You are on page 1of 26

TUGAS ASKEB V

Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kasus Perdarahan Dalam Kehamilan


TM III dan Rujukannya

OLEH: KELOMPOK 1
Alti Jamiar (14211635)
Isramadani (14211660)
Rahmi Fithri(14211686)
Rina Kristiani

(14211659)

TINGKAT II c

DOSEN PEMBIMBING: DEVI SYARIEF, S.SiT,. M.Keb

PRODI D-III KEBIDANAN


STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan
kepada kita semua, sehingga kelompok dapat menyelesaikan makalah ini
pada waktunya. Dalam makalah ini, penulis membahas tentang
Penanganan Kegawatdaruratan Pada Kasus Perdarahan Dalam Kehamilan
TM III dan Rujukannya. Salawat beserta salam tidak lupa kita ucapkan
kepada nabi junjungan kitaMuhammad SAW. Ucapan terima kasih tidak
lupa kepada dosen pembimbing, Ibuk Devi Syarief, S.SiT,. M.Keb karena
berkat beliaulah makalah ini dapat selesai dengan baik. Mungkin dalam
pembuatan makalah ini, banyak terdapat kekurangan, untuk itu kelompok
mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan di masa yang akan
datang.

Padang, 14 Maret 2015

Kelompok

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

...

1
B.
C.

Rumusan
..1
Tujuan

Masalah .

...1

BAB II PEMBAHASAN
A.

Pengertian
kegawatdaruratan

.. 3

B.

Tujuan penanganan perdarahan dalam kehamilan TM


III
.. 3

C.

Pernyataan standar penanganan perdarahan dalam kehamilan TM


III
.. 3

D.

Hasil penanganan perdarahan dalam kehamilan TM


III .. 7

E.

Prasyarat penanganan perdarahan dalam kehamilan TM


III
. 7

F.

Proses penanganan perdarahan dalam kehamilan TM


III . 8

G.

Gejala
dan
tanda
syok
kehamilan
III . 8

H.
I.

Ingat

TM

. 9

Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada Perdarahan TM


III
. 9

BAB III PENUTUP

A.

Kesimpulan
19

..............

B.

Saran
.
..19
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang


Kasus kegawatdaruratan obstetric dan neonatus pada TM III adalah
kasus yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat kematian pada
ibu dan janinnya. Kasus ini pula dapat menjadi penyebab utama kematian
ibu dan bayi baru lahir. Oleh karena itu diperlukan penilaian awal terhadap
kegawatdaruratan.
Penilaian awal ialah langkah pertama untuk menentukan dengan cepat
kasus obstetri dan neonatus yang membutuhkan pertolongan segera
dengan mengindentifikasi penyulit (komplikasi) yang dihadapi.
Hasil penilaian awal ini menjadi dasar pemikiran apakah kasus
mengalami
penyulit
perdarahan,
infeksi,
hipertensi,
pre
eklampsia/eklampsia, dan syok atau komplikasi lainnya.
Setelah dilakukan penilaian awal dan mengidentifikasi penyulitnya
harus segera dilakukan pertolongan pertama untuk mencegah terjadinya
bahaya yang lebih lanjut.

1.2.. Tujuan Penulisan


1.

Tujuan Umum

Mampu mengetahui defenisi perdarahan antepartum dan kegawatdaruratan serta


rujukan dalam kehamilan TM III

Mampu

kegawatdaruratan serta rujukan dalam kehamilan TM III


Mampu mengetahui penanganan yang tepat untuk perdarahan antepartum pada TM III

2.

mengetahui

penyebab

terjadinya

perdarahan

antepartum

serta

Tujuan Khusus :

Tujuan dari pembuatan makalah ini untuk meningkatkan pengetahuan


dan keterampilan para mahasiswi serta untuk mengembangkan wawasan
berfikir bagi para mahasiswi melaksanakan tugasnya dikemudian hari
dalam memberikan asuhan kebidanan terhadap pertolongan pertama
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal pada TM III

