Professional Documents
Culture Documents
(PUERPERIUM)
A. PENGERTIAN
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu (Abdul Bari,2000). Masa nifas (Puerperium) adalah masa pulih kembali,
mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama
masa nifas ini yaitu : 6 8 minggu minggu (Mochtar, 2001).
Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya
plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003). Wanita yang
melalui periode puerperium disebut puerpura.
Puerperium (masa nifas) adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Kejadian yang
terpenting dalam nifas adalah involusi dan laktasi ( Saifuddin, 2006 ).
Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali
pada keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga
baru (Mitayani, 2009)
Batasan waktu nifas yang paling singkat (minimum) tidak ada batas waktunya,
bahkan bisa jadi dalam waktu yang relative pendek darah sudah tidak keluar,
sedangkan batasan maksimumnya adalah 40 hari. Jadi masa nifas (puerperium)
adalah masa setelah keluarnya plasenta sampai alat alat reproduksi pulih seperti
sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari.
B.
3. Late Postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam
postpartum
B. TUJUAN PERAWATAN MASA NIFAS
Dalam masa nifas ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan
yang dilakukan selama ibu tinggal di rumah sakit maupun setelah nanti keluar dari
rumah sakit.
Adapun tujuan dari perawatan masa nifas adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan skrining yang komprehrnsif, mendeteksi masalah, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan
perawatan bayi sehat.
4. Untuk mendapatkan kesehatan emosi. (Bari Abdul, 2000)
C. KEBIJAKAN PROGRAM NASIONAL MASA NIFAS
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat
kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya
gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu
kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
D. PERIODE MASA NIFAS
Nifas dibagi menjadi 3 periode
Perubahan fisik
a.
Involusi
Involusi adalah perubahan yang merupakan proses kembalinya alat
kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai
keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi terjadi karena adanya:
1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang tumbuh karena
adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang membesar menjadi lebih panjang sepuluh
kali dan menjadi lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut kembali
mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah
kemudian dikeluarkan oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing
setelah melahirkan.
2) Aktifitas otot-otot yaitu adanya kontrasi dan retraksi dari otot-otot setelah anak
lahir yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna.
Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah uterus
yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran
jaringan otot menjadi lebih kecil.
3)
Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang menyebabkan atropi pada
jaringan otot uterus.
Involusi pada alat kandungan meliputi:
1) Uterus
Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan
retraksi otot-ototnya.
Perubahan uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Perubahan Uterus Setelah melahirkan
Involusi
TFU
Setelah
plasenta
lahir
1 minggu
Sepusat
Pertengahan
pusat
symphisis
Tak teraba
2 minggu
6 minggu
1000 gr
500 gr
Diameter
Bekas Melekat Keadaan Cervix
Plasenta
12,5
Lembik
7,5 cm
Dapat dilalui 2 jari
350 gr
5 cm
50 gr
2,5 cm
Berat
Uterus
Sebesar hamil
2 minggu
30 gr
Normal
8 minggu
2) Involusi tempat plasenta
Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan
parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan endometrium baru
dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga sisasisa kelenjar pada dasar luka. (Sulaiman S, 1983l: 121)
3) Perubahan pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka
arteri harus mengecil lagi dalam masa nifas.
4) Perubahan pada cervix dan vagina
Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada
akhir minggu pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan
karena karena retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat
diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada
minggu ke 3 post partum ruggae mulai nampak kembali.
b. After pains/ Rasa sakit (meriang atau mules-mules)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
d.
e.
Lochia
Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam
masa nifas. Lochia bersifat alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi.
Lochia ini berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu
lokia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa,
rambut lanugo, sisa mekonium, sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai
hari ketiga.
Lochea rubra (cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernik caseosa,
lanugo, mekonium. Selama 2 hari pasca persalinan.
Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari 37 pasca persalinan.
Lochea serosa
Berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi. Pada hari ke 24 pasca persalinan.
Lochea alba
Cairan putih setelah 2 minggu.
Lochea purulenta
Terjadi infeksi keluar cairan seperti nanah, berbau busuk.
Lacheostatis
Lochea tidak lancar keluarnya.
