You are on page 1of 44

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM

PADA Nn.T DENGAN SECTIO CAESARIA HARI KE 1


DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSIA BERAT (PEB) DI RUANG
DAHLIA RSUD RADEN SOEDJATI GROBOGAN

Disusun Oleh:
1. Ahmad Anwarullah

P13003

2. Desi Ratnasari

P13013

3. Ida Wahyuningsih

P13027

4. Monika Dyah Dewanti

P13034

5. Muhammad Huda Nur Y

P13035

PRODI D III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015

LAPORAN PENDAHULUAN
PRE EKLAMSIA BERAT
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Pre eklamsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Eklamsia adalah preeklamsia yang disertai kejang atau koma yang
timbul akibat kelainan neurologis ( kapita selekta kedokteran edisi 3).
Pre eklamsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang
ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih
disertai proteurinia atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih
( asuhan kebidanan IV, 2010)
Pre eklamsia digolongkan berat bila satu atau lebih tanda gejala
dibawah ini :
1. Tekanan sistolik 160 mmHg atau lebih tanda gejala dibawah
2. Proteirunia 5g atau lebih dalam 24 jam, 3 dan 4 lebih pada
pemerikaan kuantitatif.
3. Oliguria,air kencing 400 ml atau kurang dalam 24 jam
4. Keluhan cerebral, gangguan penglihatan atau nyeri di daerah
epigastrum
5. Edema paru dan sianosis (Ilmu kebidanan 2009)
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu cara melahirkan janin
dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui depan perut atau
vagina, atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. (Mochtar 2008)
2. Etiologi
Etiologi atau penyebab pre eklamsia atau eklamsia sampai sekarang
belum di ketahui. Teori iskemia plasenta dianggap dapat menerangkan
berbagai gejala pre eklamsia yaitu berdasarkan teori iskemia
implantasi plasenta, belum trofoblas akan diserap kedalam sirkulasi

yang dapat meningkatkan sensivitas terhadap angiotensia II, renin dan


aidasteron, spasme pembuluh darah anterial dsn tertahannya garam dan
air. Teori iskemia implantasi plasenta didukung kenyataan sbb :
1. Pre eklamsia dan eklamsia banyak terjadi pada prini gravida,
kehamilan ganda, hidramnion, dan molahidtidosa.
2. Kejadian makin tua kehamilan
3. Gejala penyakit berkurang bila terjadi kematian janin, dengan
demikian teori iskemia daerah implantasi plasenta memenuhi untuk
menerangkan berbagai gejala klinis PEB dan eklamsia
( Ilmu Kebidanan, 2009 )
3. Manifestasi Klinis
a. sakit kepala terutama daerah frontalis
b. rasa nyeri didaerah epigastrium
c. gangguan mata, penglihatan menjadi kabur
d. terdapat mual sampai muntah
e. gangguan pernafasan sampai sianosis
f. terjadi gangguan kesadaran (manuaba, 2011)
a) pre eklamsia ringan (PER)
-

tekanan darah sistol 140 atau kenaikan 30 mmHg dengan


interval pemeriksaan 6 jam

tekanan darah diastol 90 atau kenaikan 15 mmHg dengan


interval pemeriksaan 6 jam

kenaikan berat badan 1 kg atau lebih dari dalam 1 minggu

protein urin 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kuantitatif positif 1


sampai positif 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan

b) pe eklamsia berat (PEB)


-

tekanan darah 160/110 mmHg

oligourin, urin kurang dari 3cc/24 jam

protein urin lebih dari 3 gr/liter

keluhan subjektif : nyeri epigastrium, gangguan penglihatan,


nyeri kepala, odema paru, dan sianosis, gangguan kesadaran

pemeriksaan : kadar enzim hati meningkat disertai ikterus,


perdarahan pada retina, trombosit kurang dari 100.00/mm.
Peningkatan tanda dan gejala pre eklamsia berat memberikan
petunjuk akan terjadinya pre eklamsia.

4. Patofisiologi
Pada pre eklamsia berat terdapat plasma dalam sirkulasi
mengalami penuruna, faktor predisposisi yaitu primigravida,
hidramnion, gameli, mola hidrotidosa gestase, usia lebih dari 35
tahun dan obesitas, perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi
ke organ termasuk ke utera plasenta fota 1 unit. Vasuspasme
merupakan dasar dari timbulnya proses pre eklamsia. Kontriksi
vaskuyler menyebabkan restensi aliran darah dan timbul hipertensi
arterial. Pre eklamsia yang berat dapat mengakibatkan kerusakan
organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai
pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehingga dapat
berakibat terjadinya intra uterin growth retardation dan kerusakan
vaskuler mengakibatkan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, nyeri kepala, penurunan kesadaran, dan penurunan
plasma/syok ( resiko tinggi cidera ). ( syaifudin, 2009 )

Pathway
Faktor predisposisi : primigravida
Hidramin, gemeli, mola hidatidosa, gestase, usia lebih dari 35 tahun, obesitas
Pre eklamsia berat
Vasopasme
Hipertensi

Penuruna tekanan osmotik koloid


oedema

Gangguan perfusi
Otak : nyeri kepala,

kerusakan vaskuler

gangguan keseimbangan
cairan

Nyeri akut

penurunan kesadaran
Kardiovaskuler : penurunan plasma ( syok )
Jaringan/otot : penimbunan asam laktat
Ginjal : proteinuria

Gangguan
perfusi jaringan
ginjal

( syaifudin, 2009 )

5. Penatalaksanaan
a. Medis
Dapat

ditangani

diakhiri/diterminasi

secara

bersama

aktif

dengan

berarti
pengobatan

kehamilan
medisinal.

