You are on page 1of 4

Nurgiyatna et al, Rancang Bangun Aplikasi PLC untuk Pengendalian Konveyor pada Pengepakan Barang

Rancang Bangun Aplikasi PLC untuk Pengendalian Konveyor


pada Pengepakan Barang

Nurgiyatna, Joko Prasetyo, Faranita Surwi, Ambar Eni Heriastuti


Teknik Elektro Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstrak
Pada awalnya sistem kontrol untuk pengendali otomatis perangkat-perangkat
mesin di industri berupa rangkaian relay. Namun sistem kontrol dengan rangkaian
relay tersebut menjadi kurang efektif karena untuk memberikan perubahan sistem
memerlukan biaya yang besar serta tingkat kerumitan kerja yang tinggi. Akhirnya
muncul sistem kontrol berbasis komputer yang disebut dengan PLC (Programmable
Logic Controller) yang dapat memberikan solusi bagi permasalahan tersebut. Tulisan
ini melaporkan hasil penelitian berupa rancang bangun aplikasi PLC untuk
pengendalian konveyor pada pengepakan barang. Sistem yang dibangun, berupa
miniatur konveyor pengepakan barang yang dikendalikan PLC, dapat bekerja dengan
baik. Untuk melakukan perubahan sistem pengendaliannya cukup dengan mengubah
software yang diisikan ke dalam PLC.

Kata Kunci: PLC, konveyor, pengepakan produk.

Suatu sistem konveyor penge-pakan barang


1. Pendahuluan ditunjukkan pada gam-bar 1. Satu konveyor
Bidang industri biasa menggunakan proses menggerakkan box dan satu konveyor menggerakkan
penghitungan dan konveyor barang untuk mem- barang.
permudah pengepakan barang. Proses penghitungan
dan pengepakan barang ini bisa memanfaatkan fungsi 2. Perancangan
pencacah (counter) dan pewaktu (timer) yang dimiliki Sistem pada gambar 1 tersebut dirancang untuk
oleh PLC (Programmable Logic Controller). dikendalikan dengan PLC dengan operasi sebagai
PLC muncul untuk memenuhi kebutuhan akan berikut: Ketika tombol Start diaktifkan, terjadi proses
fleksibilitas sistem kontrol dalam menanggapi pengisian produk ke dalam kotak dimana konveyor
perubahan sistem serta kebutuhan akan kepraktisan produk berjalan dan konveyor box berhenti. Setelah
pengoperasian sistem kontrol. PLC merupakan sistem sensor produk dilintasi produk sejumlah 6 produk,
kontrol berbasis komputer, yaitu sebuah komputer konveyor produk berhenti dan konveyor box berjalan.
mini yang dapat diprogram untuk mengolah input dan Konveyor box berhenti ketika sensor box mendeteksi
mengeluarkannya melalui terminal output sesuai yang kehadiran box berikutnya, dan konveyor produk
diharapkan. Dengan PLC, perubahan sistem dilakukan kembali berjalan untuk mengisi box baru yang masih
hanya dengan mengubah program yang ada di kosong. Proses ini terus berlangsung dan akan berhenti
dalamnya. Program dibuat dan dimasukkan oleh jika tombol stop diaktifkan. Diagram blok dari sistem
operator melalui unit input berupa console atau PC pengepakan barang yang dikendalikan PLC ditunjuk-
(Personal Computer). kan pada gambar 2
PLC dapat dibayangkan sebagai sebuah kotak
yang di dalamnya terdapat ratusan atau ribuan relay, 2.1. Perancangan Software
counter, timer dan lokasi penyimpan data. Relay, 2.1.1. Identifikasi Input dan Output.
timer dan counter tersebut tidak ada secara fisik,
melainkan berupa rangkaian semikonduktor yang Sistem ini memiliki 4 input, yaitu: tombol Start
sedemikian rupa sehingga dapat diprogram dan (PB1), tombol Stop (PB2), sensor barang dan sensor
difungsikan sebagai relay, timer maupun counter. box dan 2 output, yaitu: motor konveyor barang dan
Blok-blok penyusun PLC adalah CPU (Central motor konveyor box. Selanjutnya masing-masing input
Processor Unit), memori dan rangkaian yang sesuai dan output tersebut dihubungkan dengan alamat I/O
untuk menerima data input/output. PLC. Pengalamatan input ditunjukkan dalam tabel 1
dan pengalamatan output ditunjukkan pada tabel 2.

