You are on page 1of 52

PEDOMAN PELAYANAN

HEMODIALISA

RSUD dr. LOEKMONO HADI KUDUS

2015
1

BAB I
DEFINISI
A. PENGERTIAN
1. Definisi Hemodialisa
Dialisi merupakan salah satu bentuk terapi pengganti ginjal baik yang sifatnya
akut maupun kronik dengan menggunakan mesin Hemodialisa. Hemodialisa adalah
menggerakkan cairan dari partikel-partikel lewat membrane semi permiabel yang
mempunyai pengobatan yang bisa membantu mengembalikan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang normal, mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat
toksis dari tubuh. (Long, C.B. : 381). Hemodialisa adalah pergerakan larutan dan air
dari darah pasien melewati membrane semi permeable (alat dialysis) ke dalam
dialasat. (Tisher, C. C, dkk. 1997)
Hemodialisa adalah difusi partikel laut dari satu kompartemen cairan ke
kompatemen lain melewati membrane semi permeable (Hudak, M.C. 1996 : 39).
Dialisis adalah suatu proses pembuangan zat terlarut dan cairan dari darah melewati
membrane semi permiabel, berdasarkan prinsip difusi osmosis dan ultrafiltrasi
(Engram, B. 1998 : 164).
Hemodialisa berasal dari kata hemo yang berarti darah dan lisis yang berarti
pemisahan / filtrasi melalui membrane semipermiabel, maka untuk terjadinya proses
pemisahan tersebut ada 3 unsur penting yang saling berkaitan yaitu sirkuit darah
(saluran ektrakorporeal), dialiser (ginjal buatan), dan sirkuit dialisat.
Prinsipnya Hemodialisa itu mesin akan memompa darah dari tubuh pasien
masuk ke dalam dialiser dan dari sisi lain cairan dialisat akan dicairkan ke dalam
dialiser, maka di dalam dialiser ini akan terjadi proses dialysis dan setelah itu darah
akan dikembalikan ke dalam tubuh pasien lagi.
Hemodialisa adalh merupakan terapi pengganti ginjal. Akan tetapi hanya
sebagian kecil fungsi ginjal yang dapat digantikan oleh dialiser atau ginjal buatan.
Proses hemodialisa mempunyai tujuan :
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-sisa
metabolism dalam tubuh seperti ureum, creatindan sisa metabolism yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang seharusnya
dikeluarkan sebagai urin.
3. Meningkatkan kualitas hidup klien yang mengalami penurunan fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sebelum dilakukan pengobatan atau tindakan yang lain
(operasi, CAPD dan transplantasi ginjal)
2

Salah satu tujuan tindakan hemodialisa adalah meningkatkan kualitas hidup


penderita PGK. Diharapkan klien yang menjalani tindakan hemodialisa tetap
mempunyai kualitas hidup yang baik.
B. ETIOLOGI
Hemodialisa dilakukan karena pasien menderita gagal ginjal akut dan kronik akibat
dari: azotemia, simtomatis berupa ensefalopi, perikarditis, uremia, hiperkalemia berat,
kelebihan cairan yang tidak responsive dengan diuretic, asidosis yang tidak bisa
diatasi, batu ginjal, dan sindrom hepatorenal.
C. PATOFISIOLOGI
Terjadi gagal ginjal tidak bisa melaksanakan fungsinya factor-faktor yang harus
dipertimbangkan sebelum melalui Hemodialisa pada pasien gagal ginjal kronik terdiri
dari keadaan penyakit penyerta dan kebiasaan pasien. Waktu untuk terapi ditentukan
oleh kadar kimia serum dan gejala-gejala Hemodialisa biasanya dimulai ketika
bersihan keratin menurun dibawah 10ml/mnt, yang biasanya sebanding dengan kadar
keratin serum 8-10 mg/dL.

BAB II
RUANG LINGKUP
A. PROFIL HEMODIALISA
Kepala Instalasi:
Dokter Konsultan

: dr. AMRITA, Sp PD
: dr. LESTARININGSIH, Sp.PD,KGH (k)

Staf Dokter:

: 1. dr. NURIA MEIDA


2. dr. MUTHIAH

Kepala Ruang Hemodialisa

: SUHARDI, S.Kep Ners

Staf Perawat terdiri dari

: 1.
2.
3.
4.

Staf Administrasi
PUK

: ISTUTIK
: ANDI SULISTYO

Pelayanan Instalasi Ginjal


Hipertensi
Hemodialisa
Dilaksanakan setiap hari
mulai dari

ALI MUHSAN, AMK


SUYOTO, S.Kep
MAHDA ELYANA , AMK
SULISTYORINI, S.Kep

: Jam 07.00 19.00 WIB


Pagi :
Siang :

Fasilitas

07.00 11.00 WIB


12.00 17.00 WIB

: Mesin RO , Ruang Re Use, Mesin HD, R. Tindakan

B. PELAYANAN HEMODIALISA
Pelayanan yang dapat dilakukan adalah penanganan Pasien dengan GGA yang
memerlukan tindakan Hemodialisa (HD) maupun Pasien GGK baik rutin maupun emergency/
cito.

BAB III
TATA LAKSANA
A. PENGKAJIAN
1. Persiapan Pasien Menjalani Dialysis
Persiapan pasien dilakukan diruanganrawat inap, IDG, Rawat Jalan dan travelling dari
center dyalisis lain meliputi :
Persiapan administrasi yaitu surat persetujuan tindakan dari pasien dan keluarga,

advis dokter dan resep tindakan dialysis.


Persiapan keadaan umum pasien meliputi status Hemodinamik pasien Tensi darah

< 100/60 mmhg.


Persiapan laboratorium meliputi HBsAg, anti HCv, Gb, Ureum, Kreatinin, dan

elektrolit pasien.
Persiapan Akses vaskuler pasien, apakah pasien sudah memiliki akses yang
permanen atau sementara. Pada pasien dialysis pertama kali dan tidak
memungkinkan untuk dilakukan akses femoralis dan arteri bracialis sebaiknya

dilakukan pemasangan double lumen dahulu.


2. Memulai dialysis (inisisasi) :
TKK / LFG < 10 ml/mt dengan gejala uremia/malnutrisi.
TKK / LFG < 15 ml/mt walaupun tanpa gejala (fungsi ekskresi ginjal sudah

minimal).
Indikasi khusus :
Terdapat komplikasi akut (edema paru, hiperkalemia, asidosis metabolic
berulang).
Bila malnutrisi (pada GGK) dengan terapi konservatif tidak dapat diperbaiki,

anjurkan untuk dialysis.


3. Evaluasi akses vascular (Saran Hubungan Sirkulasi)
Akses vascular yang adekuat adalah dapat memberikan aliran darah yang cukup atau
minimal 200-300 ml/menit.
Catheter double lumen (kateter lumen ganda)
Cimino / Graft.
4. Menentukan program dialysis :
Mesin dialysis
Pilihlah mesin dengan menggunakan sistim Volumetrik, agar penarikan cairan
dapat tercapai sesuai dengan program yang sudah ditentukan.
Gunakan mesin yang mempunyai pengontrol Ultrafiltrasi.
Pakailah mesin yang menggunakan bateray.
(berfungsi sebagai cadangan saat listrik mati, mesin tetap bekerja)
Dapat melakukan Sequential Ultrafiltrasi secara otomatis.
Sebelum dan sesudah mesin digunakan, mesin wajib didisinfeksi sesuai
prosedur yang berlaku untuk mencegah penularan dari satu pasien ke pasien
5

lainnya serta menghindari terjadi sumbatan di dalam sirkulasi mesin karena


penggunaan bi-Bag atau adanya lemak.
Gunakan mesin dialysis yang dapat mencampur powder bicarbonate secara
otomatis untuk menghindari dialisat terkontaminasi bakteri.
5. Jenis cairan dialisat (konsentrat)
Pilihlah jenis konsentrat yang hygienis dan aman bagi pasien dialysis,
kolaborasikan dengan Dokter Nephrolog/Internist untuk mendapatkan hasil dialysis
yang optimal (gunakan konsentrat bi-Bag), karena bicarbonate yang tersedia
kandungannya 8,4%.
6. Type dialyzer
Ada beberapa type dialyzer berdasarkan :
Bahan dialyzer :
Alamiah (celluloce, Cupropan, Hemophan)
Sinthetik (Polysulfone)
Gunakan polysulfone dialyzer karena membrane tersebut dapat menahan

endotoxin yang berasal dari dialisat yang tercemar.


Sifat membran :
Simetris (sisi darah = sisi dialisat)
Asimetris (sisi darah < sisi dialisat)
Membran asimetris hanya dimiliki oleh dializer polysulfone Resenius.
Aliran dializer :
Low flux dan High fluz.
Kedua sistem aliran dializer dimiliki oleh dializer Polysulfone.
Sterilisasi :
ETO (Ethelyne Oxide Gas)
Stream (Uap panas suhu 120oC
Sinar y = Gamma (Radiasi)
Luas Permukaan Dializer + LPD (Surface Area) :
Menentukan clearance (pembersihan) dari zat sisa metabolisma selama proses

dialysis)
7. Adekuasi dyalisis (kecukupan dialysis)
Setiap pasien yang menjalani terapi dialysis sebelumnya diberikan resep oleh
Nephrolog/Internist untuk perencanaan program dialysis.
Lamanya dialysis idealnya antara 10-15 jam/minggu, dengan memperhatikan

kebutuhan individual.
Target Kt/V yang ideal :
1,2 dengan URR 65% untuk (HD 3 x perminggu @ 4 jam /x HD)
1,8 dengan URR > 65% untuk (HD 2 x perminggu @ 4-5 jam /xHD)
Pengukuran frekuensi kecukupan dialysis, sebaiknya dilakukan 1 x / bulan

minimal tiap 6 bulan.


8. Anti Koagulan
Tujuan :
6

Agar tidak terjadi pembekuan darah di dalam sirkuit ekstrakorporeal.


Tidak memberikan efek samping dalam pemakaian jangka panjang.
Ketentuan :
I. Kontinyu (rutin) tanpa resiko perdarahan :
o Sebelum HD dimulai diberikan dosis awal 2000 unit.
o Dilanjutkan dengan pemberian 1000 U/jam (pompa)
II.
Berulang / Intermitten :
o Berikan dosis awal : 3000-4000 unit (50-100 unit/kg BB)
o Setiap jam berikan 1000-2000 unit (tergantung masa pembekuan).
o Penilaian koagulasi.
III.
Heparinisasi minimal
o Pemberian secara ketat dilakukan untuk pasien beresiko sedang.
o Bolus heparin 500 unit dalam 30 menit.
o Heparin konstan 600 unit/jam.
o Monitor clotting time tiap 30 menit.
o Pemberian heparin sampai akhir dialysis.
IV. Dialysis beban heparin
o Diberikan pada pasien dengan perdarahan aktif, baru post operasi,
trombositopenia.
o Pengawasan ketat oleh perawat.
o Hindari pemberian transfuse darah.
Jenis anti koagulan :
a. Berat Molekul besar yaitu : Heparin
b. Berat Molekul kecil yaitu :
Enoxaprarin sodium (0,5 1 mg/kg BB) disuntikkan ke dalam selang
arterial pada awal dialysis.
Contoh : lovenox, fraxiparin, inoheparin, fragmin dll.