Dengan pemantauan janin dengan klinis, USG , kardiotokografi,


dan penderita sebaiknya di rawat diruang kusus didaerah kamar
bersalin dan ditangani secara aktif bila ada satu atau lebih, kriteria
ini :
1. Ada tanda-tanda impending eklamsia
2. Ada kegagalan penanganan konservatif
3. Ada tanda gawat janin
4. Usia kehamilan 35 minggu atau lebih
Berikan obat anti kejang, Mgso4 dalam infus dekstreso 5 %
sebanyak 500 cc tiap 6 jam. Cara pemberian dosis awal 2 gram
inravena diberikan dalam 10 menit. Dan dapat dihentikan bila ada
tanda-tanda insuksikasi atau setelah 24 jam pasca persalinan atau
bila baru 6 jam pasca persalinan sudah terdapat perbaikan yang
nyata dan di berikan obat anti hipertensi jika tekanan darah sitolik
lebih dari 160 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari 110
mmHg.
b. Keperawatan
Sama dengan penanganan Mgso4 dihentikan bila ibu sudah mencapai
tanda-tanda pre eklamsia ringan dan menjelaskan manfaat istirahat dan
diet berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu tidur namun
pekerjaan sehari-hari di kurangi dan dianjurkan banyak duduk dan
berbaring, diet tinggi protein, dan rendah lemak, karbohidrat, garam,
dan penambahan berat badan yang tidak berlebihan perlu di anjurkan.
( wiknjosastro H, 2009 )
6. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium : protein urin atau midstream ( biasanya meningkat
hingga 0,3 gr/hr atau 1 hingga 2 pada skala kuantitatif ), kadar

hematokrit, serum, creatinin meningkat, BJ urine meningkat, uric


acid biasanya > 7 mg/ 100 ml.
2. USG : untuk mengetahui keadaan janin
3. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
7. Komplikasi
a. Stroke
b. Hipoksia janin
c. Gagal ginjal
d. Kebutaan
e. Gagal jantung
f. Kejang
g. Hipertensi permanen
h. Distress fetal
i. Infark plasenta
j. Abruptio plasenta
k. Kematin janin
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data subjektif
-

Umur biasanya sering terjadi pada primigravida, < 20 tahun


atau < 35 tahun

Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi penigkatan tensi,


odema, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.

Riwayat

kehamilan

: riwayat

kehamilan

ganda, mola

indatidosa, hidramnion, serta riwayat kehamilan dengan pre


eklamsia, atau eklamsia sebelumnya.
-

Pola nutrisi : jenis makanan yg dikonsumsi, baik makanan


pokok atau makanan selingan.

Pola sosial spiritual : emosi yang tidak stabil dapat


menyebabkan kecemasan

b. Data objektif
-

Inspeksi : edema yg tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam

Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema

Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengrtahui adanya fetal


distres

Perkusi : untuk mengetahui eflek putena, sebagai syarat


pemberian 5m ( jika reflek )
Dan kaji tingkat kesadaran, USG, dan NST

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
b. Ketidakeimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan dalam memasukan/ mencerna makanan karena
faktor biologis
c. Ketidakseimbangan volume cairan b.d gangguan mekanisme
regulasi
d. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
e. Ketidakefetifan pemeliharaan ksehatan b.d hambaatan kognitif
3. Rencana keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam nyeri
akut klien berkurang atau hilang dengan KH :
-

ibu mengerti penyebab nyeri

klien mampu mengontrol nyeri

skala nyeri 0-3

klien tidak mengeluh nyeri

intervensi :

1. kaji skala nyeri pasien


R/ untuk mengetahui skala nyeri pasien
2. observasi respon non verbal dari nyeri pasien
R/ untuk mengetahui respon klien terhadap nyeri yang
dirasakan
3. ajarkan relaksasi nafas dalam
R/ untuk merileksasikan otot dan mengurangi nyeri
4. kolaborasi pemberian obat sesuai advice dokter
R/ untuk memberikan terapi obat yang tepat untuk klien
b. Ketidakeimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan dalam memasukan/ mencerna makanan karena
faktor biologis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam
ketidakseimbangan nutrisi seimbang dengan KH :
-

BB meningkat atau normal

Tidak ada tanda mal nutrisi

Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Intervensi :
1. Kaji adanya alergi makanan
R/ untuk mengetahui apakah ada alergi makanan
2. Berikan diet yang sesuai pasien
R/ untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
3. Berikan dan anjurkan klien makan makanan sedikit tetapi
sering
R/ untuk menjaga agar pasien tidak mual muntah
4. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan
R/ untuk memberikan diit yang tepat bagi pasien
c. Ketidakseimbangan volume cairan b.d gangguan mekanisme
regulasi

