Professional Documents
Culture Documents
Ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung setiap kali jantung
berkontraksi. Ini berarti bahwa sekitar 1,2 L darah melewati ginjal tiap
menitnya dan volume darah seluruh tubuh disaring melalui ginjal 340 kali per
hari. Dengan volume darah yang besar ini, ginjal memiliki peran besar dalam
filtrasi dan peran kecil dalam metabolisme. Oleh karena itu, ginjal mempunyai
kebutuhan tekanan yang besar dan kebutuhan oksigen yang relatif kecil.
Pengaturan dan pemeliharaan konsentrasi zat terlarut di cairan ekstrasel (CES)
tubuh adalah fungsi primer ginjal. Ginjal membuang produksi sisa metabolic
dan konsentrasi zat yang belrebihan dan memelihara jumlah zat tetap normal
dan rendah (Morton dkk 2011).
disebut
sebagi
arteri
interlobaris.
Percabangan
selanjutnya
Urine produk akhir fungsi ginjal, dibentuk dari darah oleh unit terkecil
ginjal, nefron. Setiap ginjal manusia terdiri ats sekitar 1 juta nefron,
semuanya berfungsi sama; oleh karena itu, fungsi ginjal dapat dijelaskan
dengan menguraikan satu nefron. Nefron terdiri atas glomerulus, tubulus
apparatus
jukstaglomerulus.
Fungsi
utama
dari
sel
ginjal
kronik
adalah
suatu
proses patofisiologi
dengan
yang
GFR
Deskripsi
(ml/mnt/1,73 m2)
90
Kerusakan
2
3
4
5
ginjal
dengan
GFR
60-89
normal/meningkat
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR
30-59
ringan
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR
15-29
sedang
Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR
berat
< 15 atau dialisis Gagal ginjal
m2)
41 15
66 25
perempuan)
> 8 minggu
dan
96 22
dan
133 27
perempuan)
2-12
tahun
(laki-laki
(laki-laki
perempuan)
13-21 tahun (laki-laki)
13-21 tahun (perempuan)
4. ETIOLOGI
Penyebab CKD
diberbagai
140 30
126 22
negara
hampir
sama.
Berdasarkan
(ISK,
batu,
keracunan obat)
4) Penyakit-penyakit kista (penyakit ginjal polikistik)
c. Penyakit pada Transplantasi
obstruksi,
1)
2)
3)
4)
Rejeksi kronik
Toksisitas obat (siklosporin atau takrolimus)
Penyakit rekuren (penyakit glomerulus)
Glomerulopati transplant
Penyebab CKD yang menjalani hemodialisa di Indonesia
Glomeruloneritis 46,39%
Diabetes Mellitus 18,65%
Obstruksi dan infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%
Penyebab
lain
adalah
vaskuler hipersensitif,
infeksi,
penyakit
peradangan,
penyakit
yang
dapat
menyebabkan
CKD
adalah
mikroinflamasi.
Akibat
mikroinflamasi,
monosit
awalnya
ditandai
adanya
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Sampai pada LFG sebesar
60%, masih belum ada keluhan atau asimptomatik tetapi sudah terjadi
peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Pada LFG sebesar 30% mulai
timbul keluhan seperti nokturia, lemah, mual, nafsu makan kurang dan
penurunan berat badan dan setelah terjadi penurunan LFG dibawah
30% terjadi gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia,
pencernaan
dan
pernafasan,
pada
terjadi
saluran
gangguan
(poliuria).
dan
kehilangan
Hipothenuria
tidak
cairan
disebabkan
yang
atau
lama.
Terjadi
osmotik
diuretik,
CKD
yang
berat
keseimbangan natrium
dapat
dipertahankan
dipertahankan
kadar
kalium
biasanya terpelihara.
menurun
Kegagalan
pembentukan
ketidakseimbangan.
mineral
tulang.
Sebagian
Akibatnya
terjadinya osteodistrophy.
e. Ketidakseimbangan Magnesium
dan
sel
tubuler
bikarbonat
kelebihan
asidosis
tidak
berfungsi.
memperberat
hidrogen dibuffer
metabolik
oleh
memungkinkan
yang menyebabkan
mobilisasi
calsium
ginjal
dari tulang
mereabsorbsi
dan depresi
resorbsi
mengalami
gangguan
sehingga
merangsang
klinis
anemia
takikardia,
penurunan toleransi
perdarahan
dapat
terjadi
diantaranya
terhadap
adalah
aktivitas,
epistaksis, perdarahan
pucat,
gangguan
gastrointestinal,
sehingga
menyebabkan
terjadinya
perdarahan.
laboratorium
dan
Kadar BUN
bukan
indikator
yang
tepat
dari
penyakit
ginjal
sebab
peningkatan
BUN dapat
terjadi
pada
protein
dalam
usus,
perdarahan
pada
saluran
(Creatinin
Clerence
Test)
untuk
radioisotope
scanning
99m-technetium
8) Pemeriksaan
tulang:
Hal
ini
bermanfaat
untuk
mengevaluasi
(Sumber: KDOQI Clinical Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease 2012).
