You are on page 1of 11

PROPOSAL SKRIPSI

JUDUL PENELITIAN

: ISOLASI SENYAWA FLAVONOID


DARI EKSTRAK ETANOL DAUN
SESEWANUA (Clerodendron
squamatum Vahl.)

NAMA MAHASISWA

: IMROATUL KHATIMAH

NIM

: 15.01.248

PEMBIMBING UTAMA

: RENY SYAHRUNI, S.Farm., M.Sc

PEMBIMBING PERTAMA : FADILLAH MARYAM BAU AGIEL,


S.Farm., M. Si., Apt.
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pengobatan tradisional menggunakan tanaman obat secara empiris
telah dilakukan sejak dahulu oleh masyarakat. Obat tradisional dipercaya
mempunyai efek samping yang elatif kecil dibandingkan obat-obat sintetik.
Salah satu bahan alam yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional adalah daun sesewanua (Clerodendrum squamatum Vahl). Secara
empiris,

masyarakat

di

beberapa

daerah

di

Sulawesi

Utara

memanfaatkannya untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti

demam, patah tulang, dan penurun bengkak. Menurut Sangi, et al (2008)


daun sesewanua mengandung alkaloid dan flavonoid. Senyawa flavonoid ini
diduga berkhasiat sebagai antipiretik (Moot, et al. 2013). Huliselan, dkk.
(2015) telah membuktikan bahwa ekstrak etanol, etil asetat, dan n-heksan
dari daun sesewanua mempunyai aktivitas sebagai antioksidan dengan nilai
IC50 sebesar 13,084 mg/L, 17,85 mg/L, dan 23,737 mg/L.
Senyawa flavonoid mampu memberikan perkembangan yang baik
dalam reaksi biokimia dan farmakologi serta beberapa turunan diantaranya
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap fungsi sistem seluler
mamalia. Flavonoid juga merupakan senyawa pereduksi yang baik secara
enzimatis maupun non enzimatis, dengan demikian mampu melindungi
membran lipid terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidannya dapat
menjelaskan mengapa flavonoid tertentu merupakan komponen aktif
tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan
fungsi hati (Robinson, 1995).
Pada dasarnya untuk menentukan senyawa yang terkandung dalam
suatu tumbuhan obat dapat dilakukan dengan cara isolasi. Isolasi merupakan
suatu cara yang digunakan untuk mengambil satu senyawa aktif yang
terdapat di dalam tanaman untuk mengetahui senyawa yang berkhasiat
dalam tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut maka akan dilakukan penelitian
isolasi senyawa flavonoid dari ekstrak etanol daun sesewanua.

I.2. Perumusan Masalah


Apakah terdapat senyawa flavonoid dari ekstrak etanol daun senyawa
(Clerodendrum squamatum Vahl).?
I.3. Tujuan Penelitian
Untuk mengisolasi senyawa flavonoid yang terdapat dalam ekstrak
etanol daun sesewanua (Clerodendrum squamatum Vahl).
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini yaitu memberi spesifikasi dan menambah
referensi atau data ilmiah senyawa flavonoid dari ekstrak etanol daun
sesewanua sebagai bahan obat tradisional.

BAB III
METODE PENELITIAN
III.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian ini eksplorasi
berskala laboratorium.
III.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 Oktober 2016. Di
Laboratorium Biologi Farmasi, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
III.3. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : cawan porselen,
chamber, corong, gelas kimia 25 ml (pyrex), gelas ukur 10 ml (pyrex), labu
ukur 5 ml (pyrex), pipa kapiler, pipet tetes, pipet volume 1 ml (pyrex), lampu
Ultra Violet 254 dan 366 nm, lempeng kromatografi lapis tipis (KLT), lempeng
kromatografi lapis tipis preparative (KLTP), seperangkat alat kromatografi
kolom, Spektrofotometer infra merah (IR) (Shimadzu), Spektrofotometer UVVis (Shimadzu), timbangan analitik (Mettlet Toledo) dan timbangan kasar.
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : Sampel ekstrak
daun sesewanua, etanol, n-heksan, etil asetat, kloroform, FeCl3, serbuk
magnesium, silica gel 60 GF254, lempeng KLT, lempeng kromatografi lapis
tipis preparatif (KLTP).