Nadroparin kalsium (BB < 50 kg : 0,3 ml)


(BB 50 59 kg : 0,4 ml)
(BB . 70 kg : 0,5 ml)
B. PERENCANAAN
1. Mengeluarkan zat-zat sisa hasil metabolism (toksin) dalam darah, seperti : Ureum,
kreatinin dll.
2. Mempertahankan dan memperbaiki elektrolit dalam tubuh, seperti : Potasium, Sodium,
Clorida, Kalsium dan Magnesium.
3. Mempertahankan dan memperbaiki sistem keseimbangan asam basa dalam tubuh,
seperti : Bicarbonat (HCO3).
4. Mengeluarkan cairan yang berlebihan (overload).
5. Memelihara sarana hubungan sirkulasi agar tahan lama.
6. Meningkatkan kualitas hidup pasien agar lebih baik dan pasien dapat mandiri.
C. INTERVENSI
1. Membaca prosedur penanganan dialysis (sebelum, selama dan sesudah dialysis).
7

2. Untuk kasus emergency sebaiknya dikolaborasikan dengan dojter penanggung jawab


dialysis, terutama berhubungan dengan pemberian terapi.

D. EVALUASI
1. Terapi dialysis dilakukan secara optimal terlihat dari penurunan : ureum, keratin, asam
urat, elektrolit, phospat dan potassium pada pemeriksaaan pre-post dialysis atau dari
2.
3.
4.
5.

URR dan kt/v.


Kesinambungan elektrolit dan aam basa dalam tubuh terpenuhi.
Kelangsungan hidup pasien lebih baik dan dapat mandiri.
Sarana hubungan sirkulasi lancer dan tetap terjadi dengan baik.
Terapi dialysis dilakukan secara teratur dan sesuai prosedur.

BAB III
PENATALAKSANAAN SELAMA PROSES HEMODIALISA
A.

ALUR INSTRUMENT

1. PENGERTIAN INSTRUMENT :
Adalah : Alat yang umunya terbuat dari stainless steel dan berfungsi sebagai alat bantu
dalam melakukan tindakan dialysis.
2. TUJUAN ALUR ISNTRUMENT :
a. Mencegah penularan dari bagian satu ke bagian yang lain.
b. Mencegah kehilangan atau tertukarnya alat instrument dari bagian satu ke bagian
yang lain.
c. Memudahkan dalam pengawasan infeksi di lingkungan rumah sakit.
d. Memberikan pemahaman kepada petugas Sterilisasi dan petugas dialysis agar dapat
mematuhi kebijakan yang telah dibuat.
3. CSSD kepanjangan dari :
Central Sterilisation Supply Department
Artinya : Bagian Pusat Sterilisasi yang mengatur keluar masuknya alat instrument yang
telah digunakan (non steril) maupun alat instrument yang sudah disterilkan.
4. TUGAS CSSD :
a. Mengambil alat instrument yang telah digunakan dari ruangan dialysis, (sudah bersih
dan lengkap).
b. Mengirim alat instrument yang sudah steril ke ruangan dialysis.
5. PROSEDUR :
a. Di CSSD
Instrument yang berasal dari unit dialysis : dibersihkan dan dimasukkan dalam kain

hijau atau dalam package, sesuai daftar isi tiap set instrument.
Disterilkan dengan cara :
Perebusan dengan suhu 100oC, lamanya : 15 30 menit.
(untuk sterilisasi jarum / spuit atau alat-alat operasi) akan lebih baik jika
ditambahkan 1-3 Na 2 CO3 untuk menghancurkan dinding spora.
Pemanasan (auto clave) dengan suhu 120 oC, lamanya : 10 20 menit dapat
membunuh samapi ke spora (yang terbaik).
Penyinaran sinar Gamma (sinar y) dapat merubah warna pada bahan / alat
yang disterilkan dan hanya mematikan mikroba yang terdapat pada permukaan

saja.
Sesudah disterilkan :
Instrumen dikirim ke ruang dialysis, selanjutnya petugas CSSD akan meletakkan
set intrumrnt ke ruang persiapan.
9

Sebelum dipergunakan ke pasien :


Alat instrument steril diletakkan di meja Trolley dan dilengkapi alat lain sesuai

dengan kebutuhannya. Alat tersebut dipergunakan pada saat memulai dialysis.


b. Di Ruang Dialysis (Sesudah dipergunakan) :
Alat Instrument dibawa ke DISPOSAL ROOM, dibersihkan dari darah, dikeringkan,
masukan dalam plastic (bungkus) sesuai dengan isi set dialysis dan dipisahkan dari
alat terkontaminasi, lalu dikirim ke CSSD.
6. MACAM-MACAM INSTRUMENT YANG DIGUNAKAN :
a. Set Dialysis
Isi : Piala ginjal, mangkok, klem arteri / pinset, kassa secukupnya kain alas tangan,
kain oembungkus.
b. Set Angat Jahitan
Isi : Gunting angkat jahitan, Pinset Chirrurgic, kassa secukupnya, kain pembungkus.
c. Set Ganti Balutan
Isinya : Gunting balutan, Pinset anatomis, kassa secukupnya, kain pembungkus.
d. Set Pasang Double Lument
Isinya : sama dengan set CVP ( Central Venous Pressure)

10

B. ALUR LINEN
1. PENGERTIAN LINEN :
Adalah bahan / kain yang digunakan di rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan alat tenun
disetiap unit yang membutuhkan.
2. TUJUAN ALUR LINEN ;
a. Mencegah tertukarnya linen dari bagian yang satu ke bagian yang lain.
b. Stock linen untuk ruang dialysis terpenuhi.
c. Menjaga kualitas dan kebersihan linen agar tetap tahan lama.
d. Mengurangi complain dari pasien, seperti ; kusut, robek, luntur dsb.
3. TUGAS LAUNDRY (HOUSE KEEPING)
a. Mengambil linen kotor dari ruang dialysis.
b. Mengantar linen bersih ke ruang dialysis sesuai dengan stock.
c. Mencocokkan jumlah permintaan tambahan dengan stock yang tersedia.
d. Menyediakan tempat umum linen umum dengan linen terinfeksi.
(Bedakan warna kantong plastik)
4. CARA KERJA :
a. Ruang Laundry (Linen Room)
Linen Kotor
o Jumlah linen dihitung sesuai dengan jenisnya dan dicatat.
o Proses pencucian linen dipisahkan antara umum dengan terinfeksi.
Linen Bersih
o Disetrika sambil perhatikan ada bercak atau robek pada linen.
o Dilipat rapih sesuai kebutuhan.
o Linen disusun sesuai kebutuhan.
b. Ruang Dialysis
Linen diantar ke ruang dialysis setiap hari, sebelum pasien dilakuakan tindakan

dialysis.
Masukkan linen ke dalam ruang linen, disusun dan diatur sesuai tempatnya.
Menghitung linen bersamaan dengan saat memsaukkan linen ke dalam rak /
lemari. (Jumlah linen yang diberikan sesuai dengan jumlah linen yang kotor) =

stock.
Menyerahkan tanda bukti jumlah linen yang telah dikirim kepada petugas dialysis.
Perhitungan stock dilakukan bersama dengan petugas dialysis.
Jika tidak sesuai dengan stock, dicari penyebabnya.
Linen yang telah dipakai pasien dibawa ke ruang disposal dan dimasukkan ke
dalam kantong plastik yang telah dibedakan warnanya, dan dipisahkan dengan

yang terkontaminasi.
Linen kotor dikumpulkan di ruang disposal dan keesokan harinya diambil oleh
petugas laundry 2x sehari (pagi dan sore).
11

C. ALUR MANAJEMEN
PIMPINAN
KEPERAWATAN

NEPHROLOG

KEPALA PERAWAT
DIALYSIS

DOKTER JAGA
DIALYSIS

PERAWAT PEMBANTU
PERAWAT
ASMINISTRASI

PASIEN

1. Pimpinan Keperawatan

: Penanggung jawab operasional keperawatan.

2. Dokter Nephrolog

: Penanggung jawab seluruh kegiatan dialysis dan


memonitor kondisi pasien

3. Dokter Jaga Umum

: Memeriksa, memonitor dan memelihara kondisi.

4. Kepala Perawat Dialysis

: Penanggung jawab operasional ruang dialysis.

5. Perawat

: Pelaksana tindakan dialysis.

6. Pembantu Perawat

: Membantu pelaksanaan tindakan dialysis.

7. Administrasi

: Melakukan administrasi pasien dan kebutuhan ruang


dialysis.

D.

MEMULAI DIALYSIS DENGAN CATHETER DOUBLE LUMEN

1. TUJUAN :
Untuk melancarkan proses dialysis selama pasien belum mempunyai akses cimino.
2. HAL-HAL YANG DIPERHATIKAN :
a. Menjaga Kesterilan alat-alat yang akan digunakan dan memperhatikan teknik septik
dan antiseptik dalam menangani pasien.
b. Anjurkan pasien menggunakan masker saat catheter dibersihkan.
c. Catheter tidak boleh disentuh, dipegang atau digaruk oleh pasien.
12

3. PROSEDUR :
a. Persiapan Alat :
Buah set steril berisi :

Kain belah / duk lubang untuk diletakkan di bawah catheter.

3 buah mangkok

Kassa steril 7 buah (secukupnya)

Klem arteri

Sarung tangan steril

Spuit 5 cc berisi normal saline secukupnya.


Meja pungsi (Trolley)
Plastik alat kotor
Perlak (alas)
Plester dan micropore, gunting
Masker, apron
Larutan normal saline 0,9% secukupnya.
1 set catheter double lumen, no.12
b. Cara Kerja :
Membersihkan Catheter

Observasi keadaan umum pasien.

Observasi tanda-tanda vital (tensi, nadi, suhu dan pernapasan).

Kalau perlu pasangn oksigen dan ECG monitor.

Berikan posisi tidur yang nyaman.

Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.

Letakkan perlak (alas) di bawah tempat catheter double lumen.

Bukalah tutup catheterdengan kassa betadhine dan lepaskan pelan-pelan.

Perhatikan posisi catheter double lumen :


o Apakah tertekuk?
o Apakah letak posisi catheter berubah?
13

o Bagaimana keadaan exit site, adakah peradangan / nanah?

Dekatkan alat-alat punksi ke pasien.

Perawat mencuci tangan, memakai masker dan apron.