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan
elektrolit dan mencegah komplikasi, yaitu sebagai berikut.
spironolactone.
Pengobatan hyperkalemia tergantung derajat kegawatannya
Gawat : glukonas calcicus intravena (10-20 ml 10% Ca gluconate);
glukosa intravena (25-50 %); insulin 10-20 unit; natrium bikarbonat
intravena (25-100 ml 8,4 % NaHCO3); dapat digunakan juga insulin
kerja cepat 2 U yang dicampur dextrose 40% 25 cc, diberikan bolus
IV. Meningkatkan : Furosemid Ekskresi kalium : K-exchange resin;
dialysis Asidosis menyebabkan keluhan mual, lemah, air-hunger dan
drowsiness. Pengobatan intravena dengan NaHCO3 hanya diberikan
pada keadaan asidosis berat, sedangkan jika tidak gawat dapat
diberikan secara per-oral (PPDT, 2008)
d) Pengendalian hipertensi. Pemberian obat betabloker, alpa metildopa,
dan
vasodilator
dilakuka.
Mengurangi
intake
garam
dalam
dari
uremia,
menyebabkan
penurunan
ureania
dan
(Rendy&Margareth
2012).Sedangkanmenurutkeluargasehat
pengelolaan
(Rendy&Margareth 2012)
keseimbangan
cairan
dan
garam
penyembuhan
luka
konfusi
berat.
Tindakan
ini
juga
digunakan
untuk
Dialisis Kronik
Sedangkan dialysis kronik dibutuhkan pada GGK (penyakit ginjal
stadium terminal) dalam keadaan sebagai berikut : terjadinya tandatanda dan gejala uremia (ureum darah >200 mg/L) yang mengenai
seluruh sistem tubuh (mual, serta muntah, anoreksia berat,
peningkatan letargi, konfusi mental),
status
kesehatan
yang
umum.
Disamping
itu
disambungkan
dengan
mesin
dialisis,
pasien
harus
Akses Hemodialisis
Jika pasien memilih HD, pasien perlu memiliki akses permanen
atau pintu masuk ke aliran darah. Ini dilakukan dengan
minimal
bulansebelummemulaidialisis.
Dokterakanmelakukanpemeriksaan
untukmelihatpembuluhdarah
yang
Tindakaninidisebutdenganvessel
ultrasound
ideal
untuk
mapping.
fistula.
Fistula
harusdisiapkanterlebihdahulu
(beberapabulansebelumdimualidialisis),
sehinggaadawaktuuntukpenyembuhandan siap untuk digunakan
HD.
b. Graft
Jikapembuluhdarahtidaksesuaiuntukdilakukan
fistula,
graft
dapatdilakukan.Tindakaninimenggabungkanarteridan
vena
didekatnyadenganselanglembutdarisintetik.
Graft
inidimasukkan di bawahkulit.
Gambar :Kateter
Sumber :Smeltzer (2008)
Peritoneal Dialisis (PD)
Dalam
Updates
Clinical
Practice
Guidelines
for
di
dalamtubuhbukan
di
luartubuhpasien.
abdomen
kembali.
Mengeluarkancairan
yang
telahdigunakandanmengisicairanbarumembutuhkanwaktusetengah
jam danhalinidisebut exchange.Peritoneal dialisisdapatdilakukan
di rumah, saatbekerja, di sekolahatauselamaperjalanan.Peritoneal
dialysis
merupakanterapirumahan.Banyakpasien
yang
memilihterapiinimerasadiberifleksibilitas.Indikasidilakukannya
Peritoneal Dialisis (PD) menurutSmeltzer (2008) antaralain :
o Pasien
yang
menjalani
hemodialisis
maintenance
yang
yang
lain,
keputusanuntukmemulai
PD
diputuskanolehpasiendankeluargasetelahkonsultasidengandokter.
Pasienbisasajamengalamikejadianakut
yang
mengharuskanpengobatanjangkapendekuntukmemperbaikigangguancai
randanelektrolit,
ataumungkinmengalami
ERSD
membutuhkanperawatan
yang
membantu
untukmengambilkeputusandengandasarberatbadanpasien, dankadar
serum
elektrolit.
Pasiendianjurkanuntukmengosongkankandungkemihdanususuntuk
mengurangirisikotusukan organ internal selamatindakan.
Agen
antibiotic
denganspektrumluasmungkindapatdiberikanuntukmencegahinfeksi.
Tindakanpemasangankateter
dalamruangradiologi,
peritoneal
ruangoperasi,
dapatdilakukan
ataudi
tempattidur.
di
Hal
tersebuttergantungsituasi, danperludiberikanpenjelasanterlebihdulu
ke pasien dan keluarga.
b) Persiapan alat
metabolikpasienkekadar
sedekatmungkin.
(b) Persiapan
Pemeriksaanfisiklengkap,
normal
sampeljaringan,
sampeldarahdanskriningantibosiuntukmenentukankecocokanjari
ngandari
donor
danresipien.Tesdiagnostikdantraktusurinariusbawahperluditeliti
untukmengkajifungsileherkandungkemihdanmendeteksireflukur
eteeral.Pastikanpasienbebasdariinfeksi, koreksijukaadapenyakit
gingiva
dankariesgigi.