III.4. Prosedur Penelitian


III.4.1. Pengambilan Sampel
Sampel penelitian yang digunakan adalah sesewanua (Clerodendrum
squamatum Vahl) diperoleh dari perumahan bumi beringin permai manembonembo atas, kecamatan matuari, Bitung, Sulawesi Utara.
III.4.2. Pengolahan Sampel
Sampel

daun

sesewanua

(Clerodendrum

squamatum

Vahl)

dibersihkan dari kotoran dengan cara dicuci dengan air bersih yang mengalir,
dipotong-potong kecil kemudian dikeringkan dengan cara dikeringkan di
lemari pengering dan diserbukan.
III.4.3. Pembuatan Simplisia dan Ekstrak
Sampel yang telah dikeringkan kemudian ditimbang, kemudian
dimasukan dalam bejana maserasi dan diekstraksi dengan pelarut etanol
96% secara maserasi selama 5 x 24 jam sambil sesekali diaduk kemudian
disaring. Ampas dari hasil ekstraksi, dimaserasi lagi selama 3 x 24 jam,
setelah itu filtrat yang diperoleh diuapkan dengan rotary evaporator pada
suhu 40-50oC hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental yang diperoleh
kemudian ditimbang untuk menentukan rendemennya.

III.4.4 Uji Pendahuluan Flavonoid


Sejumlah 2 g ekstrak ditambah 25 ml n-heksan dan 25 ml air, dikocok
dalam corong pisah. Dibiarkan beberapa saat hingga fase air dan n-heksan
memisah kemudian pisahkan fase air dan fase n-heksan. Fase air
ditambahkan 5 ml etanol, dikocok dalam corong pisah dan diambil lapisan
etanol dan ditambah 0,5 ml HCl pekat dan serbuk magnesium. Positif
flavonoid jika terbentuk warna merah ungu atau jingga. Fase n-heksan
ditambah 0,5 ml HCl pekat, dipanaskan, positif jika terbentuk warna merah.
III.4.5 Ekstraksi Cair Cair
Ditimbang 2 g ekstrak daun sesewanua, ditambahkan dengan air sebanyak 20
ml, setelah larut kemudian dimasukkan dalam corong pisah. Ditambahkan dengan nHeksan sebanyak 40 ml, kocok sampai merata dengan sekali-kali membukakran
corong pisah. Diamkan sampai terjadi pemisahan dari fase air dan fase n-Heksan,
pisah kanfase air dan f ase n-Heksan (3 kali pengulangan), hasil dari fase n-heksan
kemudian dikumpulkan. Kemudian fase air dimasukkan kembali ke dalam corong pisah
dan diekstraksi lagi dengan kloroform sebanyak 30 ml dan dilakukan hingga jernih
(sebanyak 3 kali), fase kloroform kemudian dikumpulkan. Kemudian fase air
dimasukkan kembali ke dalam corong pisah dan diekstraksi lagi dengan n-butanol
jenuh air sebanyak 30 ml dan dilakukan hingga terpisah (sebanyak 3 kali pengulangan)
kemudian fase n-butanol jenuh air dikumpulkan. Setiap fase yang dikumpulkan (fase

air, fase n-heksan, fase kloroform, dan fase n-butanol jenuh air) masing- masing
diuapkan sampai menjadi ekstrak.
III.4.6 Kromatografi Lapis Tipis Orientasi Eluen
Lempeng yang telah diberi garis diaktifkan dalam oven dengan suhu
115C selama 15 menit. Ekstrak dilarutkan ke dalam vial dengan pelarut yang
cocok dan selanjutnya ditotolkan pada lempeng yang sudah diaktifkan.
Dibuat eluen yang cocok dengan perbandingan yang sesuai dan
dimasukkan ke dalam chamber, tutup dan biarkan beberapa saat hingga
setelah jenuh masukkan lempeng dalam chamber biarkan terelusi sampai
batas elusi. Keluarkan, keringkan, amati pada sinar tampak, sinar UV 254 nm
dan UV 366 nm.
Berdasarkan hasil pengamatan dilihat eluen dan perbandingan yang
cocok atau yang sesuai memberikan pemisahan yang baik dibanding yang
lainnya untuk digunakan pada fraksinasi.
III.4.7 Fraksinasi Komponen Kimia Dengan Cromatography Colom
Seperangkat alat kromatografi kolom disiapkan, kemudian dimasukkan
ke dalam tabung kolom dimasukkan silica gel sebanyak 30 gram dengan
menggunakan metode basah (bubur silica gel) sambil diketuk-ketuk tabung
kolom hingga memadat dan kedalam tabung ditambahkan pelarut yang cocok
dengan perbandingan yang sesuai.

