Professional Documents
Culture Documents
1.
Definisi Penyakit
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses
keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama
yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai
dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007).
Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak dapat terkendali dalam
jaringan paru yang dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen lingkungan terutama
asap rokok (Ilmu Penyakit Dalam, 2001). Kanker paru merupakan abnormalitas dari
sel sel yang mengalami proliferasidalam paru (Underwood, Patologi, 2000).
Karsinoma bronkogenik adalah Kanker ganas paru primer yang berasal dari saluran
pernafasan Di dalam kepustakaan selalu dilaporkan adanya peningkatan insiden
kanker paru secara progresif, yang bukan hanya sebagai akibat peningkatan umur
rata-rata manusia serta kemampuan diagnosis yang lebih baik, namun Kanker paru
memang lebih sering terjadi (Alsagaff & Mukty, 2002).
1.
Epidemiologi
2.
3.
Insiden tertinggi pada pria berusia > 70 tahun dan wanita berusia
50-60 tahun.
4.
5.
6.
Resiko lain meliputi polusi udara, radiasi, radon dan pajanan industri
(misal: asbestos, arsenik, sulfur dioksida, formaldehid, silika, nikel).
7.
8.
9.
Ketahanan hidup selama 5 tahun adalah 14% pada kulit putih dan
11 % pada warna kulit hitam di AS.
1.
Etiologi
Seperti kanker pada umumnya, etiologi yang pasti dari kanker paru masih belum
diketahui, namun diperkirakan bahwa inhalasi jangka panjang dari bahan bahan
karsiogenik merupakan faktor utama, tanpa mengesampingkan kemungkinan
perana predisposisi hubungan keluarga ataupun suku bangsa atau ras serta status
imunologis.
Sedangan faktor risiko yang menjadi penyebab terjadinya kanker paru, antara lain :
1.
Merokok
Perokok pasif
Perokok pasif mempunyai efek yang lebih buruk dari pada perokok aktif, karena
perorok pasif menghirup asap dua kali lipat lebih banyak dari perokok aktif. Semakin
banyak orang yang berhubungan dekat antara perokok aktif dan pasif, maka risiko
terjadinya kanker paru akan semakin meningkat. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap
dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005).
Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi
pada perokok pasif (Stoppler,2010).
3.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru
paru hematite) dan orang orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan
kromat juga mengalami peningkatan insiden. Contoh : radon, nikel, radiasi dan
arsen.
4.
Polusi Udara
Pulosi udara terutama di daerah kota-kota besar akan sangat mempunyai dampak
yang sangat tinggi terhadap kejadian kanker paru, namun polusi udara mempunyai
pengaruh kecil bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Karena banyak didaerah perkotaan sangat kurang lahan hijau untuk
dapat menyaring polusi-polusi udara akibat banyaknya kendaraan bermotor.
Kurangnya lahan hijau di daerah perkotaan dapat disebabkan karena pembangunan
yang sangat besar dan tidak diimbangi dengan lahan hijau sebagai keseimbangan
lingkungan.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen
dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. Contoh: Polusi udara,
pemaparan gas RT, asap kendaraan/ pembakaran (Thomson, Catatan Kuliah
Patologi,1997).
5.
Genetik
Pengaruh dari faktor genetik berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian
sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi gen-gen penekan
tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru.
6.
Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik dapat menjadi
risiko terjadinya kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
1.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru paru (1977) :
1.
Karsinoma Bronkogenik.
A.
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului
timbulnya Kanker. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol kedalam bronki besar.
Diameter Kanker jarang melampaui beberapa centimeter dan cenderung menyebar
langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
1.
Merupakan sel sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel sel ini cenderung
untuk timbul pada jaringan paru-paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
1.
2.
Lain lain.
2.
3.
4.
5.
6.
Sarkoma
7.
Tak terklasifikasi.
8.
9.
Melanoma
2.
Tahap terbatas
Yaitu Kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada
jaringan disekitanya.
2.
Tahap ekstensif
Yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya,
atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
1.
2.
Tahap tersembunyi
Merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam
sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru.
2.
Stadium 0
Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paruparu dan tidak bersifat invasif.
3.
Stadium I
Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum
menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya.
4.
Stadium II
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening
di dekatnya.
5.
Stasium III
Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paru-paru yang
sama, atau di paru-paru yang lain. Sel sel Kanker telah menyebar juga ke organ
tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang.
1.
Patofisiologi
Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan.
Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel
skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi)
dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di
jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya
tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma
sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai prognosis buruk. Sedangkan
pada sel skuamosa dan adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini
pertumbuhan lambat.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia.
Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung
pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi
di bagian distal. Gejala gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis,
dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
1.
2.
Gejala Awal
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh obstruksi bronkus
1.
Gejala umum.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama dan
infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava
superior syndroma).
