Professional Documents
Culture Documents
I.
II.
Identitas Pasien
No. Rek. Medik
Nama Inisial
Jenis Kelamin
TTL
Usia
Alamat
Pendidikan Terakhir
Pekerjaan
Agama
Status Pernikahan
Suku Bangsa
Tanggal Masuk Amino
Riwayat Psikiatri
Alloanamnesis
: 447119
: Ny. F.B
: Perempuan
: Jakarta, 26 Oktober 1967
: 47 tahun
: Jl. Keutamaan Dalam No. 23 RT 014/004
: Sekolah Dasar (SD)
:
: Islam
: Janda
: Betawi
: 21 November 2014
A. Keluhan Utama
pasien datang ke Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto dibawa oleh
ibu, kakak ipar dan tetangganya dalam kondisi mengamuk dan juga terlihat
linglung. Keluarga pasien memutuskan untuk membawa pasien ke RSPAD
untuk dilakukan perawatan, karena keluarganya merasa perilaku pasien
semakin hari semakin meresahkan orang-orang di lingkungan sekitar pasien.
B. Keluhan Tambahan
Pasien sering berbicara sendiri tanpa ada orang yang menjadi lawan
bicaranya. Pasien juga sudah tidak dapat merawat dirinya sendiri.
dibawa oleh neneknya, ibunya sendiri juga tidak tahu jelas alasan pasien
meminum obat-obatan tersebut karena sebelumnya pasien tidak pernah
mengeluhkan apa-apa kepada ibunya, sehari pasien bisa mengkonsumsi 4
tablet sekaligus. Pasien mengaku merasa lebih enakan setelah minum obatobat tersebut.
Semenjak perceraian yang secara tiba-tiba tersebut pula pasien menjadi
sering
membeli
dan
mengkonsumsi
minum-minuman
beralkohol.
iii.
Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pada saat berusia kurang lebih 28 tahun. Pasien
menikah dengan suaminya yang bernama Tn. N (atau Tn. O,
panggilannya) selama 5 tahun, pasien tidak memiliki anak, pasien
diceraikan oleh suaminya tanpa alasan yang jelas. Menurut
alloanamnesa, sebenarnya ayah pasien tidak menyetujui pernikahan
pasien dengan suami pilihannya karena menurut ayahnya lelaki
tersebut bukan lelaki yang baik, namun karena usia pasien yang
6
v.
vi.
vii.
Aktivitas Sosial
Menurut ibu pasien, pasien merupakan anak yang periang
memiliki banyak teman. Pasien tidak menyukai bila ada laki-laki yang
nakal kepadanya, setiap ada laki-laki yang menggoda pasien, pasien
langsung mengeluarkan kata-kata ketus dan kasar kepada orang
tersebut. Semenjak pasien diceraikan, pasien menjadi lebih sering
dirumah dan malu untuk bermain dengan teman-temannya. Setelah
pasien masuk Paviliun Amino, ibu pasien setiap hari mengunjungi
pasien dan mengurusi pasien mulai dari makan, mandi dan juga
mengawasi pasien pada saat aktivitas. Pasien mulai susah untuk
disuruh menjaga kebersihan dirinya (mandi) pada saat pasien mulai
mabuk-mabukan, namun saat itu pasien masih dapat melakukannya
sendiri.
7
viii.
ix.
Riwayat Keluarga
GENOGRAM
Keterangan:
: Wanita
: Bercerai
: Pria
: Meninggal
: Pasien
8
x.
Presepsi
a. Presepsi Pasien tentang Diri dan Lingkungannya
Pasien terkadang menyadari bahwa dirinya sakit dan ingin
sembuh, namun pasien tidak mennyadari bahwa saat ini pasien
mengalami gangguan jiwa. Pasien selalu mengajak ibunya pulang.
b. Presepsi Keluarga tentang Diri Pasien
Keluarga pasien mengetahui tentang Penyakit pasien dan
menginginkan pasien untuk segera sembuh dan berkumpul kembali.
Mantan suami pasien tidak mengetahui keadaan pasien, karena
mantan suaminya tersebut dikabarkan telah menikah lagi dengan
perempuan lain sehingga sudah tidak peduli dengan keadaan pasien
saat ini.
III.
sakit
: baik, pasien masih dapat mengenali ibunya yang mengurus
Jangka Sedang
Jangka Pendek
Segera
6.
Kemampuan
Visuospasial
Buruk, pasien tidak mampu membayangkan dan menunjukan jarum jam
dengan benar.
7. Pikiran Abstrak
Buruk, pasien tidak dapat menyebutkan perbedaan kucing dan anjing
dengan baik.