Bukalah set punksi steril, masing-masing mangkok diisi dengan


o Cairan normal saline 0,9%
o Betadhine solution.
o Alkohol 70%

Letakkan spuit 5 atau 10 cc

Pakailah sarung tangan steril, lakukan disinfeksi dengan cara :


o Disinfeksi sekitar kulit.
Gunakan kassa betadine bersihkan kulit mulai sekitar exit site melingkar dari
arah dalam berputar kea rah luar (jika kulit pasien kotor, tindakan ini dapat
diulang kembali dengan kassa bethadine yang baru).
o Deinfeksi sekitar catheter.
Gunakan kassa betadine bersihkan catheter mulai dari pangkal exit site
sampai ujung tutup catheter searah dengan cara tangan kiri memegang
ujung catheter dengan kassa steril dan tangan kanan memegang klem dan
menjepit kassa betadine.
o Setelah didesinfeksi dengan betadine, tunggu beberapa saat agar larutan
desinfeksi dapat berfungsi secara optimal.
o Letakkan kain belah steril di bawah catheter double lumen, ujung kain dijepit
dengan klem punksi yang telah digunakan tadi.
o Tutuplah sekitar exit site dengan kassa betadine baru.

c. Melakukan Tes Kelancaran Catheter, Dengan Cara :


Gunakan spuit 5 cc atau 10 cc, hisaplah heparin dan bekuan darah yang berada di
dalam catheter lalu cairan heparin dan bekuan darah dibuang ke kantong plastik
penampungan.
Bilaslah catheter dengan normal saline 0,9% secukupnya, lakukan test dengan
cara aspirasi dan masukkan kembali darah ke dalam catheter sambil rasakan
lancer atau tidaknya lairan darah ( tindakan ini dapat diulang sampai yakin betul
bahwa aliran sudah lancer).
14

Pengetesan ini dapat dilakukan satu persatu (selang arteri atau selang venous
dahulu).
Tutuplah selang catheter double lumen dengan masing-masing spuit 5 cc atau 10
cc atau dengan penutupnya.
Posisi selang catheter double lumen dalam keadaan terklem (terkunci).
Tentukan posisi catheter dengan tepat dan benar, untuk menghindari kemacetan
selama proses dialysis berlangsung.
Catheter difiksasi.
Catheter double lumen siap digunakan kepada pasien.
Rendamlah tutup catheter dalam mangkok steril yang berisi betadine solution. (Jika
mempunyai tutup disposable baru, maka tutup yang telah digunakan dapat dibuang
atau sidterilkan kembali ke CSSD).
Alat-alat kotor diletakkan di ruang disposable dan dipisahkan dengan alat yang
terkontaminasi.
Bersihkan alat instrument dari darah dan masukkan ke plastik bersih, petugas
CSSD akan mengambil alat instrument tersebut.
Perawat mencuci tangan.
Kembali alat-alat yang telah digunakan ke tempat semula.
d. Menyambung Ke Selang Dialysis
Kecilkan Qb sampai 100 Rpm, matikan pompa darah.
Letakkan selang arteri dari sambungan sirkulasi tertutup.
Selang infuse dalam posisi terklem (terkunci).
Sambungkan selang darah arteri dengan selang arteri catheter double lument
(warna merah), gunakan kassa bethadine sebagai alas untuk menyambung (hindari
masuknya udara).
Kencangkan kedua selang tersebut.
Bukalah klem selang darah dan klem catheter double lument, lalu hidupkan pompa
darah mulai dengan kecepatan 100 Rpm.
Jika darah sudah melewati trap venous dan klem pada catheter, pastikan tidak ada
udara yang masuk ke dalam tubuh pasien.
15

Hidupkan pompa darah mulai dengan kecepatan 100 Rpm lalu naikkan secara
bertahap sesuai dengan tekanan darah dan keluhan pasien.
Programlah mesin sesuai dengan keadaan pasien dan dari hasil klinis pasien.
Kembalikan alat-alat yang telah digunakan ke ruang disposal dan bersihkan.
Perawat mencuci tangan.
Observasi tanda-tanda vital dan keluhan pasien selama proses dialysis
berlangsung.
Catatlah semua kegiatan pasien dan masukkan ke dalam status pasien
(pendokumentasian harus lengkap dan jelas).
E. PERAWAT CATHETER DOUBLE LUMEN
1. TUJUAN
1. Mencegah terjadinya infeksi.
2. Mencegah adanya bekuan darah diselang
3. Catheter double lumen.
4. Catheter dapat digunakan dalam waktu tertentu.
5. Aliran darah menjadi lancer sehingga proses dialysis dapat berlangsung.
2. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Kesterilan alat instrument.
2. Prosedur kerja dengan teknik aseptik.
3. Pemberian dosis heparin pekat, sesuai dengan yang tertera pada selang catheter
double lumen.
4. Keadaan catheter antara lain :

Kebersihan catheter, kondisi catheter tertekuk.

Rembesan darah dari sambungan tutup catheter atau rembesan darah dari exit
site.

Catheter berubah posisi, catheter lepas.

5. Tanda-tanda peradangan skitar exit site.


6. Keluhan pasien.
3. PERSIAPAN ALAT
1. Set ganti balutan.
16

2. Sarung tangan steril.


3. Masker, Apron.
4. Betadine solution, alkohol 70%
5. Micropone, transparent dressing.
6. Perlak (alas plastik).
7. Trolley dan plastik alat kotor.
4. CARA KERJA :
1. Jelaskan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2. Dekatkan alat-alat yang akan digunakan ke pasien.
3. Letakkan alas (perlak) di bawah catheter double lumen.
4. Perawat memakai apron, masker dan mencuci tangan.
5. Pasien memakai masker.
6. Lepaskan balutan kotor dari badan pasien dan masukkan ke dalam plastik kotor.
7. Bukalah set steril.
8. Isilah masing-masing mangkok dengan : Betadine solution, alcohol 70% (untuk
membersihkan catheter double lumen).
9. Pakailah sarung tangan steril.
10. Lakukan Disinfeksi :
a. Permukaan exit site dan permukaan kulit, caranya :

Bersihkan sekitar exit site dan permukaan kulit dengan klem / pinset + kassa
betadine (mulai dari arah dalam kea rah luar), buanglah kassa betadine ke
tempat plastik pembuangan.

Ulangi tindakan seperti di atas sampai kulit bebas dari kotoran (lepas keropeng)
= kotoran mongering.

b. Sekitar catheter souble lumen, caranya :

Tangan kanan memegang klem / pinset + kassa betadine bersihkan sekitar


catheter mulai dari exit site menuju tutup catheter lakukan searah,

Tangan kiri memegang catheter double lumen, buanglah kassa betadine ke


tempat plastik pembuangan (jika masih kotor bersihkan dengan alcohol 70 %).

11. Sekit exit site berikan nebacetin spray atau nebacetin powder ditutup dengan kassa
steril.
17

12. Catheter double lumen diberikan heparin pekat sesuai anjuran yang tertera dalam
selang.
13. Kencangkan tutup catheter double lumen dan klem dalam posisi terkunci.
14. Fiksasi catheter double lumen.
15. Tutuplah seluruh catheter dengan kassa steril dan transparan dressing.
16. Bawalah alat-alat kotor ke ruang disposal, pisahkan dengan alat yang terkontaminasi.
17. Bersihkan alat dari darah, bungkuslah dengan plastik.
18. Petugas CSSD akan mengambil alat instrument ke raung dialysis.
19. Perawat mencuci tangan.
20. Catat dalam catatan keperawatan dialysis, al :

Keadaan exit site (bersih / kotor, adakah kemerahan, nanah dll)

Kelancaran catheter.

F. PEMERIKSAAN BAHAN CATHETER DOUBLE LUMEN


1. Tujuan :
1. Untuk pemeriksaan bakteriologi menentukan jenis kuman yang terdapat pada catheter
double lumen.
2. Untuk menentukan terapi yang akan diberikan sesuai dengan hasil pemeriksaan.
2. Pengertian :
Pemeriksaan bahan catheter dilakukan karena :
1. Pasien mengalami infeksi yang menimbulkan rasa sakit sekitar exit site
2. Pemakaian catheter dalam waktu lama.

3. Prosedur ;
1. Persiapan ALat :

Set angkat jahitan


Sarung tangan steril
Betadine solution
Kassa steril secukupnya
Transparan dressing
Alas (perlak)

Tempat bahan pemeriksaan (bocal)


Formulir pemeriksaan
Surat pengantar dokter
Stecky label
Masker
18

2. Cara kerja :

Jelaskan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

Berikan pasien posisi nyaman.

Observasi tanda-tanda vital, catat dalam lembaran tindakan pasien.

Letakkan alat-alat di atas trolley tindakan.

Dekatkan trolley ke pasien.

Pasanglah alas (perlak) dibawah tempat catheter double lumen.

Perawat mencuci tangan dan pakailah masker.

Bukalah set steril angkat jahitan di atas trolley, isilah mangkok dengan betadine
solution.

Letakkan kassa steril dan sarung tangan steril di atas set steril.

Siapkan tempat bahan pemeriksaan (bocal) di trolley tindakan.

Bukalah balutan catheter double lumen.

Perawat memakai sarung tangan steril.

Tangan kiri memegang kassa steril dan catheter double lumen.

Tangan kanan memegang kassa steril sambil menekan exit site.

Tariklah catheter double lumen pelan-pelan dengan tangan kiri.

Asisten perawat membantu membukakan bocal.

Perawat menggunting ujung catheter double lumen dan dimasukkan ke dalam


bocal steril.

Tekan exit site dengan kassa betadine cukup lama.

Bukalah kassa pada exit site dan perhatikan adanya perdarahan, jika darah tidak
ada maka tutuplah exit site dengan kassa betadine dan transparan dressing.

Observasi tanda-tanda vital pasien dan catat dalam lembaran tindakan pasien.

Perawat mencuci tangan dan catat dalam lembaran tindakan pasien.

Cantumkan etiket pada bocal pemeriksaan anatar lain :


o Tanggal pemeriksaan, nama pasien, ruangan, dan nama dokter yang merawat.

Jenis bahan catheter yang diperiksa al :


o Bakteri (kultur)
19

Kirimkan bahan pemeriksaan beserta formulir ke Laboratorium setempat.