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam


di harapkan volume cairan klien terpenuhi dengan KH :
-

Tidak ada tanda edema

Hasil lab hematokrit dalam batas normal

Darah, protein dan urine

Intervensi :
1. Pantau masukan dan pengeluaran cairan setiap hari
R/ pembatasan dalam pemberian cairan dapat mengurangi edema
2. Timbang berat badan secara rutin
R/ untuk mengetahui berat badan yang berlebih
3. Kaji distransi vena jugularis
R/ pembesaran vena jugularis merupakan tanda pembengkakan
dari jantung
4. monitor hasil laboratorium
R/ untuk mengetahui hasil lab
5. kolaborasi dalam pemberian obat / antiduretik
R/ pemberian diuretik akan mengurangi cairan dalam tubuh
melalui urin
Evaluasi
Evaluasi merupakan terhadap akhir dari proses keperawata. Kegiatan
evaluasi ini adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan :
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang, tidak mual muntah dan tidak ada
pembesaran vena
O : pasien tampak terang, rilek, tidak mual muntah
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi

DAFTAR PUSTAKA
Chapman, vicky, 2010. Asuhan kebidanan & persalinan. Jakarta : EGC
Manjoer arif,dkk, 2009. Kapita selekta edisi 3 jilid 3. Jakarta : Media aescuaplus
Manuaba, ida bagus gede, 2011. Ilmu penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Prawirohardjo S, 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP
Syaifudin, 2009. Anatomi fisiologis. Jakarta : EGC

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM


PADA Nn.T DENGAN SECTIO CAESARIA HARI KE 1
DENGAN INDIKASI PEB
DI RUANG DAHLIA RSUD DR. RADEN SOEDJATI GROBOGAN
I.

PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian

:30 september 2015

Waktu Pengkajian

:08.00 Wib

Tanggal Operasi

:29 September 2015

A.DATA UMUM KESEHATAN


Nama Klien

:Nn.T

Umur

:18 tahun

Status Perkawinan

:Kawin

Pendidikan

:SMA

B.RIWAYAT KEHAMILAN PERSALINAN LALU


No

Tipe

BB Lahir

persalinan
1

Sectio

Keadaan Bayi

Komplikasi

Umur

Waktu Lahir

nifas

sekaran

Sehat

g
1 hari

2500 gram

caesarea
Pengalaman Menyusui: Pasien mengatakan baru pertama kali menyusui
C. RIWAYAT KESEHATAN SAAT INI
1. Berapa kali periksa hamil : 9x, satu bulan sekali
2. Masalah kehamilan : Tidak ada masalah
3. Jenis persalinan : SC atas indikasi pre eklamsia berat (PEB)
4. Jenis kelamin bayi : laki-laki
5. Perdarahan : Tidak ada
6. Masalah dalam persalinan SC : D. RIWAYAT GINEKOLOGI
1. Masalah Ginekologi
2. Riwayat KB : Pasien mengatakan belum pernah KB apapun

E. DATA POST NATAL


1. Status obstrektikus: P1 A0 Bayi rawat gabung bersama
2. Keadaan umum : keadaan umum pasien baik
3. Kesadaran : composmentis
4. BB/TB : 69 kg/160 cm
5. TTV :TD: 150/100 mmhg, S :36,9c
N :70x/menit, RR :20x/menit

Pengkajian Nyeri :
P:Pasien mengatakan nyeri karena luka post operasi SC
Q: Nyeri seperti teriris-iris
R:Nyeri pada bagian perut bawah
S: Skala nyeri 7
T: Nyeri berlangsung terus menerus dan hilang timbul

Urine Protein : + 3

6. Kepala Leher
Kepala : bentuk kepala mesocephal, rambut hitam bersih
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor, tidak
menggunakan alat bantu penglihatan
Hidung

: simetris kanan dan kiri, tidak ada serumen, tidak menggunakan

alat bantu nafas


Mulut : Tidak ada stomatitis,mulut dan gigi bersih, tidak ada karang gigi
Telingga: Kanan dan kiri simetris, bersih tidak ada serumen,tidak ada gangguan
pendengaran
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelenjar getah bening
7. Dada

Jantung
Inspeksi: bentuk dada simetris, IC tidak Nampak
Palpasi:IC teraba
Perkusi: Terdengar suara pekak

Auskultasi: Terdengar BJ I dan BJ II murni, regular

Paru-Paru
Inspeksi: bentuk dada simetris, ekspansi paru kanan dan kiri sama, tidak
ada luka/jejas
Palpasi: Vokal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi: Suara paru terdengar sonor
Auskultasi:Tidak ada suara nafas tambahan

Payudara
Payudara tampak membesar, putting susu tampak membesar dan terdapat
pigmentasi aerola berubah menjadi kehitaman, ASI sudah keluar sedikitsedikit.