8. Intelegensia dan Kemampuan Informasi
Baik, pasien dapat menyebutkan berapa jumlah kaki yang dimiliki oleh
kucing saat pemeriksa menanyakannya kepada pasien.
g. Pengendalian Impuls
Saat ini pasien sering kali tidak menggunakan pakaiannya pada saat tidur,
dan pasien tidak menyadari bahwa tindakan tersebut dapat membahayakan
dirinya sebagai perempuan.
h. Daya Nilai
1. Daya Nilai Sosial
11
: -+
-+
Dd: Sequel CKS/ CKR
V.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Terakhir diperiksa pada tanggal 25 November 2014
Hematologi
12
Hb
Ht
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
Hitung Jenis
o Basofil
o Eosinofil
o Batang
o Segmen
o Limfosit
o Monosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Kimia Klinik
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
Ureum
Kreatinin
GDS
: 14 U/L
: 10 U/L
: 16 mg/dL (<)
: 0.7 mg/dL
: 82 mg/dL
Kesan:
Lesi intraventrikel III yang menyebabkan hidrsefalus obstruktif
VI.
VII.
Formula Diagnostik
Aksis I
14
untuk mengikuti pelajaran dan membuat pasien tinggal kelas sebanyak 2 kali.
Hal itu pula yang menyebabkan pasien akhirnya berhenti sekolah. Berdasarkan
PPDGJ-III, pasien dapat digolongkan kedalam F70 yaitu Retardasi Mental
Ringan.
Aksis III
Terdapat riwayat Trauma Kepala (akibat kecelakaan lalu lintas 1 bulan
sebelum pasien masuk dari rumah sakit). Adanya gangguan neourologis yaitu
berupa parese nervus cranialis yaitu N. VII dan N. XII yang mengakibatkan
pasien mengalami bibir pelo dan kesulitan menelan. Pasien juga mengalami
kurang gizi.
Aksis IV
1. Masalah dengan primary support group (keluarga) yaitu, pasien tibatiba diceraikan oleh mantan suaminya.
2. Masalah pendidikan, dimana pasien
tidak
dapat
melanjutkan
VIII.
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
IX.
Diagnosis
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
X.
Daftar Masalah
a. Organobiologik
b. Psikologis
Mood
Afek
Gangguan Presepsi
Bentuk Pikir
Isi Pikir
Proses Pikir
RTA
Tilikan
XI.
suaminya.
Perubahan perilaku semakin bertambah setelah pasien mengalami
kecelakaan.
Pasien mempunyai tingkat pendidikan dan intelegensia yang kurang.
Prognosis
Quo ad Vitam (hidup)
: Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam (kambuh)
: Dubia ad Malam
Quo ad Fungsionam
: Dubia ad Malam
Faktor yang mendukung kearah prognosis baik:
1. Dukungan dan kepedulian keluarga pasien agar pasien mendapatkan
semangatnya kembali untuk sembuh dan berkumpul kembali.
17
Rencana Terapi
a. Saran
1. Lakukan konsul ke dokter syaraf dan juga dokter bedah syaraf untuk
dilakukan pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut.
2. Lakukan test IQ untuk menentukan apakah pasien memang benar
mengalami Retardasi Mental atau tidak.
b. Psikofarmaka
Prinsip pengobatan gangguan kognitif dan perilaku pasien trauma kepala
pada dasarnya serupa dengan pendekatan pengobatan pasien lain dengan
Gejala tersebut. Satu perbedaan adalah bahwa pasien trauma kepala sangat
rentan terhadap efek samping yang dikaitkan dengan obat psikotropika; oleh
karena itu obat tersebut harus dimulai dalam dosis yang lebih rendah dan
kemudian dititrasikan naik lebih lambat dari biasanya.
Pada pasien ini pemeriksa memberikan beberapa terapi yaitu:
Risperidone 1 x 1 mg (P.O)
Trihexyphenidyl 1 x 1 mg (P.O)
Donepezil 1 x 2.5 mg (P.O)
Asupan Gizi yang adekuat
c. Psikoedukasi
1. Kepada Pasien:
Berikan motivasi kepada pasien agar bisa cepat kembali pulih dan
berkumpul lagi bersama keluarganya dengan cara melatih kepatuhan
pasien untuk minum obat secara teratur dan menghabiskan makanan
yang telah disediakan dan diatur oleh pakar gizinya (pada pasien ini
guna untuk meningkatkan kualitas gizinya yang saat ini tergolong
kurang).
2. Keluarga:
Melibatkan keluarga dan pelaku rawat dari sejak perencanaan terapi.
Psikoedukasi kepada keluarga pasien yaitu dengan cara memberikan
penjelasan yang bersifat komunikatif, informative dan edukatif
mengenai penyebab, Gejala-gejala, faktor-faktor yang memperberat dan
pencegahannya. Sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan
18
pasien dan juga mendukung pasien selama proses terapi dan mencegah
kekambuhan nantinya. Seperti memberikan edukasi kepada keluarga
pasien tentang terapi yang diberikan pada pasien serta efek samping
yang kemungkinan timbul selama pengobatan sehingga keluarga pasien
bisa saling mengingatkan pasien untuk rajin meminum obatnya, kemudia
mengajak pasien untuk belajar kembali hidup mandiri dan juga
memberikan ketenangan serta kenyamanan pasien selama pasien masih
dalam masa perawatan.