1.3. Rumusan Masalah

Apakah Pengertian kegawatdaruratan


dan
perdarahan dalam
kehamilan TM III ?
Apa Tujuan penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III ?
Apa Pernyataan standar penanganan perdarahan dalam kehamilan
TM III ?
Bagaimana Hasil penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III ?
Apa saja Prasyarat penanganan perdarahan dalam kehamilan TM
III ?
Bagimana Proses penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III ?
Apa Gejala dan tanda syok dalam kehamilan TM III ?
Bagimana penanganan kegawatdaruratan pada kasus perdarahan
kehamialn TM III dan rujukan ?
Apa Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri Pada
Perdarahan TM ?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang
kala berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan
membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa/ nyawa
(Campbell S, Lee C, 2000).
Kegawatdaruratan obstetri adalah kondisi kesehatan yang mengancam
jiwa yang terjadi dalam kehamilan atau selama dan sesudah persalinan
dan kelahiran.Terdapat sekian banyak penyakit dan gangguan dalam
kehamilan yang mengancam keselamatan ibu dan bayinya.
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan berumur diatas
20 minggu. Ketetapan lama mendefenisikan perdarahan antepartum adalah perdarahan
setelah usia kehamilan 28 minggu, tetapi diubah oleh WHO menjadi umur 22 minggu atau
bert janin diatas 500 gram. Hal ini disebabkan oleh kemampuan untuk melakukan perawatan
intensif terhadap janin sudah lebih baik.
Perdarahan pada kehamilan merupakan penyebab utama kematian maternal dan
perinatal, berkisar antara 35-45%, khususnya di negara berkembang. Dapat dikemukakan

bahwa kematian yang disebkan perdarahan post partum sekitar 4x lebih besar daripada
perdarahan antepartum. (Manuaba.dkk, 2007).
Perdarahan per vagina ringan lazim terjadi pada persalinan.seperti Bloody show, yang
merupakan dampak dari pendataran dan pembukaan serviks,disertai robeknya pembuluh
pembuluh kecil. Namun perdarahan uterus yang timbul dari bagian atas servik merupakan hal
yang mengkhawatirkan. Seperti perdarahan uterus yang terjadi setelah pemisahan plasenta
yang berimplantasi di dekat kanalis servikalis uteri yaitu plasenta previa. Perdarahan uterus
yang terjadi akibat pemisahan plasenta yang terletak ditempat lain dikavitas uteri yaitu
solusio plasenta. Kadang-kadang terjadi kelainan insersi pada tali pusat dan plasenta
sirkumvalata.

2.2. penanganan perdarahan dalam kehamilan TM III dan rujukan


Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada
kehamilan, serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.
1.

Perdarahan pervaginam
Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28
minggu disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus
mendapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang
mengancam nyawa ibu dan atau janinnya. Perdarahan dapat keluar
sedikit-sedikit tetapi terus menerus, lama-lama ibu menderita anemia
berat. Perdarahan dapat juga keluar sekaligus banyak yang menyebabkan
ibu syok, lemas/ nadi kecil dan tekanan darah menurun.
Perdarahan pervaginam pada kehamilan lanjut yang termasuk kriteria
tanda bahaya adalah perdarahan yang banyak, berwarna merah, dan
kadang-kadang tetapi tidak selalu disertai dengan nyeri. Assesmen yang
mungkin adalah plasenta previa atau absruptio plasenta.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari kelainan plasenta yaitu
plasenta previa dan abruptio plasenta. Plasenta previa adalah keadaan

dimana plasenta berimplantasi pada temmpat abnormal, yaitu pada


segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh
permukaan jalan lahir. Abruptio plasenta adalah suatu keadaan dimana
plasenta yang letaknya normal terlepas dari perlekatannya sebelum janin
lahir.

2.

Sakit kepala yang hebat


Sakit kepala biasa terjadi selama kehamilan dan sering kali merupakan
ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala ini bisa
terjadi apabila ibu kurang istirahat, kecapean, atau menderitan tekanan
darah tinggi. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah yang serius
adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut ibu
mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau
berbayang. Assesmen yang mungkin adalah gejala preeklampsi

3.

Pengelihatan kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah
dalam kehamilan. Perubahan ringan adalah normal. Masalah visual yang
mengindikasikan keadaan yang mengancam jiwa ibu adalah perubahan
visual mendadak, misalnya pandangan kabur atau berbayang. Perubahan
penglihatan ini mungkin disertai dengan sakit kepala yang hebat.
Assesmen yang mungkin adalah gejala dari preeklampsia.
Pada preeklampsia tampak pembengkakan pada retina, penyempitan
setempat atau menyeluruh apda satu atau beberapa arteri, jarang terlihat
perdarahan atau eksudat. Retinopalatia arterioskerotika menunjukkan
penyakit vaskuler yang menahun. Keadaan tersebut tak tampak pada pre
eklampsia keculai bila terjadi atas dasar hipertensi menahun atau
penyakit ginjal. Spasmus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya
preeklampsia walaupun demikian vasospasmus ringan tidak selalu
menunnjukkan pre eklampsia ringan.
Pada preeklamsia jarang terjadi ablasio retina. Keadaan ini disertai
dengan buta sekonyong-konyong. Pelepasan retina disebabkan oleh
edema intraokuler dan merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan
segera. Biasanya setelah persalinan berakhir, retina melekat kembali
dalam 2 hari sampai 2 bulan. Gangguan penglihatan secara tetap jarang
ditemukan

4.