1.
Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma paru
antara lain:
1.
2.
3.
4.
Abses paru
5.
1.
Pemeriksaan penunjang
2.
Radiologi
1.
Laboratorium
Biopsy trans torakal (TTB). Biopsy dengan TTB terutama untuk lesi
yang letaknya perifer dengan ukuran > 2cm sensitivitasnya mencapai
90-95%. Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer
dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 95 %.
1.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun
keluarga.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi,
tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit
Dalam, 2001 dan Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, 2000).
Untuk menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal pada pasien dengan
kanker paru dapat dilakukan dengan cara seperti pemberian nutrisi, tranfusi darah
dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi..
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan Keperawatan, 2000)
1.
Penatalaksanaan Medis
2.
Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengangkat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru paru yang tidak terkena kanker. Dapat dilakukan dengan cara
:
Toraktomi eksplorasi.
Karsinoma bronkogenik bilamana dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat.
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula
emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
Resesi segmental.
Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan yang
terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru paru berbentuk baji
(potongan es).
Merupakan pengangkatan bahan bahan fibrin dari pleura viscelaris.
1.
Kemoterapi
Merokok
Genetik
Polusi
Karsinogenik
Rendah Betakarotin
Clinical Pathway
Gas Radon
Zat
1.
Penatalaksanaan Keperawatan
A.
Pengkajian keperawatan
Identitas
Nama klien, umur, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, dan alamat klien.
Riwayat kesehatan
1.
darah
Malaise
Anorexia
Sesak nafas pada penyakit yang lanjut dengn kerusakan paru yang
makin luas
1.
1.
Aktifitas / istirahat
1.
Sirkulasi
Integritas ego
Gejala : perasaan takut. Takut hasil pembedahan, menolak kondisi yang berat /
potensi keganasan.
Tanda : kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang-ulang
1.
Eliminasi
Gejala : diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil), peningkatan frekuensi /
jumlah urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid.
1.
Makanan / cairan
Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri dada (biasaya tidak ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap
lanjut) dimana dapat / tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.
Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma)
Pengkajian fisik
1.
Integument
Pucat atau sianosis sentral atau perifer, yang dapat dilihat pada bibir atau ujung
jari/dasar kuku mnandakan penurunan perfusi perifer.
1.
Telinga
1.
Mata
System Kardiovakuler
Frekuensi jantung mungkin meningkat / takikardi (150/menit atau lebih pada sat
istirahat
Bunyi gerakan pericardial (pericardial effusion)
1.
Abdomen
System urogenital
System reproduksi
System limfatik
System muskuluskeletal
System persarafan
Data psikologis
1.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
Perencanaan keperawatan
DIAGNOSA
TUJUAN DAN
NO KEPERAWATA
KRITERIA
HASIL
1.
INTERVENSI
RASIONAL
1) Berikan
1)
nafas tidak
dilakukan
pasien O2
Mencegah
efektif
intervensi
2) Berikan
terjadinya
berhubungan
keperawatan
pasien posisi
hipoksia
dengan
selama 3 x 24
semifowler
2)
peningkatan
jam, klien
(jika tidak
Memaksimalk
jumlah /
menunjukkan
hemaptoe)
an ventilasi
viskositas
sekret/sputu
napas. Dengan
(jika
kriteria hasil :
hemaptoe)
1)
Klien akan
menunjukkan
3) Auskultasi
bunyi napas
dada untuk
bersih, bebas
karakteristik
kering / bunyi
bunyi napas
tambahan
dan adanya
secret
2)
Klien
mengeluarkan
secret tanpa
kesulitan
3)
Pernapasan
bising, ronki
dan mengi
menunjukkan
tertahannya
napas
(misalnya,
3) Klien
menetap,
menunjukkan
efektif, tak
4)
Karakteristik
hilangnya
efektif), juga
batuk dapat
dipsnea
jumlah dan
berubah
karakter
tergantung
sputum
pada
4) Tanda-tanda
vital dalam
penyebab/
rentang normal
etiologi gagal
perbafasan.
5) Lakukan
penghisapan
bila batuk
lemah atau
ronki tidak
hilang dengan
upaya batuk.
Hindari
penghisapan
ETT dan OTT
Sputum bila
ada mungkin
banyak,
kental,
berdarah, dan/
atau purulen
yang
memerlukan
pengobatan
lebih lanjut
yang dalam
pada klien
5)
pneunomekto
Penghisapan
mi bila
meningkatkan
mungkin
resiko hipoksia
dan kerusakan
6) Dorong
masukan
cairan peroral
(sedikitnya
2500ml/hari)
dalam
toleransi
jantung
mukosa.