Dinding perut dan peritonium
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begitu lama, biasanya
akan pulih dalam 6 minggu. Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang
pada waktu partus setelah bayi lahir berangsur angsur mengecil dan pulih
kembali.Tidak jarang uterus jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena
ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan
latihan-latihan pasca persalinan.( Rustam M, 1998: 130)
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk mengakomodasi
penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan pembuluh darah
uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang menyebabkan
volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini terjadi
pada 24 sampai 48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan (V Ruth
B, 1996: 230).
f. Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena reduksi dari volume darah dan
ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak dari aktifitas ini terjadi pada hari
pertama post partum.( V Ruth B, 1996: 230)
g. System Hormonal
1) Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior dan bereaksi pada otot uterus
dan jaringan payudara. Selama kala tiga persalinan aksi oxytoxin menyebabkan
pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kestabilan kontraksi uterus,
memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencegah perdarahan. Pada
wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi
oxytoxin diamna keadaan ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran
susu. Setelah placenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen, progesteron dan hormon
laktogen placenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis
pada ibu nifas.
2) Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada
wanita yang menyusui kadar prolaktin terus tinggi dan pengeluaran FSH di
ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak menyusui kadar prolaktin turun pada hari
ke 14 sampai 21 post partum dan penurunan ini mengakibatkan FSH disekresi
kelenjar hipofise anterior untuk bereaksi pada ovarium yang menyebabkan
pengeluaran estrogen dan progesteron dalam kadar normal, perkembangan normal
folikel de graaf, ovulasi dan menstruasi.( V Ruth B, 1996: 231)
3) Laktasi
Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu
ibu ini merupakan makanan pokok , makanan yang terbaik dan bersifat alamiah
bagi bayi yang disediakan oleh ibu yamg baru saja melahirkan bayi akan tersedia
makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama kehamilan hormon estrogen dan progestron merangsang pertumbuhan
kelenjar susu sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar ,
kedua hormon ini mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas
dapat merangsang laktasi.
Lobus prosterior hypofise mengeluarkan oxtoxin yang merangsang pengeluaran air
susu. Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan
penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsang ini menuju ke hypofise dan
menghasilkan oxtocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan
puting dari puting susu.
Air susu ibu kurang lebih mengandung Protein 1-2 %, lemak 3-5 %, gula 6,5-8 %,
garam 0,1 0,2 %.
Hal yang mempengaruhi susunan air susu adalah diit, gerak badan. Benyaknya air
susu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta makanan yang dikonsumsi ibu.
( Obstetri Fisiologi UNPAD, 1983: 318 )
h. Tanda-tanda vital
Perubahan tanda-tanda vital pada massa nifas meliputi:
Parameter
Tanda-tanda vital
b)
c)
d)
2.
Nadi :
Nadi panjang dengan stroke volume dan cardiacc output. Nadi naik pada jam
pertama. Dalam 8 10 minggu setelah kelahiran anak, harus turun ke rata-rata
sebelum hamil.
Pernapasan :
Pernapasan akan jatuh ke keadaan normal wanita sebelum persalinan.
Tekanan darah :
Tekanan darah berubah rendah semua, ortistatik hipotensi adalah indikasi merasa
pusing atau pusing
tiba-tiba setelah terbangun, dapat terjadi 48 jam pertama.
Penyimpangan dari kondisi dan penyebab masalah :
Diagnosa sepsis puerpuralis adalah jika kenaikan pada maternal suhu menjadi
380C (100,4F0
Kecepatan rata-rata nadi adalah satu yang bertambah mungkin indikasi
hipovolemik akibat perdarahan.
Hipoventilasi mungkin mengikuti keadaan luar biasanya karena tingginya sub
arachnoid (spinal) blok.
Tekanan darah rendah mungkin karena refleksi dari hipovolemik sekunder dari
perdarahan, bagaimana tanda
terlambat dan gejala lain dari perdarahan kadang-kadang merupakan sinyal
tenaga medis
Perubahan Psikologi
Perubahan psikologi masa nifas menurut Reva- Rubin terbagi menjadi dalam 3
tahap yaitu:
a. Periode Taking In
Periode ini terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan.Dalam masa ini terjadi interaksi
dan kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b. Periode Taking Hold
Berlangsung pada hari ke 3 sampai ke- 4 post partum. Ibu berusaha bertanggung
jawab terhadap bayinya dengan berusaha untuk menguasai ketrampilan perawatan
bayi. Pada periode ini ibu berkosentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya,
misalnya buang air kecil atau buang air besar.
c. Periode Letting Go
Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi.( Persis Mary H, 1995: )
G.
KOMPLIKASI
b.
c.
selama 24
d.
e.
Mastitis (Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat, kulit
merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan ; Jika tidak ada
pengobatan bisa terjadi abses)
f.
g.
3.
Gangguan psikologis
a. Depresi post partum
b.Post partum Blues
c. Post partum Psikosa
4.
H.