8. Abdomen
Involusi uterus

:Belum kembali seperti semula

Fundus uteri

: 2 jari dibawah pusar

Kontraksi

: baik

Posisi

: semifowler

Kandung kemih

: Kosong, terpasang kateter

Diastasis rektus abdominalis

: kedalaman 3 cm

Fungsi pencernaan :Pencernaan sudah berfungsi dengan baik, pasien sudah


boleh makan dan minum.
9. Perineum dan Genital
a. Vagina: bersih, tidak ada oedema, tidak ada hematom
b. perineum: utuh, bersih, tidak dilakukan episotomi
Tanda REEDA:
R (kemerahan)

: tiddak

E(bengkak)

: tidak

E(echimosis)

: tidak

D(Discharge)

: tidak

A(approximate)

: tidak

c. Kebersihan: perineum bersih


d. Lokhea: 30 cc, warna merah
e. Hemoroid: Tidak

10. Ekstremitas
a. Ekstremitas atas: tidak ada oedema, tidak ada jejas
b. Ekstremitas bawah: tidak ada oedema, tidak ada jejas, tidak ada varises
11. Eliminasi
a. BAK: Pasien terpasang DC, urine 1000 cc/hari, tidak nyeri
b. BAB: 1x/hari dan tidak ada keluhan
12. Istirahat dan Kenyamanan
Sebelum sakit

: Pasien mengatakan tidur rata-rata 6-7 jam/hari dan tidak

ada gangguan
Selama sakit : Pasien mengatakan 2 jam sekali bangun untuk memberikan ASI,
dan kadang terbangun merasa nyeri bekas oprasi SC
13. Mobilisasi dan Latihan
Tingkat Mobilisasi : Pergerakan pasien sedikit karena rasa sakit pada perutnya
Latihan

: Mengajarkan latihan duduk

14. Nutrisi dan Cairan


Asupan Nutrisi

: Pasien mengatakan sudah boleh makan dan minum setelah


post operasi SC

Asupan Cairan

: Pasien mengatakan minum sedikit-sedikit setelah post

operasi SC
15. Keadaan Mental
Adaptasi Psikologis : Ibu tampak tenang, tampak senang menerima kehadiran
anak pertamanya
Penerimaan Terhadap bayi : Ibu tampak menerima kehadiran anaknya dengan
senang.

F. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal 30 september 2015
Pemeriksaan
Hematologi

Nilai

Nilai Normal

Keterangan

HB

13,1

12 -16

Gr/d

Lekosit

8800

4.000-10.000

Mm3

Eritrosit

5.110.000

4,5-5,5 juta

Mm3

Trombosit

227.000

150.000-500.000

Mm3

CT

400

2-6

Menit

BT

125

1-6

Menit

Gol. Darah

Kimia Klinik

74-110

GDS

69

3,6-5,5

Mg/dl

K+

4,52

135-155

Mm/L

Na+

140,4

95-108

Mm/L

CL-

106,0

Urine Protein

+3

Tanggal 1 oktober 2015


Urine protein

G. Terapi Obat

+1

Mm/L

Tgl/hari
30/9/15

Jenis Terapi
Infuse RL

Dosis
20 tpm

Gol dan
kandungan
Elektrolit

Fungsi dan
Farmako
Untuk memenuhi
kebutuhan cairan

Nifedipin

2x1 10 mg

Obat keras

Untuk mengatasi
tekanan darah

2x1 30mg
Keterolac

tinggi.
Keterolac 30mg

Untuk
penatalaksanaan
jngka pendek nyeri
akut

3x1
01/10/15

Cefadroxil

500mg

Cefadroxil 500mg

Infeksi saluran
nafas dan pada
jangka lunak

3x1
2/10/15

Asmet
Nifedipine

500mg

Asamefenamat

Untuk mengatasi

2x1 10mg

500mg/kapsul

nyeri post OP

Nifedipine 10mg

Untuk mengatasi
tekanan darah
tinggi

ANALISA DATA

Tanggal dan jam


Rabu, 30 September DS:
2015
08.20 WIB

Data Fokus

Problem
Nyeri Akut.

Etiologi
Agen Injuri

DS : pasien mengatakan

Ketidakefek

Hipertensi

pusing.

tifan perfusi

(kehamilan)

P : pasien mengatakan nyeri


karena luka post oprasi SC.
Q : nyeri seperti di iris-iris.
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 7
T : nyeri berlangsung terusmenerus dan hilang timbul.
DO : pasien tampak pucat,
pasien

tammpak

kesakitan,

menangis

pasien

tampak

memegangi perutnya
TD : 150/100mmHg
N : 70x/manit
RR : 20x/mnit
S : 36,90C
08.30 WIB

DO : pasien tampak lemas dan


pasien tampak pucat
TD : 150/100 mmHg
N :70x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,90C
Urin profein : +3
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri

jaringan
otak

Ttd

2. Ketidakefektifan perfusi jaringan Perifer berhubungan dengan


hipertensi (kehamilan)
INTERVENSI
Tgl/jam
30-10-

No

Tujuan dan KH
Intervensi
Rasional
.dx
1 Setelah
dilakukan 1. kaji KU dan vital 1. Untuk mengetahui