G. PERSIAPAN PASIEN MEMULAI HD


1. Tujuan :
1. Memperoleh data pasien sebelum dilakukan dialysis.
2. Menentukan program dialysis.
3. Pasien nyaman dan proses dialysis dapat segera dilakukan.
2. Kebijakan :
1. Pasien dengan ARF (Acut Renal Failure)
2. Pasien dengan CRF (Chronic Renal Failure)
3. Pasien dengan ESRD (End State Renal Desease)
4. Pasien mempunyai akses vascular (Catheter double lumen, cimino, graft)
3. Persiapan :
1. Thermometer
2. Tensi meter
3. ECG monitor
4. Oksigen
5. Alat tulis
6. Catatan observasi (status pasien)
7. Kaca mata, masker, apron, sarung tangan
8. Timbangan berat badan
4. Prosedur :
1. Observasi keadaan umum pasien.
2. Jika keadaan umum baik, anjurkan pasien mencuci tangan.
3. Pasien timbang berat badan.
4. Anjurkan pasien berbaring di tempat tidur / kursi tindakan dialysis.
5. Posisi mesin cuci darah disesuaikan dengan posisi cimino.
a. (Jika cimino ada ditangan kiri, maka posisi mesin di sebelah kiri dan sebaliknya)
Berikan pasien posisi yang nyaman.
20

Lakukan pemeriksaan :
a. Tanda-tanda vital (tensi, nadi, pernapasan dan suhu badan).
b. Anamnese riwayat dialysis yang lalu.
c. Kaji keluhan pasien hari ini.
d. Jika sesak, k/p pasang oksigen.
e. Jika ada keluhan sakit, dada riwayat sakit jantung (pasang ECG).
6. Tentukan daerah punksi atau tempat cimino.
k/p dengarkan dengan stethoscope untuk memastikan desiran cimino.
7. Jelaskan ke pasien bahwa tindakan akan dimulai.
8. Letakkan perlak atau kain alas pada bagian bawah tangan pasien.
9. Dekatkan alat-alat punksi ke tempat pasien.
10. Perawat mencuci tangan.
11. Pakailah apron, masker, kacamata dan sarung tangan untuk memulai tindakan.
12. Memulai punksi cimino.
H. PEMASANGAN CIMINO
1. Tujuan :
Untuk menambah aliran darah pada dinding pembuluh darah vena, agar mendapatkan
aliran darah minimal 200 300 ml / menit sehingga memudahkan pada proses dialysis.
2. Definisi :
Cimino (shunt) adalah suatu proses pemnyambungan dua pembuluh darah yaitu
pembuluh darah arteri dengan pembuluh darah vena.
Letak penyambungan cimino (shunt) pada :

Arteri Brachialis dengan Vena Cephalica

Arteri Radialis dengan Vena Cephalica

Arteri Brachialis dengan Vena Basalica

3. Kebijakan :

Pasien baru dengan Chronic Renal Failure / ESRD

Pasien rutin Hemodialysis


21

4. Syarat Pembuatan Cimino :

Operasi cimino pada tangan yang tidak digunakan untuk bekerja.

Dokter bedah Vaskular yang melakukan operasi cimino.

5. Prosedur :
1. Persiapan sebelum operasi :

Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.

Pasien atau keluarga yang bertanggung jawab menandatangani surat persetujuan


tindakan operasi cimino.

Observasi tanda-tanda vital (Tensi, Nadi, Pernapasan, Suhu).

Pasien diantar ke ruang bedah oleh perawat dan keluarga.

2. Ruang bedah :

Pasien dilakukan operasi cimino oleh Dokter bedah vascular, dengan narcose /
pembiusan umum atau local tergantung keadaan umum pasien.

Penyambungan pembuluh darah ada beberapa system, antara lain :


End to End (ujung dengan ujung)
End to Side (ujung dengan sisi)
Side to Side (sisi dengan sisi)

Tangan tempat cimino dibalut dengan elastic perban.

Pasien kembali ke ruangan.

3. Sesudah operasi (ruang perawatan) :

Dokter membuat gambar system penyambungan cimino dan memberikan tanda /


petunjuk pada pembuluh darah (arah mana arteri line dan arah mana venous line)
untuk memudahkan punksi yang sebenarnya.

Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien.

Perhatikan perdarahan pada balutan cimino dan keluhan pasien.

Tujuan perawatan cimino untuk mencegah terjadinya infeksi, stenosis trombo


embolik dan aneurisma, antara lain :
Anjuran tangan yang ada cimino ditinggikan dengan 1 bantal.
22

Jika ada perdarahan, laporkan ke dokter bedah vascular.


Dengan desiran cimio 2x sehari dengan stetoskop, catat dalam status pasien.
Jika desiran kurang jelas atau bertambah pelan, laporkan ke dokter bedah
vascular.

Larangan tempat cimino :


Jangan untuk mengukur tekanan darah (tensi).
Jangan untuk ambil darah (sample darah).
Jangan memakai jam tangan, gelang dan sejenisnya.
Jangan membawa barang berat di tempat cimino.
Jangan mengenakan pakaian yang berlengan ketat di tempat cimino.
Jangan tertindih, tertekuk dan digaruk pada tempat cimino.

Kapan cimino dapat digunakan untuk proses dialysis?


Aliran pembuluh darah lancer, ditandai dengan desiran cimino jelas.
Pembuluh darah teraba jelas dan besar.
Luka jahitan kering, sudah angkat jahitan.
Digunakan setelah minimal 1 bulan sesudah operasi.
Sebelum cimino dimulai, anjurkan pasien menggunakan catheter double lumen.

I.

MEMULAI PUNKSI CIMINO

1. TUJUAN :
Untuk mengetahui hasil anastomose / penyambungan darah berfungsi dengan baik dan
dapat digunakan selama proses dialysis.
2. PROSEDUR :
1. Persipan alat :

1 set dialysis terdiri dari : 1 duk steril, 1 piala ginjal, 2 mangkok (berisi normal
saline dan betadine solution), 1 klem arteri, 7 kassa steril dan duk pembungkus set
tersebut.

Betadine solution, alcohol 70 %.

23

Spuit 5 cc atau 10 cc, spuit insulin berisi 500 u 1000 u heparin (k/p untuk AV
Fistula).

1 sarung tangan steril, 2 AV Fistula, micropore.

Masker, apron, kacamata tindakan.

Gelas ukur 2 liter, plastik untuk tempat sampah.

Trolley tindakan.

2. Cara kerja :

Pasien dating ke ruang dialysis sesuai jadwal.

Pasien mencuci tangan dan timbang berat badan.

Berikan posisi tidur nyaman.

Observasi tanda-tanda vital, catat dalam catatan keperawatan.

Jelaskan kepada pasien bahwa tindakan akan dimulai.

Raba desiran cimino, apakah desiran jelas.

Tentukan daerah punksi Arteri dan vena.

Letakkan alas di bawah tangan yang akan dipunksi.

Dekatkan alat-alat yang akan digunakan ke pasien.

Perawat mencuci tangan, memakai apron, masker, kacamata.

Bukalah set dialysis, letakkan AV Fistula, spuit dan sarung tangan di atas set
tersebut.

Tuangkan normal saline 0,9% dan betadine solution ke dalam mangkok steril.

Siapkan micropore, k/p heparin masukan dalam spuit insulin.

Perawat memakai sarung tangan steril.

Mulailah melakukan disinfeksi daerah cimino pada arteri dan Vebeous dengan cara
:
Tangan kanan memegang klem arteri dan menjepit 1 buah tufer betadine.
Oleskan tuffer betadine pada daerah cimino dan venous line dengan memutar
dari dalam kea rah luar.
Masukkan tuffer kotor ke dalam plastik kotor.
Bersihkan kembali cimino dan vena dengan kassa alcohol caranya sama seperti
di atas, sampai bersih dan letakkan kassa kotor pada plastik.
24

Letakkan kain alas steril di bawah tangan yang telah di disinfeksi.

Letakkan kain alas steril di bawah tangan yang telah di disinfeksi.

Isilah spuit 5 cc atau 10 cc dengan normal saline secukupnya dan bilaslah AV


Fistula.

Lakukan punksi venous pada cimino (arterial lines) dengan jarak 8 10 cm dari
anastomose, bilas AV Fistula sampai bersih lalu tutuplah AV Fistula.

Isilah spuit 5 cc 10 cc dengan normal saline secukupnya dan bilaslah AV


Fistula.

Lakukan punksi vebous pada pembuluh venous lines, caranya sama seperti di
atas.

Selesai punksi cimino, alat-alat kotor masukkan ke dalam disposal.

Bedakan dengan alat yang terkontaminasi, bersihkan dari darah masukkan ke


dalam kantong plastik.

J.

Set dialysis yang telah dipakai akan diambil oleh petugas CSSD.

MENYAMBUNG BLOOD LINE DENGA AV FISTULA

1. TUJUAN :
Untuk memulai proses dialysis.
2. PROSEDUR :
a. Menyambung selang Fistula Arterial dengan selang Darah Arterial :
Matikan pompa darah / blood pump.
Klem selang infuse.
Masing-masing kedua ujung selang darah arteri dan fistula diswab dengan kassa
betadine sebagai desinfektan lalu sambung dan kencangkan.
Ujung selang darah venous masukkan ke dalam gelas ukur atau drainage bag (jika
ada).
Hidupkan pompa darah dan tekan tombol ^ atau v mulai 100 Rpm.
Perhatikan aliran cimino apakah lancer, fiksasi selang darah dengan micropore, jika
aliran cimino tidak lancar rubahlah posisi jarum fistula atau posisi tangan.
25

Perhatikan darah di buble trap tidak boleh penuh (kosong), sebaliknya terisi
bagian.
Cairan normal saline yang tersisa, ditampung dalam gelas ukur / drainage bag
disebut /; cairan sisa priming.
Setelah darah mengisi semua selang darah san dialyzer, matikan pompa darah.
b. Menyambung selang darah venous dengan fistula venous :
Sambungkan ujung selang darah venous keujung AV fistula venous (outlet) kedua
ujungnya diberi kassa betadine sebagai disinfektan.
Masing-masing sambungan dikencangkan.
Bukalah klem pada selang arteri dan venous, sedangkan selang infuse tetap
ditutup.
Pastikan tidak ada udara pada selang venous, lalu hidupkan pompa darah mulai
dari 100 Rpm tingkatkan sesuai dengan keadaan pasien.
Tekan tombol ON pada menu UF, pada layar monitor terbaca DIALYSIS.
Selama proses HD berlangsung ada 7 lampu hijau yang menyala al :
Lampu Monitor, On, Dialisis Start, Pompa, Heparin, UF & Flow
CATATAN :

Saat proses dialysis : Blood lines merah = kedializer (arteri) berada di atas.

Setelah seleksi ditiadakan, kembalikan alat-alat disposal.

Perawat mencuci tangan.

Observasi tanda-tanda vital, masukkan hasilnya ke dalam catatan dialysis.

K.

PROGRAM DIALYSIS

1. TUJUAN :
a. Mencapai target ultrafiltrasi, antara lain dengan cara :

Membuang kelebihan cairan dalam tubuh.

Berat badan tercapai sesuai dengan dry weight / BB kering.

b. Membuang zat sisa metabolism dalam tubuh.


c. Membuang kelebihan potassium dalam darah.
26

d. Mengatasi asidosis metabolic.


e. Memberikan keseimbangan elektrolit.
f. Untuk mendapatkan hasil dialysis yang optimal seperti :

URR (Urea Reduction Ratio) minimal 65%

Kt/V 1.2 (HD 3 x seminggu) lamanya HD 4 5 jam pertindakan.

Kt/V 1.8 (HD 2 x seminggu) lamanya HD 4 5 jam pertindakan.

Idealnya 10 15 jam / minggu.

g. Keluhan tidak ada, kondisi pasien menjadi lebih baik.