3
4
Tujuan
6-8
jam Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
post
Mendetaksi dan merawat penyebab lain perdarahan, Rujuk bila perdarahan
partum
berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan karena atonia uteri.
Pemberian ASI awal
Membina hubungan antara ibu dan bayinya.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan
BBL untuk 2 jam pertama setelah kelahiran/ sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil
6 hari post Memastikan involusi uteri berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus di
partum
bawah pusat, tak ada perdarahan abnormal, tak ada bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan makanan, cairan dan cukup istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda
penyulit.
Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan bayi, tali pusat, menjaga
bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
2 minggu Sama seperti di atas ( 6 hari post partum)
post
partum
6 minggu Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami pada ibu
post
maupun pada bayinya.
partum
Menberikan konseling untuk KB
TINDAKAN
1.Kebersihan diri
10
2.Istirahat
3.Latihan
4. Gizi
5.Perawatan
Payudara
11
2.Menyusui
3.Tidur
4.Ujung Tali Pusat Ujung talu pusat dijaga bersih dan kering.
Mencuci sekitar tali pusat setiap hari
Mengompres alkohol 70% 1-2 kali sehari.
Bila telah pulang di rumah, anjurkan agar ibu melaporkan ke petugas
kesehatan bila tali pusat berbau, ada kemerahan di sekitarnya atau
mengeluarkan cairan.
5.Imunisasi
Dalam waktu 1 minggu pertama berikan imunisasi BCG, vaksin Polio oral
dan Hepatitis B.
12
K.
13
b.
c.
d.
e.
f.
g.
14
Bagi wanita pekerja menurut undang-undang berhak mengambil cuti hamil dan
bersalin selama 3 bulan yaitu 1 bulan sebelum bersalin dan 2 bulan setelah
melahirkan.
i.
Mempersiapkan untuk Metode KB
Pemeriksaan post partum merupakan waktu yang tepat untuk membicarakan
metode KB untuk menjarangkan atau menghentikan kehamilan. Oleh karena itu
penggunaan metode KB dibutuhkan sebelum haid pertama kembali untuk
mencegah kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu
setelah melahirkan.
L.
PENATALAKSANAAN
Pada post partum normal dengan bayi normal tidak ada penatalaksanaan khusus.
Pemberian obat obatan hanya diberikan pada ibu yang melahirkan dengan penyulit,
terutama pada ibu anemia dan resiko infeksi dengan pemberian anti biotic dan obatobat roboransia seperti suplemen vitamin, demikian juga pada bayi obat-obatan
biasanya diberikan untuk tindakan profolatif, misalnya vit K untuk mencegah
perdarahan, anti biotic untuk mencegah infeksi.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Kondisi uterus: palpasi fundus, kontraksi, TFU.
2. Jumlah perdarahan: inspeksi perineum, laserasi,
hematoma.
3. Pengeluaran lochea.
4. Kandung kemih: distensi bladder.
5. Tanda-tanda vital: Suhu 1 jam pertama setelah
partus, TD dan Nadi terhadap penyimpangan
cardiovaskuler.
Hasil:
Kontraksi miometrium, tingkat involusi uteri.
Bentuk insisi, edema.
Rubra, serosa dan alba.
Hematuri, proteinuria, acetonuria.
24 jam pertama 380C.
Kompensasi kardiovaskuler TD sistolik menurun
20 mmHg.
Bradikardi: 50-70 x/mnt.
Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Perubahan pola eleminasi BAB (konstipasi) b/d kurangnya mobilisasi; diet yang
tidak seimbang; trauma persalinan.
4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d peregangan perineum; luka episiotomi; involusi
uteri; hemoroid; pembengkakan payudara.
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan; kelelahan post partum.
6. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan;
diuresis; keringat berlebihan.
7. Resiko infeksi b/d trauma jalan lahir.
15
16
RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b/d
agen
injuri
fisik
(peregangan
perineum; luka
episiotomi;
involusi uteri;
hemoroid;
pembengkakan
payudara).
Motivasi untuk
Menyatakan rasa
meningkatkan
nyaman setelah nyeri
asupan nutrisi yang
berkurang
bergizi.
Tanda vital dalam Tingkatkan istirahat
rentang normal
Latih mobilisasi
TD : 120-140 /80
miring kanan miring
90 mmHg
kiri jika kondisi
RR : 16 24 x/mnt
klien mulai membaik
N : 80- 100 x mnt
Kaji
kontraksi
T : 36,5o C
uterus,
proses
37,5 o C
involusi uteri.
Anjurkan
pasien
untuk
membasahi
perineum dengan air
Rasional
Mengetahui tingkat
pengalaman nyeri klien
dan tindakan keperawatan
yang akan dilakukan
untuk mengurangi nyeri
hangat
sebelum
berkemih.
