Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Cairan intraselular
Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada
orang dewasa, sekitar dua pertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di
intraselular (sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan
sekitar 70 kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya
merupakan cairan intraselular.
Cairan ekstraselular
Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif
cairan ekstraselular berkurang seiring dengan bertambahnya usia. Pada bayi baru
lahir, sekitar setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah
usia 1 tahun, jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari
volume total. Ini sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan
berat rata-rata 70 kg
Cairan ekstraselular dibagi menjadi:
Cairan Interstitial
Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11-
12 liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.
Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada bayi
baru lahir dibandingkan orang dewasa.
Cairan Intravaskular
Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya
volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5-6 liter, dimana 3
liter merupakan plasma, dan sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah putih,
serta platelet.3
Cairan Transselular
kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk
mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel.
II. Patofisiologi keseimbangan cairan
Perubahan cairan tubuh yaitu :
Perubahan volume
a. Defisit volume (dehidrasi)
Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang
paling umum terjadi pada pasien bedah.
1)
2)
3)
Mata
Mulut
Pernapasan
Turgor
Nadi
Interpretasi :
1
Baik
Biasa
Biasa
< 30 x/menit
Baik
< 120 x/menit
2
Lesu/haus
Cekung
Kering
30-40 x/menit
Kurang
120-140 x/menit
3
Gelisah,
lemas,
mengantuk
hingga
syok
Sangat cekung
Sangat kering
> 40 x/menit
Jelek
> 140 x/menit
7 12 : dehidrasi ringan-sedang
13
: tanpa dehidrasi
: dehidrasi berat
Derajat Dehidrasi
Ringan
Sedang
Berat
Cara menghitung rehidrasi :
Dewasa
4%
6%
8%
Anak anak
4%-5%
5 % - 10 %
10% 15 %
A. Nilai status rehidrasi (sesuai tabel di atas), banyak cairan yang diberikan
(D) = derajat dehidrasi (%) x BB x 1000 cc
B. Hitung cairan rumatan (M) yang diperlukan
C. Pemberian cairan :
a. 6 jam I
= D + M atau 8 jam I = D + M
Tensi meningkat
Meningkatnya BB
Sesak nafas
Moist cracles
Ronkhi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pembentukan
urine,
sekresi
gastrointestinal,
keringat
dan
II
III
IV
<750
< 15%
750 - 1500
15 30 %
1500 - 2000
30 40 %
> 2000
> 40%
EBV)
Nadi (x/mnt)
TD
CRT
Respirasi
Diuresis (ml/hr)
Status mental
Terapi Cairan
< 100
118/72
N
14 - 20
>30
Normal/gelisah
Crystalloid/RL 2,5
> 100
110 / 80
+
20 30
20 - 30
gelisah/ansietas
Crystalloid/RL+
> 140
Sistol < 50/60
+
> 40
0 10
somnolen/coma
Crystalloid +
L or Colloid 1 L
Colloid 1 L
blood/RL 1L +
Blood/RL 1L +
Colloid 0,5 L +
Colloid 1 L + Blood
Blood 1-1,5 L or
2 L or PRC 1
L+Colloid 1 L
h) Napas cepat
i) Berkeringat
Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih
menonjol dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan
translokasi cairan internal. Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan
lebih banyak pada pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama.
Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan
sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan ke ruangan serosa
(ascites) atau ke lumen usus.
Pada organ ginjal pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:
Contoh operasi
Kecil
Perbaikan Tendon
Timpanoplasti
Sedang
Histerektomi
hernia Inguinal
Besar
Peritonitis
Laparotomi dengan memotong usus
4) Penggantian darah yang hilang
Rata rata
0 2 ml/kg/hr
2 4 ml/kg/hr
4 8 ml/kg/hr
Neonatus
USIA
Prematur
Full term
VOLUME DARAH
90 ml/kgBB
85 ml/kgBB
Bayi
Dewasa
Laki-laki
Wanita
80 ml/kgBB
75 ml/kgBB
65 ml/kgBB
edema perifer dan edema paru. Selain itu, pemberian cairan kristaloid
berlebihan juga dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan
intra kranial.
Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak
digunakan untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang
hampir menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan
tersebut akan mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat.
2) Cairan Koloid
Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma
substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan
yang mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang
menyebabkan cairan ini cenderung bertahan lebih lama (waktu paruh 3-6 jam)
dalam ruang intravaskuler. Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk
resusitasi cairan secara cepat terutama pada syok hipovolemik/haemorhagik
atau pada penderita dengan hipoalbuminemia berat dan kehilangan protein
yang banyak (misal luka bakar). Kerugian dari plasma expander yaitu mahal
dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan dapat
menyebabkan gangguan pada cross match. Berdasarkan pembuatannya,
terdapat 2 jenis larutan koloid:
a) Koloid alami
Yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan 2,5 % ).
Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60C selama 10
jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein
plasma selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin
dan beta globulin. Prekallikrein activators (Hagemans factor fragments)
seringkali terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam
albumin. Oleh sebab itu pemberian infuse dengan fraksi protein plasma
seringkali menimbulkan hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.
b) Koloid sintesis yaitu:
1. Dextran
Oxypoly gelatin
Merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada
penderita gawat. Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik
(jarang) terutama dari golongan urea linked gelatin. Keuntungan
gelatin tidak terlalu mahal, dapat disimpan 2 3 tahun pada suhu
ruangan, dampak pada system koagulasi tidak terlalu menonjol,
aman bagi fungsi ginjal. Kerugian gelatin cepat diekskresi melalui
urin, meningkatkan viskositas darah dan memudahkan agregasi
eritrosit, terjadi reaksi anafilaksis.
BAB III
KESIMPULAN
Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan
tubuh didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam
metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.
Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama
pembedahan ditambah puasa sebelum operasi. Gangguan dalam keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien bedah karena
kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.
Terapi
cairan
parenteral
digunakan
untuk
mempertahankan
atau
mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi cairan
harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan
infus itu sendiri. Jenis cairan yang bisa diberikan untuk terapi cairan adalah cairan
kristaloid dan cairan koloid.
DAFTAR PUSTAKA
1. Tutuko, bambang. Dkk, Panduan Tatalaksana Terapi Cairan Perioperatif,
Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia, 2009
2. Prof. Dr.Soenarjo, dkk, Anestesiologi, Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FK
UNDIP. 2013
3. Latief S, Kartini, Dachlan. (editor). Terapi Cairan Pada pembedahan. Dalam :
Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi II. Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif FKUI. 2002.
4. Ellsbury DL, George CS. Dehydration. eMed J [ serial online ] 2006 Mar [dikutip 6
Okt 2007]. Tersedia dari: URL: http://www.emedicine.com/CHILD/topic925.htm.
5. Schwartz SI, ed. Principles of surgery companion handbook. 7th ed. New york:
McGraw-Hill; 1999
6. Fatimah
Nur,
D.
syok
hipovolemik
2010.
Tersedia
dari
URL
http://www.gogle.com/syokhipovolemik.htm
7. PT. Otsuka Indonesia. Overhidrasi. 2008. http/www.google.com/overhidrasi
8. Senaphati, tjokorda. dkk, Buku Ajar Anestesi dan Reanimasi , indeks Jakarta.
2010.
9.