29
JURNAL TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER EMITOR Vol. 3, No. 1, Maret 2003

Gambar 1. Sistem konveyor pengepakan produk

Gambar 2. Sistem konveyor pengepakan


dikendalikan dengan PLC

Gambar 3. Diagram alir program pengendalian


Tabel 1. Pengalamatan input pada PLC konveyor

Tabel 2. Pengalamatan output pada PLC

2.1.2. Pembuatan software


Flowchart yang menunjukkan aliran kerja dari
program yang dimasukkan ke dalam PLC ditunjukkan
pada gambar 3. Pertama kali adalah deteksi penekanan
tombol Start (PB1). Jika PB1 ditekan maka dilakukan
pengecekan status sensor box, on atau off. Jika sensor
box tidak aktif aktif (off) maka motor konveyor box
diaktifkan (on) dan motor konveyor barang tidak
diaktifkan (off) sampai sensor box mendeteksi
kehadiran box. Jika sensor box aktif (on) maka motor
konveyor box tidak diaktifkan (off) dan motor
konveyor barang diaktifkan sampai sensor barang
mendeteksi kehadiran 6 barang. Proses tersebut terus Gambar 4. Diagram ladder konveyor
berulang dan akan berhenti jika tombol Stop (PB2)
ditekan.

30
Nurgiyatna et al, Rancang Bangun Aplikasi PLC untuk Pengendalian Konveyor pada Pengepakan Barang

Tabel 3. Mnemonic program

Gambar 5. Motor DC

Gambar 6. Relay 5 kaki; kumparan kawat yang


berinti besi (kaki 1, 2), saklar (kaki 3, 4, 5)

logika, gerbang AND dan gerbang NOT. Saat kaki 1, 2


tidak dialiri arus listrik maka kaki 3 akan terhubung
Gambar 4 menunjukkan diagram ladder yang dengan kaki (NOT) dan ketika kaki 1, 2 dialiri arus
merupakan program yang dimasukkan ke PLC dengan listrik maka kaki 3 akan terhubung dengan kaki 4
menggunakan console. Pemasukkan ke PLC menggu- (AND).
nakan instruksi yang berupa mnemonic yang Jadi dapat disimpulkan saat kumparan dialiri arus
ditunjukkan pada tabel 3. listrik (ON) maka terjadi saklar Normally Open
2.2. Perancangan Hardware (AND) untuk kaki 4 dan saat kumparan tidak dialiri
arus listrik (OFF) maka terjadi saklar Normally Close
2.2.1. Motor DC (NOT) untuk kaki5.
Prototype konveyor ini tidak memerlukan motor PLC omron ini dihubungkan dengan empat buah
yang mempunyai daya yang besar karena kerja dari relay yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Dua
konveyor ini tidak digunakan secara maksimal, motor relay dipasang pada input PLC dan dua yang lain pada
DC yang berdaya kecil sudah mampu digunakan untuk output PLC. Relay pada input PLC berfungsi sebagai
menjalankan konveyor tersebut. saklar input pada PLC yang mengacu pada keluaran
infrared receiver, karena keluaran dari receiver kecil
2.2.2. Sensor (3V DC) maka untuk menggerakkan saklar magnet
Sensor berfungsi sebagai pendeteksi adanya pada relay tersebut dibutuhkan rangkaian penguat agar
barang/benda yang bergerak diatas konveyor. Sensor relay dapat bekerja.
yang digunakan adalah diode laser dan phototransistor, Relay pada output PLC berfungsi sebagai
dipilihnya komponen ini karena mudah didapat dan penghubung antara arus listrik dari luar PLC. Relay
harganya terjangkau. Sepasang infrared sebagai sensor dipasang pada konveyor karena arus yang keluar dari
yang berfungsi sebagai penbangkit/pengendali saklar PLC omron kecil (0,2amp) sehingga membutuhkan
magnetik pada relay dihubungkan dengan input PLC. tegangan dari luar untuk dapat menggerakkan motor
Transmitter selalu mengirimkan sinyal pada receiver yang terpasang pada konveyor.
sehingga mengakibatkan terjadinya hubungan antara 2.2.4. Hubungan antara Input PLC dengan Sensor
keduanya. Proses penghi-tungannya dilakukan dengan
mendeteksi adanya perpotongan pada jalur infrared Sepasang sensor yang digunakan sebagai infrared
yang dibangkitkan transmitter dan diterima oleh trasmitter menggunakan dioda laser dan infrared
receiver. Setiap perpotongan akan memberikan receiver menggunakan photo transistor. Dioda laser
perubahan kondisi logika dari 0 ke 1 selama selang yang berfungsi sebagai transmitter selalau mengirim-
waktu tertentu. Perubahan kondisi logika ini yang kan sinyal pada photo transistor dimana berfungsi
digunakan sebagai acuan perhitungan. sebagai receiver, sehingga terjadi hubungan antar
keduanya. Kondisi ini terjadi saat tidak ada benda
2.2.3. Relay Input dan Output yang melewati atau memotong jalur infrared, maka
Untuk PLC omron ini digunakan relay yang saat tidak ada perpotongan jalur infrared receiver akan
mempunyai lima buah kaki dengan dua kaki mengeluarkan tegangan dan ketika ada sebuah benda
meupakan kumparan kawat sebagai pembangkit yang memotong jalur infrared, maka receiver tidak
medan magnet listrik (kaki 1, 2) dan tiga kaki yang mengeluarkan tegangan. Perbedaan kondisi ini nanti-
lain berfungsi sebagai saklar (kaki 3, 4, 5). Dipilihnya nya akan digunakan sebagai pengendali relay. Pada
jenis ini karena relay ini mempunyai dua buah saklar saat tidak ada perpotongan jalur infrared (logika 0),
yang kerjanya saling bertolak belakang, bisa dikatakan maka receiver akan mengeluarkan tegangan yang
juga dalam relay ini mempunyai dua buah gerbang diterima oleh R (resistor) yang terhubung dengan

