Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit Gastritis atau yang lebih dikenal dengan sebutan maag, merupakan
salah satu penyakit yang banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Gastritis bukanlah
penyakit tunggal, tetapi beberapa kondisi yang mengacu pada peradangan
lambung.1
Keluhan Gastritis merupakan suatu keadaan yang sering dan banyak dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Tidak jarang kita jumpai penderita Gastritis kronis
selama bertahun-tahun pindah dari satu dokter ke dokter yang lain untuk
mengobati keluhan Gastritis tersebut. Berbagai obat-obatan penekan asam
lambung sudah pernah diminum seperti antasida maupun yang lain, namun
keluhan selalu datang silih berganti. Keluhan yang bekepanjangan dalam
menyembuhkan Gastritis ini dapat menimbulkan gangguan psikologi seseorang
yaitu berupa stress. Stress ini bukan tidak mungkin justru menambah berat
Gastritis penderita yang sudah ada.2
Gastritis ini terbesar di seluruh dunia dan bahkan di perkirakan diderita lebih
dari 1,7 milyar. Pada negara yang sedang berkembang infeksi diperoleh pada usia
dini dan pada negara maju sebagian besar dijumpai pada usia tua.2 Angka kejadian
infeksi Gastritis Helicobacter Pylory pada beberapa daerah di Indonesia
menunjukan data yang cukup tinggi. di Kota Surabaya angka kejadian Gastritis
sebesar 31,2%, Denpasar 46%, sedangkan di Medan angka kejadian infeksi cukup
tinggi sebesar 96,1 %. Sedangkan menurut Herlan (2001), bahwa adanya
penemuan infeksi Helicobacter Pylory ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian Gastritis.1
Faktor etiologi Gastritis lainnya adalah asupan alkohol berlebihan (20%),
merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi
(2%). Berdasarkan data statistik yang ada di Puskesmas Kecamatan Kemayoran
pada tahun 2009 sebanyak (40,9%), dan pada tahun 2010 sebanyak (32,7%). Hal
ini menunjukan bahwa terjadi penurunan pada penderita penyakit gastritis pada
setiap tahunnya, meskipun terjadi penurunan tetapi masih perlu adanya
penanganan dan perhatian khusus dalam perawatan maupun pencegahan untuk
mengatasi masalah keperawatan yang muncul pada penderita gastritis.1
Dampak dari gastritis bisa mengalami komplikasi seperti perdarahan saluran
cerna bagian atas, hematemesis dan melena (anemia), ulkus peptikum, perforasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi mukosa lambung yang diakibatkan oleh diet
yang tidak benar, atau makanan atau yang mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit. Sedangkan menurut Mansjoer tahun 2001, gastritis akut adalah lesi
mukosa akut berupa erosi atau perdarahan akibat faktor- faktor agresif atau akibat
gangguan sirkulasi akut mukosa lambung.3
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung,
secara histopatologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada
daerah tersebut. Gastritis adalah episode berulang nyeri epigastrium, gejala
sementara atau cepat hilang, dapat berhubungan dengan diet, memiliki respon
yang baik dengan antasid atau supresi asam.4
Dari beberapa pengertian tentang gastritis menurut para ahli, penulis dapat
menyimpulkan bahwa gastritis adalah inflamasi yang terjadi pada mukosa
lambung ditandai dengan adanya radang pada daerah tersebut yang disebabkan
karena mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan asam lambung (seperti
makanan yang asam atau pedas) atau bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok dan
minum alkohol.5
Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu gastritis akut dan gastritis kronik. Gastritis
akut adalah kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda dan gejala
yang khas, biasanya ditemukan sel inflamasi akut dan neutrofil. Sedangkan
gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa lambung
yang menahun, yang disebabkan oleh ulkus dan berhubungan dengan
Helicobacter pylori.6
B. Etiologi 6
Menurut Mansjoer, 2001 penyebab gastritis adalah :
1. Gastritis Akut
1. Penggunaan obat-obatan seperti aspirin dan obat anti inflamasi
nonsteroid dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi
mukosa lambung.
2. Alkohol
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.
3. Gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung : trauma, luka bakar
4. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar atau
infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan perdarahan pada
lambung.
2. Gastritis Kronik
Pada gastritis kronik penyebab tidak jelas, tetapi berhubungan dengan
Helicobacter
pylori,
apalagi
ditemukan
ulkus
pada
pemeriksaan
penunjang.7
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth, 2001 penyebab gastritis adalah :3
1. Gastritis Akut
Gastritis akut sering disebabkan akibat diet yang tidak benar. Penyebab
lain dari gastritis akut mencakup alcohol, aspirin, refluks empedu atau
terapi radiasi.
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylori.