2. PROSEDUR :
a. Memulai program mesin B :
Lakukan reset data pada (No. 7.1) untuk menghapus data.
Tekan tombol confirm, layar akan otomatis menunjukkan angka nol (0) pada UV
volume, UFR, UFG dan time left.
Cara membuat program dialysis :
Tekan tombol UFG = untuk menunjukkan target cairan yang akan ditarik.
Tekan tombol Time left = untuk menunjukkan waktu dialysis.
UFR akan otomatis menghitung sendiri, sesuai dengan UFG dan time left yang
sudah diprogram.
Sambungkan blood lines dan AV Fistula, tekan tombol ON di menu UF.
Pemakaian consentrate disesuaikan dengan dengan kebutuhan pasien :
(jangan merubah Base Na+, karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan
angka yang berada di gallon Na = 10 mmol).
Untuk menghitung kebutuhan natrium, caranya :

(Hasil Na + post HD X 2) Hasil Na + pre HD.

Tentukan konsentrate yang dikehendaki, lalu tekan confirm.

Tombol temperature, untuk mengatur suhu mesin antara 36 oC 37oC.

Profil Utra Filtrasi disesuaikan dengan keadaan pasien.

Profil Sodium sebaiknya harus sepengetahuan dokter yang bertanggung


jawab. Karena selama proses dialysis berlangsung dapat terjadi perubahan
konsentrat sodium di dalam dialysat. Pemakaian sodium dapat dinaikkan
27

atau diturunkan sesuai kebutuhan pasien dan sebaiknya dilakukan


pemeriksaan laboratorium terhadap plasma sodium untuk mendekteksi
apakah kebutuhan sodium di dalam darah sudah terpenuhi.

Pemakaian Bicarbonat mulai dari (-1 s/d -8) dan +1 s/d +8), dapat
dipergunakan tergantung hasil bicarbonate dalam darah (HCO 3).
Pemakaian ini harus sepengetahuan dokter, penambahan bicarbonate pada
dialisat, hanya dimiliki oleh mesin Fresenius dengan kandungan sodium
Bicarbonat powder sebanyak 8,4%.

Cek kembali Qd (kecepatan dialysat) standard 500 cc/menit.


Untuk mendapatkan hasil dialysis yang lebih baik, tingkatkan Qd 800
cc/menit dan Qb (kecepatan darah) > 250 Rpm.

b. Memulai program mesin S :


Menghapus data
Lakukan reset data (untuk menghapus data). Tempat reset data ada di menu Layar
utama akan terlihat UF volume, UFR, UFG dan time left akan menunjukkan angka
nol (0).
Membuat program dialysis.

Menu UF berisi :
Tekan tombol menu UF, dilayar akan terlihat UF goal = jumlah cairan yang akan ditarik.
UF time left = waktu yang dibutuhkan untuk dialysis.
UFR akan otomatis menghitung sendiri sesuai dengan UFG dan time left.
UF profil = model pilihan dalam penarikan cairan, cukup dengan menentukan angka
profil yang dikehendaki.
UF volume akan otomatis tampil sesuai dengan jumlah air yang sudah keluar.
Jika program telah selesai tekan tombol confirm.
Sambungkan blood lines dengan AV Fistula, tekan tombol ON pada menu UF.
ISO UF, digunakan ketika anda melakukan tindakan sequential Ultrafiltrasi (ISO UF)
= Isolated Ultrafiltrasi, yaiku : penrikan cairan tubuh di luar tindakan HD.

Menu dialysat berisi :


28

Dilution : pencampuran dalam konsentrate 1 + 34


Pemakaian konsentrate disesuaikan dengan kebutuhan pasien :
(jangan merubah Base Na+, karena teknisi sudah mengatur sesuai dengan angka
yang berada di gallon Na = 140 mmol).
Untuk menghitung kebutuhan natrium, caranya :

(Hasil Na+ post HD X 2) Hasil Na+ pre HD

Tentukan konsentrate yang dikehendaki, tekan tombol Cone. Lalu confirm.

Pemakaian tombol Bicarbonat mulai dari (-1 s/d -8) dan (+1 s/d +8), pemakaian
bicarbonate tergantung hasil darah (HCO 3) dan harus diketahui oleh dokter.
Kebutuhan biacarbonat dialysis, hanya dimiliki oleh Fresenius dengan kandungan
Sodium Bicarbonat Powder 8,4%.
Aturlah tombol temperature.
(suhu mesin yang dianjurkan = 36oC -37oC).
Cek ulang Qd, standard 500 cc/menit.
Jika pasien menginginkan Qd 800 cc/mnt dan Qb > 250 Rom, maka akan
mendapatkan hasil dialysis yang lebih baik.
Untuk Profil Sodium sebaiknya harus sepengetahuan dokter yang bertanggung
jawab, karena kebutuhan plasma sodium pada pasien dialysis dapat terjadi
peningkatan atau penurunan, tergantung dari menu profil yang dikehendaki.
Perubahan sodium ini terjadi dalam dialisat. Sebaiknya pemeriksaan laboratorium
tetap dilakukan terhadap sodium, untuk mendeteksi apakah kebutuhan sodium
pasien sudah terpenuhi atau sesuai dengan yang dikehendaki.
Start penggunaan sodium : untuk menentukan nilai awal pemakaian sodium yang
dikehendaki.
L. PENGAMATAN SELAMA DIALYSIS
1. TUJUAN :
a. Proses dialysis berjalan lancar.
b. Masalah pasien segera teratasi.
c. Mencegah komplikasi berlanjut.
29

d. Pasien merasa nyaman dan aman.


2. PROSEDUR :
a. Pengamatan Dializer, meliputi :

Nama pasien dan Dializer yang akan dipakai harus sama.

Jika dialyzer direuse setelah dibilas dengan normal saline 0,9% harus sudah bebas
dari Formalin atau Renalin dengan menggunakan test strip Residual Formaldehyde
(Formalin) dan test trip residual Peroxide (Renalin).

b. Pengamatan pasien, Dializer :


o Sebelum dialysis => Melakukan pemeriksaan fisik secara teliti, mulai kepala
sampai kaki.
o Minimal setiap jam => Observasi tanda-tanda vital (Tekanan Darah, k/p Heart Rate,
Nadi, Pernapasan dan Suhu) sesuaikan dengan kondisi pasien.
o Observasi vascular accsess dan pembuluh darah vena (apakah ada rembesan
darah, pembekakan, hematoma).
o Observasi keluhan pasien :
Kaji / anamneses kebutuhan pasien.
Mencari penyebab timbulnya masalah.
Mengatasi masalah yang ada dengan memberikan pendekatan atau membantu
kebutuhannya.
o Perawat cepat tanggap dengan masalah pasien.
o Memberikan rasa nyaman (menciptakan lingkungan yang tenang).
c. Pengamatan mesin, terdiri dari :
o Sambungan AV Fistula dengan Blood Lines dan sebaliknya.
o Blood lines ke dialyzer dan sebaliknya.
o Sambungan tekanan arteri dengan mesin dialysis.
o Sambungan tekanan venous dengan mesin dialysis.
o Jenis konsentrate yang digunakan.
o Selama proses dialysis semua klem terbuka, kecuali klem infuse harus tertutup.
o Buble trap terisi bagian, jangan sampai kosong.
o Jangan ada udara di sepanjang sirkulasi darah dan dialyzer.
30

o Observasi keceoatan pompa darah (Qb), cocokkan dengan efektifitas blood flow.
Akurasi + 5-10% antara Qb dengan efektifitas.
o Observasi tekanan arteri (apakah lancar aliran darah meuju dialyzer?)
d. Beberapa faktor yang mempengaruhi tekanan arteri adalah :
o Pembuluh darah pasien (aliran darah)
o Ukuran dari pada jarum fistula
o Posisi / letak jarum fistula
o Kecepatan pompa darah

Observasi tekanan vena (apakah ada hambatan pada tempat masuknya darah
menuju ke pasien?)
Tekanan vena dipengaruhi oleh :
o Pembuluh darah vena pasien kecil.
o Bekuan darah (klotting) pada buble trap venous.
o Terjadi pembengkakan (hematoma) pada vena.
o Blood lines tertekuk.
o Tekanan vena turun jika kecepatan darah di bawah 100 Rpm.

Observasi TMP (Trans Membran Pressure)


Tekanan TMP dipengaruhi oleh :
o Perbedaan tekanan diantara kompartemen darah dengan dialisate.
o Bekuan darah (klotting) di dialyzer.
o Jika surface area dialyzer kecil, UFR akan besar maka menimbulkan TMP

Observasi Ultra Filtrasi Goal (Total jumlah penarikan cairan selama dialysis) UFG
dipengaruhi :
o Intake (minum, infuse, tranfusi, zonde, cairan priming).
o Selisih timbangan berat badan dating dengan berat badan kering (dry weight).
o Pengkajian pasien ( sesak nafas, batuk-batuk, slym, overload).
o Klinis pasien (edema anasarka, acites dll).

Time Left (lamanya dialysis)


o Frekuensi dialysis :
(1x / minggu @ 5 jam atau 2x / minggu @ 5 jam)
(3x / minggu @ 4-5 jam)
31

o Waktu Sequential (Iso UF = Isolated Ultrafiltrasi), teori bahwa waktu tindakan


sequential harus diluar waktu proses dialysis.
o Waktu selama dialysis sangat mempengaruhi hasil dialysis yang adekuat.

Standar Konsentrate
Konsentrate dapat dinaikkan atau diturunkan secara manual, sesuai kebutuhan
pasien.

Pemakaian Bicarbonat
Dapat

diatur

sesuai

dengan

hasil

darah

bicarbonate

(HCO3),

asalkan

menggunakan bi-Bag sebagai konsentrate.


M.