2015

tindakan

keperawatan

08.45

selama 3x24 jam masalah 2. kaji status nyeri


keperawatan nyeri akut
berkurang
dengan

atau

sign pasien

perkembagan

pasien

2. Untuk

hilang 3. berikan

Kriteria

Hasil

ajarkan

1. Nyeri berkurang atau

relaksasi

posisi

nyaman

sebagai berikut :
hilang dengan skala 1-

dan
nafas

dalam

karakteristiknyeri
rasa nyeri klien
4. Untuk
memberikan

2. Pasien nyaman

keluarga

pasien

kenyamanan

3. Pasien tidak mengeluh

untuk

batasi

ligkungan klien

pengunjung

5. Untuk

5. kolaborasi
dengan

memberikan obat
doter

dalam pemberian
2.

megidentifikasi

tehnik 3. Utuk mengurangi

4. edukasikan

nyeri

08.45

pasien

Setelah dilakukan

obat
1) Observasi

tindakan keperawatan

dan

selama 3x24 jam

klien

diharapkan

vital

pasien

jaringan otak teratasi

tidah baring

1. Pasien tidak
mengeluh pusing

sign

3) Anjurkan

klien
1. Utuk
memantau
perkembangan

2) Menganjurkan

ketidakefektifan perfusi
dengan, KH :

KU

yang tepat pada

untuk

pasien
2. Untuk
mencegah

klien

terjadinya

untuk makan diit

kenaikan

rendah garam

drastis

darah

ttd

2. TTV normal

4) Monitor hasil lab


5) Kolaborasi
dengan

klien
3. Untuk

dokter

menurunkan

dalam pemberian

tensi

obat

mennurunkan
hasil

dan
lab

proteinea klien
4. Untuk
mengetahui
perkembangan
proteinurin
klien
5. Untuk
memberikan
obat yang tepat
pada klien.

IMPLEMEMNTASI
Tgl/jam
30-09- 2015

No.
dx
1,2

09.00

Implementasi

Respon klien

Mengkaji KU dan vital DS


sign pasien

pasien

mengatakan

merasa pusing dan lemah,


mengeluh sakit pada luka
bekas OP
DO : pasien tampak pucat
TD : 150/100 mmH, N :
70x/menit, RR : 20x/menit,

09.20

Mengkaji

status

S : 36,90C
nyeri DS :

pasien

P : pasien mengatakan nyeri


karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 7
T : nyeri berlangsung terus
menerus.
DO : pasien tampak meringis
kesakitan

09.40

Memberikan posisi
nyaman dan ajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam (semi fowler)

dan

terkadang

memegangi perutnya.
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.

10.00

1.2

Mengkolaborasi
pemberian obat

DS: pasien mengatakan mau


diberi obat

TTD

Nifedipin 10mg
10.15

DO: pasien tampang tenang,


obat masuk lewat oral
klien DS: pasien mengatakan

Menganjurkan
untuk tilang baring

bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak berposisi
nyaman dan lebih tenang

11.00

Menganjurkan

klien DS: pasien mengatakan

untuk makan diit rendah bersedia


garam

DO: pasien tampak makan


kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari rumah
sakit

11.20

Memonitor hasil lab

DS: DO: hasil lab klien urine


protein + 3, pasien tampak
lemas

12.00

Mengedukasikan keluarga DS: keluarga pasien


pasien

untuk

batasi

pengunjung

mengatakan mau batasi


pengunjung klien
DO: klien tampak lebih tenang
dan bisa istirahat

12.10

1.2

Mengkolaborasi

dengan DS: pasien mengatakan mau

dokter dalam pemberian


obat
Ketorolac 30 mg
14.20

1,2

diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan
obat masuk lewat iv

Mengkaji KU dn vital DS : pasien mengatakan masih


sign pasien

merasa pusing dan nyeri


pada luka bekas OP

DO : pasien tampak pucat


TD : 140/90 mmHg, N : 70
x/menit, RR : 21 x/menit,
S : 36,3 0C

14.50

Mengkaji

status

nyeri DS :

pasien

P : pasien mengatakan nyeri


karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri

menjadi

T : nyeri berlangsung terus


menerus.
DO : pasien tampak meringis
menahan nyeri
15.00

Memberikan posisi yang DS : pasien mengatakan


nyaman dan mengajarkan
teknik

relaksasi

bersedia

nafas DO : pasien tampak lebih

dalam

tenang melakukan tehnik


relaksasi.

16.00

Menganjurkan

klien DS: pasien mengatakan

untuk tirah baring

bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak berposisi
nyaman dan lebih tenang
DS: pasien mengatakan

17.00

Menganjurkan

klien

makan diit rendah garam

bersedia melakukannya
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari

keluarganya dan dari rumah


sakit

18.00

Memonitor hasil lab

DS: DO: hasil lab klien urine


protein + 1, pasien tampak
masih lemas

20.00

1,2

Mengkolaborasikan
pemberian obat
Keterolac 30mg
Nifedipine 10 mg

DS: pasien mengatakan mau


diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan
obat masuk lewat selang
infus

21.30

1,2

Mengkaji ku dan vital DS: Pasien mengatakan


sign pasien

pusing dan lemah, mengeluh


sakit pada luka post operasi
DO: paien tampak pucat
TD:150/80 mmhg
N: 75 x/menit
RR: 20

x/menit

S: 36 C

22.00

Mengkaji
pasien

status

nyeri DS: P : pasien mengatakan


nyeri karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri

menjadi

T : nyeri berlangsung terus


menerus.