Anjurkan dan latih
pasien cara merawat
payudara
secara
teratur.
Jelaskan pada ibu
tetang
teknik
merawat
luka
perineum
dan
mengganti
PAD
secara teratur setiap
3 kali sehari atau
setiap kali lochea
keluar banyak.
Kolaborasi
dokter
tentang pemberian
analgesik
Resiko defisit Fluid balance
Fluid management
volume cairan Hydration
Obs
Tanda-tanda
b/d
Setelah
dilakukan
vital setiap 4 jam.
pengeluaran
askep selama x 24 Obs Warna urine.
yang
jam, Pasien dapat Status umum setiap
berlebihan;
mendemostrasikan
8 jam.
perdarahan;
status
cairan Pertahankan catatan
diuresis;
membaik.
intake dan output
keringat
Kriteria evaluasi:
yang akurat
berlebihan.
tak ada manifestasi
status
dehidrasi,
resolusi Monitor
hidrasi
(
kelembaban
oedema,
haluaran
membran mukosa,
urine di atas 30
nadi
adekuat,
ml/jam,
kulit
tekanan
darah
kenyal/turgor kulit
ortostatik
),
jika
baik.
diperlukan
Monitor
masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
Lakukan terapi IV
Berikan cairan
Dorong
masukan
oral
Beritahu dokter bila:
Melatih
ibu
mengurangi bendungan
ASI dan memperlancar
pengeluaran ASI.
Mencegah infeksi dan
kontrol nyeri pada luka
perineum.
Mengurangi intensitas
nyeri denagn menekan
rangsnag
nyeri
pada
nosiseptor.
Mengidentifikasi
penyimpangan indikasi
kemajuan
atau
penyimpangan
dari
hasil yang diharapkan.
Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh klien
Menjaga status balance
cairan klien
Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh klien
Memenuhi kebutuhan
cairan tubuh klien
Temuan-temuan
ini
menandakan
hipovolemia
dan
perlunya peningkatan
cairan.
Mencegah pasien jatuh
ke
dalam
kondisi
kelebihan cairan yang
beresiko
terjadinya
oedem paru.
18
Perubahan pola
eleminasi BAK
(disuria)
b/d
trauma
perineum dan
saluran kemih.
Mengidentifikasi
keseimbangan
cairan
pasien secara adekuat dan
teratur.
Mengidentifikasi
penyimpangan dalam
pola berkemih pasien.
Ambulasi
dini
memberikan
rangsangan
untuk
pengeluaran urine dan
pengosongan bladder.
Membasahi
bladder
dengan air hangat dapat
mengurangi
ketegangan
akibat
adanya
luka
pada
bladder.
Menerapkan
pola
berkemih secara teratur
akan
melatih
pengosongan bladder
secara teratur.
Minum
banyak
mempercepat
filtrasi
pada glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran
urine
untuk mencegah stasis
urine.
BAB, Mengidentifikasi
BAB,
penyimpangan
serta
bau,
kemajuan dalam pola
19
kurangnya
mobilisasi; diet
yang
tidak
seimbang;
trauma
persalinan.
Gangguan
pemenuhan
ADL
b/d
immobilisasi;
kelemahan.
-
Bising
usus
setiap hari.
mengidentifikasikan
Anjurkan
pasien
pencernaan
dalam
makan banyak serat
kondisi baik.
seperti buah-buahan
dan
sayur-sayuran Mengidentifiakis
adanya penurunan BB
hijau.
secara dini.
Meningkatkan
pengosongan
feses
dalam rektum.
Setelah dilakukan askep Kaji toleransi pasien Parameter
selama x 24 jam,
terhadap
aktifitas
menunjukkan respon
ADL dan kebutuhan
menggunakan
fisiologis
pasien
beraktifitas
pasien
parameter berikut:
terhadap stres aktifitas
terpenuhi
secara
nadi 20/mnt di atas
dan indikator derajat
adekuat.
frek nadi istirahat,
penagruh
kelebihan
Kriteria hasil:
catat
peningaktan
kerja jnatung.