MENGAKHIRI DIALYSIS PASIEN

1. TUJUAN :
Untuk menghentikan / menyelesaikan proses dialysis.
2. KEBIJAKAN :
a. Waktu dialysis sudah selesai.
b. Keadaan umum pasien semakin menurun (ditandai dengan TTV abnormal).
c. Gangguan PLN (listrik mati yang tidak ada batasan).
d. Gangguan mesin yang tidak bisa diatasi saat proses dialysis berlangsung.
3. PERSIAPAN :
a. Piala ginjal
b. Kassa steril
c. Betadine solution
d. Sarung tangan tidak steril
e. Perban gulung
f. Band Aid (pelekat)
g. Gunting
h. Nebacetin powder anti biotic.
i. Termometer.
j. Micropore
k. Pemakai memakai kaca mata, apron, masker.
32

4. PROSEDUR :
a. Sebelum 5 menit selesai, pasien diobservasi TTV (T, N, S)
b. Kecilkan kecepatan aliran darah (pompa darah) sampai 100Rpm.
c. Perawat mencuci tangan.
d. Perawat memakai apron, masker, kaca mata, sarung tangan tidak steril.
e. Mesin menunjukkan UFG reached = UFG sudah tercapai (angka UF volume = angka
UFG).
f. Jika proses HD sudah selesai, posisi mesin akan terbaca Reinfusion tekan confirm
(pompa darah mati secara otomatis).
g. Tekan tombol dialysis start.
h. Untuk mengakhiri dialysis, matikan pompa darah (blood pump).
i. Klem fistula arteri dan selang darah arteri.
j. Cabutlah fistula inlet (arteri), tekan bekas tusukan dengan kassa betadine.
k. Bilas fistula, selang darah dan dialyzer dengan normal saline 0,9% sampai bersih dan
gunakan Qb 100 Rpm, Jika buble trip outlet sudah bersih, mesin akan tertulis Dialysis
END dan empty bi-Bag lalu tekan tombol confirm.
l. Cabutlah fistula outlet (venous), tekan bekas tusukan dengan kassa bethadine.
m. Jika tidak ada darah pada bekas tusukan, maka berilah nebacetin powder (k/p) dan
tutuplah dengan Band aid,
n. K/p berilah perban gulung pada luka tusukan & fiksasi.
o. Observasi tanda-tanda vital pasien, timbang BB.
p. Kembalikan alat-alat ke tempat semula, perawat mencuci tangan.
N. PENATALAKSANAAN PASIEN POST DIALYSIS SETELAH DI RUANG PERAWATAN
1. Memonitor keadaan umum pasien meliputi tanda-tanda vital, apakah ada eksaserbasi
hipertensi, hipotensi, atau adanya tanda-tanda syok hipovolemik akibat dari ultrafiltrasi
yang berlebihan yang mengakibatkan gangguan pada system hemodinamik pasien. Jika
ini terjadi lakukan kolaborasi dengan dokter penanggung jawab.
2. Memonitor adanya tanda-tanda hiperkalemia post dialysis terutama pada pasien yang
mendapatkantransfusi darah selama proses dialysis.
3. Memonitor adanya tanda-tanda hipoglikemi akibat terdialisinya gula darah pasien.

33

4. Memonitor adanya gejala Disequilibium syndrome yang merupakan kumpulan gejala


seperti hipotensi, mual dan muntah, kejang, dan terjadinya penurunan kesadaran secara
mendadak.
5. Memonitor adanya perdarahan seperti hematemesis, melena, haemaptoe dan perdarahan
akibat akses vaskuler yang bersifat sementara misalnya perdarahan pada daerah
inguinalis akibat akses femoralis yang ditandai dengan pembengkakan di daerah
inguinalis. Jika ini terjadi maka sebaiknya perawat ruangan berkoordinasi dengan perawat
dialysis untuk penatalaksanaan selanjutnya.
O. PERAWATAN AKSES VASKULER PRE DAN POST DIALYSIS DI RUANG RAWAT NAP
1. Perawatan akses vaskuler sementara :

Akses femoralis dan arteri bbracialis dengan mengobservasi adanya perdarahan


setelah tindakan dialysis yang ditandai dengan darah yang keluar dari bekas punksi
atau adanya pembengkakan dan hematoma disekitar daerah punksi.

Akses catheter double lumen, pada akses vaskuler ini tidak boleh untuk pengambilan
darah sampel darah, memasukkan obat-obat intra vena, dan untuk IVFD. Pearawatan
dan penggantian balutan pada akses ini hanya dapat dilakukan oleh pesawat yang
mempunyai kompetensi dialysis.

2. Perawatan akses vaskuler permanen :

Perawatan Av Shunt post operasi, selama menunggu proses maturitas selama kurang
lebih 3 minggu perawatan luka sesuai advis dokter.

Perawatan Av Shunt yang perlu diperhatikan adalah :


o Av Shunt tidak boleh untuk mengambil sampel darah
o Tidak boleh untuk tensi darah
o Tidak boleh ada tekanan yang melingkar seperti pakaian lengan ketat
o Tidak boleh untuk injeksi atau memasukkan obat
o Tidak boleh untuk aktifitas mengangkat beban berat

P.PENCEGAHAN INFEKSI DI RUANG HEMODIALISA


1. PENGERTIAN INFEKSI ADALAH :
34

Masuknya kuman atau bibit penyakit ke dalam tubuh (sirkulasi darah) yang menimbulkan
pembengkakan (tumor), kemerahan (rubor), nyeri (dolor), panas (calor), fungsio laesa
(gangguan fungsi).
2. PASIEN YANG TERINFEKSI ADALAH :

Pasien dengan hepatitis B (HBV).

Pasien dengan HIV.

Pasien dengan Hepatitis C (HCV).

3. DATA :

Centers for diseases control and prevention (CDC).

Health Care Financing Administration (HCFA).

Food Drug Administration (FDA).

4. PENYEBAB TIMBULNYA INFEKSI :

Berhubungan langsung dengan darah.

Berhubungan dengan keluarnya cairan tubuh (sekresi), pembuangan kotoran dari


badan (ekskresi) yang membawa bibit penyakit menular.

Vascular akses digunakan dalam jangka panjang/.

Menerima berbagai macam penyakit yang dilaksanakan secara bersama-sama dalam


tindakan dialysis.

Alat-alat yang digunakan tidak steril.

Daya tahan tubuh menurun, mudah terkena infeksi.

System keluar masuknya barang melewati ruangan dialysis.

Infeksi bakteri menjadi penyebab meningkatnya angka kesakitan dan kematian


(morbidity dan mortality).

5. TUJUAN PENGAWASAN INFEKSI ADALAH :

Mengerti standard tindakan pencegahan.

Menetapkan kebijakan untuk pencegahan infeksi.

Mencegah terjadinya penularan melalui ;


35

Pekerja kesehatan (dokter dan perawat) dengan pasien dan sebaliknya.


Peralatan medis yang digunakan harus steril (aseptik)
Lingkungan kerja (ruangan, linen) dan cara kerja yang baik.

Mencegah penyebaran kuman penyakit maupun timbulnya infeksi nosokominal di


dalam ruangan dialysis.

6. PROSEDUR :

PETUGAS DIALYSIS
o Pakaian seragam petugas digunakan hanya untuk di ruangan dialysis.
o Pakaian seragam petugas dialysis tidak boleh menutupi telapak tangan dan
menyentuh lantai.
o Pakailah kaca mata, masker, sarung tangan jika akan menolong pasien terinfeksi.
o Cuci tangan selama 3 menit sebelum dan sesudah menolong pasien.
o Jangan menggunakan perhiasan di tangan saat bertugas di ruang dialysis.
o Kenakan sepatu seragam selama berada di ruang dialysis.
o Periksa darah terhadap hepatitis B, hepatitis C, dan HIV.

MENCUCI TANGAN :
o Wastafel harus terlihat jelas oleh petugas dialysis, pasien dan keluarga pasien.
o 1 buah wastafel di setiap 4 mesin dialysis.
o Kran wastafel yang dapat digerakkan oleh siku tangan tanpa harus memutar
dengan jari tangan.
o Wadah cairan desinfektan untuk mencuci tangan menggunakan cara ditekan.
o Sediakan gambar proses mencuci tangan dengan sistematis dan benar, dan
letakkan di atas wastafel.
o Lakukan pembilasan dengan posisi jari tangan kearah tangan.
o Keringkan tangan dengan handuk tissue (disposable).
o Disetiap wastafel disediakan : sarung tangan, tissue handuk, larutan desinfektan,
artikel, kran air, kran putar dengan siku, tempat sampah, pelembap untuk tangan,
masker.
o Kalau perlu pasanglah artikel yang menarik untuk dibaca, letakkan dekta dengan
wastafel.
36

LINGKUNGAN TEMPAT KERJA :


o Masukkan alat-alat kotor ke tempat pembuangan yang tersedia.
o Gunakan cairan desinfektan dalam bentuk spray untuk membersihkan wilayah
ruang dialysis.
o Gunakan handuk tissue untuk membersihkan wilayah ruang dialysis.
o Gunakan sarung tangan non steril setiap membersihkan darah di area dialysis.
o Bersihkan alat-alat yang digunakan pasien, seperti :
Trolley tindakan
Tempat tidur
Kursi
Meja pasien (nakhas)
Mesin dialysis
o Bebaskan tempat dialysis dan nurse station (staff dialysis) dari makanan dan
minuman.
o Sterilisasi ruangan dialysis minimal setiap 1 bulan sekali.
o Sediakan tempat sampah sesuai dengan jenisnya untuk dibakar di incinerator,
antara lain :
Sampah jarum / ampul / flacon.
Sampah blood lines dan dialyzer.
Sampah gallon dan pembungkus kemasan.
o Pisahkan linen umum dengan linen terinfeksi.
o Siapkan ruangan untuk pasien umum dan pasien isolasi.

ALAT MEDIS
o Pisahkan mesin untuk kasus-kasus tertentu, jika tidak mempunyai larutan
desinfektan yang teoat.
o Penularan penyakit melalui mesin dialysis, antara lain pada :
Coppler (hanson connector), saat melakukan desinfektan terjasi sirkulasi pada
sirkuit mesin (loop).
o Lakukan desinfektan mesin setiap selesai tindakan dialysis (bagian dalam dan
bagian luar mesin).
o Bersihkan alat-alat medis yang telah digunakan pasien seperti :
37

Stetoscope, manset, gunting, klem, tempat tidur, kursi, lemari samping (nakhas)
dengan sodium hypoclorid 1 : 10.
o Gunakan set HD dalam bentuk disposable / single use dan pastikan set HD yang
akan digunakan sudah steril.
o Setiap memasukkan obat atau mengambil darah melalui blood lones, gunakan
swab alcohol 70%.
o Gunakan spuit / jarum suntik disposable.

TEMPAT PEMBERSIHAN DIALIZER :


o Kelengkapan APD petugas :
Memakai penutup kepala
Memakai kaca mata pelindung
Memakai masker
Memakai handson tebal
Memakai apron
Memakai sepatu boot
o Manual :
Pisahkan tempat pembersihan dialyzer untuk umum dan yang terinfeksi.
Siapkan larutan sterilisasi yang tepat dan sesuai kebutuhan pasien.
Dahulukan pembersihan dialyzer umum, kemudian dialyzer yang terinfeksi.
Rendam tutup dialyzer dengan larutan sterilisasi dan larutan diganti setiap hari.
o Otomatis :
Pisahkan dialyzer umum dan terinfeksi.
Dahulukan pembersihan dialyzer umum.
Rendam tutup dialyzer dengan larutan sterilisasi dan larutan diganti setiap hari.
o Lemari reuse (tempat penyimpanan dialyzer yang telah dibersihkan) :
Penyimpanan dialyzer dipisahkan antara dialyzer umum dengan dialyzer
terinfeksi.