DO: Pasien tampak meringis


kesakitan dan terkadang
memegangi perutnya
22.30

Memberikan posisi yang DS : pasien mengatakan


nyaman dan mengajarkan
teknik

relaksasi

nafas DO : pasien tampak lebih

dalam
01-oktober-

1,2

2015

bersedia
tenang melakukan tehnik

relaksasi
Mengkaji KU dan vital DS : pasien mengatakan masih
sign pasien

merasa pusing dan lemah,

09.00

mengeluh sakit pada luka


bekas OP
DO : pasien tampak pucat
TD : 160/90 mmH, N :
70x/menit, RR : 20x/menit,

09.20

Mengkaji

status

S : 36,90C
nyeri DS :

pasien

P : pasien mengatakan nyeri


karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 6 menjadi 5
T : nyeri berlangsung hilang
timbul.
DO : pasien tampak meringis

09.40

Memberikan posisi
nyaman dan ajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam (semi fowler)

kesakitan menahan nyeri


DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik

relaksasi.
10.15

Menganjurkan

klien DS: pasien mengatakan

untuk tilang baring

bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak berposisi
nyaman dan lebih tenang

11.00

Menganjurkan

klien DS: pasien mengatakan

untuk makan diit rendah bersedia


garam

DO: pasien tampak makan


kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari rumah
sakit

11.20

Memonitor hasil lab

DS: DO: hasil lab klien urine


protein + 1, pasien tampak
lemas

12.00

Mengedukasikan keluarga DS: keluarga pasien


pasien

untuk

batasi

pengunjung

mengatakan mau batasi


pengunjung klien
DO: klien tampak lebih tenang
dan bisa istirahat

12.10

1.2

Mengkolaborasi

dengan DS: pasien mengatakan mau

dokter dalam pemberian


obat
Cefadroxil 500mg
Asamefenamat 500mg

diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan
obat masuk lewat oral

14.20

1,2

Mengkaji KU dan vital DS : pasien mengatakan masih


sign pasien

merasa pusing dan nyeri


pada luka bekas OP
DO : pasien tampak pucat
TD : 160/90 mmH, N :
70x/menit, RR : 21x/menit,

14.50

Mengkaji

status

S : 36,50C
nyeri DS :

pasien

P : pasien mengatakan nyeri


karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 6 menjadi 5
T : nyeri berlangsung hilang
timbul.
DO : pasien tampak meringis
menahan nyeri

15.00

Memberikan posisi
nyaman dan ajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam (semi fowler)

DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.

16.00

Menganjurkan
untuk tilang baring

klien DS: pasien mengatakan


bersedia mengurangi
aktifitas

DO: pasien tampak berposisi


nyaman dan lebih tenang

16.10

1.2

Mengkolaborasi

dengan DS: pasien mengatakan mau

dokter dalam pemberian


obat

diberi obat
DO: pasien tampak tenang dan

Cefadroxil 500mg

obat masuk lewat oral

Asamefenamat 500mg
Nifedipin 10mg
18.00

Menganjurkan

klien DS: pasien mengatakan

untuk makan diit rendah


garam

bersedia melakukannya
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari rumah
sakit

20.00

Monitor hasil lab

DS: DO: hasil lab klien urine


protein + 1, pasien tampak
masih lemas

21.30

1,2

Mengkaji ku dan vital DS: Pasien mengatakan masih


sign pasien

pusing dan lemah, mengeluh


sakit pada luka post operasi
DO: paien tampak pucat
TD:150/80 mmhg
N: 75 x/menit
RR: 20
S: 36 C

x/menit

22.00

Mengkaji

status

nyeri DS: P : pasien mengatakan

pasien

nyeri karena luka PO SC


Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 6 menjadi 5
T : nyeri berlangsung hilang
timbul.
DO: Pasien tampak meringis
kesakitan dan terkadang
memegangi perutnya

22.30

Memberikan posisi yang DS : pasien mengatakan


nyaman dan mengajarkan
teknik
dalam

relaksasi

bersedia

nafas DO : pasien tampak lebih


tenang melakukan tehnik
relaksasi

Tgl/jam
02-oktober-

No.dx
Implementasi
Respon klien
1,2
Mengkaji KU dan vital sign DS : pasien mengatakan

2015

pasien

09.00

pusing dan sakit pada


luka bekas OP sudah
berkurang
DO : pasien tampak masih
lemah
TD : 160/90 mmH, N :
70x/menit, RR :

09.20

20x/menit, S : 36,90C
Mengkaji status nyeri pasien DS :
P : pasien mengatakan nyeri
karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 5 menjadi 3
T : nyeri berlangsung hilang
timbul.
DO : pasien tampak
meringis kesakitan

09.40

Memberikan posisi nyaman


dan ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam (semi fowler)

menahan nyeri
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.