XIII.
Diskusi
Berdasarkan PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III, seseorang dikatakan
gangguan jiwa atau gangguan mental jika terdapatnya sindrom atau pola
perilaku, atau psikologik seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan
yang secara khas berkaitan dengan suatu Gejala penderitaan (distress) atau
hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting
dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu adalah
disfungsi dalam segi perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak
semata-mata terletak di dalam hubungan antara orang itu dengan masyarakat.
Pada pasien ini telah terjadi distress yaitu gangguan keseimbangan
pada pasien, dan juga terjadi adanya gangguan berupa halusinasi visual pada
pasien yaitu pasien menunjuk kearah jendela dan mengatakan bahwa ada
perempuan cina tinggi yang baik kepadanya. Pada pasien ini juga terdapat
disability yaitu pasien tidak dapat melakukan perawatan dirinya sendiri
(mandi, berpakaian dan juga makan), pasien selalu dibantu oleh ibunya.
Sehingga, pasien dapat dikatakan mengalami gangguan jiwa. Disini pasien
sudah memenuhi 2 kriteria minor dari adanya Skizofrenia, pada pasien ini
dapat digolongkan sebagai Skizofrenia dengan sub-tipe yaitu Skizofrenia Tak
Terinci (F20.3).
Pasien tidak pernah menderita Penyakit yang secara fisiologis
menggangu fungsi otak sebelumnya. Namun, pada bulan Oktober 2014 lalu,
pasien mengalami kecelakaan dan menyebabkan trauma kepala. Semenjak
trauma kepala tersebut, pasien menjadi terlihat linglung, semakin sering
berbicara sendiri, kehilangan keseimbangan dan sulit berkonsentrasi. Pasien
ini juga memiliki riwayat mengkonsumsi alkohol dan penggunaan obat-obatan
19
(obat sakit kepala) dalam jangka panjang. Saat itu pasien sudah mulai
menunjukan Gejala-gejala gangguan jiwa. Saat ini penggunaan zat alkohol
dapat menjadi komorbid pada pasien (Sindroma Ketergantungan (F1x.2)).
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental, pasien
memenuhi kriteria Gangguan Mental Organik YTT Akibat Kerusakan dan
Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik (F06.9)
Pada pasien juga terdapat Retardasi Mental Ringan (F70). Retardasi
Mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak
lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya keterampilan selama
masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh. Adapun pedoman diagnostik untuk Retardasi Mental Ringan
adalah:
akademik
Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita
Keadaan lain yang menyertai seperti autisme, gangguan perkembangan
lain, epilepsy, gangguan tingkah laku, atau distabilitas fisik dapat
ditemukan dalam berbagai proporsi.
Berdasarkan anamnesis dengan ibu pasien, didapatkan bahwa selama
Menghambat
sistem
nervus
parasimpatik
dan
kolinesterase
yang
mengurangi
21
1997
1. Pasien cerai dengan
suaminya
2. pasien mulai sering
mengkonsumsi
alkohol
3. mulai muncul Gejala
seperti menutup diri
dari lingkungannya
dan
berbicara
1.
2.
3.
4.
2014
Pasien masih tetap
mengkonsumsi
alkohol
Pasien mengalami
kecelakaan
Pasien menjadi lebih
mudah mengamuk
dan terlihat linglung
Pasien mulai
mengalami
Status mental:
Mood
: Kosong / Hipotim
Afek
: Tumpul
Proses pikir
Isi pikir
Insight
: derajat 2
Psikomotor
:
Risperidone 1 x 1 mg (P.O)
Trihexyphenidyl 1 x 1 mg (P.O)
Donepezil 1 x 2.5 mg (P.O)
Asupan Gizi yang adekuat
Status mental:
Mood
: Kosong / Hipotim
Afek
: tumpul
Proses pikir
Isi pikir
Psikomotor
Risperidone 1 x 1 mg (P.O)
Trihexyphenidyl 1 x 1 mg (P.O)
23
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Dharmady. 2003. Psikopatologi: Dasar di Dalam Memahami Tanda dan
Gejala dari Suatu Gangguan Jiwa. Ed.1. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK
Unika Atmajaya: Jakarta.
Sadock, Benjamin James., Sadock, Virginia Alcott. 2010. Kaplan & Sadock Buku
Ajar Psikiatri Klinis. Ed.2. Jakarta : EGC
Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
Kedaruratan Psikiatri. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto: Jakarta.
Konsensus Penatalaksanaan Gangguan Skizofrenia. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia.
MIMS Volume 15, 2014. PT. Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia): Jakarta
Drugs and Diseases : Risperidone dan Trihexyphenidyl Tersedia pada
http://reference.medscape.com/drug/ [diakses pada tanggal 21 Desember
2014].
24