PENGAWASAN Air Reserve Osmosis (RO) :


o Kualitas Air :
38

Periksa air secara berkala minimal 6 bulan sekali terhadap bakteri dan
Endotoxin.
o Pemipaan :
Tutuplah pipa / kran air dengan rapat pada tempat yang tidak digunakan, bakteri
akan banyak tumbuh di tempat terbuka.
Gunakan

system

pemipaan

secara

loop

(berputar)

untuk

mencegah

pertumbuhan bio film (lumut) dan bakteri di dalam pipa.


o Tanki penampungan Air RO (Air Produk) :
Bersihkan / kuraslah secara rutin tanki air produk minimal 2 bulan sekali, dan
berikan larutan desinfektan sodium hypocloride 1 : 100.
Bilas sampai bersih dan lakukan pengetesan air tanki terhadap clorin untuk
memastikan apakah air di tanki prosuk sudah bebas dari clorin.

PASIEN :
o Setiap pasien baru atau pasien yang telah berkunjung dari Rumah Sakit lain, maka
wajib diperiksa ulang laboratorium terhadap hepatitis B, hepatitis C, anti dan HIV.
o Pemeriksaan ulang seperti di atas minimal 1x / 6 bulan untuk pasien rutin.
o Setiap akan transfuse lakukan screening darah terhadap (anti HbsAg, anti HCV
dan anti HIV) pada masing-masing kantong darah.
o Lakukan vaksinasi untuk semua pasien yang rentan hepatitis B.
o Test anti HBs pada 1-2 bulan sesudah pemberian dosis terakhir.
o Jika anti Hbs < 10 ml U / ml, dipertimbangkan yang rentan, vaksinasi ulang dengan
tambahan 3 dosis dan test ulang untuk anti Hbs.
o Jika anti HBs > 10 ml U / ml, dipertimbangkan kebal (tahan) dan test ulang.
o Berikan dosis boster dari vaksinasi jika anti HBs < 10 ml U / ml dan teruskan untuk
test ulang lagi.

JADWAL VAKSINASI HEPATITIS B (Secara IM = Intra Muscular).


(untuk pasien dan staff dialysis) :
Kelompok
Pasien > 2 bulan

Dosis

Volume

Jadwal Bulan

Sebelum Dialysis

10 g

1.0 ml

0.1.6
39

Dialysis
Pasien < 20 tahun

40 g
5 g

1.0 ml
0.5 ml

0.1.6
0.1.6

Pasien > 20 tahun

10 g

1.0 ml

0.1.6

40

Q. KEBIJAKAN INFEKSI KONTROL UNTUK HEPATITIS B, C, & HIV, DIUNIT HD


1. TUJUAN :
Menyusun panduan untuk pencegahan penularan infeksi terhadap pasien dan staff.
2. SASARAN :

Menjamin petugas kesehatan untuk melindungi pasien dari resiko infeksi silang
terhadap hepatitis B / C / HIV.

Menjamin tidak adanya resiko untuk penunjang dari / ke unit yang tidak menmpunyai
infeksi silang.

Mempertimbangkan keamanan di lingkungan kerja.

3. JANGKAUAN :

Pasien yang menjalani Hemodialysis di Unit Hemodialysis.

Pasien / staff kesehatan yang bekerja di Unit Hemodialysis.

Semua yang berkaitan dengan prosedur kerja dalam lingkungan terapi pengganti ginjal
merupakan awal san akhir dari terpai Hemodialysis.

Petugas / staff dan perawat secara umum.

4. CARA KERJA :

Mencuci Tangan
Sebelum menangani pasien, tangan harus dicuci sepenuhnya dengan larutan yang
tepat untuk cuci tangan dan harus mengikuti petunjuk prosedur tetap jika akan
memakai sarung lain.

Menggosok tangan dengan Alkohol / HEXOL.


Sediakan alcohol dalam botol untuk menggosok tangan, sebaiknya tersedia untuk
masing-masing individu di meja pasien / trolley yang digunakan staff ketika tidak
memungkinkan untuk mencuci tangan dan diantara pasien.

Perlindungan Staff
Melakukan semua prosedur di dalam unit dialysis untuk mempertimbangkan resiko
tinggi. Standard Tindakan Pengecekan (STP) harus teliti dan hati-hati termasuk untuk
semua staff.
41

Mengenakan Pelindung
o Pelindung masker / kacamata harus dipakai sebagai pelindung penangkal
semburan atau percikan dari darah yang mungkin dapat terjadi selama prosedur
berlangsung.
o Anggota staff yang akan memakai apron / tidak menyerap dan sekali pakai
buang, (disposable) sesuai dengan standard pencegahan dan keseluruhan,
tidak ada batasan seperti pada prosedur di bawah ini :
Permulaan punksi dan mengakhiri dialysis.
Meyambung vascular akses.
Membuang selang darah karena terjadi beku atau bocor.
Ketika resirkulasi pasien (diputus sementara dari mesin).
o Apron harus segera diganti setelah tercemar darah atau cairan tubuh.
o Apron harus diganti diantara masing-masing pasien dan prosedur.
Sarung tangan sekali pakai buang / disposable
o Tersedia sarung tangan mudah dijangkau.
o Sarung tangan digunakna anggota staff untuk perlindungan ketika melakukan
prosedur yang kemungkinan membahayakan.
o Staff harus mencuci tangan :
Setelah menggunakan sarung tangan
Menyentuh dari masing-masing pasien untuk mencegah penularan silang
atau gunakan HEXOL diantara pasien :
o Buanglah sarung tangan ketika prosedur terganggu :
(menerima telepon, kembali menghubungi petugas).
o Ganti sarung tangan ;
Sesudah melakukan prosedur
Berhubungan dengan pasien.
Sebelum menyentuh mesin dialysis dan alat lainnya.
o Pakailah sarung tangan di dalam memenuhi Kebijakan Standard Pencegahan
dan gunakan prosedur di bawah ini :
Memindahkan selang darah dari dialysis dan pasien.
42

Menangani selang darah berisi darah.


Menangani selang yang tercemar darah atau cairan tubuh.
Membuang urine dan cairan tubuh.
Test glukosa.
Menangani pemeriksaan darah.
Menyuntik dan memberikan obat ke dalam selang darah / bubble traps.
Ketika mengukur tekanan darah.
Melakukan prosedur punksi / kanulasi.
Menyentuh selang mesin dialysis untuk mengatur flow rate.
Memutuskan dan menyambung selang.
Makan, minum atau memperbaiki kontak lens / kacamata, jangan dilakukan di
dalam unit, Makanan seharusnya tidak disimpan di dalam unit kecuali dilemari
tertutup.
Vaksin Hepatitis B
o Semua staff siapa saja yang berhubungan dengan darah dan cairan tubuh
dianjurkan mendapat vaksin hepatitis B.
o Screening rutin untuk staff, Antibody Hepatitis B mungkin diperlukan untuk
meyakinkan tingkatan perlindungan ( tiap 6 bulan atau setahun sekali).
o Program vaksinasi termasuk pasien dan semua yang membutuhkan dialysis
dan tidak ada tingkatan perlindungan terhadap Antybody Hepatitis B.
Semua tusukan dan luka goresan harus dilindungi dengan balutan tahan air.
5. PEMELIHARAAN KE PASIEN ;

Isolasi / Memisahkan
Mengingat isolasi lebih terjamin untuk mesin, jika memungkinkan sampai status
negative. Untuk mencegah penularan sebaiknya cukup prosedur desinfektan.
Pasien HBsAg Postif.
o Pasien test permulaan Antigen Hepatitis B (HBsAg) positif), dianjurkan dipisah
dari pasien negative.
o Pisahkan ruangan atau jauhkan lokasi dari mereka.
43

o Memisahkan pasien HBsAg positif dari pasien negative atau tempatkan pasien
dengan Antibodi imun HIV (hepatitis B) diantara pasien.
o Setelah digunakan pasien hepatitis B, terakhir tempat dibersihkan.
Anti HCV atau HIV
o Mesin tidak diisolasi atau dipisahkan adalah persyaratan untuk Anti HCV positif
atau pasien HIV.
(Walter reed Army Medical Centre & AnzSN (2001).
a. Pasien infeksi dengan lebih dari satu virus, contoh : HBV dan HCV atau HBV
dan HIV harus diobati sebagai penyebar / pembawa dari HBV, yang sangat
terinfeksi.
b. Instrument dibersihkan dan disinfektan, terutama pada permukaan alat yang
masih sisa.

Tugas Anggota Staff


Menugaskan anggota staff untuk merawat pasien hanya dengan HBsAg positif jika
memungkinkan
Sebaliknya memulai dialysis pada pasien yang rentan sebelum merawat pasien
infeksi.

Pasien
Untuk mencegah resiko infeksi silang pasien harus mempunyai kesadaran penuh
terhadap prosedur di unit dan kebijakan infeksi kontrol.
Semua luka / sisi tusukan pada pasien harus dilindungi dengan balutan rapat
sampai perdarahan berhenti.
Semua pasien yang memerlukan kanulasi harus mendapat pendidikan, penting
sekali membersihkan dan mencuci lengan dengan tepat pada tempat punksi AVF /
AVG sebelum kanulais dimulai.
Semua pasien (siapa saja) yang akan menyentuh sisi jarum harus memakai sarung
tangan dan segera membuangnya sebelum menyentuh permukaan lain di dalam
unit.
Mereka dianjurkan mencuci tangan sesudah menghentikan perdarahan.

6. MEMPERLAKUKAN TEMPAT DIALYSIS :

44

Objektif : Menyediakan tempat perawatan untuk keamanan dan kenyamanan para staff
dan pasien.

Tempat dialysis mudah sebagai penghubung saat terjadi emergency dan cukup tempat
untuk resusitasi saat membawa keluar pasien dialysis.

Tempat ini akan menjadi batas percikan penularan diantara pasien.

Dianjurkan 2 meter diantara tiap kursi pasien.

Tempat sikat / tempat cuci tangan.

Cukup tempat untuk cuci tangan.

Dianjurkan 1 tempat cuci tangan untuk 4 pasien di unit tersebut.

7. ALAT DAN PERSEDIAAN :

ALAT
Alat yang digunakan untuk pasien hepatitis B tidak boleh tertukar dengan pasien
lain dalam ruangan atau di unit dialysis tanpa desinfektan yang sesuai dengan
protokol.
Di bawah ini beberapa alat yang berlabel jelas atau dikhususkan untuk pasien HBV
:
o Mesin Dialysis
o Tanda di dalam unit.
o Tensi meter
Semua pasien dianjurkan membawa miliknya sendiri seperti monitor tekanan darah
untuk unit jika memungkinkan.
o Torniquet individu
o Plester individu
Ini tanggung jawab dari setiap individu sebagai anggota staff untuk meyakinkan
bahwa mereka menjalankan sesuai anjuran untuk menjaga keamanan.
Beberapa aspek penting dalam lingkungan di bawah ini :
o Prosedur infeksi control yang baik.
o Kebersihan secara umum.
o Kerapian sekitar tempat tindakan.
o Tempat persediaan ditatap rapih.
45

o Tempat kerja cukup untuk melakukan prosedur.


o Cukup cahaya / penerangan.
o Kesibukan kerja.
o Hanya orang tertentu yang ditunjuk bertugas dalam unit.
o Akses yang mudah untuk persediaan barang-barang seperti :
Mengenakan pelindung
Tempat jarum
Tempat sampah
Tempat linen
o Jarak
Jarak tiap tempat dialysis dapat memuat kursi dan mesin dialysis sebagai
ruang kerja untuk 2 staff dialysis.