Bengkak di wajah dan jari tangan


Edema (bengkak) adalah penimbunan cairan secara umum dan
berlebihan dalam jaringan tubuh, dan biasanya dapat diketahui dan dari
kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki, hari tangan, dan muka.
Bangkak bisa menunjukkan adanya masalah yang serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan disertai
dengan keluhan fisik lain. Asessmen yang mungkin adalah gejala dari
anemia, gagal jantung, atau preeklampsia.

5.

Keluar cairan pervaginam


Pecahnya selaput janin dalam kehamilan merupakan tanda bahaya
karena dapat menyebabkan terjadinya infeksi langsung pada janin.
Pecahnya selaput ketuban juga dapat diikuti dengan keluarnya bagian
kacil janin seperti tali pusat, tangan, atau kaki. Oleh karena itu bila saat
hamil ditemukan ada pengeluaran cairan apalagi bila belum cukup bulan
harus segera datang ke rumah sakit dengan fasilitas memadai. Assesmen
yang mungkin adalah Ketuban Pecah Dini (KPD).
Diagnosis ketuban pecah dini didasarkan pada riwayat hilangnya cairan
vagina dan pemastian adanya cairan amnion dalam vagina. Ketuban
dinyatakan pecah dini bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan
dengan
penyulit
kelahiran
prematur
dan
terjadinya
infeksi
khorioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal, dan penyebabkan infeksi pada ibu.
Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena kurangnya kekuatan
membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh karena kedua
faktor tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh
adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks.
Pemerikasaan spekulum vagina yang steril harus dilakukan untuk
memastikan diagnosis, untuk menilai dilatasi dan panjang servik, dan jika
pasien kurang bulan, untuk memperoleh biakan servikal dan contoh cairan
amnion untuk uji kematangan paru-paru. Selain itu pemastian diagnosis
KPD dapat dilakukan dengan :

Menguji cairan dengan kertas lakmus (nitrazine) yang akan berubah


biru bila terdapat cairan amnion alkalin

Melihat dengan menggunakan mikroskop dengan menempatkan


contoh bahan pada suatu kaca objek kemudian dikeringkan di udara
dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mencari ada tidaknya
gambaran seperti pakis.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi
pada komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan.

6.

Gerakan janin tidak terasa


Ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke 5 atau ke 6,
beberapa ibu dapat merasakan gerakan janinnya lebih awal. Jika janin
tidur gerakannya akan melemah. Janin harus bergerak paling sedikit 3 kali
dalam periode 3 jam, gerakan janin akan lebih mudah terasa jika ibu
berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
Yang termasuk tanda bahaya adalah bila gerakan janin mulai berkurang
bahkan tidak ada sama sekali. Assesmen yang mungkin adalah kematian
janin dalam rahim.
Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah kematian janin setelah 20
minggu
kehamilan
tetapi
sebelum
permulaan
persalinan.
Ini
menyebabkan komplikasi pada sekitar 1 % kehamilan. Penyebab yang
berakitan antara lain komplikasi plasenta dan tali pusat, penyakit
hipertensi, komplikasi medis, anomali bawaan,infeksi dalam rahim dan
lain-lain.
Kematian janin harus dicurigai bila ibu hamil mengeluh tidak terasa
gerakan janin, perut terasa mengecil, dan payudara mengecil. Selain itu
dari hasil pemeriksaan DJJ tidak terdengar sementara uji kehamilan masih
tetap positif karena plasenta dapat terus menghasilkan hCG.
Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan kematian janin dalam
rahim yaitu janin mati terlalu lama dalam menimbulkan gangguan pada
ibu. Bahaya yang terjadi berupa gangguan pembekuan darah, disebabkan
oleh zat-zat berasal dari jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu.
Sekitar 80% pasien akan mengalami permulaan persalinan yang
spontan dalam 2 sampai 3 minggu kematian janin. Namun apabila wanita
gagal bersalin secara spontan akian dilakukan induksi persalinan.

7.

Nyeri perut yang hebat

Nyeri perut yang hebat termasuk dalam tanda bahaya dalam


kehamilan. Apabila perut ibu terasa sangat nyeri secara tiba-tiba bahkan
jika disentuh sedikit saja dan terasa sangat keras seperti papan serta
disertai perdarahan pervaginam. Ini menandakan terjadinya solusio
placenta.
Nyeri perut yang hebat normal terjadi pada akhir kehamilan akibat dari
kontraksi dari rahim ibu yang akan mengeluarkan isi dalam kandungan
atau bayi. Jadi harus dapat dibedakan apakah nyeri perut tersebut
disebabkan karena ibu kan melahirkan atau terjadi abrupsio plasenta.