Ttd

10.15

Menganjurkan klien untuk DS: pasien mengatakan


tilang baring

bersedia mengurangi
aktifitas
DO: pasien tampak
berposisi nyaman dan
lebih tenang

11.00

Menganjurkan klien untuk DS: pasien mengatakan


makan diit rendah garam

bersedia
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari
rumah sakit

11.20

Memonitor hasil lab

DS: DO: hasil lab klien urine


protein + 1, pasien
tampak lemas

12.00

Mengedukasikan
pasien

untuk

keluarga DS: keluarga pasien


batasi

pengunjung

mengatakan mau batasi


pengunjung klien
DO: klien tampak lebih
tenang dan bisa istirahat

12.10

1.2

Mengkolaborasi
dokter

dalam

dengan DS: pasien mengatakan mau


pemberian

obat

diberi obat
DO: pasien tampak tenang

Cefadroxil 500mg
Asamefenamat 500mg

dan obat masuk lewat


oral

14.30

1,2

Mengkaji KU dan vital sign DS : pasien mengatakan nyeri


pasien

luka operasi dan pusingnya


sudah berkurang
DO : pasien tampak tenang
dan
TD : 130/80 mmH, N :
75x/menit, RR : 20x/menit,

15.00

S : 36,70C
Mengkaji status nyeri pasien DS :
P : pasien mengatakan nyeri
karena

luka

Post

op

berkurang
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 5 menjadi 3
T : nyeri berlangsung hilang
timbul
DO : pasien tampak masih
16.00

Memberikan posisi nyaman


dan ajarkan tehnik relaksasi
nafas dalam (semi fowler)

menahan nyeri
DS : pasien mengatakan
bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik
relaksasi.

17.00

Menganjurkan klien untuk

DS: pasien mengatakan

makan diit rendah garam

bersedia melakukannya
DO: pasien tampak makan
kusus rendah garam dari
keluarganya dan dari

18.00

Monitor hasil lab

rumah sakit
DS: DO: hasil lab klien urine
protein + 1, pasien tampak
lebih tenang

20.00

1.2

Mengkolaborasi
dokter

dalam

dengan
pemberian DS: pasien mengatakan mau

obat
Cefadroxil 500 mg
Asmet 500 mg

diberi obat
DO: pasien tampak tenang
dan obat masuk lewat 0ral

Nifedipin 10 mg
21.30

Mengkaji ku dan vital sign


pasien

DS: Pasien mengatakan


masih pusing dan lemah,
mengeluh sakit pada luka
post operasi
DO: paien tampak pucat
TD:150/80 mmhg
N: 75 x/menit
RR: 20

x/menit

S: 36 C
22.00

1,2

Mengkaji status nyeri pasien


DS: P : pasien mengatakan
nyeri karena luka PO SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut
bawah
S : skala nyeri 5 menjadi 3
T : nyeri hilang timbul.
DO: Pasien tampak meringis

kesakitan dan terkadang


memegangi perutnya
23.00

Memberikan

posisi

yang

nyaman dan mengajarkan DS : pasien mengatakan


teknik relaksasi nafas dalam

bersedia
DO : pasien tampak lebih
tenang melakukan tehnik

04.00

1.2

Mengkolaborasikan dengan
dokter

dalam

pemberian

obat oral
Cefadroxil 500mg
Asamefenamat 500mg
Nifedipin 10mg

relaksasi.
DS: Pasien mengatakan mau
diberi obat
DO: obat tampak masuk
melalui oral

VI. EVALUASI
Tanggal/jam

No

30 september

DX
1 S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka

2015

EVALUASI

operasi

13.30

P: pasien mengatakan nyeri karena luka post


operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
S: skala nyeri 7 menjadi 6
T: nyeri berlangsung terus menerus
O: pasien tampak pucat
Pasien tampak meringis kesakitan dan pasien
tampak
memegangi perutnya
TD: 150/100 mmHg, RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit,

S: 36,9 C

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
1. Kaji status nyeri pasien
2. Berikan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi
3. Edukasi keluarga pasien untuk batasi
pengunjung
4. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
13.40

obat
S: pasien mengatakan pusing
O: pasien tampak lemas dan pasien tampak pucat
TD: 150/100 mmHg
RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit

Ttd

S: 36,9 C
Urine protein + 3
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
20.30

S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka


operasi
P: pasien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
S: skala nyeri 7 menjadi 6
T: nyeri berlangsung terus menerus
O: pasien tampak pucat
Pasien tampak meringis kesakitan dan pasien
tampak
memegangi perutnya
TD: 150/100 mmHg, RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit,

S: 36,9 C

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
1. Kaji status nyeri pasien
2. Berikan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi
3. Edukasi keluarga pasien untuk batasi
pengunjung

4. Kolaborasi

dengan

dokter

dalam

pemberian obat

S: pasien mengatakan pusing


20.45

O: pasien tampak lemas dan pasien tampak pucat


TD: 150/100 mmHg
RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit
S: 36,9 C
Urine protein + 3
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka

01-10-2015
06.45

operasi
P: pasien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
S: skala nyeri 6 menjadi 5
T: nyeri berlangsung terus menerus
O: pasien tampak pucat
Pasien tampak meringis kesakitan dan pasien
tampak
memegangi perutnya
TD: 160/90 mmHg, RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit,

S: 36,9 C

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
1. Kaji status nyeri pasien
2. Berikan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi
3. Edukasi keluarga pasien untuk batasi
pengunjung