C. FAKTOR RISIKO
1. Pola Makan7
Terjadinya gastritis dapat disebabkan oleh pola makan yang tidak baik dan
tidak teratur, yaitu frekuensi makan, jenis, dan jumlah makanan, sehingga
lambung menjadi sensitif bila asam lambung meningkat.
a. Frekuensi Makan
Frekuensi makan adalah jumlah makan dalam sehari-hari baik
kualitatif dan kuantitatif. Secara alamiah makanan diolah dalam tubuh
melalui alat-alat pencernaan mulai dari mulut sampai usus halus. Lama
makanan dalam lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika ratarata, umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal makan ini
pun menyesuaikan dengan kosongnya lambung.5
Orang yang memiliki pola makan tidak teratur mudah terserang
penyakit gastritis. Pada saat perut harus diisi, tapi dibiarkan kosong,
atau ditunda pengisiannya, asam lambung akan mencerna lapisan
mukosa lambung, sehingga timbul rasa nyeri. 8 Secara alami lambung
akan terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah
yang kecil, setelah 4-6 jam sesudah makan biasanya kadar glukosa
dalam darah telah banyak terserap dan terpakai sehingga tubuh akan
merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam lambung terstimulasi.
Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang
diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi
mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri di seitar epigastrium. 7
Kebiasaan makan tidak teratur ini akan membuat lambung sulit untuk
beradaptasi. Jika hal itu berlangsung lama, produksi asam lambung
akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung dan dapat berlanjut menjadi tukak peptik. Hal tersebut dapat
seperti racun. Dalam asap rokok yang disulut, terdapat kandungan zat-zat
kimia berbahaya seperti gas karbon monoksida, nitrogen oksida, amonia,
benzene,
methanol,
bensaldehid,
arsen,
perylene,
hidrogen
benzopyrene,
sianida,
urethane,
akrolein,
coumarine,
asetilen,
ortocresol,
menghambat
sekresi
bikarbonat
pankreas,
mempercepat
AINS adalah salah satu golongan obat besar yang secara kimia heterogen
menghambat aktivitas siklooksigenase, menyebabkan penurunan sintesis
prostaglandin
dan
prekursor
tromboksan
dari
asam
arakhidonat.
tukak
peptik.
Alkohol
mengakibatkan
menurunnya
1. Gastritis akut
1) Nyeri epigastrium, hal ini terjadi karena adanya peradangan pada
mukosa lambung.
2) Mual, kembung, muntah merupakan salah satu keluhan yang sering
muncul. Hal ini dikarenakan adanya regenerasi mukosa lambung
sehinggs terjadi peningkatan asam lambung yang mengakibatkan
mual hingga muntah.
3) Ditemukan pula perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan
melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan.
2. Gastritis kronis
Pada pasien gastritis kronis umumnya tidak mempunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea dan pada
pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan. Helicobacter pylori
merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini menyerang sel
permukaan gaster, memperberat timbulnya deskuamasi sel dan
muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan
tubuh terhadap iritasi, metapalasia ini juga menyebabkan hilangnya sel
mukosa pada lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan
menimbulkan perdarahan.
3. Komplikasi
Menurut Mansjoer, 2001 komplikasi yang terjadi dari gastritis adalah : 6
a. Gastritis Akut
didiagnosa
terkena
gastritis,
biasanya
dilanjutkan
dengan
E. PENATALAKSANAAN
1. Gastritis Akut 3
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis akut diatasi dengan
menginstruksikan pasien untuk menghindari alcohol dan makanan sampai
gejala berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut, diet
mengandung gizi dianjurkan. Bila gejala menetap, cairan perlu diberikan
secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka penatalaksanaan adalah
serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh mencerna makanan
yang sangat asam, pengobatan terdiri dari pengenceran dan penetralisasian
agen penyebab. Untuk menetralisir asam digunakan antacid umum. Dan
bila korosi luas atau berat dihindari karena bahaya perforasi.
2. Gastritis Kronik3
Penatalaksanaan medis pada pasien gastritis kronik diatasi dengan
memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan
memuli farmakoterapi. Helicobacter pylori dapat diatasi dengan antibiotic
dan bismuth.
Penatalaksanaan yang dilakukan pertama kali adalah jika tidak dapat
dilakukan endoskopi caranya yaitu dengan mengatasi dan menghindari
penyebab pada gastritis akut, kemudian diberikan pengobatan empiris
berupa antacid. Tetapi jika endoskopi dapat dilakukan berikan terapi
eradikasi.6
TEKNIK RADIOGRAFI OMD ( OESOPHAGUS MAAG DUODENUM )
1. Definisi
Adalah pemeriksaan secara radiografi dengan menggunakan media kontras
(positif dan negative) untuk menampakkan kelainan pada lambung.
Biasanya merupakan pemeriksaan satu paket dengan Oesophagus dan
Duodenum ( OMD = Oesophagus Maag Duodenum )
2. Anatomi Stomach ( Maag = Gaster = Lambung )
Stomach, terletak diantara esophagus dan usus halus. Merupakan bagian
yang mengalami pelebaran / dilatasi pada alimentary canal.
Stomach terdiri dari 4 bagian besar yaitu : cariac, fundus, body atau corpus
dan pylorus.