D. Hasil :
1.

Ibu yang mengalami perdarahan pada trimester III kehamilan segera


mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.

2.

Kematian ibu atau janin akibat perdarahan dalam kehamilan dan


perdarahan antepartum berkurang.

3.

Meningkatnya pemanfaatan bidan untuk konsultasi pada keadaan gawat


darurat.

E. Prasyarat :
1.

Bidan memberikan perawatan antenatal rutin pada ibu hamil.

2.

Ibu hamil mencari perawat kebidanan jika komplikasi kehamilan terjadi.

3.

Bidan sudah terlatih dan terampil untuk :

a.

Mengetahui penyebab, mengenai tanda tanda dan penanganan


perdarahan pada trimester III kehamilan.

b.

Pertolongan pertama pada kegawatdarurat, termasuk pemberian cairan


IV.

c.
4.

Mengeahui tanda tanda dan penangan syok.


Tersedianya alat perlengkapan yang penting misalnya sabun, air bersih
yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik
steril sekali pakai, jarum IV steril 16 dan 18 G, Ringer Laktat atau NaCl 0,9
%, set infus , 3 pasang sarung tangan bersih.

5.
6.

Penggunaan KMS Ibu Hamil / Kartu Ibu , Buku KIA.


Sistem rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik
untuk ibu yang mengalami perdarahan selama kehamilan.

F. Proses
Bidan harus :
1.

Cuci tangan setiap kali sebelum dan sesudah melakukan kontak dengan
pasien. Gunakan sarung tangan bersih kapan pun menangani benda yang
terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh.

2.

Memeriksakan dan merujuk ibu hamil yang mengalami perdarahan dari


jalan lahir. ( Semua perdarahan yang bukan show, adalah kelainan ).

3.

Berikan penyuluhan dan nasehat tentang bahaya perdarahan dari jalan


lahir sebelum bayi baru lahir kepada ibu atau suami / keluarganya pada
setiap kunjungan.

4.

Nasehat ibu hamil, suaminya atau keluarganya untuk memanggil bidan


bila terjadi perdarahan atau nyeri hebat di daerah perut kapanpun dalam
kehamilan.

5.

Lakukan penilaian
kehamilannya.

6.

keadaan

umum

ibu

dan

perkirakan

usia

Jangan melakukan periksa dalam.

7.

Rujuk ibu yang mengalami perdarahan vagina pada trimester III ke


Rumah Sakit terdekat

8.

Jika tanda atau gejala syok jelas terlihat ( lihat kontak berjudul Gejala
dan tanda Syok ) atau jika ibu mengalami perdarahan hebat, rujuk
segera.

9.

Perkirakan seakurat mungkin jumlah kehilangan darah.

10.
Buat catatan lengkap.
perawatan yang diberikan.

Dokumentasi

11.
Dampingi ibu hamil yang
yangmenyumbangkan darahnya
12.

dirujuk

dengan
dan

Mengikuti langkah langkah untuk merujuk.

seksama

mintalah

semua
keluarga

G. Gejala dan Tanda Syok


1.

Nadi lemah dan cepat ( 110 kali / menit atau lebih ).

2.

Tekanan Darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHg.

3.

Nafas cepat ( Frekuensi pernafasan 30 kali / menit atau lebih ).

4.

Air seni kurang dari 30 cc / jam.

5.

Bingung, gelisah, atau pingsan.

6.

Berkeringat atau kulit menjadi dingin dan basah, pucat.

H. Ingat
1.

Jangan melakukan periksa dalam


kehamilan lebih dari 22 minggu.

2.

Rujuk segera, jangan ditunda. Perdarahan akan semakin banyak atau


mungkin terjadi perdarahan yang tidak tampak kedalam uterus.

3.

Jika syok, maka baringkan ibu pada sisi kiri tubuhnya dan ganjal kakinya
dengan bantal.

4.

Jika terlihat adanya gejala dan tanda syok berat, berikan cairan secara
intravena.

I.

Pertolongan
Pertama
Perdarahan TM III

1.

Plasenta Previa

a.