4. Kolaborasi

dengan

dokter

dalam

pemberian obat

S: pasien mengatakan pusing


06.50

O: pasien tampak lemas dan pasien tampak pucat


TD: 140/90 mmHg
RR: 21 x/menit
N: 70 x/menit
S: 36,3 C
Urine protein + 3
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka

13.30

operasi
P: pasien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah

S: skala nyeri 6 menjadi 5


T: nyeri berlangsung terus menerus
O: pasien tampak pucat
Pasien tampak meringis kesakitan dan pasien
tampak
memegangi perutnya
TD: 160/90 mmHg, RR: 20 x/menit
S: 36,9 C

N: 70 x/menit,

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
1. Kaji status nyeri pasien
2. Berikan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi
3. Edukasi keluarga pasien untuk batasi
pengunjung

4. Kolaborasi

dengan

dokter

dalam

pemberian obat

S: pasien mengatakan pusing


13.45

O: pasien tampak lemas dan pasien tampak pucat


TD: 140/90 mmHg
RR: 21 x/menit
N: 70 x/menit
S: 36,3 C
Urine protein + 3
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah
baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit
rendah garam

4. Monitor hasil lab


20.30

5. Kolaborasi dalam pemberian obat


S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka
operasi
P: pasien mengatakan nyeri karena luka post
operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
S: skala nyeri 6 menjadi 5
T: nyeri berlangsung terus menerus
O: pasien tampak pucat
Pasien tampak meringis kesakitan dan pasien
tampak
memegangi perutnya
TD: 150/100 mmHg, RR: 20 x/menit
N: 70 x/menit,

S: 36,9 C

A: masalah teratasi sebagian


P: lanjutkan intervensi
1. Kaji status nyeri pasien
2. Berikan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi
3. Edukasi keluarga pasien untuk batasi
pengunjung
4. Kolaborasi
20.45

dengan

dokter

pemberian obat
S: pasien mengatakan masih merasa pusing
O: pasien tampak lemas dan pucat
TD: 160/90 mmHg
RR: 21 x/menit
N: 70 x/menit
S: 36,5 C

dalam

Urine protein + 1
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tirah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diet rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
02-10-2015
06,30

S: P : pasien mengatakan nyeri karena luka PO


SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut bawah
S : skala nyeri 6 menjadi 5
T : nyeri berlangsung terus menerus dan hilang
timbul.
O: Pasien tampak meringis kesakitan dan
terkadang memegangi perutnya
TD : 160/90 mmH, N : 70x/menit, RR :
21x/menit,
S

: 36,50C

A: Masalah teratasi sebagian


P: Lanjutkan intervensi
1. Kaji status nyeri pasien
2. Berikan posisi nyaman dan ajarkan teknik
relaksasi
3. Edukasi keluarga pasien untuk batasi
pengunjung
4. Kolaborasi

dengan

pemberian obat

dokter

dalam

06.45

S: Pasien mengatakan masih pusing dan lemah,


mengeluh sakit pada luka post operasi
O: paien tampak pucat TD:150/80 mmhg
N: 75 x/menit
RR: 20

x/menit

S: 36 C
A: Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tirah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diet rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
13.30

S: P : pasien mengatakan nyeri karena luka PO


SC
Q : nyeri seperti diiris-iris
R : nyeri pada bagian perut bawah
S : skala nyeri 5 menjadi 3
T : nyeri hilang timbul.
O: Pasien tampak meringis kesakitan dan
terkadang memegangi perutnya
TD : 160/90 mmH, N : 70x/menit, RR :
21x/menit, S : 36,50C
A: masalah teratasi
P: pertahankan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk melakukan
relaksasi nafas dalam kalau nyeri kambuh

13.45

S: Pasien mengatakan masih pusing dan lemah,


mengeluh sakit pada luka post operasi

O: paien tampak pucat TD:150/80 mmhg


N: 75 x/menit
RR: 20

x/menit

S: 36 C
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Observasi ku dan vital sign pasien
2. Menganjurkan pasien untuk tilah baring
3. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
4. Monitor hasil lab
5. Kolaborasi dalam pemberian obat
02 oktober

2015

S: pasien mengatakan nyeri pada bekas luka


operasi sudah mulai berkurang

20.30

P: pasien mengatakan nyeri karena luka post


operasi sc
Q: nyeri seperti di iris-iris
R: nyeri pada bagian perut bawah
S: skala nyeri 5 menjadi 3
T: nyeri hilang timbul
O: pasien tampak lebih tenang dan
TD: 130/80 mmHg
RR: 20 x/menit
N: 75 x/menit
S: 36,7 C
A: masalah teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk melakukan

20.50

relaksasi nafas dalam kalau nyeri kambuh


S: pasien mengatakan pusing sudah berkurang

O: pasien tampak rileks dan lebih tenang


TD: 150/100 mmHg
RR: 20 x/menit
N: 75 x/menit
S: 36,7 C
Urine protein + 1
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Anjurkan pasien untuk tilah baring (kurangi
aktifitas dirumah)
2. Anjurkan klien untuk makan diit rendah
garam
3. Kolaborasi dalam pemberian obat

You might also like