Penghisapan
trakeal secara
umum
kontraindikasi
pada klien
pneunomekto
mi untuk
jahitan
lakukan
bronchial
latihan
pernapasan
6)
hidrasi
adekuat untuk
meningkatkan
pengeluaran
8) Bantu
secret
klien dan
intruksikan
untuk napas
dalam dan
7)
batuk efektif
mendorong
dengan posisi
klien untuk
duduk tinggi
bergerak,
dan menekan
batuk lebih
daerah insisi.
efektif, dan
napas dalam
9) Observasi untuk
tanda-tanda
mencegah
vital
kegagalan
pernafasan
10)
Kolaborasi
8) Posisi
penggunakan
duduk
oksigen
memkungkink
humidifikasi /
an eksansi
nebulixer
paru
ultrasonic.
maksimal dan
upaya batuk
secara IV
membantu
sesuai
untuk
indikasi
memobilisasi /
membuang
11)
sekret
Kolaborasi
pemberian
9)
bronkodilator,
Mengetahui
ekspektoran,
kondisi terkini
atau
pasien
analgesic
sesuai indikas 10)
memberikan
hidrasi
maksimal
membantu
pengenceran
sekret.
11)
menghilangka
n spasme
bronkus untuk
memperbaiki
aliran udara,
meningkatkan
upaya
pengeluarn
secret melalui
pengenceran
dan
penurunan
viskositas
serta
penghilangan
ketidaknyama
nan
Gangguan
setelah
1)
Catat
1)
pertukaran
dilakukan
frekuensi,
pernapasan
gas
intervensi
kedalaman
meningkat
berhubungan
keperawatan
pernapasan,
sebagai akibat
dengan
selama 324
kesukaran
nyeri atau
hipoventilasi
jam, klien
bernapas.
sebagai
menunjukkan
Observasi
mekanisme
perbaikan
penggunaan
kompensi
pertukaran gas.
otot bantu
awal terhadap
Dengan kriteria
pernapasan,
kerusakan
hasil :
napas bibir,
jaringan paru.
1)
perubahan
Menunjukkan
kulit /
perbaikan
membrane
ventilasi dan
mukosa,
oksigenisi
misalnya
sianosis.
rentang normal
2)
dan bebas
gejala distress
adanya bunyi
pernafasan.
tambahan
Catat
dan adanya
bunyi
2)
Mendemonstras tambahan,
misalnya
ikan batuk
efektif dan
krekels,
suara nafas
mengi
yang bersih,
2)
Bunyi
nafas dapat
menurun,
tidak sama
atau tak ada
pada area
yang
sakit.Krekels
tidak ada
adalah bukti
sianosis, dan
peningkatan
dispneu,
cairan dalam
mampu
area jaringan
bernafas
sebagai akibat
dengan mudah.
peningkatan
permeabilitas
3)
Tanda-
tanda vital
dalam rentang
normal
.
membrane
3)
Selidiki
perubahan
status
mental /
tingkat
kesadaran
alveolarkapiler. Mengi
adalah bukti
adanya
tahanan atau
penyempitan
jalan nafas
sehubungan
dengan
mukus/ edema
serta tumor.
3)
4)
Menunjukkan
Pertahankan
peningkatan
kepatenan
hipoksia atau
jalan napas
komplikasi
mediastinal
pemberian
bila disertai
oksigen
dengan
sesuai
takipnea,
indikasi
takikardia,
deviasi trakea
5)
Dorong /
bantu latihan
4)
obstruksi
napas dalam
jalan napas
mempengaruh
6)
Pantau
AGD,
oksimetri
nadi. Catat
kadar Hb
i ventilasi dan
mengganggu
pertukaran
gas,
memaksimalk
an sediaan
oksigen untuk
pertukaran
5)
meningkatkan
ventilasi dan
oksigenasi
Observasi maksimal dan
mencegah
tanda-tanda
7)
vital
atelektasis
8)
6)
Kolaborasi
penurunan
pemberian
PO2 tau
obat-obatan
peningkatan
sesuai
PCO2 dapat
indikasi
menunjukkan
kebutuhan
untuk
dukungan
ventilasi.
Kehilangan
darah
bermakna
dapat
mengakibatka
n penurunan
kapasitas
pembawa
oksigen
7)
Mengetahui
konsisi terkini
pasien.
8)
Membantu
mengatasi
masalah
pasien sesia
tanda dan
gejala yang
muncul
Gangguan
Setelah
1)
1)
rasa nyaman
dilakukan
Berikan
Mengurangi
nyeri
intervensi
pasien
kebisingan
berhubungan
keperawatan
lingkungan
dan
dengan lesi
selama 324
yang terang
meningkatkan
dan
melebarnya
pembuluh
berkurang.
saat fase
darah
Dengan kriteria
akut.
hasil :
2)
1) Melaporkan
pasien untuk
nyeri hilang/
terkontrol.
2) Tampak
istirahat.
2)
Bantu
mungkin
merasa
untuk
istirahat.
yang sakit.