Definisi

jika

terjadi

Kegawatdaruratan

perdarahan

Obstetri

pada

Pada

Plasenta Previa adalah plasenta yang ada di depan jalan lahir (Prae = di
depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah placenta
yang implantasinya tidak normal yakni rendah sekali hingga menutupi
seluruh atau sebagian Ostium Internum. ( Prof. Dr. Rustam Moctar MPH.,
1998).
Plasenta previa ialah suatu kehamilan dimana plasenta berimplantasi
abnormal pada segmen bawah rahim (SBR), menutupi ataupun tidak
menutupi ostium uteri internum (OUI), sedangkan kehamilan itu sudah

viable atau mampu hidup di luar rahim (usia kehamilan >20mg dan atau
berat janin >500gr).

Plasenta previa :
a.

Totalis (seluruhnya tertutupi oleh plasenta).

b.

Paralisis (hanya sebagian OUI tertutup plasenta).

c.

Lateralis (apabila hanya tepi plasenta yang menutupi OUI).

d. Letak rendah (plasenta berimplantasi di SBR tetapi tidak ada bagian


yang menutupi OUI).

b.

Kriteria diagnose
Menurut Departemen Kesehatan RI 1996. Jakarta

1)

Gejala utama (dalam anamnesis)


Perdarahan yang berwarna merah segar, tanpa alasan dan tanpa rasa
nyeri merupakan gejala utama.

2)
a)

b)

Gambaran klinik
Perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau banyak. Perdarahan yang
terjadi pertama kali biasanya tidak banyak dan tidak berakibat fatal.
Perdarahan berikutnya hampir selalu lebih banyak dari sebelumnya.
Perdarahan pertama sering terjadi pada triwulan ketiga.
Pada uterus tidak teraba keras dan tidak tegang

c)

Bagian terbawah janin biasanya belum masuk pintu atas panggul dan
tidak jarang terjadi letak janin letak lintang atau letak sungsang

d)

Janin mungkin masih hidup atau sudah mati, tergantung banyaknya


perdarahan.

c.
1)

Diagnose differensial
Solusio plasenta

2)

Vassa previa (pecah).

3)

Perdarahan obstetric lainnya.

d. Pemeriksaaan penunjang
1)

Lab : darah lengkap, urin lengkap.

2)

KTG, Doppler, Laennec.

3)

e.

USG untuk menilai letak/implantasi plasent, usia kehamilan dan


keadaan janin secara keseluruhan.

Perawatan RS
Segera rawat inap untuk dilakukan evaluasi.

f.

Tata laksana
Langkah langkah tata laksana plasenta previa ditentukan oleh
beberapa faktor :

1) Usia kehamilan yang berkaitan dengan kematangan paru paru.


2) Banyaknya perdarahan yang terjadi.
3) Gradasi dari plasenta previa sendiri.
Oleh karena itu tata laksana plasenta previa dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu :
1) Konservatif, yang artinya mempertahankan kehamilan sampai waktu
tertentu.
2) Aktif, yang berarti kehamilan itu segera di akhiri.
Usia kehamilan <38 minggu.

1) Berikan pematangan paru deksametason injeksi 12mg 3x berselang 8


jam atau Oradekson 5mg 2x selang 8 jam, atau deksametason 24mg
single dose.
2) Berikan obat tokolitik (papaverin, terbutalin, atau isoksuprina).
3) Prinsipnya kehamilan dipertahankan dulu, kecuali jika perdarahan ulang
dilakukan terminasi (SC).
4) Plasenta previa lateralis dan plasenta letak rendah masih dimungkinkan
dilahirkan per vaginam, dimana terminasi diawali dengan amniotomi
(pemecahan selaput ketuban) dan dilanjutkan dengan pemacuan
(oksitosin). Bila perdarahan tetap berlangsung juga, lakukan SC.
Usia Kehamilan 38 minggu
Dilakukan SC, kecuali untuk plasenta previa lateralis dan plasenta letak
rendah dilakukan langkah di atas, bila tetap perdarahan dilakukan SC.

g.

Penyulit

1) Anemia
2) Syok akibat perdarahan banyak
3) Lost koagulopati juga karena kehilangan darah.

h.

Informed consent
Diperlukan untuk sewaktu waktu dilakukan tindakan SC.

i.

Tingkat kewenangan
Untuk partus per vaginam dapat dilakukan oleh dokter umum.Tindakan
SC harus dilakukan oleh dokter spesialis OBGIN.

j.

Lama perawatan

1) Perawatan konservatif 5 hari dan bila perdarahan berhenti, penderita


dapat rawat jalan.
2) Bila dilakukan SC, penderita bias pulang setelah 5 hari.
k.

Masa Pemulihan

Sekitar 6 minggu setelah operasi/melahirkan.


l.