31
JURNAL TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER EMITOR Vol. 3, No. 1, Maret 2003

Input PLC fungsikan untuk mengaktifkan relay karena keluaran


Com PLC
pada output PLC kecil (24V 0.2amp), meskipun
5 dengan daya yang kecil sudah mampu untuk
3
+6 -15V 4 menjalankan motor DC, namun untuk lebih aman dan
1
2 membuat PLC awet dipasang relay sebagai jembatan
C
+ untuk power suply dari luar PLC untuk menjalankan
RELAY motor pada konveyor. Cara pemasangan relay dapat
Output Receiv er
dilihat pada gambar 8.
R
D313
2.3. Pengujian dan Analisis
Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya
kesalahan software ataupun hardware sehingga bisa
dilakukan perbaikan program dan perangkat keras
Gambar 7. Penguat relay input agar konveyor bisa bekerja seperti yang diharapkan.
Pengujian sistem secara keseluruhan pada awalnya
menunjukkan beberapa kesalahan yang terjadi, antara
+6-15V 5 lain:
3
4 1. Pada saat produk terakhir belum sampai ke dalam
OUTPUT 1 box, motor pada konveyor box sudah berjalan.
COM 2
2. Putaran motor pada konveyor terlalu cepat.
1

Kesalahan-kesalahan tersebut kemudian dapat


diatasi dengan cara:
1. Memberikan delay waktu sekitar 2-3 detik setelah
barang ke-6 pada konveyor barang terdeteksi
untuk menjalankan motor pada konveyor box agar
2

MOTOR DC
produk yang terakhir tidak terlambat masuk ke
dalam box. Cara lain adalah jarak antara konveyor
produk dengan konveyor box dibuat rapat agar
produk yang terakhir tidak terlambat masuk ke
Gambar 8. Pemasangan relay output
dalam box.
2. Putaran motor yang terlalu cepat dapat diatasi
transistor (basis), sehingga gerbang kolektor dan dengan merubah (memperkecil) tegangan yang
emitter terhubungan. Terhubungnya kolektor dan masuk ke motor, bisa juga dengan menambahkan
emitter mengkibatkan kumparan pada relay menjadi tahanan geser pada motor, sehingga putaran motor
magnet dan mengakibatkan kaki 3 terhubung dengan dapat diatur kecepatannya.
kaki 4.
Pada kondisi seperti ini maka input PLC tidak
terhubung dengan com PLC. Saat ada perpotongan 3. Kesimpulan
jalur infrared (logika 1), receiver tidak mengeluarkan Sistem yang dirancang yaitu aplikasi PLC untuk
tegangan sehingga R (resistor) transistor (basis) tidak pengendalian konveyor pengepakan barang bisa
teraliri arus listrik, maka gerbang pada kolektor dan bekerja dengan baik sesuai dengan tujuan yang
emitter tetap terbuka, sehingga kumparan pada relay diinginkan. Beberapa kesalahan kerja sistem yang
tidak menjadi magnet dan kaki 3 tetap terhubung ditemukan pada saat pengujian, yaitu: 1).Pada saat
dengan kaki 5. Pada kondisi seperti ini maka input barang yang terakhir (ke-6) belum sampai ke dalam
PLC terhubung dengan com pada PLC. box, motor pada konveyor box sudah berjalan
sehingga barang ke-6 tersebut tidak masuk ke box,
2.2.5. Hubungan antara Output PLC dengan 2).Putaran motor pada konveyor terlalu cepat. Kedua
Motor masalah tersebut dapat diatasi dengan baik.
Saat output PLC mengeluarkan tegangan yang
merupakan perintah untuk menjalankan motor, dialih

Daftar Pustaka
[1] Sianu,A.Z.,1999, A Book They Pubhlished in Practical Machine, vol 1, 2nd edition, Erlangga

32

You might also like