Pasien
Tanyakan
pasien
3)
3)
Berpartisipasi
Tentukan
dalam
dalam aktivitas
karakteristik
evaluasi
yang
nyeri. Buat
gejala nyeri
diinginkan/
rentang
karena kanker.
dibutuhkan.
intensitas
Penggunaan
membantu
vital dalam
pasien dalam
rentang normal
mengkaji
tingkat nyeri
dan
5) Rentang
memberikan
nyeri dalam
skala normal (0- 4)
Kaji
10)
pernyataan
verbal dan
non-verbal
nyeri pasien.
alat untuk
evaluasi
keefktifan
analgesic,
meningkatkan
kontrol nyeri.
4)
Ketidaksesuai
an antar
petunjuk
5)
Catat
verbal/ non
kemungkinan
verbal dapat
penyebab
memberikan
nyeri
petunjuk
patofisologi
derajat nyeri,
dan psikologi.
kebutuhan/
keefketifan
intervensi
5)
Insisi
posterolateral
lebih tidak
nyaman untuk
6)
Dorong
menyatakan
perasaan
tentang nyeri.
pasien dari
pada insisi
anterolateral.
Selain itu
takut, distress,
ansietas dan
kehilangan
sesuai
7)
diagnosa
Berikan
kanker dapat
tindakan
mengganggu
kenyamanan.
kemampuan
Dorong dan
mengatasinya
ajarkan
penggunaan
teknik
relaksasi
6)
Takut/
masalah
dapat
8)
meningkatkan
Observasi
tegangan otot
tanda-tanda
dan
vital.
menurunkan
ambang
9)
Kolaborasi
persepsi nyeri.
7)
Meningkatkan
relaksasi dan
pengalihan
perhatian.
8)
Mengetahui
kondisi terkini
pasien.
9)
Membantu
mengatasi
pasien sesuai
pemberian
tanda dan
obat sesuai
gejala yang
indikasi
muncul.
1)
Kurang
Setelah
1)
pengetahuan
dilakukan
informasi
dari gangguan
mengenai
intervensi
dalam cara
gagal paru
kondisi,
keperawatan
yang jelas/
dapat sangat
tindakan,
selama 124
ringkas.
menghambat
prognosis
jam, diharapkan
berhubungan
Klien dan
Berikan
Sembuh
lingkup
perhatian
dengan
keluarga
pasien,
kurang
mengetahui
konsentrasi
informasi,
tentang kanker
2)
kesalahan
paru. Kriteria
informasi
untuk
interpretasi
hasil :
verbal dan
penerimaan
informasi,
1) Klien dapat
tertulis
informasi/
kurang
menjelaskan
tentang obat
tugas baru.
mengingat.
hubungan
2)
antara penyakit
Pemberian
dan terapi.
instruksi
3)
Berikan
Kaji
2) Klien dapat
konseling
menggambarka
nutrisi
n/ menyatakan
tentang
rencana
program
makan;
aktivitas.
kebutuhan
makanan
3)
kalori tinggi.
dan energi
penggunaan
obat yang
aman dapat
membuat
pasien
mengikuti
program
pengobatan
dengan tepat
Klien/keluarga
dapat
3)
mengidentifikas
dengan
i dengan benar
tanda dan
gejala yang
memerlukan
perhatian
medik.
4)
Berikan
pedoman
untuk
aktivitas.
Pasien
masalah
pernafasan
berat
biasanya
mengalami
penurunan
berat badan
4) Tanda-tanda
vital dalam
rentang normal
dan anoreksia
sehingga
memerlukan
peningkatan
nutrisi untuk
menyembuha
n.
4)
Pasien
harus
menghindari
untuk terlalu
lelah dan
mengimbangi
periode
istirahatdan
aktivitas
untuk
meningkatkan
regangan/
stamina dan
mencegah
konsumsi/
kebutuhan
oksigen
berlebihan.
5)
Tanda-
tanda vital
5)
normal
Mengetahui
kondisi terkini
pasien
1.
Perencanaan Evaluasi
No Dx
Evaluasi
1.
3.
4.
1.
2.
normal
3.
1.
2.
II
III
baik.
3.
4.
5.
1.
IV
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, 1998 Buku saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek
Klinis, Edisi 6. Jakarta: EGC.
Doenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
perencanaan dan Pendokumentasian perawatan pasien, Edisi 3. Jakarta:
EGC.
Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG.
Amin, Z., 2006. Kanker Paru. Dalam: Sudoyo, A.W., Setryohadi, B., Alwi, I.,
Simadibrata, M.K., Setiati, S. Ilmu Penyakit Dalam Edisi ke 4. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia: 1015-21.
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan.
Yogyakarta: B First.
Anonim. 2013. Ca Paru. (dalam http://www.slideshare.net/septianraha/caparu?related=1) diakses pada tanggal 30 Mei 2015 pukul 20.00 WIB