Asuhan Kebidanan Plasenta Previa di Bidan Praktek Perseorangan

1) Melakukan anamnesa dengan menanyakan data fokus yaitu sifat


perdarahan diantaranya :
a)

Tanpa rasa sakit atau terjadi secara tiba-tiba.

b) Tanpa sebab yang jelas.


c)

Dapat berulang.

d) Mengkaji usia kehamilan


2) Bidan melakukan inspeksi pada vagina dan dijumpai:
a)

Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.

b) Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.


3) Bidan melakukan Pemeriksaan fisik kepada ibu
a)

Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan syok.

b) Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.


c)

Pada pemeriksaan dapat di jumpai:

d) Tekanan darah, nadi, dan pernafasan dalam batas normal.


e)

Tekanan darah turun, nadi dan pernafasan meningkat.

f)

Daerah ujung jari dan ekstremitas menjadi dingin serta tampak anemis.

4) Bidan melakukan pemeriksaan khusus (data focus)


a)

Pemeriksaan palpasi abdomen

b)

Pemeriksaan denyut jantung janin

c)

Pemeriksaan penunjang.

Pemeriksaan ultrasonogrfi.

Mengurangi pemeriksaan dalam.

Menegakkan diagnosis

m. Penatalaksanaan Plasenta Previa


Kehamilan pada TM III jika mengalami perdarahan harus segera dirujuk
tanpa dilakukan vaginal toucher atau pemasangan tampon. Kedua
tindakan ini hanya menambah perdarahan dan memungkinkan infeksi
karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan
oleh varices yang pecah dan kelainan cervix (polyp, erosio, ca) maka
dirumah sakit dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih dulu untuk
mengenyampingkan kemungkinan infeksi.
Sebelum tersedia darah dan sebelum kamar operasi siap tidak boleh
dilakukan pemeriksaan dalam, karena pemeriksaan dalam ini dapat
menimbulkan perdarahan yang membahayakan. Sementara boleh
dilakukan pemeriksaan fornices dengan hati-hati, jika tulang kepala dan
sutura-suturanya dapat teraba dengan mudah, maka kemungkinan
placenta previa kecil, namun sebaliknya jika antara jari-jari kita dan
kepala teraba bantalan (ialah jaringan placenta) maka kemungkinan
placenta praevia besar sekali.
Pemeriksaan ini hanya dapat di lakukan pada persentasi kepala karena
pada letak sungsang bagian depan lunak hingga sukar membedakan dari
jaringan lunak.
Diagnosa pasti pada plasenta praevia dibuat dengan pemeriksaan
dalam kamar operasi dan apabila sudah terdapat pembukaan.
Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan hati-hati supaya tidak
menimbulkan perdarahan yang disebabkan perabaan. Bagi pemeriksa
yang kurang berpengalaman bekuan darah dapat disangka jaringan
placenta.
Bila pasien datang dengan perdarahan, jangan lakukan vaginal touche
atau memberian tampon, bidan melakukan pengiriman pasien segera ke
rumah sakit yang besar.ketentuan ini di dasarkan atas kenyataan bahwa:
1) Perdarahan pada placenta praevia jarang membawa maut.
2) Pemeriksaan dalam dapat menimbulkan perdarahan yang hebat.
Walaupun begitu ada kalanya dokter atau bidan harus melakukan
pemeriksaan dalam setelah melakukan persiapan yang secukupnya yakni
apabila dokter/bidan harus memberi terapi sendiri misalnya apabila
pasien tidak memungkinkan untuk dibawa ke kota besar apabila
perdarahan terjadi dalam jumlah yang sangat banyak.

Plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat


kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik.Bentuk pertolongan
pada plasenta previa adalah Segera melakukan operasi persalinan untuk
dapat menyelamatkan ibu dan anak serta mengurangi kesakitan dan
kematian.
1) Memecahkan ketuban diatas meja oprasi selanjutnya pengawasan untuk
dapat melakukan pertolongan lebih lanjut.
2) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil
sikap melakukan rujukan ketempat pertolongan yang mempunyai fasilitas
yang cukup.
Dalam melakukan
dilengkapi dengan:
a)

rujukan

penderita

plasenta

previa

sebaiknya

Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.

b) Sedapat mungkin diantar oleh petugas.


c)

Dilengkapi dengan keterangan secukupnya.

d) Dipersiapkan donor darah untuk transfusi darah dan rujuk ke tempat


pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif.

2.

Solusio Plasenta

a.

Pengertian Solusio Plasenta


Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal
pada korpus uteri sebelum janin lahir pada kehamilan dengan masa
gestasi di atas 22 minggu atau berat janin di atas 500 gram. Walaupun
dapat pula terjadi setiap saat pada masa kehamilan, bila terjadi sebelum
kehamilan 20 minggu, akan dibuat diagnosis abortus imminens.

b.