Kajimekanismekoping,
riwayatsosialdansumberfinansial.
Riwayatpsikiatrikjugaperludikaji.
(c) Intervensi
Penyuluhanpreoperatifmeliputiinformasihigienepulmonerpasca
operatif,
penatalksanaannyeri,
pembatasan
diet,
jalurintravenadanarteri, selangdanambulasidini
1. Post operatif
(a) Tujuan
Mepertahankan homeostasis sampai ginjal transplan berfungsi
dengan baik. Ginjal yang dapat berfungsi merupakan tanda
prognosis yang menggembirakan.
(b) Penatalasanaan
Terapi imunosupresif dan antisipasi rejeksi tandur.
(c) Intervensi
Mengkaji rejeksi dan infeksi, memantau fungsi urinarius dan
mencegah komplikasi seperti ulserasi GI dan perdarahan akibat
steroid, kolonissi jamur di traktus GI (mulut) dan kandung
kemih
akibat
kortikosteroid
dan
antibiotik,
penyakit
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
j)
k)
l)
m)
Anemia
BP increases
Calcium absorption decreases
Drug toxicity
Dyslipidemia
Heart failure/volume overload
Hyperkalemia
Hyperparathyroidism
Hyperphosphatemia
Left ventricular hypertrophy
Malnutrition potential (late)
Metabolic acidosis
: Nama,
umur,
perkawinan,
2. Keluhan utama
jenis
agama,
kelamin,
suku
status
bangsa,
3. Riwayat penyakit
a. Sekarang
b. Dahulu
penggunaan
obat-obat
prostatektomi.
: Adanya penyakit
keturunan
Diabetes
Mellitus (DM).
4. Pemeriksaan
fisik
Dasar data pengkajian klien menurut Doenges (2000: 626-628)
adalah sebagai berikut.
a. Aktivitas/istirahat
Gejala
Tanda
b. Sirkulasi
Gejala
Tanda
c. Integritas Ego
Gejala
Faktor
stres,
contoh
finansial,
hubungan,
dan
sebagainya.
Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
Tanda
kekuatan.
Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang,
perubahan kepribadian.
d. Eliminasi
Gejala
Tanda
e. Makanan/cairan
Gejala
Tanda
otot,
penurunan
lemak
subkutan,
Tanda
dan
kelemahan,
khususnya
Tanda
h. Pernapasan
Gejala
Tanda
i. Keamanan
Gejala
: Kulit gatal.
Tanda
Ada/berulangnya infeksi.
: Pruritus.
Demam (sepsis, dehidrasi); normotermia dapat secara
aktual terjadi peningkatan pada pasien yang mengalami
pada
kulit,
jaringan
lunak,
sendi;
k. Interaksi Sosial
Gejala
keluarga.
l. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala
Pertimbangan
DAFTAR PUSTAKA
Ant (2009). Sebanyak 36 juta warga dunia meninggal karena gagal ginjal.
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0705/05/Jabar/21565.htm.
diunduh
25 Maret 2015.
BC Guidelines.ca: Chronic Kidney Disease - Identification, Evaluation and
Management of Adult Patients (2014)
Black & Hawks (2009). Medical Surgical Nursing : Clinical Management for
Dharmeizar (2011). Konsensus Nutrisi pada Penyakit Ginjal Kronik. Jakarta:
PERNEFRI.
Doenges, M.E., Moorhouse, M.F. & Geissler, A.C (2000). Nursing Care Plans
Guidelines for Planning and Documentating Patient Care Ed.3, Alih Bahasa, I
Made Kariasa & Ni Made Sumarwati. Jakarta: EGC
Firmansyah, Adi (2010). Usaha Memperlambat Perburukan Penyakit Ginjal Kronik
ke Penyakit Ginjal Stadium Akhir. Jakarta: PPDS Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Garabed Eknoyan et.al (2013) Clinical Practice Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation
Ignatavicius, D.D., & Workman, M.L. (2006). Medical surgical nursing: critical
thinking for collaborative care (5thed). St. Louis: Elsevier Saunders
Kumar R (2013). Dasar dasar Patofisiologi Penyakit. Jakarta: Bina Rupa Aksara
Le Mone, P., & Burke, K.M. (2008). Medical surgical nursing: critical thinking in
client care. 6th edition. New Jersey: Prentice Hall Health.
Lolyta Rika (2010). Analisa Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah
Hemodialisis
Pada
Klien
Gagal
Ginjal
Kronik
http://www.infokedokteran.com/arsip/jurnal-hasil-penelitian-asuhan
keperawatan-pada-pasien-gagal-ginjal-kronik.html. Diakses 28 Maret 2015
Morton, dkk (2011). Keperawatan kritis: pendekatan asuhan holistik. Jakarta: EGC
SI0022TO
content/uploads/2011/02/Vol.19_no.3_4.pdf.