Menunjukkan
TD, dispnea, nyeri
peningkatan
dalam
dada,
kelelahan
beraktifitas.
berat,
kelemahan, Menurunkan
kerja
Kelemahan
dan
berkeringat, pusing
miokard/komsumsi
kelelahan berkurang.
atau pinsan.
oksigen , menurunkan
Kebutuhan
ADL Tingkatkan istirahat,
resiko komplikasi.
terpenuhi secara mandiri
batasi aktifitas pada
atau dengan bantuan.
dasar nyeri/respon Stabilitas
fisiologis
frekuensi jantung/irama
hemodinamik,
pada istirahat penting
dan Td dalam batas
berikan
aktifitas
untuk
menunjukkan
normal.
senggang yang tidak
tingkat
aktifitas
kulit hangat, merah
berat.
individu.
muda dan kering
Kaji kesiapan untuk
meningkatkan
aktifitas
contoh: Komsumsi
oksigen
penurunan
miokardia
selama
20
kelemahan/kelelahan
berbagai aktifitas dapat
, TD stabil/frek nadi,
meningkatkan jumlah
peningaktan
oksigen yang ada.
perhatian
pada
Kemajuan
aktifitas
aktifitas
dan
bertahap
mencegah
perawatan diri.
peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.
Dorong memajukan
Teknik
penghematan
aktifitas/toleransi
perawatan diri.
energi
menurunkan
penggunaan energi dan
membantu
Anjurkan keluarga
keseimbangan suplai
untuk
membantu
dan kebutuhan oksigen.
pemenuhan
kebutuhan
ADL Aktifitas yang maju
pasien.
memberikan
kontrol
jantung,
meningaktkan
Jelaskan
pola
regangan
dan
peningkatan
mencegah
aktifitas
bertahap
dari
berlebihan.
aktifitas,
contoh:
posisi
duduk
ditempat tidur bila
tidak pusing dan
tidak ada nyeri,
bangun dari tempat
tidur, belajar berdiri
dst.
Resiko infeksi Setelah dilakukan askep
b/d
trauma selama x 24 jam,
jalan lahir.
Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil: tanda
infeksi tidak ada, luka
episiotomi kering dan
bersih, takut berkemih
dan BAB tidak ada.
sign, Mengidentifikasi
penyimpangan
dan
kemajuan
sesuai
intervensi
yang
Kaji
pengeluaran
dilakukan.
lochea, warna, bau dan
Mengidentifikasi
jumlah.
kelainan pengeluaran
Kaji luka perineum,
lochea secara dini.
keadaan jahitan.
Keadaan
luka
perineum berdekatan
dengan daerah basah
Anjurkan pasien
mengakibatkan
membasuh
vulva
kecenderunagn
luka
setiap habis berkemih
untuk selalu kotor dan
dengan cara yang
mudah terkena infeksi.
benar dan mengganti
infeksi
PAD setiap 3 kali Mencegah
perhari atau setiap
secara dini.
kali
pengeluaran
Pantau: vital
tanda infeksi.
21
Resiko
gangguan
proses
parenting b/d
kurangnya
pengetahuan
tentang
cara
merawat bayi.
lochea banyak.
Pertahnakan teknik
septik aseptik dalam
merawat
pasien Mencegah kontaminasi
(merawat
luka
silang terhadap infeksi.
perineum,
merawat
payudara,
merawat
bayi).
Beri kesempatan ibu Meningkatkan
untuk
melakuakn
kemandirian ibu dalam
perawatan bayi secara
perawatan bayi.
mandiri.
Keterlibatan
Libatkan
suami
bapak/suami
dalam
dalam
perawatan
perawatan bayi akan
bayi.
membantu
meningkatkan
keterikatan batih ibu
dengan bayi.
Latih
ibu
untuk
payudara
perawatan payudara Perawatan
secara mandiri dan
secara teratur akan
teratur.
mempertahankan
produksi ASI secara
kontinyu
sehingga
Motivasi ibu untuk
kebutuhan bayi akan
meningkatkan intake
ASI tercukupi.
cairan
dan
diet
Mneingkatkan produksi
TKTP.
ASI.
Lakukan
rawat
gabung
sesegera
mungkin bila tidak Meningkatkan
terdapat komplikasi
hubungan ibu dan bayi
pada ibu atau bayi.
sedini mungkin.
22
DAFTAR PUSTAKA
Hacker Moore. 1999. Esensial Obstetri dan Ginekologi Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hanifa Wikyasastro. 1997. Ilmu Kebidanan, Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Carpenito, L.J. 2000. Nursing Diagnosis : Application to Clinical Practice.Edisi VIII, Philadelphia,
Lippincot Company, USA
Doenges, M.E. dan Moorhouse, M.F. 2001. Rencana Perawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk
Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien, Edisi II, EGC, Jakarta.
Gordon et.al,2001,Nursing Diagnoses : Definition and Clasification 2001-2002,Philadelphia,USA.
Mc Closky & Bulechek. (2005). Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America:
Mosby.
Meidian, JM. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of America: Mosby.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC
23