Penyebab
Penyebab primer solusio plasenta belum diketahui secara pasti, namun
ada beberapa kondisi yang menjadi predisposisi :

1) Hipertensi kronis dan preeklamsia


2) Bertambahnya usia dan paritas ibu

3) Trauma
4) Merokok dan penggunaan kokain
5) Dekompresi uterus yang mendadak
6) Tekanan pada vena kava inferior karena pembesaran uterus.
7) Pernah mengalami solusio plasenta pada kehamilan sebelumnya.
8) Anomali uterus atau tumor uterus
9) Malnutrisi/defisiensi gizi.

c.

Tanda dan Gejala klinik


Tiga Kelas Solusio Plasenta Berdasarkan Gejala dan Tanda
Kelas

Gejala

Kelas 0 asimtomatik

Gejala tidak ada


Diagnosis dibuat dengan menemukan
pembekuan darah yang terorganisasi atau
bagian yang terdepresi pada plasenta yang
sudah dilahirkan

Kelas 1 ringan
(Rupturan sinus
marginalis atau
sebagian kecil plasenta
yang tidak berdarah
banyak)

Tidak ada atau sedikit perdarahan dari


vagina yang warnanya kehitam-hitaman
Rahim yang sedikit nyeri atau terus
menerus agak tegang
Tekanan darah dan frekuensi nadi ibu yang
normal
Tidak ada koagulopati
Tidak ada gawat janin

Kelas 2 sedang
(Plasenta lepas lebih
dari 1/4-nya tetapi
belum sampai 2/3 luas
permukaannya)

Tidak ada hingga adanya perdarahan dari


vagina dalam jumlah yang sedang
Nyeri pada uterus yang bersifat sedang
hingga berat, bisa disertai kontraksi tetanik.
Nyeri perut dirasakan terus menerus,

uterus teraba tegang dan nyeri tekan


Takikardi pada ibu dengan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan
frekuensi nadi. Ibu dapat jatuh ke dalam
keadaan syok
Gawat janin
Hipofibrinogenemia (50 250 mg/dL),
mungkin terjadi kelainan pembekuan darah
Kelas 3 berat
(Plasenta telah terlepas
lebih dari 2/3 luas
permukaannya)

Tidak ada hingga perdarahan vagina yang


berat
Kontraksi tetanik uterus yang sangat nyeri
Syok pada ibu
Hipofibrinogenemia (<150 mg/dL)
Koagulopati
Kematian janin

d. Kriteria diagnosis
Anamnesis
1) Perdarahan spontan pervaginam pada kehamilan yang viable
2) Disertai kontraksi atau nyeri yang terus-menerus (spastic)
3) Darah yang keluar khas berwarna kehitaman
4) Ada riwayat trauma atau hipertensi
Pemeriksaan fisik
1) Dinding perut teraba tegang dan keras (wooden abdomen), Seringkali
dengan nyeri tekan
2) Perdarahan kehitaman berasal dari ostium uteri
3) Dengan vaginal toucher teraba kulit ketuban yang tegang

e.

Diagnosis Banding

1) Plasenta previa
2) Vassa previa
3) Plasenta letak rendah
4) Perdarahan obstetric oleh sebab lain

f.

Pemeriksaan Penunjang

1) Laboratorium: CBC, CT, BT,elektrolit (bila perlu)


2) Keadaan janin : kardiotokografi , Doppler, Laennec.
3) USG : menilai letak plasenta, usia kehamilan, dan keadaan janin
secara keseluruhan.

g. Penanganan
1) Terapi Medik
Penanganan solusio plasenta didasarkan kepada berat atau ringannya
gejala klinis, yaitu:
a)

Solusio plasenta ringan


Ekspektatif, bila kehamilan kurang dari 36 minggu dan bila ada
perbaikan (perdarahan berhenti, perut tidak sakit, uterus tidak tegang,
janin hidup) dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu
persalinan spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala solusio
plasenta makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah solusio
plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera diakhiri. Bila
janin hidup, lakukan seksio sesaria, bila janin mati lakukan amniotomi
disusul infus oksitosin untuk mempercepat persalinan

b)

Solusio plasenta sedang dan berat

Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,


penanganan di RS meliputi transfusi darah, amniotomi, infus oksitosin dan
jika perlu seksio sesaria.
Apabila diagnosis solusio plasenta dapat ditegakkan berarti perdarahan
telah terjadi sekurang-kurangnya 1000 ml. Maka transfusi darah harus
segera diberikan. Amniotomi akan merangsang persalinan dan
mengurangi tekanan intrauterin.
Persalinan diharapkan terjadi dalam 6 jam sejak berlangsungnya solusio
plasenta. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, walaupun sudah dilakukan
amniotomi dan infus oksitosin, maka satu-satunya cara melakukan
persalinan adalah seksio sesaria.
Uterus Couvelaire tidak merupakan indikasi histerektomi.Akan tetapi,
jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah dilakukan seksio sesaria,
tindakan histerektomi perlu dilakukan.