- Body habitus
Tipe dari body habitus memberikan efek yang sangat besar terhadap lokasi
organ pencernaan pada rongga abdomen. Untuk keakuratan dan konsistensi
posisi dari organ pencernaan perlu diketahui karakteristik dan klasifikasi
dari body habitus. Terdapat 4 kelompok dari body habitus yaitu :
hypersthenic, sthenic, hyposthenic dan asthenic
Kontraindikasi
Persangkaan perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 tetapi
menggunakan water soluble kontras (urografin, iopamiro ) dan Obstruksi
usus besar.
4. Persiapan Pemeriksaan
1. Persiapan Pasien
1. Pasien diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan
(kooperatif)
2. 2 hari sebelum pemeriksaan pasien diet rendah serat untuk mencegah
pembentukan gas akibat fermentasi
3. Lambung harus dalam kondisi kosong dari makanan dan air, pasien
puasa 8-9 jam sebelum pemeriksaan
4. Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat obatan yang
mengandung substansi radioopaque seperti steroid, pil kontrasepsi,dll.
5. Sebaiknya colon bebas dari fecal material dan udara bila perlu
diberikan zat laxative.
6. Tidak boleh merokok ( nicotine merangsang sekresi saliva )
7. Pasien diminta mengisi informed concent.
2. Persiapan Alat dan Bahan
1. Pesawat X-Ray + Fluoroscopy
2. Baju Pasien
3. Gonad Shield
4. Sarung tangan Pb
5. Kaset + film ukuran 30 x 40 cm, 30x40 cm.
6. Bengkok
7. Grid
8. X-Ray marker
9. Tissue / Kertas pembersih
10. Bahan kontras barium sulfat
Fungsi
abdomen.
CR
CP
Stenik
: Tegak Lurus
: Pada pylorus dan bulbus duodeni.
: 1-2 inchi dibawah L2 menuju lateral batas costae
Fungsi
seperti divertikel, tumor, ulkus gastric, trauma pada perut dan batas
belakang lambung.
Posisi Pasien
: pasien miring arah kanan, atur kaki dan dan tangan
Central Point
: bulbus duodenum pada L1
Stenik
: 1-1,5 ke depan dari mid coronal plane
Astenic
: 2 inchi dibawah L1
Hiperstenic
: 2 Inchi diatas L1
FFD
: 100 cm
Expose
: ekspirasi dan tahan nafas.
Kriteria Radiograf : Struktur yang tampak daerah lambung dan
duodenum tercover celah retrogastric, pylorus dan lengkung
duodenum akan terlihat jelas khususnya pada tipe hiperstenic.
Lengkung duodenum terletak pada sekitar L1. Dapat memperlihatkan
anatomi dan kelainanya.
Fungsi
Posisi Pasien
Posisi Objek
: recumbent, prone
: Abdomen diatur sehingga abdomen membentuk
Central Ray
: vertical tegak lurus
Central Point
: daerah bulbus duodeni
Stenik
: 1-2 inch dari L2
Asthenic
: 2-5 inchi di bawah L2
Hiperstenic
: 2-5 inchi di atas L2
FFD
: 100 cm
Eksposi
: ekspirasi dan tahan nafas
Kriteri radiograf : Struktur ditampakkan daerah lambung dan
lengkung duodenum membentuk huruf C. Tampak bagian bagian
dari lambung bebas superposisi. Dapat menampakkan daerah yang
mempunyai indikasi / kelainan . Tidak tampak kekaburan dan
pergerakan.
E. Proyeksi AP
Posisi Pasien
Posisi Objek
rotasi
: Supine
: MSP pada mid line meja, pastikan tubuh tidak ada
CR
: tegak lurus dengan kaset
CP
: pada L1 (diantara xypoid dan batas bawah costae )
Stenik
: L1
Asthenic : 2 inchi di bawah L1
Hiperstenic
: 1 inchi di atas L1
FFD
: 100 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
Kriteria radiograf : Struktur ditampakkan lambung dan duodenum,
diafragma dan paru-paru bagian bawah. Tampak bagian bagian dari
lambung bebas superposisi. Dapat menampakkan daerah yang
mempunyai indikasi / kelainan. Tidak tampak kekaburan dan
pergerakan.
Catatan : Variasi supine dengan mengatur kepala lebih rendah 25
30 derajat untuk melihat hernia hiatal. 10 15 derajat dengan rotasi
pasien ke depan ( sisi kanan dekat meja ) untuk melihat
gastroesophageal junction juga untuk melihat regurgitasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Jimmy. Jejaring Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia [On
Line] 2007. Dari : http://www.pppl.depkes.go.id/ [20 Januari 2011].
2.
Budiana.
2006.
Gambaran
Pengetahuan
Klien
Tentang
Gastritis.
2005.
Sakit
Lambung,
Bagaimana
http://www.kompas.com/Sakit-Lambung-Bagaimana/Terjadinya.
Terjadinya.
Diakses
14.
Budiyanto,
Carko.
2010.
Merokok
Memang
Ternyata
Nikmat.