Ekstrak sebanyak 2 gram dimasukkan ke dalam tabung kolom dan


dimasukkan sedikit silica gel kering diatasnya. Dielusi dengan menggunakan
eluen pelarut yang cocok dengan berbagai perbandingan. Hasil yang keluar
ditampung dalam vial. Diambil masing-masing vial kemudian dilakukan
kromatografi lapis tipis. Vial yang mempunyai nilai Rf sama atau profil
kromatogram sama digabungkan menjadi satu fraksi kemudian diuapkan.
III.4.8 Isolasi
Fraksi ini kemudian dilanjutkan pada kromatografi lapis tipis preparatif
( KLTP ) dengan menggunakan fase diam Gel GF254 dan fase gerak yang
sesuai. Selanjutnya isolat yang diperoleh dilakukan kromatografi lapis tipis
untuk memastikan adanya satu noda dari isolat.
III.4.9 Uji Kemurnian dengan KLT 2 Dimensi
Uji kemurnian dilakukan menggunakan KLT dua dimensi dan multi
eluen

yang

cocok

dengan

perbandingan

yang

sesuai.

Jika

isolat

menunjukkan noda tunggal pada plat kromatografi maka isolat tersebut relatif
murni secara KLT (hanya mengandung satu macam senyawa).
III.4.10 Karakterisasi Isolat
Karakterisasi

isolat

murni

dilakukan

spektrofotometer UV-Vis dan spektrofotometer FT-IR.

menggunakan

alat

III.4.11 Pengumpulan dan Pengolahan Data


Pengumpulan dan pengolahan data mencakup pemisahan, pemurnian
dan pengkarakterisasian.

DAFTAR PUSTAKA
Depkes R.I. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia :Jakarta.
Gandjar, I.G. dan Rohman, A. 2012, Analisis Obat secara Spektrofotometri
dan Kromatografi. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Harbone JB. 1996, Metode Fitokimia. Penerjemah : Padmawinata, K. dan
Soediro, I., Institut Teknologi Bandung : Bandung, 99.
Huliselan, Y.M., Runtuwene, M.R.J. dan Wewengkang, D.S. 2015, Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Etanol, Etil Asetat dan n-Heksan Dari Daun
Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.), Pharmacon Jurnal
Ilmu Farmasi Unsrat, 4:155-162.
Moot, C.L., Bodhi, O. dan Mongi, J. 2013. Uji Efek Antipiretik Infusa Daun
Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.)Terhadap Kelinci Jantan
Yang Diinduksi Vaksin DTP HB, Pharmacon Jurnal Ilmu Farmasi
Unsrat, 2:58-60.
Robinson, T. 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Penerjemah :
Padmawinata, K., Institut Teknologi Bandung : Bandung, 191.
Stahl, E. 1985. Analisis Secara Kromatografi dan Mikroskopi. ITB, Bandung.

Lampiran 1.
Skema Kerja Isolasi Senyawa Flavonoid dari Ekstrak Etanol Daun
Sesewanua (Clerodendron squamatum Vahl.)
Daun Sesewanua
Maserasi dengan tanol 96 %

Residu

Filtrat
dipekatkan dengan rotari evaporator

Ektrak pekat etanol


Uji pendahuluan flavonoid
Ekstraksi cair-cair
Fraksidi analisis KLT untuk menentukan
eluenpada pemisahan kromatografi kolom

KLTP
KLTP 2 DIMENSI
Karekterisasi
dianalisandengan spektrometer FTIR,
dianalisis dengan spektofotometer UV-VIs

Hasil analisis

You might also like