2)

Terapi Bedah

a)

Partus per vaginam dengan kala dua dipercepat.

b) Seksiosesarea atas indikasi medik.


c)

h.

Seksiohisterektomi bila terdapat perdarahan postpartum yang tidak


dapat diatasi dengan terapi medikamentosa atau ligasi arteri uterina.
Ligasi hipogastrika hanya boleh dilakukan oleh operator yang kompeten.

Tata laksana

1) Konservatif
a)

Hanya untuk solusio plasenta derajat ringan dan janin masih belum
cukup bulan, apalagi jika janin telah meninggal

b) Transfuse darah (1x24 jam) bila anemia (Hb <10,0%)


c)

Apabila ketuban telah pecah, dipacu dengan oksitosin 10 IU dalam


larutan saline 500 cc, kemudian ditunggu sampai lahir pervaginam

d) Bila 1 botol tersebut belum lahir, ulangi dengan 1 botol lagi dan
ditunggu sampai lahir. Dengan langkah ini biasanya sebagian besar kasus

dapat diselesaikan dengan baik (90%), sedangkan bagi yang gagal dapat
dilakukan SC emergency.

2) Aktif / Operatif
a)

Dilakukan untuk solusio plasenta derajat sedang sampai berat tanpa


memandang usia kehamilan, dimana kala II tidak dapat diharapkan dalam
waktu singkat (maksimal 6 jam).

b) Diawali dengan pemecahan ketuban dilanjutkan dengan pemacuan


seperti diatas.
c)

Tindakan operatif SC dilakukan apabila 6 jam setelah pemacuan


ternyata tidak tercapai kala II dan bayi masih hidup.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perdarahan yang mengancam nyawa selama kehamilan dan dekat
cukup bulan meliputi perdarahan yang terjadi pada minggu awal
kehamilan (abortus, mola hidatidosa, kista vasikuler, kehamilan
ekstrauteri/ ektopik) dan perdarahan pada minggu akhir kehamilan dan
mendekati cukup bulan (plasenta previa, solusio plasenta, ruptur uteri,
perdarahan persalinan per vagina setelah seksio sesarea, retensio
plasentae/ plasenta inkomplet), perdarahan pasca persalinan, hematoma,
dan koagulopati obstetri.
Ditinjau darisegiKesehatanyaitu perdarahan selama kehamilan,
makabanyak faktor yang menyebabkan pengurangan pemberdayaan
wanita. Dan telah banyak pulahal-hal yang diberikan dalam cara-cara
penanggulangannya ditinjau pula dari segi kesehatan sehingga
keberdayaanwanita itu dapat pula ditingkatkandibelakang hari.Terutama
pada generasi wanita yangakan datang. Sebab dari sekian banyak
kendala telahpula diberikan beberapa caraantisipasinya,sehinggabetulbetulkeberdayaan wanita itu akan bertambahditinjau dari satu
segikesehatan yang begitukomplex. Kematian ibu selama kehamilan ada
tiga halpokok yaitu,perdarahanselamakehamilan,pereklamsi,eklamsi dan
infeksi.Tetapiyang kami ketengahkan, barukematian ibu akibat perdarahan
selama
kehamilan
dan
penanggulangannya,
untuk
meningkatkankeberdayaan seorang wanita. Diantaranyaadalah abortus,
mola hidatidosa, kehamilan ektopik yang terganggu,menstruasidan
kehamilan normal,kelainanlokal pada vagina dan servik seperti varises,
perlukaan, erosi,polip dan keganasan, partus prematus, solusio plasenta,
inkopetensi servik, perdarahan ante partum seperti plasentaprevia, dan
lain-lain.

B. Saran
Mengingat tingginya AKI dan AKB di Indonesia, maka kegawatdaruratan
maternal haruslah ditangani dengan cepat dan tepat.Penanganan yang
tepat dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga di Indonesia.Maka,
dengan mempelajari dan memahami kegawatdaruratan maternal,
diharapkan bidan dapat memberikan penanganan yang maksimal dan
sesuai standar demi kesehatan ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Syafrudin. Hamida. Kebidanan Komunitas,. Penerbit Buku Kedokteran,.


2009., Jakarta
2. Luz Heller,. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri,. CV. EGC Penerbit
Buku Kedokteran,. 1986,. Jakarta

You might also like