilai absorbansi yang diperoleh adalah 1,417

dengan nilai konsentrasi -0,8699 dan pada obat mixagrip dengan absorbansi 1,189
dengan nilai konsentrasi -4,0836. Secara eksperimental, tidak ada suatu sampel
yang memiliki nilai konsentrasi minus.
Hasil yang berbeda atau tidak sesuai dengan teori-teori yang telah
dikemukakan sebelumnya, yaitu konsentrasi paracetamol dalam kedua larutan
sampel yang memiliki nilai minus kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain rendahnya konsentrasi sampel yang digunakan, yakni 1%.
Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa absorbansi berbanding lurus dengan
konsentrasi. Karena konsentrasi paracetamol yang digunakan rendah, maka
serapan atau absorbansi yang terbaca oleh alat spektrofotometer juga rendah.
Akan tetapi, jika larutan sampel yang ditimbang 0,1 gram dan
ditambahkan alkohol 5 ml serta diencerkan dengan akuades hingga 100 ml
dibandingkan dengan salah satu larutan standar , yaitu paracetamol murni 1%
yang diberi perlakuan yang sama, akan menunjukkan hasil pembacaan absorbansi
yang berbeda, yaitu positif 1,565. Perbedaan tersebut kemungkinan dipengaruhi
oleh adanya senyawa obat lain yang terkandung dalam larutan sampel, misalnya
Pseudoefedrin HCl, Gliseril Guaiakolat, Bromheksin HCl, Fenilpropanolamin
HCl, dan Klorfenikol Maleat. Di samping itu, kesalahan dalam pengukuran dapat
disebabkan oleh kekurangan ketelitian praktikan dalam setiap tahap dalam proses
penentuan kadar paracetamol tersebut, misalnya kekurangan ketelitian dalam
penimbangan dan pengukuran volume pelarut yang tidak akurat sehingga dapat
mempengaruhi kuantitas kadar yang diperoleh.

G. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
bahwa kadar paracetamol dalam obat bodrex adalah -0.8699 g/ml dan kadar
paracetamol dalam obat mixagrip adalah -4.0836 g/ml.

DAFTAR PUSTAKA
Audu, Sani Ali., Taiwo, Alemika Emmanuel., Mohammed, Bala Fatima., Musa,
Sani., dan Bukola, Ragmat, 2012, Analysis Of Different Brands Of
Paracetamol 500 mg Tablets Used in Maiduguri Using Ultra Violet
Spectrophotometric and High Performance Liquid Chromatographic
(HPLC) Method, International Research Journal Of Pharmacy, Vol. 3/
Maiduguri, Nigeria.
Gandjar, Prof. Dr. Ibnu Gholib, DEA., Apt dan Rohman, Abdul, M. Si., Apt,
2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Belajar, Yogyakarta (Hal : 240241, 243-256).
Kondawar, M.S., Shah, R. R., Waghmare, J. J., Shah, N. D., dan Malusare, M. K,
UV Spectrophotometric estimation of Paracetamol and Lornoxicam in
Bulk drug and Tablet dosage form using Multiwavelength method,
International Journal of PharmTech Research, Vol. 3/ Maharashtra, India.
Nurhidayati, Liliek, 2007, Spektofotometri Derivatif dan Aplikasinya dalam
Bidang Farmasi, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, Vol. 5/ Jakarta
Selatan.
Rachdiati, Henny., Hutagaol, Ricson P., dan Rosdiana, Erna, 2008, Penentuan
Waktu Kelarutan Parasetamol Pada Uji Disolusi, Jurnal Nusa Kimia, Vol.
8/ Bandung.

Surawidjadja, Tigor Nauli, 1997, Spektrofotometri Multi-Komponen Dengan


Matriks Kalibrasi, Buletin IPT, Vol. 3/ Tanggerang.

You might also like