PERSEDIAAN STERIL / STOCK


Beberapa barang yang dibawa pasien ke tempat dialysis dapat mejadi penularan
dengan darah dan cairan tubuh lainnya dan dapat menjadi pembawa untuk pasien
lainnya secara langsung dari penularan tangan para anggota staff.
Hanya membawa secukupnya persediaan steril yang akan digunakan dari pasien
untuk pasien.
Persediaan steril / disposable akan dibuang dan tidak digunakan untuk pasien lain.
Persediaan yang sama di Trolley dan persediaan steril tidak akan berada pada
tempat pasien yang serologi positif untuk menghindari penularan dari darah.
Persediaan steril tidak akan berlebihan stock atau menyimpan di tempat dialysis.
Semua persediaan steril, linen, persediaan trolley / tempat penyimpanan harus
dilindungi dari debu setiap waktu.
Persediaan non steril akun disimpan di dalam ruangan tempat kotor.
Unit dialysis tidak boleh mengerjakan reuse.
Barang non disposable
Barang yang bukan disposable hanya digunakan untuk sekali pakai pasien (single
parent) atau dibersihkan dan didesinfektan sebelum dibawa ke tempat pasien
lainnya.
46

Beberapa barang non disposable yang akan dipakai hanya untuk satu pasien:
o Tourniquet, plester
o Mesin tekanan darah dan thermometer
8. MEMBERSIHKAN DAN MENDESINFEKTAN ALAT, PERSEDIAAN BARANG DAN
PERMUKAAN LINGKUNGAN

AREA LINGKUNGAN
Sebagian besar kemungkinan sumber pencemaran berada di permukaan dimana
banyak sekali / seringkali terjadi sentuhan, seperti :
Permukaan bagian luar (eksternal) dari mesin dialysis.
Kontrol panel dari mesin dialysis.
Prosedur trolley
Resiko kehidupan pada tempat pembuangan / tempat jarum.
Tempat barang di atas trolley dan mesin dialysis.
Manset tensi meter, stethoscope.
Meja perawat, gorden, kain kassa.
Lantai, rak, catatan pasien / map.
Botol bethadine / hexol.

MESIN HEMODIALYSIS (BAGIAN LUAR)


HC 90 (1 : 20) atau HD dianjurkan dibersihkan pada unit hemodialysis.
Permukaan luar mesin dialysis dan bagian yang penting dibersihkan dengan
membutuhkan perawatan khusus seperti di bawah ini yang terdapat di mesin:
o Sisi dialisat, sambungan dialisat (pangkal dialisat)
o Sisi bikarbonat, Transducer pada arteri dan vena.
o Deteksi udara (air detector), pompa heparin, pompa darah.
Percikan darah diatas permukaan mesin harus segera dibersihkan dengan bleach /
Sodium Hypocloride (1 : 100).

MESIN HEMODIALYSIS (BAGIAN DALAM)


Desinfektan mesin dialysis

47

o Mesin dialysis akan efektif didesinfektan sesudah tiap pasien, sesuai dengan
petunjuk dari mesin.
o Proseur pembilasan, desinfektan dan pembuangan dilakukan sesudahtiap
dialysis berlaku untuk semua pasien.
o Mesin dialysis digunakan untuk tindakan pasien yang sudah diketahui hepatitis
B positif atau yang belum diketahui statusnya atau dengan anti HCV positif
digunakan pada pasien lainnya tetapi harus di bleach sesudah digunakan.
o Jika terdapat kebocoran darah di dalam system sirkulasi, biasanya pembilasan
dan prosedur desinfektan akan dilakukan 2x sebelum system digunakan pada
pasien yang berbeda.
Tekanan Transducer
Saringan tekanan transducer pelindung / penangkal harus digunakan untuk
mencegah pencemaran dari kedua komponen arteri dan vena dari mesin dialysis.
o Ini harus diganti dan ditempatkan kembali ketika basah atau tercemar dengan
darah.
o Memberitahukan teknisi jika terjadi kebocoran darah bagian dalam isolasi yang
membutuhkan penggantian sebelum mesin dipakai untuk pasien berikutnya.

MESIN DAN KURSI UNTUK DIALYSIS


Furniture ini harus dibersihkan dibersihkan sesudah diantara pasien dengan HC 90
Laporkan setiap ada basah di kursi.

PEMBUANGAN YANG BERBAHAYA


Semua buangan obat harus dibuang pada kantong double kuning. Tiap iakatan
kantong harus dipisahkan. Buangan obat termasuk semua alat disposable yang
digunakan termasuk; selang darah, dialyzer dan kemasan balutan.
Tempat konsentrat Acid harus dikosongkan dan dikempeskan ditutup, dikunci
kencang untuk dibuang / dikubur dalam ruangan pembuangan (disposal) untuk
dikumpulkan.
Kantong priming harus dikosongkan dan dikubur (ditenggelamkan).
Bagian luar harus tertutup loop (melingkar) untuk dibuang ke dalam kantong double
kuning.
48

Kantong pengisian darah dibuang ke dalam kantong double sampah dan dikubur.
Pembuangan yang berbahaya hanya ditujukan untuk pemakaian pasien hepatitis
positif / pasien yang tidak diketahui statusnya.
Jangan digunakan disekitar unit, gunakan untuk pasien negative lainnya.

BENDA TAJAM
Pembuangan benda tajam
Staff melakukan prosedur pada instrument benda tajam yang telah digunkan
secara pribadi dan bertanggung jawab untuk keamanan pembuangan benda tajam
yang dipakai.
Benda tajam harus dibuang secepatnya, setelah digunakan masukkan pada tempat
yang ditunjuk.
Tempat benda tajam harus dibawa ke tempat di mana prosedur dilakukan.
Jangan menutup jarum.
Tempat pembuangan
Tempat benda tajam tidak boleh melebihi dari pada 2/3 bagian.
Benda tajam jangan dipaksakan dimasukkan pada tempat sampah yang sudah
penuh.
Mereka harus menjamin segel / terkunci ketika penuh dan pembuangan
dikumpulkan untuk dibuang.
Jika ada darah di atas permukaan tempat / wadah jarum harus dibersihkan dengan
Sodium Hypoclorid 1 : 100.

9. TEST RUTIN SEROLOGY DAN IMMUNISASI

Semua pasien pre dialysis tergantung dari keadaan pasien akan di test terhadap
HBsAg (HBV), Anti HBs, HCV dan HIV diawal dan setiap 6 bulan sekali.

10. TINDAK LANJUT

Memelihara / menyimpan laporan


Mengembangkan dan mendata buku catatan seperti di bawah ini :
o Status vaksinasi
o Test serology untuk virus hepatitis (termasuk ALT)
49

o Peristiwa yang berlawanan seperti :


Kebocoran darah dan tumpah
Tidak berfungsinya mesin hemodialysis
Memelihara laporan untuk tiap pasien seperti di bawah ini :
o Tempat dialysis
o Mesin digunakan untuk tiap pasien
o Nama staff anggota yang hadir dan yang berhubungan dengan pasien.

Laporan kejadian
Darah terbuang, potongan jarum, dan ketika berada di tempat terjadi perubahan
pasien hemodialysis.

Pendidikan dan pelatihan untuk pasien / pekerja social


Pasien dan perawat dapat menjadi pendidik dalam prinsip infeksi kontrol untuk
mengurangi resiko pencemaran virus dari dan ke staff.
Pelatihan dan menyediakan laporan protocol bagaimana membersihkan dan
mendesinfektan alat dialysis, ruangan dialysis dan kemanan pembuangan dari
tindakan dialysis.
Pasien

akan

mengerti

dan

menilai

pelaksanaan

protocol

ini

dan

akan

mendokumentasikan.
Semua petugas baru harus menerima pendidikan dan pelatihan masalah infeksi
kontrol.
Semua petugas yang baru harus menilai kompetensi mereka dalam prosedur
infeksi kontrol.
R. PEMERIKSAAN ULANG PASIEN HEMODIALYSIS
1. Pemeriksaan laboratorium rutin
a. Darah rutin : Hemoglobin, Leukosit, dan Trombosit diperiksa setiap satu bulan sekali.
b. Kimia darah : Glukosa sewaktu, SGOT, SGPT, albumin, ureum, creatinin, elektrolit
dilakukan setiap enam bulan sekali.
Atau ketika ada perubahan klinis pasien dengan indikasi khusu bisa dilakukan sewaktuwaktu, misalkan dengan pasien perdarahan, pasien anemia atau pada pasien yang
50

mendapatkan transfuse untuk memperbaiki anemia dan pasien indikasi hemodialysis


dengan kegawatan.
2. Pemeriksaan hematologi rutin
Serum iron, saturasi transferin, Feritin, TIBC, pemeriksaan dilakukan setiap tiga bulan
sekali atau bisa dilakukan sewaktu-waktu dengan pemberian obat-obatan tertentu
3. Pemeriksaan kimia darah
a. Ureum, creatinin, dilakukan setiap kali post Hemodialysis pada pasien persiapan
operasi, pasien hemodialysis dengan kegawatdaruratan, pasien dengan Hemodialisa
serial.
b. Ureum, creatinin dilakukan setiap satu bulan sekali atau minimal setiap enam bulan
digunakan untuk menili kecukupan dialysis pasien (adekuasi).
4. Pemeriksaan HBsAg, dan anti HCV
a. Dilakukan pada pasien pertama kali hemodialysis, pasien travelling dari unit
Hemodialisa lain
b. Dilakukan setiap enam bulan sekali pada pasien yang sudah menjalani hemodialisi
rutin
c. Dilakukan sewaktu0waktu ketika ada perubahan klinis pasien, seperti ikterik,
hiperbilirubinemia, mual muntah, dan lemas.

51

BAB V
DOKUMENTASI
Yang perlu didokumentasikan pada tindakan Hemodialisa adalah :
1. Kategori pasien :
Pasien rawat jalan rutin, pasien dengan kasus emergency (cito), pasien travelling atau
pindahan center Hemodialisa lain.
2. Akses vascular pasien yang digunakan :
Akses temporer / sementara dengan vena femoralis atau kateter double lumen
Akses permanent dengan AV Shunt atau AV Graft.
3. Monitoring atau pengamatan selama proses Hemodialisa :
Meliputi monitoring mesin dan monitoring pasien.
4. Pendokumentasian perawatan sarana hubungan sirkulasi post Hemodialisa.
5. Pendokumentasian tentang perawatan mesin setelah atau sebelum digunakan meliputi
desinfektan mesin luar dan dalam.
6. Pendokumentasian tentang perawatan RO atau water treatmen meliputi pemeriksaan
fisikan kimia dan mikrobiologi.

52

You might also like